Anda di halaman 1dari 32

Sistem Distribusi Obat Bagi Pasien

Rawat Inap
SISTEM DISTRIBUSI OBAT
• SISTEM DISTRIBUSI OBAT
Sistem distribusi obat di rumah sakit digolongkan berdasarkan ada
tidaknya satelit/depo farmasi dan pemberian obat ke pasien rawat
inap.
Berdasarkan ada atau tidaknya satelit farmasi, sistem distribusi
obat dibagi menjadi dua sistem, yaitu:
1. Sistem pelayanan terpusat (sentralisasi)
2. Sistem pelayanan terbagi (desentralisasi)
Berdasarkan distribusi obat bagi pasien rawat inap, digunakan
empat sistem, yaitu:
1. Sistem distribusi obat resep individual atau permintaan tetap
2. Sistem distribusi obat persediaan lengkap di ruang
3. Sistem distribusi obat kombinasi resep individual dan persediaan
lengkap di ruang
4. Sistem distribusi obat dosis unit.
Sistem Pelayanan Terpusat (Sentralisasi)

Sistem Pelayanan Terpusat (Sentralisasi)


Sentralisasi adalah sistem pendistribusian perbekalan farmasi
yang dipusatkan pada satu tempat yaitu instalasi farmasi.
• Pada sentralisasi, seluruh kebutuhan perbekalan farmasi
setiap unit pemakai baik untuk kebutuhan individu maupun
kebutuhan barang dasar ruangan disuplai langsung dari
pusat pelayanan farmasi tersebut.
• Resep orisinil oleh perawat dikirim ke IFRS, kemudian resep
itu diproses sesuai dengan kaidah ”cara dispensing yang
baik dan obat disiapkan untuk didistribusikan kepada
penderita tertentu.”
Keuntungan
Keuntungan sistem ini adalah:
1. Semua resep dikaji langsung oleh apoteker,
yang juga dapat memberi informasi kepada
perawat berkaitan dengan obat pasien,
2. Memberi kesempatan interaksi profesional
antara apoteker-dokter-perawat-pasien,
3. Memungkinkan pengendalian yang lebih dekat
atas persediaan,
4. Mempermudah penagihan biaya pasien.
Permasalahan
Permasalahan yang terjadi pada penerapan tunggal metode ini di suatu
rumah sakit adalah:
1. Terjadinya delay time dalam proses penyiapan obat permintaan dan
distribusi obat ke pasien yang cukup tinggi,
2. Jumlah kebutuhan personel di Instalasi Farmasi Rumah Sakit meningkat,
3. Farmasis kurang dapat melihat data riwayat pasien (patient records)
dengan cepat,
4. Terjadinya kesalahan obat karena kurangnya pemeriksaan pada waktu
penyiapan komunikasi.

Sistem ini kurang sesuai untuk rumah sakit yang besar, misalnya kelas A dan
B karena memiliki daerah pasien yang menyebar sehingga jarak antara
Instalasi Farmasi Rumah Sakit dengan perawatan pasien sangat jauh.
Sistem Pelayanan Terbagi
Sistem Pelayanan Terbagi (Desentralisasi)
Desentralisasi adalah sistem pendistribusian perbekalan
farmasi yang mempunyai cabang di dekat unit
perawatan/pelayanan. Cabang ini dikenal dengan istilah
depo farmasi/satelit farmasi.
• Pada desentralisasi, penyimpanan dan pendistribusian
perbekalan farmasi ruangan tidak lagi dilayani oleh
pusat pelayanan farmasi.
• Instalasi farmasi dalam hal ini bertanggung jawab
terhadap efektivitas dan keamanan perbekalan farmasi
yang ada di depo farmasi.
Desentralisasi
• Tanggung jawab farmasis dalam kaitan dengan
distribusi obat di satelit farmasi :
• Dispensing dosis awal padapermintaan baru dan
larutan intravena tanpa tambahan (intravenous
solution without additives).
• Mendistribusikan i. v. admikstur yang disiapkan oleh
farmasi sentral.
• Memeriksa permintaan obat dengan melihat
medication administration record (MAR).
• Menuliskan nama generik dari obat pada MAR.
• Memecahkan masalah yang berkaitan dengan
distribusi.
Desentralisasi
• Ruang lingkup kegiatan pelayanan depo farmasi adalah sebagai
berikut :
Pengelolaan perbekalan farmasi
Pengelolaan perbekalan farmasi bertujuan untuk menjamin
tersedianya perbekalan farmasi dalam jumlah dan jenis yang tepat
dan dalam keadaan siap pakai pada waktu dibutuhkan oleh pasien,
dengan biaya yang seefisien mungkin.
• Pengelolaan barang farmasi terbagi atas :
1. Pengelolaan barang farmasi dasar (BFD)
Barang farmasi dasar meliputi obat dan alat kesehatan yang
diperoleh dari sub instalasi perbekalan farmasi.
2. Pengelolaan barang farmasi non dasar (BFND)
Depo farmasi melakukan pengelolaan BFND mulai dari penerimaan
sampai dengan pendistribusian. Perencanaan BFND tidak dilakukan
melalui depo farmasi.
distribusi obat bagi pasien rawat inap
sistem desentralisasi
Berdasarkan distribusi obat bagi pasien rawat inap
desentralisasi digunakan empat sistem, yaitu:
1. Sistem distribusi obat resep individual atau
permintaan tetap
2. Sistem distribusi obat persediaan lengkap di
ruang
3. Sistem distribusi obat kombinasi resep individual
dan persediaan lengkap di ruang
4. Sistem distribusi obat dosis unit.
Sistem Distribusi Obat Resep Individual

