Anda di halaman 1dari 25

TUGAS KELOMPOK K3 LINTAS SEKTOR

IDENTIFIKASI AKTIVITAS LOGISTIK DI PANGKALAN LPG

Disusun oleh

Alfiqa Restuilla A R0216007


Anisa Nur Setyastuti R0216013
Eka Wijayanti R0216031
Evirisky K R0216035
Ilham Akbar Muhammad R0216045
Mita Amelia R0216065
Muhammad Adnan Lutfi R0216067
Nihayatin Muniroh R0216073
Tabita Wita Sari R0216095
Wahyuni Sukma T R0216099

PROGRAM STUDI D4 KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
Surakarta
2019

i
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ............................................................................................ i

DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................................. 1

B. Tujuan .......................................................................................................... 2

C. Manfaat ........................................................................................................ 2

BAB II LANDASAN TEORI ................................................................................. 4

A. Sejarah Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) ......................................... 4

B. Filosofi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) ........................................ 6

C. Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) .................................... 7

D. K3 Logistik .................................................................................................. 9

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................... 16

BAB IV PENUTUP .............................................................................................. 20

A. Simpulan .................................................................................................... 20

B. Saran ........................................................................................................... 20

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 21

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia sebagai negara kepulauan membutuhkan sistem logistik
yang terntegrasi, efektif dan efisien guna meningkatkan daya saing, dan
menjamin keberadaan komoditi strategis dan bahan kebutuhan pokok
masyarakat secara merata dan terjangkau.Pilar pokok sistem logistik
adalah menjamin kelancaran arus barang secara efektif dan efisien yang
tercermin dalam biaya logistik yang rendah, dan pelayanan yang responsif
dan memuaskan. Pengelolaan logistik yang efisien dan efektif akan
membantu pelaku usaha untuk dapat lebih unggul dalam persaingan
melalui penciptaan nilai tambah yang Iebih tinggi. Mengungguli daya
saing tersebut pada gilirannya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi
nasional di meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Dalam jangka panjang beberapa faktor yang menentukan
keunggulan kompetitif suatu perusahaan adalah kemampuan untuk
menciptakan barang dan jasa, dengan biaya yang Iebih rendah secara
kontinu, dan kecepatan perusahaaan untuk dapat tanggap pada kemauan
pelanggan dibandingkan para pesaiignya.Oleh karena itu diperlukan
peraturan mengenai pengelolaan logistik di perusahaan, sehingga
perusahaan mampu megatur arus logistik yang ada dan meningkatkan
kinerja dari perusahaan.
Dalam pekerjaan logistik perlu diperhatikan pula aspek
keselamatan dan kesehatan kerja dalam pelaksanaannya.Aspek
keselamatan dan kesehatan kerja (K3) sangat penting dalam
berlangsungnya kegiatan logistik diperusahaan.Karena dalam pekerjaan
logistik mencakup kegiatan utama seperti, pengadaan, penyimpanan,
persediaan, pengangkutan, pergudangan, pengemasan, keamanan, dan
penanganan barang dan jasa.Dimana setiap kegiatan tersebut terdapat
potensi bahaya yang mungkin dialami oleh pekerja.

1
2

The Offshore Safety Division Of The HSE, safety Climate


Measurement User Guide and Toolkit, 2000), telah menguraikan suatu
model mengenai Safety Culture/Climate yang dilandasi oleh konsepsi
organisasi sebagai suatu system sosio-teknical (Socio-Technical System).
Dalam pandangan suatu system sosio-teknik tersebut terjadi dinamika
proses harmonisasi antara nilai-nilai, sikap, keyakinan, perilaku dan
system kerja dari subsistem personel/pekerja, teknologi, lingkungan dan
organisasi/manajemen di semua tingkatan organisasi untuk bersama-sama
meningkatkan produktivitas, kepuasan kerja, Keselamatan dan Kesehatan
Kerja serta komitmen.
The British Health Safety Commision menyatakan bahwa
seseorang akan memiliki nilai-nilai Keselamatan dan Kesehatan Kerja
yang berkaitan dengan dirinya sendiri (individu), dengan kelompok
(group) dan dengan organisasinya (organization).” Nilai-nilai atau sikap
individu yang berkaitan dengan Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada
dasarnya meliputi 3 konteks, yaitu nilai individu sebagai anggota
organisasi, kelompok dan individuNilai-nilai Keselamatan dan Kesehatan
Kerja yang dimiliki individu yang berkaitan sebagai anggota organisasi
ditampilkan dalam persepsi individu terhadap komitmen manajemen,
manajemen, keutamaan keselamatan serta prosedur dan peraturan
keselamatan.

