Anda di halaman 1dari 30

Air Asam Tambang

Oleh:
Kelompok 5 Kelas A

Program Studi D4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret
Surakarta
2019
Kelompok 5
Anggota:
Anisa Setyastuti (R0216013)
Evirisky K (R0216035)
Faisal Prasetya N (R0216037)
Mita Amelia (R0216065)
Muhammad Osaegi R A (R0216069)
Nela Nur Azizah (R0216071)
Siti Nur Manggarsari (R0216089)
Wiedy Fatika P (R0216103)
DEFINISI
Menurut Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia
No. 1827 K/30/MEM/2018 tentang Pedoman Pelaksanaan Kaidah Teknik
Pertambangan yang Baik
“Air asam tambang adalah air yang bersifat asam akibat oksidasi mineral sulfida pada
kegiatan pertambangan.”

Air asam tambang (Acid Mine Drainage) merupakan air lindi (leachate), rembesan
(seepage), atau aliran (drainage) yang terbentuk akibat pengaruh oksidasi alamiah
mineral sulfida yang terkandung dalam bebatuan yang terpapar selama
penambangan, mempunyai pH rendah sehingga berpotensi melarutkan logam-
logam berat dari batuan yang dilaluinya.
PERATURAN PERUNDANG UNDANGAN AIR ASAM
TAMBANG
1. Undang-undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambanan Mineral dan Batubara.
2. Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia No. 1827
K/30/MEM/2018 tentang Pedoman Pelaksanaan Kaidah Teknik Pertambangan yang
Baik.
3. Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 113 Tahun 2003 tentang Baku
Mutu Air Limbah bagi Usaha dan atau Kegiatan Pertambangan Batu Bara.
4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 78 Tahun 2010 tentang Reklamasi
dan Pasca Tambang.
FAKTOR

Faktor pembentuk air asam tambang merupakan faktor yang mempunyai peranan
penting dalam mempengaruhi laju oksidasi pirit (FeS₂), yaitu :
1. Luas permukaan reaksi dari pirit
2. Bentuk sulfur pirit,
3. pH dari larutan
4. Katalisator
5. kehadiran bakteri thiobacillus.
TAHAP REAKSI PROSES TERJADINYA AIR ASAM TAMBANG

TAHAP 1
FeS2 + 7/2 O2 + H2O → Fe2+ + 2SO42- + 2H+
Pyrite + Oxygen + Water → Ferrous Iron + Sulfate + Acid

Reaksi pertama adalah reaksi pelapukan dari pyrite (pirit) disertai proses oksidasi.
Sulfur dioksidasi menjadi sulfat dan besi-fero dilepaskan.

TAHAP 2
Fe2+ + ¼ O2 + H+ → Fe3+ + ½ H2O
Ferrous Iron + Oxygen + Acidity → Ferric Iron + Water

Reaksi kedua terjadi konversi dari besi-fero menjadi besi-feri yang mengkonsumsi satu mol
keasaman. Laju reaksi lambat pada pH < 5 dan kondisi abiotik. Bakteri thiobacillus akan
mempercepat proses oksidasi. Mikroorganisme ini juga mampu mengoksidasi ion besi dalam
bentuk fero menjadi feri.
TAHAP REAKSI PROSES TERJADINYA AIR ASAM TAMBANG
TAHAP 3
Fe3+ + 3H2O → Fe (OH)3 + 3H+
Ferric Iron + Water → Ferric Hydroxide (yellowboy) + Acid

Reaksi ketiga adalah hidrolisis dari besi. Hidrolisis adalah reaksi yang
memisahkan molekul air. Tiga mol keasaman dihasilkan dari reaksi ini.
Pembentukan presipitasi ferri hidroksida tergantung pH, yaitu lebih
banyak pada pH di atas 3,5.

TAHAP 4
FeS2 + 14Fe3+ + 8H2O → 15Fe2+ + 2SO42- + 16H+
Pyrite + Ferric Iron + Water → Ferrous Iron + Sulfate + Acid

Reaksi keempat adalah oksidasi lanjutan dari pirit oleh besi ferri. Ini adalah
reaksi propagasi yang berlangsung sangat cepat dan akan berhenti jika pirit
atau besi ferri habis. Agen pengoksidasi dalam reaksi ini adalah besi-feri.
TIPE AIR ASAM TAMBANG
Menurut Skousen dan Ziemkiewicz, air tambang dapat
dikelompokkan ke dalam 5 tipe yaitu:
1. Air tambang tipe 1
2. Air tambang tipe 2
3. Air tambang tipe 3
4. Air tambang tipe 4
5. Air tambang tipe 5
TIPE 1 TIPE 2 TIPE 3 TIPE 4 TIPE 5
tidak atau sedikit pH > 6. pH > 6 dan alkalinitas air asam tambang air asam tambang
mengandung lebih besar dari tipe 1 yang yang telah
alkalinitas (pH < 4,5) keasaman (acidity) dinetralkan hingga dinetralkan sehingga
pH-nya > 6 pH-nya > 6
mengandung Fe, Al, mempunyai mengandung zat mengandung partikel mengandung zat
Mn, dan logam kandungan zat padat padat terlarut tersuspensi dengan padat terlarut
lainnya, asam (H+) terlarut yang tinggi, dengan konsentrasi konsentrasi yang dengan konsentrasi
dan oksigen dengan yakni (besi ferro dan sedang sampai tinggi. yang tinggi.
konsentrasi yang Mn) tinggi, mengandung
tinggi. besi ferro dan Mn
dengan konsentarsi
rendah sampai
sedang