Sistem Distribusi Obat Resep Individual


Resep individual adalah order atau resep yang ditulis dokter untuk tiap penderita, sedangkan
sentralisasi adalah semua order/ resep tersebut yang disiapkan dan didistribusikan dari Instalasi Farmasi
Rumah Sakit (IFRS) sentral.

Sistem distribusi obat resep individual adalah tatanan kegiatan pengantaran sediaan obat oleh IFRS
sentral sesuai dengan yang ditulis pada order/resep atas nama penderita rawat tinggal tertentu melalui
perawat ke ruang penderita tersebut.
Dalam sistem ini obat diberikan kepada pasien berdasarkan resep yang ditulis oleh dokter.
Dalam sistem ini, semua obat yang diperlukan untuk pengobatan di-dispensing dari IFRS.
Resep orisinal oleh perawat dikirim ke IFRS, kemudian diproses sesuai dengan kaidah cara dispensing
yang baik dan obat disiapkan untuk didistribusikan kepada penderita tertentu.
Sistem ini mirip dengan dispensing untuk pasien rawat jalan /outpatient.
Interval dispensing pada sistem ini dapat dibatasi misalnya, pengobatan pasien untuk seorang pasien
untuk 3 hari telah dikirim jika terapi berlanjut sampai lebih dari 3 hari, tempat obat yang kosong
kembali ke IFRS untuk di-refill. Biasanya obat yang disediakan oleh IFRS dalam bentuk persediaan
misalnya untuk 2-5 hari.
Keuntungan sistem obat resep individual

Keuntungan sistem obat resep individual:

1. Semua resep / order dikaji langsung oleh apoteker,


yang juga dapat memberi keterangan atau informasi
kepada perawat berkaitan dengan obat penderita.
2. Memberi kesempatan interaksi profesional antara
apoteker-dokter-perawat-pasien
3. Memungkinkan pengendalian yang lebih dekat atas
perbekalan
4. Mempermudah penagihan biaya obat penderita
Keterbatasan
• Keterbatasan sistem distribusi obat resep
individual
1. Kemungkinan keterlambatan sediaan obat
sampai kepada penderita
2. Jumlah kebutuhan personal IFRS meningkat
3. Memerlukan jumlah perawat dan waktu yang
lebih banyak untuk penyiapan obat di ruang pada
waktu konsumsi obat
4. Terjadinya kesalahan obat karena kurang
pemeriksaan pada waktu konsumsi obat.
Keterbatasan
• Sistem ini kurang sesuai untuk rumah sakit-rumah
sakit yang besar, seperti kelas A dan B karena
memiliki daerah pasien yang menyebar sehingga
jarak antara IFRS dengan perawatan pasien
sangat jauh. Sistem ini biasanya digunakan di
rumah sakit-rumah sakit kecil atau swasta karena
memberikan metode yang sesuai dalam
penerapan keseluruhan biaya pengobatan dan
memberikan layanan kepada pasien secara
individual.
SISTEM DISTRIBUSI OBAT PERSEDIAAN LENGKAP DI
RUANG (TOTAL FLOOR STOCK)
Dalam sistem ini, semua obat yang dibutuhkan penderita tersedia
dalam ruang penyimpanan obat di ruang tersebut. Persediaan obat
diruang dipasok oleh IFRS. Obat yang didispensing dalam sistem ini
terdiri atas obat penggunaan umum yang biayanya dibebankan pada
biaya paket perawatan menyeluruh dan resep obat yang harus dibayar
sebagai biaya obat.
Obat penggunaan umum ini terdiri atas obat yang tertera dalam daftar
yang telah ditetapkan PFT dan IFRS yang tersedia di unit perawat,
misalnya kapas pembersih luka, larutan antiseptic dan obat tidur.
Sistem distribusi obat persediaan lengkap di ruang adalah tatanan
kegiatan penghantaran sediaan obat sesuai dengan yang ditulis dokter
pada resep obat, yang disiapkan dari persediaan di ruang oleh perawat
dan dengan mengambil dosis/ unit obat dari wadah persediaan yang
langsung diberikan kepada penderita di ruang itu.
Keuntungan