B. Tujuan
1. Untuk mengidentifikasi tiap kegiatan logistik yang ada diperusahaan.
2. Untuk menganalisis potensi bahaya dan risiko yang terdapat pada
pekerjaan logistik.
3. Untuk memberikan pengendalian dari aspek K3L terkait potensi
bahaya yang terdapat pada pekerjaan logistik.

C. Manfaat
1. Mampu mengidentifikasi tiap kegiatan logistik yang ada diperusahaan.
3

2. Mampu menganalisis potensi bahaya dan risiko yang terdapat pada


pekerjaan logistik.
3. Mampu memberikan pengendalian dari aspek K3L terkait potensi
bahaya yang terdapat pada pekerjaan logistik.
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Sejarah Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


Untuk memudahkan pemahaman sejarah keselamatan dan kesehatan kerja
maka akan dibagi menjadi 4 era yaitu:
1. Era revolusi industri (abad XVIII)
Pada era ini hal-hal yang turut mempengaruhi perkembangan K3 adalah
penggantian tenaga hewan dengan mesin-mesin seperti mesin uap yang baru
ditemukan sebagai sumber energi.
a. Penggunaan mesin-mesin yang menggantikan tenaga manusia
b. Pengenalan metode-metode baru dalam pengolahan bahan baku
(khususnya bidang industri kimia dan logam).
c. Pengorganisasian pekerjaan dalam cakupan yang lebih besar
berkembangnya industri yang ditopang oleh penggunaan mesin-mesin
baru.
d. Perkembangan teknologi ini menyebabkan mulai muncul penyakit-
penyakit yang berhubungan dengan pemajanan karbon dari bahan-bahan
sisa pembakaran.
2. Era industrialisasi
Sejak era revolusi industri di atas sampai dengan pertengahan abad 20,
penggunaan teknologi semakin berkembang sehingga K3 juga mengikuti
perkembangan ini. Perkembangan K3 mengikuti penggunaan teknologi
(APD, safety device, interlock, dan alat-alat pengaman)
3. Era Manajemen
Perkembangan era manajemen modern dimulai sejak tahun 1950-an
hingga sekarang. Perkembangan ini dimulai dengan teori Heinrich (1941)
yang meneliti penyebab-penyebab kecelakaan bahwa umumnya (85%)
terjadi karena faktor manusia (unsafe act) dan faktor kondisi kerja yang tidak
aman (unsafe condition).Pada era ini berkembang sistem otomasi pada
pekerjaan untuk mengatasi masalah sulitnya melakukan perbaikan terhadap

4
5

faktor manusia.Namun sistem otomasi menimbulkan masalah-masalah


manusiawi yang akhirnya berdampak pada kelancaran pekerjaan karena
adanya blok-blok pekerjaan dan tidak terintegrasinya masing-masing unit
pekerjaan.
Sejalan dengan itu Frank Bird dari International Loss Control Institute
(ILCI) pada tahun 1972 mengemukakan teori Loss Causation Model yang
menyatakan bahwa faktor manajemen merupakan latar belakang penyebab
terjadinya kecelakaan. Berdasarkan perkembangan tersebut serta adanya
kasus kecelakaan di Bhopal tahun 1984, akhirnya pada akhir abad 20
berkembanglah suatu konsep keterpaduan sistem manajemen K3 yang
berorientasi pada koordinasi dan efisiensi penggunaan sumber daya.
Keterpaduan semua unit-unit kerja seperti safety, health dan masalah
lingkungan dalam suatu sistem manajemen juga menuntut adanya kualitas
yang terjamin baik dari aspek input proses dan output. Hal ini ditunjukkan
dengan munculnya standar-standar internasional seperti ISO 9000, ISO
14000 dan ISO 18000. Terbitnya buku Silent Spring oleh Rachel Carson
(1965), masyarakat global menuntut jaminan keselamatan sebagai berikut:
a. Safe Air to Breath
b. Safe Water to Drink
c. Safe Food to Eat
d. Safe Place to Live
e. Safe Product to Use
f. Safe & Healthful Work Place
4. Era Mendatang
Perkembangan K3 pada masa yang akan datang tidak hanya
difokuskan pada permasalahan K3 yang ada sebatas di lingkungan industri
dan pekerja. Perkembangan K3 mulai menyentuh aspekaspek yang sifatnya
publik atau untuk masyarakat luas.Penerapan aspek-aspek K3 mulai
menyentuh segala sektor aktifitas kehidupan dan lebih bertujuan untuk
menjaga harkat dan martabat manusia serta penerapan hak asasi manusia
demi terwujudnya kualitas hidup yang tinggi.Upaya ini tentu saja lebih
6

