Anda di halaman 1dari 94

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

K3 atau Kesehatan dan Keselamatan Kerja merupakan salah satu


faktor yang sangat penting dalam suatu pekerjaan, karena dengan tidak
adanya K3 atau Kesehatan dan Keselamatan Kerja akan tidak diragukan
lagi banyak terjadi kecelakaan dalam kerja yang bersifat ringan sampai
yang berat.
Kebanyakan perusahaan juga merasa keberatan dengan adanya K3
atau Kesehatan dan Keselamatan Kerja karena setiap perusahaan atau
industri merasa mereka harus mengeluarkan biaya tambahan padahal
tidak demikian K3 merupakan langkah penghematan dan meningkatkan
produktifitas. Karena dengan K3 perusahaan tidak di bebani dengan biaya
kesehatan atau kecelakaan tenaga kerja atau karyawan karena
kesehatan dan keselamatan dalam kerja sudah terjamin.
Pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) adalah salah
satu bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman dan sehat
bebas dari pencemaran lingkungan" sehingga dapat mengurangi dan atau
bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada
akhirnya dapat meningkatkan e&isiensi dan produkti'itas kerja.
Kecelakaan kerja tidak saja menimbulkan korban jiwa maupun kerugian
materi bagi pekerja dan pengusaha" tetapi juga dapat mengganggu
proses produksi secara menyeluruh" merusak lingkungan yang pada
akhirnya akan berdampak pada masyarakat luas.
Pemerintah membuat aturan K3 seperti pada Pasal 3 Ayat 1 UU No.
1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja, yaitu : mencegah dan
mengurangi kecelakaan; mencegah, mengurangi dan memadamkan
kebakaran; mencegah dan mengurangi bahaya peledakan; memberi

1
kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau
kejadian-kejadian lain yang berbahaya; memberikan pertolongan pada
kecelakaan; memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja;
mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebarluaskan suhu,
kelembaban, debu kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar
atau radiasi, suara dan getaran.
Undang-undang ini dimaksudkan untuk menentukan standar yang
jelas untuk keselamatan kerja bagi semua karyawan sehingga mendapat
perlindungan atas keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk
kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta produktifitas
Nasional; memberikan dasar hukum agar setiap orang selain karyawan
yang berada di tempat kerja perlu dijamin keselamatannya dan setiap
sumber daya perlu dipakai dan dipergunakan secara aman dan efisien;
dan membina norma-norma perlindungan kerja yang sesuai dengan
perkembangan masyarakat, industrialisasi, teknik dan teknologi. Oleh
karena itu kita harus memahami lebih mendalam mengenai K3. Dalam
makalah tersebut akan diuraikan beberapa hal mendasar yang sangat
penting untuk memahami K3 agar bisa lebih dimaksimalkan
penerapannya dalam dunia kerja.

B. Tujuan

Adapun tujuan dari pembuatan makalah tersebut adalah :

1 Untuk memahami konsep dasar K3


2 Untuk mengetahui kelembagaan K3 di Indonesia dan dunia
3 Untuk mengetahui Kebijakan Program K3 di Indonesia
4 Untuk mengetahui model Program Pelayanan Kesehatan Kerja
5 Sistem Audit dan Inspeksi

6 Prinsip Penyusunan Program K3


7 Program Promosi Kesehatan di tempat kerja
8 Program K3 di rumah sakit
C. Manfaat

2
Untuk memahami lebih mendalam mengenai Keselamatan Kesehatan
Kerja sehingga dapat diterapkan diberbagai tempat kerja untuk
meminimalkan kecelakaan dalam dunia kerja.