Keuntungan
1. Obat yang diperlukan segera tersedia bagi
pasien
2. Peniadaan pengembalian obat yang tidak
terpakai ke IFRS
3. Pengurangan penyalinan kembali resep obat
4. Pengurangan jumlah personel IFRS
Keterbatasan
1. Kesalahan obat sangat meningkat karena resep obat tidak
dikaji langsung oleh apoteker
2. Persediaan obat di unit perawat meningkat dengan fasilitas
ruangan yang sangat terbatas
3. Pencurian obat meningkat
4. Meningkatnya bahaya karena kerusakan
5. Penambahan modal investasi untuk menyediakan fasilitas
penyiapan obat yang sesuai di setiap daerah unit perawatan
pasien
6. Diperlukan waktu tambahan bagi perawat untuk menangani
obat
7. Meningkatnya kerugian karena kerusakan obat
Alur sistem
• Alur sistem distribusi persediaan lengkap di ruang
adalah dokter menulis resep kemudian diberikan
kepada perawat untuk diinterpretasikan
kemudian perawat menyiapkan semua obat yang
diperlukan dari persediaan obat yang ada di
ruangan sesuai resep dokter untuk diberikan
kepada pasien, termasuk pencampuran sediaan
intravena. Persediaan obat di ruangan
dikendalikan oleh instalasi farmasi.
SISTEM DISTRIBUSI OBAT KOMBINASI RESEP INDIVIDUAL DAN
PERSEDIAAN DI RUANG

• SISTEM DISTRIBUSI OBAT KOMBINASI RESEP INDIVIDUAL DAN


PERSEDIAAN DI RUANG
Rumah sakit yang menerapkan sistem ini, selain menerapkan sistem
distribusi resep/order individual sentralisasi, juga menerapkan
distribusi persediaan di ruangan yang terbatas. Sistem ini
merupakan perpaduan sistem distribusi obat resep individual
berdasarkan permintaan dokter yang disiapkan dan distribusikan
oleh instalasi farmasi sentral dan sebagian lagi siapkan dari
persediaan obat yang terdapat di ruangan perawatan pasien. Obat
yang disediakan di ruangan perawatan pasien merupakan obat yang
sering diperlukan oleh banyak pasien, setiap hari diperlukan dan
harga obat relatif murah, mencakup obat resep atau obat bebas.
Jenis dan jumlah obat yang masuk dalam persediaan obat di
ruangan, ditetapkan oleh PFT dengan pertimbangan dan masukan
dari IFRS dan Bagian Pelayanan Keperawatan. Sistem kombinasi ini
bertujuan untuk mengurangi beban kerja IFRS
Keuntungan
• Keuntungan
1. Semua resep / order individual dikaji langsung
oleh apoteker
2. Adanya kesempatan berinteraksi profesional
antara apoteker-dokter-perawat-penderita
3. Obat yang diperlukan dapat segera tersedia
bagi penderita (obat persediaan di ruang)
4. Beban IFRS dapat berkurang
5. Mengurangi terjadinya kesalahan terapi obat
Keterbatasan
• Keterbatasan
II. Kemungkinan keterlambatan sediaan obat
sampai kepada penderita (obat resep
individual)
III. Kesalahan obat pemberian obat yang
disiapkan dari persediaan ruang dapat terjadi.
IV. Membutuhkan tempat yang cukup untuk
tempat penyimpanan obat
Alur sistem
• Alur sistem distribusi obat kombinasi persediaan
di ruang dan resep individual adalah dokter
menulis resep untuk pasien dan resep tersebut
diinterpretasikan oleh apoteker dan perawat.
Pengendalian oleh apoteker dilakukan untuk
resep yang persediaan obatnya disiapkan di
instalasi farmasi. Obat kemudian diserahkan ke
ruang perawatan pasien sewaktu pasien minum
obat. Pengendalian obat yang tersedia di ruang
perawatan dilakukan oleh perawat dan apoteker.
Obat disiapkan kepada pasien oleh perawat.
SISTEM DISTRIBUSI OBAT DOSIS UNIT