bayak berorientasi kepada aspek perilaku manusia yang merupakan


perwujudan aspek-aspek K3.

B. Filosofi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


Filosofi dasar Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah melindungi
keselamatan dan kesehatan para pekerja dalam menjalankan pekerjaannya,
melalui upaya-upaya pengendalian semua bentuk potensi bahaya yang ada di
lingkungan tempat kerjanya. Bila semua potensi bahaya telah dikendalikan dan
memenuhi batas standar aman, maka akan memberikan kontribusi terciptanya
kondisi lingkungan kerja yang aman, sehat, dan proses produksi menjadi lancar,
yang pada akhirnya akan dapat menekan risiko kerugian dan berdampak
terhadap peningkatan produktivitas. Filosofi penerapan K3 tidak hanya
dilakukan ditempat kerja, tapi secara tidak kita sadari sudah diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari dimanapun kita berada.
Menurut International Association of Safety Professional, Filosofi K3
terbagi menjadi 8 filosofi yaitu:
1. Safety is an ethical responsibility.
K3 adalah tanggung jawab moral/etik.Masalah K3 hendaklah menjadi
tanggung awab moral untuk menjaga keselamatan sesama manusia.K3 bukan
sekedar pemenuhan perundangan atau kewajiban.
2. Safety is a culture, not a program.
K3 bukan sekedar program yang dijalankan perusahaan untuk sekedar
memperoleh penghargaan dan sertifikat.K3 hendaklah menjadi cerminan dari
budaya dalam organisasi.
3. Management is responsible.
Manajemen perusahaan adalah yang paling bertanggung jawab mengenai
K3.Sebagian tanggung jawab dapat dilimpahkan secara beruntun ke tingkat
yang lebih bawah.
4. Employee must be trained to work safety.
7

Setiap tempat kerja, lingkungan kerja, dan jenis pekerjaan memiliki


karakteristik dan persyaratan K3 yang berbeda.K3 harus ditanamkan dan
dibangun melalui pembinaan dan pelatihan.
5. Safety is a condition of employment.
Tempat kerja yang baik adalah tempat kerja yang aman. Lingkungan kerja
yang menyenangkan dan serasi akan mendukung tingkat keselamatan.
Kondisi K3 dalam perusahaan adalah pencerminan dari kondisi
ketenagakerjaan dalam perusahaan.
6. All injuries are preventable.
Prinsip dasar dari K3 adalah semua kecelakaan dapat dicegah karena
kecelakaan ada sebabnya.Jika sebab kecelakaan dapat dihilangkan maka
kemungkinan kecelakaan dapat dihindarkan.
7. Safety program must be site specific.
Program K3 harus dibuat berdasarkan kebutuhan kondisi dan kebutuhan nyata
di tempat kerja sesuai dengan potensi bahaya sifat kegiatan, kultur,
kemampuan finansial, dll. Program K3 dirancang spesifik untuk masing-
masing organisasi atau perusahaan.
8. Safety is good business.
Melaksanakan K3 jangan dianggap sebagai pemborosan atau biaya tambahan.
Melaksanakan K3 adalah sebagai bagian dari proses produksi atau strategi
perusahaan. Kinerja K3 yang baik akan memberikan manfaat terhadap bisnis
perusahaan.

C. Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)


Sebelum membahas pengertian dari keselamatan dan kesehatan kerja (k3),
disampaikan konsep atau pandangan K3:
1. Konsep lama
a. Kecelakaan merupakan nasib sial dan merupakan risiko yang harus
diterima.
b. Tidak perlu berusaha mencegah
c. Masih banyak pengganti pekerja
8

d. Membutuhkan biaya yang cukup tinggi


e. Menjadi faktor penghambat produksi
2. Konsep masa kini
a. Memandang kecelakaan bukan sebuah nasib.
b. Kecelakaan pasti ada penyebabnya sehingga dapat dicegah
c. Penyebab: personal factors 80-85% dan environmental factors 15 %
sampai 20 %
d. Kecelakaan selalu menimbulkan kerugian
e. Peran pimpinan sangat penting & menentukan Secara filosofi,
keselamatan dan kesehatan kerja diartikan sebagai sebuah pemikiran dan
upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan: tenaga kerja dan
manusia pada umumnya (baik jasmani maupun rohani), hasil karya dan
budaya menuju masyarakat adil, makmur dansejahtera.

Sedangkan ditinjau dari keilmuan, keselamatan dan kesehatan kerja diartikan


sebagai suatu ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam upaya mencegah
kecelakaan, kebakaran, peledakan, pencemaran, penyakit, dan sebagainya

1. Keselamatan (safety)
Keselamatan kerja diartikan sebagai upaya-upaya yang ditujukan untuk
melindungi pekerja; menjaga keselamatan orang lain; melindungi peralatan,
tempat kerja dan bahan produksi; menjaga kelestarian lingkungan hidup dan
melancarkan proses produksi. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam
keselamatan (safety). a. Mengendalikan kerugian dari kecelakaan (control of
accident loss) b. Kemampuan untuk mengidentifikasikan dan menghilangkan
resiko yang tidak bisa diterima (the ability to identify and eliminate
unacceptable risks)
2. Kesehatan (health)
Kesehatan diartikan sebagai derajat/tingkat keadaan fisik dan psikologi
individu (the degree of physiological and psychological well being of the
individual). Secara umum, pengertian dari kesehatan adalah upaya-upaya
yang ditujukan untuk memperoleh kesehatan yang setinggi-tingginya dengan
9

cara mencegah dan memberantas penyakit yang diidap oleh pekerja,


mencegah kelelahan kerja, dan menciptakan lingkungan kerja yang sehat.

D. K3 Logistik
1. Pengertian
Kegiatan logistik adalah kegiatan yang berhubungan dengan pengadaan
barang (goods procurement), penyimpanan/ pergudangan barang (goods
storage/ warehousing), penghantaran/ pengangkutan barang (goods delivery/
transportation).Kegiatan logistik dilakukan sesuai dengan jenis barang (agar
kita bisa memberi perlakuan sesuai dengan jenis barangnya), jumlah barang,
waktu dan tempat yang dikehendaki.Pengiriman barang dilakukan dari titik
awal (point of origin) ke titik tujuan (point of destination).
2. Kegiatan Utama Logistik :
a. Pengadaan
b. Penyimpanan
c. Persediaan
d. Pengangkutan
e. Pergudangan
f. Pengemasan
g. Keamanan, dan
h. Penanganan barang dan jasa baik dalam bentuk : barang baku, barang
antara, dan barang jadi.
3. Tiga Misi Utama Kegiatan Logistik
a. Barang yang tepat (Right goods)
b. Waktu yang tepat (Right time)
c. Tempat yang tepat (Right place)
Untuk mencapai 3 misi tersebut, diperlukan "komitmen yang tinggi dari
manajemen perusahaan logistik" beserta seluruh jajarannya termasuk para
pegawai dan mitra kerjanya (kontraktor/sub-kontraktor), baik dalam hal
pengelolaan sumberdaya manusia, keuangan, peralatan dan aspek Kesehatan,
10

