Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

PENGGUNAAN TEKNOLOGI DALAM KESEHATAN


DAN KESELAMATAN KERJA (K3)

Makalah ini disusun sebagai tugas mata kuliah


Keselamatan Pasien dan Keselamatan Kesehatan Kerja dalam Keperawatan
Dosen pengampu : DR. Rita Benya Adriani, SKp, M.Kes.

DISUSUN OLEH :

1. Devita Nur Anggraeni P27220017 095


2. Maria Nanda Kusuma P27220017 109
3. Rivaldo Ageng Handoko P27220017 119

PROGRAM STUDI D IV JURUSAN KEPERAWATAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN
SURAKARTA
2017/2018

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan anugerah kepada penyusun untuk dapat menyusun makalah yang

berjudul “Penggunaan Teknologi dalam Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)”.

Makalah ini disusun bersumber dari buku dan berdasarkan hasil data-data

dari media elektronik berupa internet dan media cetak. Ucapan terima kasih kepada

rekan-rekan kelompok yang telah memberikan partisipasinya dalam penyusunan

makalah ini.

Penyusun berharap makalah ini dapat bermanfaat untuk kita semua dalam

menambah pengetahuan atau wawasan mengenai keperawatan, terutama wawasan

mengenai penggunaan teknologi dalam kesehatan dan keselamatan kerja (K3).

Penyusun sadar makalah ini belumlah sempurna maka dari itu penyusun sangat

mengharapkan kritik dan saran dari pembaca agar makalah ini menjadi sempurna.

Surakarta, April 2018

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................ i

KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................1

A. Latar Belakang .....................................................................................1

B. Rumusan Masalah ................................................................................2

C. Tujuan ...................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................3

A. ...............................................................................................................3

B. ...............................................................................................................5

C. .............................................................................................................11

BAB III KESIMPULAN ......................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah

satu bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas

dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan atau bebas

dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat

meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja. Kecelakaan kerja tidak saja

menimbulkan korban jiwa maupun kerugian materi bagi pekerja dan

pengusaha, tetapi juga dapat mengganggu proses produksi secara

menyeluruh, merusak lingkungan yang pada akhirnya akan berdampak pada

masyarakat luas.

Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan Kerja (KK) di

kalangan petugas kesehatan dan non kesehatan kesehatan di Indonesia

belum terekam dengan baik. Banyak pekerja yang meremehkan risiko kerja,

sehingga tidak menggunakan alat-alat pengaman walaupun sudah tersedia.

Seiring dengan kemajuan IPTEK, khususnya kemajuan teknologi sarana

dan prasarana, maka risiko yang dihadapi petugas tenaga kesehatan semakin

meningkat.

1
2

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas dapat diambil beberapa rumusan masalah

sebagai berikut :

1. Bagaimana perkembangan teknologi dalam pelaksanaan kesehatan dan

keselamatan kerja ?

2. Bagaimana penggunaan teknologi dalam meningkatkan patient safety ?

3. Bagaimana dampak teknologi dalam meningkatkan keselamatan

pekerja dan pasien ?

C. Tujuan

Dari rumusan masalah diatas dapat diambil tujuan sebagai berikut:

1. Mengetahui perkembangan teknologi dalam pelaksanaan kesehatan dan

keselamatan kerja.

2. Mengetahui penggunaan teknologi dalam meningkatkan patient safety.

3. Mengetahui dampak teknologi dalam meningkatkan keselamatan

pekerja dan pasien.


BAB II

PEMBAHASAN

A. Perkembangan Teknologi dalam Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan

Kerja

Perkembangan teknologi dalam kesehatan dan keselamatan kerja

sudah ada semenjak zaman prasejarah dan terus berkembang hingga saat ini.