BAB II

3
PEMBAHASAN

A Konsep Dasar K3

Sejarah Perkembangan K3
1 ZAMAN PRA-SEJARAH
Pada zaman batu dan goa (Paleolithic dan Neolithic) dimana
manusia yang hidup pada zaman ini telah mulai membuat kapak
dan tombak yang mudah untuk digunakan serta tidak
membahayakan bagi mereka saat digunakan. Disain tombak dan
kapak yang mereka buat umumnya mempunyai bentuk yang lebh
besar proporsinya pada mata kapak atau ujung ombak. Hal ini
adalah untuk menggunakan kapak atau tombak tersebut tidak
memerlukan tenaga yang besar karena dengan sedikit ayunan
momentum yang dihasilkan cukup besar. Disain yang mengecil
pada pegangan dimaksudkan untuk tidak membahayakan bagi
pemakai saat mengayunkan kapak tersebut.
2 ZAMAN BANGSA BABYLONIA (DINASTI SUMMERIA) DI IRAK
Pada era ini masyarakat sudah mencoba membuat sarung kapak
agar aman dan tidak membahayakan bagi orang yang
membawanya. Pada masa ini masyarakat sudah mengenal
berbagai macam peralatan yang digunakan untuk membantu
pekerjaan mereka. Dan semakin berkembang setelah
ditemukannya tembaga dan suasa sekitar 3000-2500 BC. Pada
tahun 3400 BC masyarakat sudah mengenal konstruksi dengan
menggunakan batubata yang dibuat proses pengeringan oleh sinar
matahari. Pada era ini masyarakat sudah membangunan saluran
air dari batu sebagai fasilitas sanitasi. Pada tahun 2000 BC muncul
suatu peraturan Hammurabi yang menjadi dasar adanya
kompensasi asuransi bagi pekerja.

4
3 ZAMAN MESIR KUNO
Pada masa ini terutama pada masa berkuasanya Firaun banyak
sekali dilakukan pekerjaan-pekerjaan raksasa yang melibatkan
banyak orang sebagai tenaga kerja. Pada tahun 1500 BC
khususnya pada masa Raja Ramses II dilakukan pekerjaan
pembangunan terusan dari Mediterania ke Laut Merah. Disamping
itu Raja Ramses II juga meminta para pekerja untuk membangun
temple Rameuseum. Untuk menjaga agar pekerjaannya lancar
Raja Ramses II menyediakan tabib serta pelayan untuk menjaga
kesehatan para pekerjanya.
4 ZAMAN YUNANI KUNO
Pada zaman romawi kuno tokoh yang paling terkenal adalah
Hippocrates. Hippocrates berhasil menemukan adanya penyakit
tetanus pada awak kapal yang ditumpanginya.
5 ZAMAN ROMAWI
Para ahli seperti Lecretius, Martial, dan Vritivius mulai
memperkenalkan adanya gangguan kesehatan yang diakibatkan
karena adanya paparan bahan-bahan toksik dari lingkungan kerja
seperti timbal dan sulfur. Pada masa pemerintahan Jendral
Aleksander Yang Agung sudah dilakukan pelayanan kesehatan
bagi angkatan perang.
6 ABAD PERTENGAHAN
Pada abad pertengahan sudah diberlakukan pembayaran
terhadap pekerja yang mengalami kecelakaan sehingga
menyebabkan cacat atau meninggal. Masyarakat pekerja sudah
mengenal akan bahaya vapour di lingkungan kerja sehingga
disyaratkan bagi pekerja yang bekerja pada lingkungan yang
mengandung vapour harus menggunakan masker.