Keselamatan dan Lindungan Lingkungan (K3LL) atau HSE (Health, Safety


& Environment)
4. Pengelolaan Pergudangan
a. Macam-macam gudang dilihat berdasarkan fungsinya :
1) Gudang operasional
2) Gudang Perlengkapan
3) Gudang Pemberangkatan
4) Gudang Musiman
b. Macam-macam gudang dilihat berdasarkan barang-barang yang disimpan
di dalamnya :
1) Gudang alat tulis
2) Gudang alat medis
3) Gudang BBM
4) Gudang tenun
5) Gudang alat rumah tangga
6) Gudang teknik maupun gudang rosokan
5. Mekanisme Pergudangan
a. Penerimaan, merupakan proses penyerahan dan penerimaan logistik di
gudang, dilakukan :
1) Pendataan jumlah dan mutu logistik, harus sesuai dengan ketentuan
yang berlaku
2) Pencatatan administratif sbg dokumen yang dapat dipertanggung
jawabkan oleh petugas yang bersangkutan.
b. Penyimpanan, merupakan proses kegiatan penyimpanan logistik di
gudang dengan cara menempatkan logistik yang diterima :
1) Penempatan sesuai denah
2) Aman dari pencurian
3) Aman dari gangguan fisik
4) Aman dari pencemaran secara kimiawi dan biologi yang dapat
merusak kualitas dan kuantitas
5) Aman dari kebakaran
11

6) Penataan sesuai dengan standar pergudangan


6. Prinsip Dalam Warehouse Management System
a. FIFO (First In First Out)
Manajemen pergudangan dimana barang yang pertama kali datang harus
menjadi Barang yang pertama kali keluar.
b. LIFO (Last In First Out)
Manajemen pergudangan dimana barang yang terakhir datang menjadi
barang yang pertama kali dikeluarkan.
LIFO adalah praktek pergudangan yang jarang dilaksanakan tetapi sangat
mungkin dilakukan dengan menggunakan parameter FEFO ( First
Expired First Out ).
c. FEFO ( First Expired First Out )
Umumnya FEFO diterapkan di gudang yang materialnya berupa
makanan, minuman, serta obat-obatan. Karena barang-barang tersebut
memiliki masa edar yang relative pendek ( berbatas waktu ).
7. Pemeliharaan
Pemeliharaan merupakan kegiatan perawatan logistik agar kondisi tetap
terjamin dan siap pakai untuk dipergunakan secara efektif, efisien dan
akuntabel melalui prinsip :
a. 5R = Ringkas, Rapih, Resik (bersih), Rawat, Rajin (secara terus
menerus)
b. First In First Out (FIFO) yaitu logistik yang pertama masuk adalah yang
pertama keluar
c. First Expired Date First Out (FEFO) yaitu logistik yang pertama
kadaluwarsa harus yang pertama keluar untuk didistribusikan
d. Logistik disusun di atas pallet secara rapi dan teratur, sesuai dengan
ketentuan
8. Pendistribusian
Pendistribusian adalah proses kegiatan pengeluaran dan penyaluran logistik
dari gudang untuk diserahkan kepada yang berhak, melalui suatu proses
serah terima yang dapat, dipertanggung jawabkan, disertai dengan bukti
12

serah terima. Hal ini dilakukan berdasarkan permintaan sesuai dengan


kebutuhan.
9. Barang-Barang Berbahaya
a. Pengertian
Menurut Asosiasi Angkutan Udara International (IATA) dalam buku
Peraturan Barang Berbahaya (Dangerous Goods Regulation) dan Annex
18 tentang The Safe Transport of Dangerous Goods by Air, bahwa
Barang Berbahaya didefinisikan sebagai berikut :
1) Bahwa suatu barang berbahaya adalah bahan atau zat yang
berpotensi dapat membahayakan secara nyata terhadap kesehatan,
keselamatan atau harta milik apabila diangkut dengan pesawat udara.
Bahaya yang ditimbulkan akan berakibat pada keselamatan.
2) Pada dasarnya barang berbahaya dapat diangkut dengan pesawat
udara, namun harus memenuhi persyaratan sesuai dengan peraturan
yang berlaku, termasuk :
 Aturan kemasan dan cara pengemasannya,
 Pemberian label serta
 Penyimpanan dan permuatannya.
b. Kelompok Barang-Barang Berbahaya
Barang berbahaya sebagai kargo dapat diangkut dengan pesawat udara
dikelompokkan menjadi tiga kelompok, yaitu :
1) Kelompok A adalah barang-barang berbahaya yang dapat diangkut
dengan pesawat udara penumpang atau dengan pesawat udara kargo.
2) Kelompok B adalah barang-barang berbahaya yang dapat diangkut
dengan pesawat udara kargo saja
3) Kelompok C adalah barang-barang berbahaya yang tidak boleh
diangkut dengan pesawat udara
Pengelompokan ini didasarkan pada ciri-ciri atau jenis barang
berbahaya ataupun jumlah yang akan diangkut dengan pesawat udara
yang didasarkan pada IATA DG Regulation.
c. Marking
13