Adapun perkembangan teknologi dalam kesehatan dan keselamatan kerja

adalah sebagai berikut :

1. Zaman Pra-Sejarah

Pada zaman batu dan goa (Paleolithic dan Neolithic) dimana manusia

yang hidup pada zaman ini telah mulai membuat kapak dan tombak

yang mudah untuk digunakan serta tidak membahayakan bagi mereka

saat digunakan. Disain tombak dan kapak yang mereka buat umumnya

mempunyai bentuk yang lebh besar proporsinya pada mata kapak atau

ujung tombak. Hal ini adalah untuk menggunakan kapak atau tombak

tersebut tidak memerlukan tenaga yang besar karena dengan sedikit

ayunan momentum yang dihasilkan cukup besar. Disain yang mengecil

pada pegangan dimaksudkan untuk tidak membahayakan bagi pemakai

saat mengayunkan kapak tersebut.

3
4

2. Zaman Bangsa Babylonia (Dinasti Summeria) di Irak

Pada era ini masyarakat sudah mencoba membuat sarung kapak agar

aman dan tidak membahayakan bagi orang yang membawanya. Pada

masa ini masyarakat sudah mengenal berbagai macam peralatan yang

digunakan untuk membantu pekerjaan mereka. Dan semakin

berkembang setelah ditemukannya tembaga dan suasa sekitar 3000-

2500 BC. Pada tahun 3400 BC masyarakat sudah mengenal konstruksi

dengan menggunakan batubata yang dibuat proses pengeringan oleh

sinar matahari. Pada era ini masyarakat sudah membangunan saluran

air dari batu sebagai fasilitas sanitasi.

3. Abad Pertengahan

Pada abad pertengahan sudah diberlakukan pembayaran terhadap

pekerja yang mengalami kecelakaan sehingga menyebabkan cacat atau

meninggal. Masyarakat pekerja sudah mengenal akan bahaya vapour di

lingkungan kerja sehingga disyaratkan bagi pekerja yang bekerja pada

lingkungan yang mengandung vapour harus menggunakan masker.

4. Abad ke-16

Salah satu tokoh yang terkenal pada masa ini adalah Phillipus Aureolus

Theophrastus Bombastus von Hoheinheim atau yang kemudian lebih

dikenal dengan sebutan Paracelsus mulai memperkenalkan penyakit-

penyakit akibat kerja terutama yang dialamai oleh pekerja tambang.

Pada era ini seorang ahli yang bernama Agricola dalam bukunya De Re
5

Metallica bahkan sudah mulai melakukan upaya pengendalian bahaya

timbal di pertambangan dengan menerapkan prinsip ventilasi.

5. Era Revolusi Industri (Traditional Industrialization)

Pada era revolusi industri ini hal-hal yang turut mempengaruhi

perkembangan K3 adalah :

a. Penggantian tenaga hewan dengan mesin-mesin seperti mesin uap

yang baru ditemukan sebagai sumber energi.

b. Penggunaan mesin-mesin yang menggantikan tenaga manusia

c. Pengenalan metode-metode baru dalam pengolahan bahan baku

(khususnya bidang industri kimia dan logam).

d. Pengorganisasian pekerjaan dalam cakupan yang lebih besar

berkembangnya industri yang ditopang oleh penggunaan mesin-

mesin baru.

e. Perkembangan teknologi ini menyebabkan mulai muncul

penyakit-penyakit yang berhubungan dengan pemajanan karbon

dari bahan-bahan sisa pembakaran.

6. Era Industrialisasi (Modern Idustrialization)

Sejak era revolusi industri di atas sampai dengan pertengahan abad 20

maka penggunaan teknologi semakin berkembang sehingga K3 juga

mengikuti perkembangan ini. Perkembangan pembuatan alat pelindung

diri, safety devices dan interlock dan alat-alat pengaman lainnya juga

turut berkembang.
6

7. Era Manajemen dan Manajemen K3

Perkembangan era manajemen modern dimulai sejak tahun 1950-an

hingga sekarang. Perkembangan ini dimulai dengan teori Heinrich

(1941) yang meneliti penyebab-penyebab

kecelakaan bahwa umumnya (85%) terjadi karena faktor manusia

(unsafe act) dan faktor kondisi kerja yang tidak aman (unsafe

condition). Pada era ini berkembang sistem otomasi pada pekerjaan

untuk mengatasi masalah sulitnya melakukan perbaikan terhadap faktor

manusia. Namun sistem otomasi menimbulkan masalah-masalah

manusiawi yang akhirnya berdampak kepada kelancaran pekerjaan

karena adanya blok-blok pekerjaan dan tidak terintegrasinya masing-

masing unit pekerjaan.

