Oleh:
Kelompok 5 Kelas A
Air asam tambang (Acid Mine Drainage) merupakan air lindi (leachate), rembesan
(seepage), atau aliran (drainage) yang terbentuk akibat pengaruh oksidasi alamiah
mineral sulfida yang terkandung dalam bebatuan yang terpapar selama
penambangan, mempunyai pH rendah sehingga berpotensi melarutkan logam-
logam berat dari batuan yang dilaluinya.
PERATURAN PERUNDANG UNDANGAN AIR ASAM
TAMBANG
1. Undang-undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambanan Mineral dan Batubara.
2. Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia No. 1827
K/30/MEM/2018 tentang Pedoman Pelaksanaan Kaidah Teknik Pertambangan yang
Baik.
3. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 113 Tahun 2003 tentang Baku
Mutu Air Limbah bagi Usaha dan atau Kegiatan Pertambangan Batu Bara.
4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 78 Tahun 2010 tentang Reklamasi
dan Pasca Tambang.
FAKTOR
Faktor pembentuk air asam tambang merupakan faktor yang mempunyai peranan
penting dalam mempengaruhi laju oksidasi pirit (FeS₂), yaitu :
1. Luas permukaan reaksi dari pirit
2. Bentuk sulfur pirit,
3. pH dari larutan
4. Katalisator
5. kehadiran bakteri thiobacillus.
TAHAP REAKSI PROSES TERJADINYA AIR ASAM TAMBANG
TAHAP 1
FeS2 + 7/2 O2 + H2O → Fe2+ + 2SO42- + 2H+
Pyrite + Oxygen + Water → Ferrous Iron + Sulfate + Acid
Reaksi pertama adalah reaksi pelapukan dari pyrite (pirit) disertai proses oksidasi.
Sulfur dioksidasi menjadi sulfat dan besi-fero dilepaskan.
TAHAP 2
Fe2+ + ¼ O2 + H+ → Fe3+ + ½ H2O
Ferrous Iron + Oxygen + Acidity → Ferric Iron + Water
Reaksi kedua terjadi konversi dari besi-fero menjadi besi-feri yang mengkonsumsi satu mol
keasaman. Laju reaksi lambat pada pH < 5 dan kondisi abiotik. Bakteri thiobacillus akan
mempercepat proses oksidasi. Mikroorganisme ini juga mampu mengoksidasi ion besi dalam
bentuk fero menjadi feri.
TAHAP REAKSI PROSES TERJADINYA AIR ASAM TAMBANG
TAHAP 3
Fe3+ + 3H2O → Fe (OH)3 + 3H+
Ferric Iron + Water → Ferric Hydroxide (yellowboy) + Acid
Reaksi ketiga adalah hidrolisis dari besi. Hidrolisis adalah reaksi yang
memisahkan molekul air. Tiga mol keasaman dihasilkan dari reaksi ini.
Pembentukan presipitasi ferri hidroksida tergantung pH, yaitu lebih
banyak pada pH di atas 3,5.
TAHAP 4
FeS2 + 14Fe3+ + 8H2O → 15Fe2+ + 2SO42- + 16H+
Pyrite + Ferric Iron + Water → Ferrous Iron + Sulfate + Acid
Reaksi keempat adalah oksidasi lanjutan dari pirit oleh besi ferri. Ini adalah
reaksi propagasi yang berlangsung sangat cepat dan akan berhenti jika pirit
atau besi ferri habis. Agen pengoksidasi dalam reaksi ini adalah besi-feri.
TIPE AIR ASAM TAMBANG
Menurut Skousen dan Ziemkiewicz, air tambang dapat
dikelompokkan ke dalam 5 tipe yaitu:
1. Air tambang tipe 1
2. Air tambang tipe 2
3. Air tambang tipe 3
4. Air tambang tipe 4
5. Air tambang tipe 5
TIPE 1 TIPE 2 TIPE 3 TIPE 4 TIPE 5
tidak atau sedikit pH > 6. pH > 6 dan alkalinitas air asam tambang air asam tambang
mengandung lebih besar dari tipe 1 yang yang telah
alkalinitas (pH < 4,5) keasaman (acidity) dinetralkan hingga dinetralkan sehingga
pH-nya > 6 pH-nya > 6
mengandung Fe, Al, mempunyai mengandung zat mengandung partikel mengandung zat
Mn, dan logam kandungan zat padat padat terlarut tersuspensi dengan padat terlarut
lainnya, asam (H+) terlarut yang tinggi, dengan konsentrasi konsentrasi yang dengan konsentrasi
dan oksigen dengan yakni (besi ferro dan sedang sampai tinggi. yang tinggi.
konsentrasi yang Mn) tinggi, mengandung
tinggi. besi ferro dan Mn
dengan konsentarsi
rendah sampai
sedang
• Umumnya
ditanami dengan
Sphagnum bogs di
Ohio dan Virginia.
Penelitian yang
dilakukan oleh
Brooks (1985),
menemukan
fenomena yang
sama pada rawa
yang ditanami
dengan Typha.
Rawa Buatan (Constructed Wetland)
KENAPA ?
Efluen yang keluar dari sistem ini harus ditampung dalam kolam pengendapan
untuk menetralisasi dan mengendapkan oksida logam.
Konsentrasi Al atau Fe3+ yang cukup signifikan dapat menyebabkan
penyumbatan di dalam sistem ALD. Apabila air asam tambang
mengandung Fe3+ atau pada pH 4,5 atau lebih maka oksidasi Fe 2+
akan membentuk FeOOH yang dapat melapisi permukaan batu kapur.
• Prinsip dasar sistem aliran vetikal sama dengan anaerobic wetland, tetapi
terdapat penambahan saluran pada lapisan batu kapur agar AMD
mengalami kontak langsung dengan material organik dan batu kapur.
• Arah aliran AMD menuju ke bawah secara meresap di dalam kolam yang Untuk menghindari
terdiri dari material organik dan melalui lapisan batu kapur. penyumbatan pada lapisan
batu kapur digunakan katup
• Sistem ini lebih baik dibandingkan dengan rawa anaerobik karena dapat
pengatur pembuangan.
meningkatkan interaksi antara AMD dengan batu kapur dan zat organic.
• Sistem ini memiliki drainase dengan konstruksi mendatar dan berdiri untuk
menjaga kedalaman air dan menjaga lapisan organik dan batu kapur tetap
tenggelam.
• Di bawah lapisan batu kapur terdapat pipa yang mengalir ke kolam
aerobik dimana terjadi reaksi terhadap logam.
Dua hal penting pada aliran Vertical (Vertical
Flow System)
• Sistem saluran terbuka batu kapur cukup efektif sebagai pra-pengolahan AMD
untuk menurunkan konsentrasi Fe dan memproduksi alkalinitas.
• Saluran terbuka yang berisi batu kapur terlarut akan mengolah air asam
menjadi air basa.
• Sistem ini kurang tepat untuk pengolahan yang berdiri sendiri dan biasanya
diaplikasikan seri dengan sistem lain.
Sumur Pembagi (Diversion Wells)