Tanda-tanda yang diperlukan harus ditempel sesuai dengan jenis Barang


berbahaya yang terdapat dalam kemasan. Tanda-tanda itu harus lekat
benar dan tulisan harus tercetak jelas dengan catatan :
1) Tahan lama
2) Mudah dilihat
3) Latar belakang yang menyolok atau kontras
4) Tidak tertutup oleh tanda lain
Sesuai dengan peraturan barang berbahaya (DGR), bahwa tanda-tanda
harus terletak pada kemasan dengan posisi yang benar sesuai dengan
aturan di atas.Apabila terdapat sisa tanda yang tidak perlu yang masih
melekat pada kemasan, maka tanda lama tersebut harus dicabut dan
diganti yang baru.Kaitannya dengan pemasangan tanda-tanda ini, pihak
pengirim perlu mengadakan pemeriksaan ulang, apakah tanda-tanda pada
kemasan telah lengkap dan memenuhi syarat, selain itu tiap kemasan
tunggal juga diberikan tanda-tanda.
d. Labeling
Pada pelabelan, perlu diperhatikan :
1) Semua label ditempel di tempat aman pada kemasan sehingga mudah
dibaca, dilihat dan tidak kabur
2) Setiap label harus ditempel atau tercetak secara jelas dan warna yang
kontras
3) Ditempel yang kuat dan ukurannya sesuai aturan yang berlaku.
4) Posisi Label dalam pemasangan Berdampingan dengan teks alamat
pengirim
5) Label bahaya utama berdampingan dengan label bahaya tambahan
6) Label CAO (cargo aircraft only) berdampingan pada sisi yang sama
7) Tanda “this way Up” dipasang pada kedua sisi yang bertolak
Belakang.
10. Manual Handling (Pengangkutan Manual)
a. Pengertian
1) Orang/Pekerja
14

Hubungan kerja dan penyakit akibat kerja (Sakit punggung dan leher
menyebabkan masalah di pergudangan dan industry penyimpanan).
Risiko cidera sedapat mungkin dihindari, risiko terjadinya cidera
harus diminimalisir jika tidak dapat dihindari)
2) Sistem kerja
Perlu dipikirkan untuk sistem kerja yang tepat dengan disain kerja
untuk menghindari kebutuhan pemindahan muatan secara manual,
atau menggunakan alat angkut (lift trucks, pallet trucks, trolli,
konfeyor, peluncur, Scissors lift, dll) jika setiap dilakukan
penambahan alat angkut yang baru untuk mengurangi operasi
pengangkutan manual perlu diperkenalkan, beri pekerja informasi
tentang berat beban dan sisi terberatnya atau titik beban gravitasinya
berada di tengah atau tidak.
3) Peralatan/kendaraan
Peralatan/kendaraan yang digunakan dalam pengangkutan
pengiriman Sarana yang bergerak perlu dikontrol secara hati-hati
untuk mengurangi kemungkinan kejadian kecelakaan dalam
penggunaannya
b. Bahaya yang bersumber dari sarana yang bergerak
Dapat diantisipasi dengan melakukan pengontrolan/ pengawasan pada
hal berikut :
1) Mengatur penerimaan dan pengunjung
Seluruh pekerja termasuk pengiriman dan pengumpulan barang
sebaiknya saling bertukar informasi berkaitan dengan keselamatan
dan kesehatan kerja
Pengendara diberi informasi terkait kebutuhan mereka untuk
memastikan keselamatan/keamanannya dalam mengoperasikan
kendaraanya (pikirkan cara berkomunikasi dengan pengendara yang
memiliki keterbatasan dalam berbahasa Inggris, missal: penyediaan
salinan peraturan, mengilustrasikan dengan simbol-simbol).
2) Keamanan pejalan kaki
15