Berdasarkan perkembangan tersebut serta adanya kasus kecelakaan di

Bhopal tahun 1984, akhirnya pada akhir abad 20 berkembanglah suatu

konsep keterpaduan system manajemen K3 yang berorientasi pada

koordinasi dan efisiensi penggunaan sumber daya. Keterpaduan semua

unit-unit kerja seperti safety, health dan masalah lingkungan dalam

suatu system manajemen juga menuntut adanya kualitas yang terjamin

baik dari aspek input proses dan output. Hal ini ditunjukkan dengan

munculnya standar-standar internasional seperti ISO 9000, ISO 14000

dan ISO 18000.

8. Era Mendatang
7

Perkembangan K3 pada masa yang akan datang tidak hanya difokuskan

pada permasalahan K3 yang ada sebatas di lingkungan industri dan

pekerja. Perkembangan K3 mulai menyentuh aspek-aspek yang sifatnya

publik atau untuk masyarakat luas. Penerapan aspek-aspek K3 mulai

menyentuh segala sektor aktifitas kehidupan dan lebih bertujuan untuk

menjaga harkat dan martabat manusia serta penerapan hak asazi

manusia demi terwujudnya kualitas hidup yang tinggi. Upaya ini tentu

saja lebih bayak berorientasi kepada aspek perilaku manusia yang

merupakan perwujudan aspek-aspek K3.

B. Penggunaan teknologi dalam meningkatkan patient safety

Perawatan pasien berbasis teknologi menjadi semakin kompleks,

mengubah cara pelayanan keperawatan. Sebelum aplikasi teknologi meluas,

perawat sangat bergantung pada kemampuan indra mereka seperti

penglihatan, sentuhan, penciuman, dan pendengaran untuk memantau dan

mendeteksi perubahan status pasien. Seiring dengan berjalannya waktu,

kemampuan indra perawat digantikan dengan teknologi yang dirancang

untuk mendeteksi perubahan kondisi fisik pasien.

Secara optimal, teknologi dirancang untuk meminimalkan kesalahan

dan memberi penangananan yang cepat bila kesalahan terjadi dengan cara

1. menghilangkan kesalahan dan kejadian buruk,

2. mengurangi terjadinya kesalahan / kejadian buruk,

3. mendeteksi kesalahan awal, sebelum kecelakaan terjadi, dan


8

4. mengurangi dampak dari kesalahan setelah mereka muncul untuk

meminimalkan injury.

Contoh penggunaan teknologi dalam patient safety antara lain :

1. Penggunaan oxymetry pulse

Sebelum digunakan secara luas, perawat mengamati perubahan

status mental dan warna kulit untuk mendeteksi perubahan awal saturasi

oksigen, dan menggunakan gas darah arteri untuk mengkonfirmasi

kecurigaan mereka. Sekarang oxymetry pulse memungkinkan perawat

untuk mengidentifikasi oksigenasi menurun sebelum gejala klinis

muncul, dan dengan demikian lebih cepat mendiagnosa dan mengobati

penyebab.

2. Alarm dan sistem peringatan

Penggunaan alarm dan sistem peringatan dalam pemberian

asuhan keperawatan untuk mendeteksi kesalahan sebelum cedera perlu

dipertimbangkan. Beberapa contoh penggunaan alarm antara lain :

alarm pada pompa IV, alarm monitor jantung, dan alarm ventilator.

Semua sistem peringatan tergantung pada kemampuan perawat untuk

melihat peringatan itu, proses alarm dan memahami apa yang terjadi,

dan akhirnya mengambil tindakan yang tepat untuk mengurangi risiko

pada pasien.

3. Barcode, scanning, dan robot

Barcode, scanning, dan robot telah terbukti meningkatkan

efisiensi dan penurunan biaya. The Veterans Health Administration


9

(VHA) telah berhasil menerapkan software administrasi obat barcode.

Sistem otomatis ini menggunakan teknologi yang inovatif, tanpa kabel

dengan integrasi kode yang bisa discan. Sistem ini dapat mengurangi

kesalahan administrasi pengobatan oleh dokter dengan adanya

verifikasi identitas pasien dan validasi obat yang diinstruksikan .