7 ABAD KE-16

5
Salah satu tokoh yang terkenal pada masa ini adalah Phillipus
Aureolus Theophrastus Bombastus von Hoheinheim atau yang
kemudian lebih dikenal dengan sebutan Paracelsus mulai
memperkenalkan penyakit-penyakit akibat kerja terutama yang
dialama oleh pekerja tambang. Pada era ini seorang ahli yang
bernama Agricola dalam bukunya De Re Metallica bahkan sudah
mulai melakukan upaya pengendalian bahaya timbal di
pertambangan dengan menerapkan prinsip ventilasi.
8 ABAD KE-18
Pada masa ini ada seorang ahli bernama Bernardino Ramazzini
(1664 1714) dari Universitas Modena di Italia, menulis dalam
bukunya yang terkenal : Discourse on the diseases of workers,
(buku klasik ini masih sering dijadikan referensi oleh para ahli K3
sampai sekarang). Ramazzini melihat bahwa dokter-dokter pada
masa itu jarang yang melihat hubungan antara pekerjaan dan
penyakit, sehingga ada kalimat yang selalu diingat pada saat dia
mendiagnosa seseorang yaitu What is Your occupation ?.
Ramazzini melihat bahwa ada dua faktor besar yang
menyebabkan penyakit akibat kerja, yaitu bahaya yang ada dalam
bahan-bahan yang digunakan ketika bekerja dan adanya gerakan-
gerakan janggal yang dilakukan oleh para pekerja ketika bekerja
(ergonomic factors)
9 ERA REVOLUSI INDUSTRI (TRADITIONAL INDUSTRIALIZATION)
Pada era ini hal-hal yang turut mempengaruhi perkembangan K3
adalah :
Penggantian tenaga hewan dengan mesin-mesin seperti
mesin uap yang baru ditemukan sebagai sumber energi.
Penggunaan mesin-mesin yang menggantikan tenaga
manusia
Pengenalan metode-metode baru dalam pengolahan bahan
baku (khususnya bidang industri kimia dan logam).

6
Pengorganisasian pekerjaan dalam cakupan yang lebih
besar berkembangnya industri yang ditopang oleh
penggunaan mesin-mesin baru.
Perkembangan teknologi ini menyebabkan mulai muncul
penyakit-penyakit yang berhubungan dengan pemajanan
karbon dari bahan-bahan sisa pembakaran
10 ERA INDUSTRIALISASI (MODERN IDUSTRIALIZATION)
Sejak era revolusi industri di ata samapai dengan pertengahan
abad 20 maka penggnaan teknologi semakin berkembang
sehingga K3 juga mengikuti perkembangan ini. Perkembangan
pembuatan alat pelindung diri, safety devices. dan interlock dan
alat-alat pengaman lainnya juga turut berkembang.
11 ERA MANAJEMEN DAN MANJEMEN K3
Perkembangan era manajemen modern dimulai sejak tahun 1950-
an hingga sekaran. Perkembangan ini dimulai dengan teori
Heinrich (1941) yang meneliti penyebabpenyebab kecelakaan
bahwa umumnya (85%) terjadi karena faktor manusia (unsafe act)
dan faktor kondisi kerja yang tidak aman (unsafe condition). Pada
era ini berkembang system automasi pada pekerjaan untuk
mengatasi masalah sulitnya melakukan perbaikan terhadap faktor
manusia. Namun system otomasi menimbulkan masalah-masalah
manusiawi yang akhirnya berdampak kepada kelancaran
pekerjaan karena adanya blok-blok pekerjaan dan tidak
terintegrasinya masing-masing unit pekerjaan. Sejalan dengan itu
Frank Bird dari International Loss Control Institute (ILCI) pada
tahun 1972 mengemukakan teori Loss Causation Model yang
menyatakan bahwa factor manajemen merupakan latar belakang
penyebab yang menyebabkan terjadinya kecelakaan. Berdasarkan
perkembangan tersebut serta adanya kasus kecelakaan di Bhopal
tahun 1984, akhirnya pada akhir abad 20 berkembanglah suatu
konsep keterpaduan system manajemen K3 yang berorientasi