sedikit atau tanpa tanpa atau sedikit pengendapan hampir seluruh


megandung oksigen mengandung hidroksida logam di hidroksida logam
oksigen dalam air belum diendapkan di dalam
terjadi. kolam pengendap
TEKNIK PENGOLAHAN

Teknologi Pengolahan Air Asam Tambang Secara Aktif (Active


Treatment)

Sistem pengolahan aktif adalah pengolahan air asam tambang


dengan menggunakan bahan kimia alkali untuk meningkatkan pH
air, menetralkan keasaman dan pengendapan logam. Meskipun
efektif, pengolahan aktif mahal bila biaya peralatan, bahan kimia,
dan tenaga kerja dianggap sebagai pertimbangan
(Skousen, 1990)
JENIS PENGOLAHAN AKTIF
1. Netralisasi
2. Netralisasi dan Penghilangan Zat Besi (Fe) atau Mangan
(Mn) Dengan Kontrol pH Secara Otomatis
3. Netralisasi dan Penghilangan Zat Besi (Fe) atau Mangan
(Mn) Dengan Injeksi Kapur Menggunakan Baffle Aerator
4. Penghilangan Padatan Tersuspensi
1. Netralisasi
• Sebuah cara yang lebih efisien
untuk mengolah air asam
tambang (AMD) adalah
pertama melakukan proses
aerasi dan juga untuk
menghilangkan gas CO2
(outgassing CO2), yang akan
menyebabkan konversi zat besi
dari besi fero (Fe2+) ke besi feri
(Fe3+), dan kemudian
menambahkan bahan kimia
untuk netraliasi untuk
meningkatkan pH sampai 8
untuk membentuk feri
hidroksida
2. Netralisasi dan Penghilangan Zat Besi (Fe) atau
Mangan (Mn) Dengan Kontrol pH Secara Otomatis

• Untuk menjaga agar pH air


dapat diatur secara lebih
stabil dan konsisten dapat
dilakukan dengan cara
pembubuhan larutan kapur
yang dilengkapi dengan
sistem kontrol pH secara
otomatis.
3. Netralisasi dan Penghilangan Zat Besi (Fe) atau
Mangan (Mn) Dengan Injeksi Kapur Menggunakan
Baffle Aerator
• Untuk meningkatkan kinerja
proses pembubuhan kapur
perlu dilakukan perbaikan
sistem pencampuran
(mixing) serta perhitungan
dosis kapur yang disesuaikan
dengan kapasitas pompa air
asam. Selain itu, untuk
meningkatkan sistem
aerasinya, dapat dilakukan
beberapa cara misalnya
menggunakan sistem Baffle
Aerator.
4. Penghilangan Padatan Tersuspensi
• Proses koagulasi-flokulasi
Tahap pertama yaitu koagulasi partikel-partikel kotoran menjadi
flokflok yang masih halus/kecil dengan cara pengadukan cepat
segera setelah koagulan dibubuhkan. Tahap ini disebut dengan
pencampuran cepat dan prosesnya dilakukan pada bak pencampur
cepat (mixing basin). Tahap selanjutnya adalah proses pertumbuhan
flok agar menjadi besar dan stabil, yaitu dengan cara pengadukan
lambat pada bak flokulator. Proses tersebut dinamakan flokulasi.
• Proses fisika
Menggunakan proses penyaringan
TEKNIK PENGOLAHAN

Teknologi Pengolahan Air Asam Tambang (AMD) Secara Pasif


(Passive Treatment)

Sistem pengolahan air asam secara pasif umumnya mencontoh


sistem lahan basah dan proses alami lainnya, dengan modifikasi
yang diarahkan untuk tujuan pengolahan khusus. Penelitian
sebelumnya termasuk penelitian lahan basah gambut Sphagnum
Sp untuk mengolah air asam tambang
(Weider, 1982)
JENIS PENGOLAHAN PASIF
• Rawa Alamiah (Natural Wetland)
• Rawa Buatan (Constructed Wetland)
• Rawa Aerobik (Aerobic Wetland)
• Rawa Anaerobik Aliran Horisontal (Horizontal Flow Anaerobic
Wetland)
• Saluran Batu Kapur Anoksik
(Anoxic Limestone Drain, ALD)
• Sistem Aliran Vertical
(Vertical Flow System)
• Sumur Pembagi (Diversion Wells)
1. Rawa Alamiah (Natural Wetland)