Setelah implementasi di rumah sakit Kansas , VHA memperkirakan

bahwa software ini dapat mencegah 549.000 kesalahan dalam

pemberian obat.

4. Telenursing dan telehealth

Telenursing adalah penggunaan teknologi untuk memberikan

perawatan dan melakukan praktik keperawatan jarak jauh. Meskipun

penggunaan teknologi menimbulkan perubahan media namun

pemberian asuhan keperawatan, proses keperawatan dan ruang lingkup

praktek tidak berbeda dengan cara konvensional. Perawat yang terlibat

dalam praktek telenursing tetap melakukan pengkajian, merencanakan,

melakukan intervensi, dan mengevaluasi hasil dari asuhan

keperawatan. Tetapi semua dilakukan dengan menggunakan teknologi

seperti internet, komputer, alat pemantauan digital, dan peralatan

telemonitoring. Mengingat bahwa pelayanan kesehatan sekarang

disediakan melalui teletechnologies semakin meluas, telehealth

merupakan istilah digunakan untuk menjangkau luasnya pelayanan.

Telehealth didefinisikan sebagai penggunaan informasi

elektronik dan teknologi telekomunikasi untuk mendukung perawatan


10

kesehatan klinis jarak jauh, pendidikan yang berhubungan pasien

dengan kesehatan profesional, kesehatan masyarakat dan administrasi

kesehatan. The American Nurses Association telah mendefinisikan

telenursing sebagai suatu bagian dari telehealth di mana fokusnya

adalah pada praktek profesi keperawatan.

Teknologi telehealth banyak diadopsi untuk melakukan home

care. Teknologi audio dan video dapat memfasilitasi pemantauan

kesehatan pada pasien di daerah terpencil. Perangkat periferal sering

ditempatkan di rumah pasien seperti termometer, sphygmomanometers,

dan stetoskop yang tersambung ke peralatan telenurses , telehealth

sehingga dapat memonitor tanda-tanda klinis pasien dari jarak jauh .

Hambatan dalam memberikan perawatan kesehatan yang berkualitas

yang disebabkan oleh factor kondisi geografis dan biaya dapat

diminimalkan.

Kepatuhan terhadap regimen terapi yang diberikan merupakan

salah satu isu penting yang menjadi perhatian dalam mencapai

keselamatan pasien . Setelah pasien keluar fasilitas layanan kesehatan,

pasien bertanggung jawab atas perawatan kesehatannya sendiri di

rumah. Pasien seringkali tidak mengikuti rencana pengobatan seperti

yang diarahkan oleh dokter atau perawat karena berbagai faktor,

termasuk: kesalahan komunikasi atau salah pengertian pada rencana

pengobatan, kurangnya akses ke fasilitas yang diperlukan untuk


11

rencana perawatan, dan rejimen perawatan yang rumit sehingga pasien

tidak dapat memahami tanpa panduan.

Hal ini dapat menyebabkan hasil yang tidak baik dan mengancam

keselamatan pasien. Oleh karena itu, metode berbasis telehealth

dirasakan cukup efektif dan efisien untuk meningkatkan kepatuhan atau

ketaatan terhadap rejimen perawatan yang diberikan. Telehealth adalah

salah satu strategi untuk memantau dan berkomunikasi dengan pasien

di luar pengaturan perawatan akut. Hal ini juga memiliki dampak

terhadap tingkat pemanfaatan layanan kesehatan bagi pelayanan

perawatan akut (seperti penurunan kunjungan ke bagian gawat darurat).

C. Dampak Teknologi dalam Meningkatkan Keselamatan Pekerja dan Pasien

Teknologi dalam kehidupan manusia terutama di zaman modern ini

memang tidak dapat lagi dipisahkan. Teknologi datang di segala lini

kehidupan manusia, membantu dan memudahkan urusan, Tidak terkecuali

di dalam dunia kerja. Teknologi baik itu perangkat lunak atau mesin kini

selalu hadir dalam dunia kerja, terutama dalam bidang insutri.