• SISTEM DISTRIBUSI OBAT DOSIS UNIT


Sistem ini mulai diperkenalkan sejak 20 tahun yang lalu, namun penerapannya masih lambat karena
memerlukan biaya awal yang besar dan juga memerlukan peningkatan jumlah apoteker yang besar.
Padahal ada dua kegunaan utama dari sistem ini, yaitu mengurangi kesalahan obat dan mengurangi
keterlibatan perawat dalam penyiapan obat.
Istilah “dosis unit “ berkaitan dengan jenis kemasan dan juga sistem untuk mendistribusikan
kemasan itu. Obat dosis unit adalah obat yang disorder oleh dokter untuk penderita, terdiri dari
satu atau beberapa jenis obat yang masing-masing dalam kemasan dosis unit tunggal dalam jumlah
persediaan yang cukup untuk suatu waktu tertentu. Penderita hanya membayar obat yang
dikonsumsi saja.
Distribusi obat dosis unit adalah tanggung jawab Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) dengan
kerjasama dengan staf medic, perawat, pimpinan rumah sakit dan staf administrative. Maka
diperlukan suatu panitia perencana untuk mengembangkan sistem ini yang sebaliknya dipimpin
oleh apoteker yang menjelaskan tentang konsep sistem ini.
Sistem distribusi dosis unit merupakan metode dispensing dan pengendalian obat yang
dikoordinasikan IFRS dalam rumah sakit. Sistem dosis unit dapat berbeda dalam bentuk, tergantung
pada kebutuhan khusus rumah sakit. Dasar dari semua sistem dosis unit adalah obat dikandung
dalam kemasan unit tunggal di-dispensing dalam bentuk siap konsumsi; dan untuk kebanyakan obat
tidak lebih dari 24 jam persediaan dosis, dihantarkan kea tau tersedia pada ruang perawatan pada
setiap waktu.
Metode pengoperasian sistem distribusi dosis unit ada
tiga macam
• 1. Sentralisasi
Dilakukan oleh IFRS sentral ke semua daerah perawatan penderita rawat tinggal di rumah sakit
secara keseluruhan. Kemungkinan di rumah sakit tersebut hanya ada satu IFRS tanpa adanya cabang
IFRS di beberapa daerah perawatan penderita.

2. Desentralisasi
Dilakukan oleh beberapa cabang IFRS di rumah sakit. Pada dasarnya sistem ini sama dengan sistem
distribusi obat persediaan lengkap diruangan, hanya saja sistem distribusi obat desentralisai ini
dikelola seluruhnya oleh apoteker yang sama dengan pengelolaan dan pengendalian oleh IFRS
sentral.
Gambar 5. Sistem Distribusi Obat Dosis Unit Desentralisasi
3. Kombinasi sentralisasi dan desentralisasi
Biasanya hanya dosis mula dan dosis keadaan darurat dilayani oleh cabang IFRS. Dosis selanjutnya
dilayani oleh IFRS sentral. Semua pekerjaan tersentralisasi lain, seperti pengemasan dan
pencampuran sediaan intravena juga dimulai dari IFRS sentral.
• Keuntungan
1. Penderita menerima pelayanan IFRS 24 jam sehari dan penderita membayar
hanya obat yang dikonsumsi saja
2. Semua dosis yang diperlukan pada pada unit perawat telah disiapkan oleh IFRS.
Jadi perawat mempunyai waktu lebih banyak untuk perawatan langsung penderita.
3. Adanya sistem pemeriksaan ganda dengan menginterpretasikan resep/ dokter
dan membuat profil pengobatan penderita (p3) oleh apoteker dan perawat
memeriksa obat yang disiapkan IFRS sebelum dikonsumsi. Dengan kata lain, sistem
ini mengurangi kesalahan obat
4. Peniadaan duplikasi order obat yang berlebihan dan pengurangan pekerjaan
menulis di unit perawatan dan IFRS
5. Pengurangan kerugian biaya obat yang tidak terbayar oleh penderita
6. Penyiapan sediaan intravena dan rekonstitusi obat oleh IFRS
7. Meningkatkan penggunaan personal professional dan nonprofessional yang
lebih efisien
8. Mengurangi kehilangan pendapatan
9. Menghemat ruangan di unit perawatan dengan meniadakan persediaan ruah
obat-obatan
• 10. Meniadakan pencurian dan pemborosan obat
11. Memerlukan cakupan dan pengendalian IFRS di rumah sakit secara
keseluruhan sejak dari dokter menulis resep / order sampai penderita menerima
dosis unit
12. Kemasan dosis unit secara tersendiri-sendiri diberi etiket dengan nama obat,
kekuatan, nomor kendali dan kemasan tetap utuh sampai obat siap dikonsumsi
pada penderita. Hal ini mengurangi kesempatan salah obat juga membantu
daalam penelusuran kembali kemasan apabila terjadi penarikan obat
13. Sistem komunikasi pengorderan dan penghantaran obat bertambah baik
14. Apoteker dapat dating ke unit perawat/ ruang penderita untuk melakukan
konsultasi obat, membantu memberikan masukan kepada tim, sebagai upaya yang
diperlukan untuk perawatan yang lebih baik lagi.
15. Pengurangan biaya total kegiatan yang berkaitan dengan obat
16. pening katan pengendalian obat dan pemantauan penggunaan obat
menyeluruh
17. pengendalian yang lebih besar oelh apoteker atas pola beban kerja IFRS dan
penjadwalan staf
18. penyesuaian yang lebih besar untuk prosedur komputerisasi dan otomastisasi
ALUR DISTRIBUSI OBAT DESENTRALISASI