Pejalan kaki dan kendaraan/sarana harus bisa keluar masuk secara


aman
Rute lalu litas tempat kerja sebaiknya nyaman bagi pengunjung
maupun pejalan kaki yang mengguakannya. Mempertimbangkan
penyebaran kendaraan dan pejalan kaki
3) Rute Lalu lintas
Rute lalu lintas sebaiknya dirancang dengan benar, misalnya:
 Mulai penggunaan sarana
 Minimalisir kebutuhan memutar kendaraan
 Kurangi banting setir dan menikung tajam
 Perawatan-jangan sampai ada lubang
 Apapun yang bisa mempengaruhi keseimbangan beban,
misalnya jalan miring
4) Memutar kendaraan
Misalnya gudang sebaiknya didesain untuk mengurangi risiko dari
pemutaran kendaraan dimanapun, misal dengan menggunakan jalan
satu arah.Jika tidak dapat mengurangi pemutaran kendaraan maka
jauhkan pejalan kaki dari area tersebut, gunakan CCTV dan sensor
pada kendaraan juga.
5) Penggandengan dan pemutusan
Sebaiknya pekerja memiliki prosedur untuk mengecek gandengan
dengan aman, pemasangan dan pemarkirannya benar.
6) Kemanan Batas muatan
Pekerja sebaiknya memiliki sistem kerja aman untuk kendaraan
bongkar muat ketika material dibongkar dan dipindahkan ada risiko
terjatuh, sebaiknya gunakan APD yang tepat
7) Jalur kendaraan atau pemberangkatan kendaraan lebih awal
Memiliki sistem keamanan di tempat kerja, serta melakukan
pengecekan sistem secara rutin untuk memastikan semua aman.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Identifikasi Aktivitas Logistik di Tempat kerja


Aktivitas logistik di pangkalan gas elpiji yaitu sebagai berikut:
1. Pengadaan Gas Elpiji (Gods Procerument)
Pengadaan gas elpiji di pangkalan gas berasal dari distributor dan proses
pengadaan barang menggunakan truk sebagai alat transportasi. Gas elpiji
yang disusun pada truk pengantar akan dipindahkan ke tempat penyimpanan
pangkalan gas secara manual dengan sistem estafet. Pekerja naik ke atas truk
untuk mengambil gas elpiji yang selanjutnya diberikan ke pekerja dua
kemudian disalurkan ke pekerja tiga untuk diletakkan pada penyimpanan gas
elpiji. Gerakan tersebut dilakukan secara berulang sampai jumlah gas elpiji
sesuai dengan pesanan serta posisi pekerja yang tidak ergonomis.

Gambar 3.1 Pengadaan Gas Elpiji


2. Penyimpanan/Pergudangan Barang (Goods Storage/Warehousing)
Penyimpanan tabung gas elpiji dilakukan sementara karena gas elpiji
yang datang dari distibutor akan langsung dijual kepada pembeli.
Penyimpanan dilakukan dengan menumpuk masing-masing 5 buah tabung
gas elpiji dalam satu tumpukan dan dikelompokan. Bagian bawah pada
penyimpanan gas elpiji tidak diberi landasan dan langsung menempel pada

16
17

alas bangunan. Antara kelompok tabung gas satu dengan lainnya diberi celah
±2 meter.

Gambar 3.2 Penyimpanan Gas Elpiji


3. Penghantaran/Pengangkutan Barang (Gods Delivery/Transportation)
Pengangkutan gas elpiji dari pangkalan ke konsumen menggunakan
motor. Motor yang digunakan sudah dimodifikasi sehingga dapat
mengangkut 4-8 tabung gas elpiji ukuran 3 kilogram.