Sekarang ini banyak bidang manufakturing yang menggunakan

bantuan dari robot, mesin, otomatisasi dan teknologi pendukung lainnya.

Robot atau mesin yang ada sekarang ini memiliki sebuah pemrograman

yang menyebabkan mereka dapat mengerjakan tugas-tugas manusia yang

sulit ataupun berbahaya sekalipun. Lalu dampak apa yang akan dihasilkan

dari invasi teknologi ke lingkungan pekerjaan ? mari kita bahas positif dan

negatifnya dari masuknya teknologi canggih ke bidang industri.


12

Adapun dampak positif dari teknologi terhadap industri adalah :

1. Keamanan dan keselamatan

Dengan adanya invasi industri keselamatan pekerja akan lebih terjaga,

pekerjaan yang mengandung resiko bahaya yang tinggi kini dapat di

digantikan oleh mesin atau robot. Yang pastinya membuat keselamatan

mereka lebih terjamin.

2. Lebih cepat dan tahan lama

Alasan industri menggunakan mesin/robot saat ini yang utama adalah

karena mereka lebih cepat dan tahan di operasikan selama 24 jam. Ini

adalah salah satu kelebihan mesin yang tidak bisa di lakukan oleh

manusia.

3. Biaya yang dikeluarkan lebih murah

Untuk masalah perawatan mesin memang bisa dibilang relatif, dibilang

terlalu murah tidak juga dan dibilang terlalu mahal juga tidak, karena

mesin di dalam bidang industri pasti memiliki manfaat yang besar jika

dibandingkan antara biaya perawatan mesin dengan mempkerjakan

orang, maka menggunakan mesin akan lebih menghemat dan efektif.

Adapun dampak negatif dari teknologi terhadap industri adalah :

1. Ancaman bagi manusia

Bagi beberapa orang dengan hadirnya mesin di bidang industri cukup

mengkhawatirkan karena secara tidak langsung suatu saat pekerjaan

mereka akan tergantikan oleh robot.

2. Kurang detail
13

Pada beberapa aspek hasil pekerjaan manusia memang lebih baik, salah

satu kekurangan mesin adalah kedetailan pada barang. Ada beberapa

barang yang harus di produksi sangat detail sekalipun pada aksen yang

kecil, yang terkadang mesin/robot tidak dapat melakukan hal tersebut.

3. Perlu upgrade secara berkala

Menggunakan mesin membutuhkan upgrade berkala hal ini wajib

dilakukan agar kinerja mesin tetap baik.

4. Masalah pada mesin yang komplikatif

Mesin adalah rangkaian alat yang digabungkan untuk dapat

mengerjakan sesuatu. dan karena diciptakan dari rangkaian alat maka

kerusakan pada mesin sering kali tidak dapat terdeteksi, dan yang lebih

membuat bingu ketika permasalahan pada mesin sudah menyebar ke

elemen mesin yang lain, tentunya akan sulit diperbaiki yang pada

akhirnya membuat produksi terhambat.

Pelayanan yang berkualitas dan aman, memang menjadi tujuan dari

setiap instansi pelayanan kesehatan termasuk pelayanan keperawatan. Salah

satu upaya yang dilakukan untuk mencapai hal tersebut adalah dengan

pemanfaatan teknologi informasi.

Namun teknologi informasi tetap memiliki dampak negatif yang

harus disadari dan diantisipasi agar tidak menjadi masalah yang justru dapat

membahayakan pasien dan menurunkan kualitas pelayanan keperawatan.

Dampak negatif penggunaan teknologi yang mungkin timbul antara lain

peralatan yang membahayakan karena ketidakmampuan perawat dalam


14

menggunakannya, pelanggaran privasi pasien, dan kurangnya sentuhan atau

kontak dengan pasien.

Perawat sebagai konsumen informasi dan pengguna teknologi dalam

perawatan kesehatan harus terlibat dalam pemilihan peralatan baru,

mendapat pelatihan untuk pengunaannya, dan memantau pengaruh

teknologi terhadap keselamatan pasien dan keluarga secara berkelanjutan.