• Faktor-faktor yang menjadi dasar untuk mengadakan pelayanan :


a. Kebutuhan pasien
Penggunaan obat di rumah sakit dapat mempengaruhi keadaan pasien, ketidaktepatan penggunaan antibiotic, mencakup ketidaktepatan dosis,
interaksi obat yang merugikan, duplikasi penggunaan, kombinasi antagonis, dan ketidaktepatan durasi penggunaan. Dalam hal ini pasien adalah objek
yang paling merasakan dampak negaatif dari ketidaksesuaian pemberian obat tersebut. Sistem distribusi obat sentralisasi untuk pasien rawat inap
yang dispensing dari IFRS sentral, seringkali mengakibatkan meningkatnya biaya yang dikeluarkan pasien.
b. Kebutuhan perawat
Perawat memiliki peranan penting dalam sistem distribusi obat di rumah sakit. Perawat dapat mengorder obat dari IFRS, menyiapkan dan
merekonstitusi dosis untuk konsumsi, pemberian obat, merekam tiap obat yang dikonsumsi, juga memelihara rekaman obat yang terkendali yang
diterima dan digunakan serta memelihara persediaan obat diruang.
Pelayanan IFRS sentralisai di rumah sakit seringkali menimbulkan banyak pertanyaan yang berkaitan dengan obat dan dukungan informasi obat
kepada perawat jika diperlukan. Sistem distribusi obat untuk penderita rawat tinggal menggunakan efisiensi perawat dibandingkan dengan sistem
distribusi obat sentralisasi.
c. Kebutuhan dokter
Dokter mendiagnosis masalah medikbagi pasien dan menulis suatu rencana terapi. Komplikasi obat menggambaarkan kebutuhan dokter akan
informasi umum obat dan informasi klinik obat tertentu. Apoteker yang praktek ditempat perawatan dapat memberi pengetahuan dan pengalaman
klinik obat untuk membantu dokter mengelola terapi obat penderita mereka.