7
pada koordinasi dan efisiensi penggunaan sumber daya.
Keterpaduan semua unit-unit kerja seperti safety, health dan
masalah lingkungan dalam suatu system manajemen juga
menuntut adanya kualitas yang terjamin baik dari aspek input
proses dan output. Hal ini ditunjukkan dengan munculnya standar-
standar internasional seperti ISO 9000, ISO 14000 dan ISO 18000.
12 ERA MENDATANG
Perkembangan K3 pada masa yang akan datang tidak hanya
difokuskan pada permasalahan K3 yang ada sebatas di
lingkungan industri dan pekerja. Perkembangan K3 mulai
menyentuh aspek-aspek yang sifatnya publik atau untuk
masyarakat luas. Penerapan aspek-aspek K3 mulai menyentuh
segala sektor aktifitas kehidupan dan lebih bertujuan untuk
menjaga harkat dan martabat manusia serta penerapan hak asazi
manusia demi terwujudnya kualitas hidup yang tinggi. Upaya ini
tentu saja lebih bayak berorientasi kepada aspek perilaku manusia
yang merupakan perwujudan aspek-aspek K3.
Sejarah Perkembangan K3 di Indonesia
Seperti halnya dengan perkembangan K3 dinegara negara
maju lainnya. Perkembangan K3 di Indonesia tidak diketahui
secara pasti kapan tepatnya. Kemajuan-kemajuan yang dicapai di
eropa sangat dirasakan sejak timbulnya revolusi industri, nemun
perkembangan K3 sesungguhnya baru dirasakan (terjadi) bebrapa
tahun setelah Negara kita merdeka yaitu pada saat munculnya
Undang-Undang Kerja dan Undang-Undang Kecelakaan, meskipun
permulaannya belum berlaku, namun telah memuat pokok-pokok
tentang K3.
Selanjutnya oleh Departemen Perburuhan pada tahun 1967
didirikan lembaga Kesehatan Buruh yang kemudian pada tahun
1965 berubah menjadi Lembaga Keselamatan dan Kesehatan
Buruh.

8
Pada tahun 1966 didirikan Lembaga igiene Perusahaan dan
Kesehatan Kerja di Departemen Tenaga Kerja, dan Dinas Higiene
Perusahaan/Sanitasi umum dan Dinas Kesehatan Tenaga Kerja di
Departemen Kesehatan. Disamping itu juga tumbuh organisasi
swasta yaitu Yayasan Higiene Perusahaan yang berkedudukan di
Surabaya. Untuk selanjutnya organisasi Hiperkes (Higiene
Perusahaan dan Kesehatan Kerja) yang ada dipemerintah dari
tahun-ketahun selalu mengalami perubahan-perubahan dengan
nama sebagai berikut:
1 Pada tahun 1969 berubah menjadi Lembaga Nasional Higiene
Perusahaan dan Kesehatan Kerja
2 Pada tahun 1978 berubah menjadi pusat Higiene Perusahaan,
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (Hiperkes).
3 Pada tahun 1983 berubah lagi menjadi Pusat Higiene
Perusahaan dan Kesehatan Kerja
4 Pada tahun 1988 berubah menjadi pusat Pelayanan Ergonomi,
Kesehatan dan Keselamatan Kerja.
5 Pada tahun 1993 berubah lagi menjadi Pusat Higiene
Perusahaan, Kesehatan dan Keselamatan Kerja.
Jadi jelas bahwa perkembangan K3 di Indonesia berjalan
bersama-sama dengan pengembangan kesehatan kerja yaitu
selain melalui institusi, juga dilakukan melalui upaya-upaya
penerbitas buku-buku, majalah, leaflet K3, spanduk-spanduk,
poster dan disebabarluaskan ke Seluruh Indonesia. Kegiatan lain
adalah seminar K3, konvensi, lokakarya, bimbingan terapan K3
diadakan secara berkala dan terus menerus.
Organisasi K3 adalah Asosiasi Hiperkes dan Keselamatan
Kerja (AHKKI) yang memiliki cabang diseluruh Provinsi Wilayah
NKRI dengan pusat di Jakarta.
Program pndidikan keahlian K3 dilaksanakan baik dalam
bentuk mata kuliah pendidikan formal yang diberikan pada