Pemilihan peralatan yang mahal dengan tehnologi yang canggih

dapat membahayakan jika tidak digunakan dengan tepat. Team yang

menangani peralatan kesehatan WHO , menggambarkan pendekatan yang

sistematis meliputi perawatan, pelatihan, pemantauan, dan pelaporan

kewaspadaan pada perangkat peralatan medis yang digunakan Melalui

pengawasan, perawat memainkan peran penting dalam mengidentifikasi

lebih awal kesalahan yang terkait dengan teknologi. Staf yang sudah terlatih

akan dapat mengenali masalah yang terjadi pada peralatan yang digunakan

sehingga dengan cepat dapat ditindak lanjuti. Hampir serupa dengan

memberikan asuhan keperawatan pada pasien, penggunaan peralatan juga

menuntut perawat untuk mengumpulkan data secara berkelanjutan untuk

mengidentifikasi berfungsi atau tidaknya alat yang digunakan,

menginterpretasikan data untuk menemukan sumber masalah peralatan, dan

bertindak dengan cepat berdasarkan interpretasi untuk melaporkan masalah

tersebut sehingga segera dapat diperbaiki.

Penelitian menemukan bahwan kualitas pelayanan yang rendah

sering disebabkan oleh ketidakmampuan perawat dalam menggunakan


15

tehnologi baru secara tepat dan aman. Sebagai pengguna akhir, perawat

dapat memaksimalkan keselamatan melalui proses seleksi, pengawasan

berkelanjutan dan metoda penilaian resiko secara proaktif.

Strategi yang dikembangkan oleh badan peralatan kesehatan WHO

terkait penggunaan teknologi untuk keselamatan pasien , antara lain :

a. Kebijakan: perawat sebagai pemberi perawatan pasien langsung harus

terlibat dalam menetapkan dan mengevaluasi kebijakan kelembagaan,

organisasi, dan masyarakat yang berkaitan dengan teknologi.

b. Kualitas dan keamanan : perawat dapat memastikan bahwa teknologi

yang mereka gunakan memenuhi kualitas internasional dan standar

keselamatan dan spesifikasi teknis yang diperlukan sesuai dengan

lingkungan klinis di mana alat tersebut digunakan.

c. Akses: perawat dapat memastikan bahwa keputusan-keputusan institusi

dibuat berdasarkan masukan dari mereka dan juga masukan dari

stakeholders lainnya.

d. Penggunaan : perawat harus terlibat dalam kebijakan intuitif mereka dan

proses yang berhubungan dengan pemeliharaan, pelatihan, pemantauan,

dan pelaporan efek samping terkait dengan teknologi.

Penggunaan teknologi yang tepat dalam mendukung asuhan

keperawatan tersebut baik , tetapi harus hati- hati, karena penggunaannya

tidak boleh menggantikan keterampilan pengamatan secara tradisional dan

aspek sentuhan manusia.


16

Keamanan keseluruhan dan efektivitas teknologi dalam perawatan

kesehatan akhirnya tergantung pada pengguna , oleh karena itu setiap

bentuk teknologi dapat memiliki dampak negatif jika tidak digunakan

dengan benar atau disalahtafsirkan.


BAB III

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

B. Saran

17
DAFTAR PUSTAKA

Arif. 2017. “Pengaruh Teknologi Terhadap Dunia Industri”.

(https://blog.payrollbozz.com/pengaruh-teknologi-terhadap-dunia-

industri/, diakses tanggal 11 April 2018)

American Nursing Association ANA. 2001.Developing telehealth Protocol : A

Blueprint for Success Washington DC . American Nurses Publication.

Ridley, John. 2004. Health & Safety in Brief. Edisi ke 3. Diterjemahkan oleh : Soni

Astranto. Jakarta : Erlangga.

Sudarsono, Agung Hermawan. 2014. “Dampak Teknologi Infrormasi dalam

Meningkatkan Patient Safety dan Kualitas Pelayanan Keperawatan”.

(https://agungfivevers.wordpress.com/2014/05/17/dampak-teknologi-

informasi-dalam-meningkatkan-patient-safety-dan-kualitas-pelayanan-

keperawatan, diakses tanggal 11 April 2018)

Anda mungkin juga menyukai