d. Kebutuhan apoteker
Tugas apoteker dalam suatu sistem distribusi obat sentralisai mungkin disdominasi oleh tugas menyiapkan, dispensing, dan memberikan partisipasi
minimal dalam pelayanan klinikdalam lingkup minimal, tidak melayani secara memadai atau tidak memenuhi kebutuhan pasien, dokter dan perawat
yang berkaitan dengan obat.
Dalam lingkungan desentralisasi, apoteker dapat menghubungkan secara langsung, kebutuhan terapi obat pasien sebagai hasil dari berbagai
kemudahan pencapaian pasien, perawat, dokter dan rekaman medic. Apoteker dapat mengembangkan keahlian dalam perawatan pasien tertentu.
Dengan demikian pengalaman apoteker dalam terapi pasien dapat bertambah.
Desain sistem distribusi
• Desain sistem distribusi
Mendesain suatu sistem distribusi obat di rumah sakit memerlukan analisis
sistematik dari rasio manfaat-biaya dan perencanaan operasional. setelah sistem
diterapkan, pemantauan unjuk kerja dari evaluasi mutu pelayanan tetap
diperlukan untuk memastikan bahwa sistem berfungsi sesuai dengan harapan.
Dalam mendesain atau mendesain kembali suatu sistem distribusi obat, perlu
dilakukan beberapa tahapan penting :
1. Menetapkan lokasi dan jumlah semua ruangan perawatan penderita dan buat
petanya. dalam hal ini, perlu dipertimbangkan faktor-faktor sesperti faktor
geografis, tata ruang, populasi penderita, ketersediaan ruangan penyimpanan
obat, ruangan pelayanan obat penderita, ketersediaan staf, fasilitas transpor obat
dari IFRS ke tiap ruangan penderita, hambatan politik, dan hambatan sumber lain.
2. Memilih suatu metode mendistribusikan obat ke unit pengguna.
3. Mengembangkan perangkat rute penghantaran yang mungkin dan ekonomis,
serta menyusun suatu jadwal penghantaran yang praktis melayani tiap rute
tersebut.
• Perencanaan spesifikasi
Proses mendesain suatu sistem distribusi obat, mencakup
:menerjemahkan kebutuhan konsumen (penderita dan staf profesional
pelayanan kesehatan) menjadi spesifikasi pelayanan obat, spesifikasi
penghantaran pelayanan obat, dan spesifikasi pengendalian mutu
pelayanan obat.
 Spesifikasi pelayanan obat
Spesifikasi pelayanan obat dengan menetapkan pelayanan yang diberikan.
Spesifikasi pelayanan obat harus mengandung suatu pernyataan yang
lengkap dan tepat dari pelayanan yang diberikan, meliputi :
1. suatu uraian yang jelas dari karakteristik pelayanan yang menjadi
sasaran evaluasi.
2. suatu standar untuk penerimaan dari tiap karakteristik pelayanan.
 Spesifikasi penghantaran pelayanan obat
Spesifikasi penghantaran pelayanan obat menetapkan sarana dam metode
yang digunakan untuk menghantarkan pelayanan obat.
• Spesifikasi penghantaran pelayanan obat harus
mengandung :
1. prosedur penghantaran pelayanan
2. metode yang digunakan dalam proses penghantaran
pelayanan
3. uraian dari karakteristik penghantaran pelayanan
4. standar untuk penerimaan dari karakteristik
penghantaran pelayanan
5. persyaratan sumber untuk memenuhi spesifikasi
pelayanan
6. persyaratan personel, jumlah, dan keterampilan.
•  Spesifikasi pengendalian mutu pelayanan obat
Spesifikasi pengendalian mutu pelayanan obat
menetapkan prosedur untuk mengevaluasi dan
mengendalikan karakteristik pelayanan dan
karakteristik penghantaran pelayanan. Spesifikasi
pengendalian mutu pelayanan obat harus
memungkinkan pengendalian yang efektif dari
tiap proses pelayanan untuk memastikan bahwa
pelayanan secara konsisten memuaskan
spesifikasi pelayanan dan konsumen.
• Desain pengendalian mutu dan pelayanan obat :
1. mengidentifikasi kegiatan kunci dari tiap proses
yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap
mutu pelayanan.
2. menganalisis kegiatan, dengan mengukur dan
pengendalian akan memastikan mutu pelayanan.
3. menetapkan metode untuk mengevaluasi
karakteristik yang dipilih.
4. menetapkan sarana untuk mengendalikan
karakteristik dalam batas yang ditetapkan
• PELAKSANAAN PROGRAM PERCOBAAN SISTEM DISTRIBUSI
OBAT YANG DIPILIH
Untuk pelaksanaan program percobaan sistem distribusi
obat, biasanya untuk tahap pertama dilakukan dala 1 atau
lebih daerah perawatan penderita selama waktu tertentu
dan secra terus menerus dipantau, dievaluasi, dan
dilakukan tindakan perbaikan. Jika tahap pertama mulai
mantap, percobaan diteruskan dengan menambah daerah
perawatan tertentu lainnya atau keseluruahan rumah sakit.
Percobaan ini dilakukan dalam waktu yang lebih lama,
karena pada tahap ini diadakan pematangan terhadap
semua prosedur, spesifikasi, perbaikan, dan evaluasi
karakteristik pelayanan dan penghantaran pelayanan obat.

Anda mungkin juga menyukai