• Umumnya
ditanami dengan
Sphagnum bogs di
Ohio dan Virginia.
Penelitian yang
dilakukan oleh
Brooks (1985),
menemukan
fenomena yang
sama pada rawa
yang ditanami
dengan Typha.
Rawa Buatan (Constructed Wetland)

Rawa Aerobik (Aerobic Wetland)

Sistem Aliran Vertical (Vertical Flow System)


Saluran Batu Kapur Terbuka (Open
Limestone Channel, OLC)

Sumur Pembagi (Diversion Wells)


Rawa Aerobik (Aerobic Wetland)

Sistem ini memberikan aerasi


pada air kolam yaitu dengan
adanya zona perakaran dari
vegetasi. Ditanami dengan
Typha dan tanaman rawa
lainnya dengan kedalaman <
30 cm, dengan sedimen
impermiabel yang terdiri dari
tanah, lempung, mine spoil.
Lahan basah aerobik sering
digunakan untuk pengolahan
air asam tambang dengan
tingkat keasaman yang tidak
terlalu tinggi (sedang) atau air
basa yang mengandung
konsentrasi Fe tinggi.
Rawa Anaerobik Aliran Horisontal
(Horizontal Flow Anaerobic Wetland)

Modifikasi desain lahan basah Meningkatkan pengendapan logam


aerobik

Penambahan unggun atau tumpukan batu kapur


di bawah substrat organik

Mendorong pembentukan ALKALINITAS BIKARBONAT (HCO3-) 1. Menetralkan keasaman


AMD.
2. Meningkatkan Ph.
PENGUARAIAN 3. Meningkatkan
pengendapan logam yang
Pelarutan kalsium Senyawa organik oleh mikroba larut di dalam asam seperti
karbonat anaerobik pereduksi sulfat Fe.
Saluran Batu Kapur Anoksik
(Anoxic Limestone Drain, ALD)

KENAPA ?
Efluen yang keluar dari sistem ini harus ditampung dalam kolam pengendapan
untuk menetralisasi dan mengendapkan oksida logam.
Konsentrasi Al atau Fe3+ yang cukup signifikan dapat menyebabkan
penyumbatan di dalam sistem ALD. Apabila air asam tambang
mengandung Fe3+ atau pada pH 4,5 atau lebih maka oksidasi Fe 2+
akan membentuk FeOOH yang dapat melapisi permukaan batu kapur.

Akibatnya laju pelarutan batu kapur berkurang dan akan menghambat


laju pembentukan alkalinitas bikarbonat.
Sistem Aliran Vertical
(Vertical Flow System)
Kombinasi antara rawa anaerobik dan ALD .Produksi alkalinitas berlanjut (successive alkalinity producing systems, SAPS)

• Prinsip dasar sistem aliran vetikal sama dengan anaerobic wetland, tetapi
terdapat penambahan saluran pada lapisan batu kapur agar AMD
mengalami kontak langsung dengan material organik dan batu kapur.
• Arah aliran AMD menuju ke bawah secara meresap di dalam kolam yang Untuk menghindari
terdiri dari material organik dan melalui lapisan batu kapur. penyumbatan pada lapisan
batu kapur digunakan katup
• Sistem ini lebih baik dibandingkan dengan rawa anaerobik karena dapat
pengatur pembuangan.
meningkatkan interaksi antara AMD dengan batu kapur dan zat organic.
• Sistem ini memiliki drainase dengan konstruksi mendatar dan berdiri untuk
menjaga kedalaman air dan menjaga lapisan organik dan batu kapur tetap
tenggelam.
• Di bawah lapisan batu kapur terdapat pipa yang mengalir ke kolam
aerobik dimana terjadi reaksi terhadap logam.
Dua hal penting pada aliran Vertical (Vertical
Flow System)
• Sistem saluran terbuka batu kapur cukup efektif sebagai pra-pengolahan AMD
untuk menurunkan konsentrasi Fe dan memproduksi alkalinitas.
• Saluran terbuka yang berisi batu kapur terlarut akan mengolah air asam
menjadi air basa.
• Sistem ini kurang tepat untuk pengolahan yang berdiri sendiri dan biasanya
diaplikasikan seri dengan sistem lain.
Sumur Pembagi (Diversion Wells)

Sistem ini dilakukan


dengan memasukkan air
ke dalam pipa untuk
dialirkan ke sumur yang
mengandung batu kapur
dengan arah aliran ke
atas. Air asam akan larut
dalam batu kapur untuk
peningkatan alkalinitas,
dan dihasilkan flok logam
dengan proses hidrolisis
dan netralisasi.
Thank You

Anda mungkin juga menyukai