Gambar 3.3 Pengangkutan Gas Elpiji


18

B. Identifikasi Bahaya dan Risiko dari Aktivitas Logistik Pangkalan Gas


Elpiji

Penilaian
Risiko Skala
Aktivitas Identifikasi
No Risiko Prioritas
Logistik Bahaya

Keparahan
Kekerapan

Risiko
1. Pengadaan Gas - Gerakan - Low back 3 2 6 medium
Elpiji berulang pain
- Tertimpa - luka
- Terjatuh terbuka
- Terpeleset - memar
- patah
tulang
2. Penyimpanan - LPG bocor - ledakan 3 3 9 medium
LPG - oksigen di dan
ruang kebakaran
penyimpanan - karat
- terjatuh - luka
- terjepit memar
dan
terbuka
3. Pengangkutan - terjatuh - luka 2 3 6 medium
LPG - terjepit terbuka
- gerakan - low back
berulang pain
- beban LPG - luka
memar
dan
terbuka
19

C. Pengendalian Berdasarkan Bahaya dan Risiko


No Aktivitas Logistik Pengendalian
1. Pengadaan LPG - Merubah posisi bekerja yang lebih
ergonomis seperti menghindari
memutar tubuh, mengangkat beban
yang tidak seimbang, tidak bertumpu
pada tulang belakang saat mengangkat
beban, dll.
- Menggunakan alat bantu untuk
mengangkut
- Menggunakan APD seperti sarung
tangan dan sepatu safety.
- Melakukan peregangan
2. Penyimpanan LPG - Menambah landasan pada bagian
bawah penyimpanan tabung LPG
- Memperhatikan luas ventilasi udara
untuk mencegah akumulasi gas yang
berasal dari kebocoran LPG.
- Tempat penyimpanan jauh dari sumber
panas dan api.
3. Pengangkutan LPG - Menggunakan prosedur pengangkutan
yang sesuai
- Penggunaan APD yang sesuai
BAB IV
PENUTUP

A. Simpulan
Kegiatan logistik di pangkalan LPG yang meliputi pengadaan LPG,
penyimpanan LPG, dan pengangkutan LPG ke konsumen. Masing-masing
tahapan memiliki bahaya dan risiko yang dapat. Bahaya yang dapat terjadi pada
kegiatan logistik di pangkalan LPG yaitu terjatuh, terpeleset, adanya gerakan
berulang, terjepit, dan kebocoran LPG. Sedangkan risiko yang dapat terjadi yaitu
berupa luka terbuka, memar, patah tulang, kebakaran dan ledakan, dan low back
pain.
Berdasarkan penilaian risiko yang dilakukan masing-masing aktivitas
logistik memiliki tingkat risiko medium serta pengamatan yang dilakukan
menunjukan aktivitas pekerja tergolong dalam unsafe act. Pengendalian
berdasarkan identifikasi bahaya dan penilaian risiko yang dapat dilakukan yaitu
mematuhi standar operasional yang berlaku, bekerja dengan menerapkan
ergonomi, dan menggunakan alat pelindung diri.
B. Saran
Kegiatan logistik di pangkalan LPG sebaiknya menerapkan keselamatan dan
kesehatan kerja untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit akibat
kerja serta pekerja diberi pelatihan mengenai manual handling yang baik untuk
mencegah gangguan sistem muskuloskeletal.

20
DAFTAR PUSTAKA

Adisaputro, Gunawan. 2014. Manajemen Pemasaran (Analisis Untuk Perancangan.


Strategi Pemasaran). Yogyakarta: UPP STIM YKPN.

Kania, D. D., Probo, E., & Hanifah. (2016). Analisis Faktor Budaya Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (K3) Pada Penanganan Kargo Di Bandara Soekarno Hatta.
Jurnal Manajemen Transportasi & Logistik, 3(1).

Mulyadi, D. (2011). Pengembangan Sistem Logistik Yang Efisien Dan Efektif Dengan
Pendekatan Supply Chain Management. Jurnal Riset Industri, 5(3), 275-282.

Subagya, (1996), Manajemen Logistik, Jakarta: PT. Toko Gunung Agung

Tim K3 FT UNY (2014). Buku Ajar Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3).
Yogyakarta: Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta.

21
22
23

Anda mungkin juga menyukai