9
beberapa jurusan di Perguruan Tinggi, juga diberikan dalam bentuk
In formasl berupa kursus-kursus keahlian K3. dan salah satu
keahlian yang berkembang di tahun 2004 adalah HIMU = Higiene
Industri Muda.
Dari segi peraturan perundang-uandang yang berlaku, yaitu
perundangan yang menyangkut K3 yang terdapat dalam Undang-
Undang No.1 tahun 1970, Peraturan Menteri dan Surat edaran
telah banyak diterbitkan.
Pengertian K3
Kesehatan dan keselamatan kerja (K3) adalah ilmu terapan
yang bersifat multi disiplin, bidang yang terkait
dengan kesehatan, keselamatan, dan kesejahteraan manusia yang
bekerja di sebuah institusi maupun lokasi proyek. Menurut America
Society of safety and Engineering (ASSE) K3 diartikan sebagai
bidang kegiatan yang ditujukan untuk mencegah semua jenis
kecelakaan yang ada kaitannya dengan lingkungan dan situasi
kerja.
Pengertian K3 menurut undang-undang No.1 tahun 1970 (1)
adalah upaya dan pemikiran dalam menjamin keutuhan dan
kesempurnaan jasmani dan rohani manusia pada umumnya dan
pekerja pada khususnya serta hasil karya budaya 12 dalam rangka
menuju masyarakat adil dan makmur berdasarkan pancasila
Menurut Undang-Undang Pokok Kesehatan RI No. 9 Tahun
1960, BAB I pasal 2, Kesehatan kerja adalah suatu kondisi
kesehatan yang bertujuan agar masyarakat pekerja memperoleh
derajat kesehatan setinggi-tingginya, baik jasmani, rohani, maupun
sosial, dengan usaha pencegahan dan pengobatan terhadap
penyakit atau gangguan kesehatan yang disebabkan oleh
pekerjaan dan lingkungan kerja maupun penyakit umum. Selain
pendapat diatas, ada beberapa ahli yang mendefinisikan tentang
kesehatan yaitu Parkins (1938) mendefinisikan bahwa kesehatan

10
adalah suatu keadaan seimbang yang dinamis antara bentuk dan
fungsi tubuh dan berbagai faktor yang berusaha
mempengaruhinya. Hal yang sama diutarakan oleh sedangkan
Pepkins (1978)menguraikan bahwa sehat adalah suatu keadaan
keseimbangan yang dinamis antara bentuk tubuh dan fungsi yang
dapat mengadakan penyesuaian, sehingga dapat mengatasi
gangguan dari luar. Sedangkan menurut White (1977) menjelaskan
bahwa sehat adalah suatu keadaan dimana seseorang pada waktu
diperiksa tidak mempunyai keluhan apapun atau tidak ada tanda
tanda suatu penyakit dan kelainan.Kondisi kesehatan pekerja
haruslah menjadi perhatain karena pekerja adalah penggerak atau
aset perusahaan konstruksi. Jadi kondisi fisik harus maksimal dan
sehat agar tidak mengganggu proses kerja seperti pernyataan
ILO/WHO (1995) bahwa kesehatan kerja adalah suatu upaya untuk
mempertahankan dan meningkatkan derajat kesejahtaraan fisik,
mental dan sosial yang setinggi-tingginya bagi pekerja di semua
jabatan, pencegahan penyimpangan kesehatan diantara pekerja
yang disebabkan oleh 11kondisi pekerjaan, perlindungan pekerja
dalam pekerjaannya dari risiko akibat faktor yang merugikan
kesehatan, penempatan dan pemeliharaan pekerja dalam suatu
lingkungan kerja yang diadaptasikan dengan kapabilitas fisiologi
dan psikologi; dan diringkaskan sebagai adaptasi pekerjaan kepada
manusia dan setiap manusia kepada jabatannya.Sumamur (1976)
memberikan definisi kesehatan kerja sebagai : Spesialisasidalam
ilmu kesehatan/kedokteran beserta prakteknya yang bertujuan agar
pekerja/masyarakat pekerja memperoleh derajat kesehatan
setinggi- tingginya, baik fisik atau mental maupun sosial dengan
kesehatan yang diakibatkan faktor-faktor pekerjaan dan lingkungan
kerja serta terhadap penyakit-penyakit umum.Kesehatan kerja
adalah suatu kondisi kesehatan yang bertujuan agar masyarakat
pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya, baik

11
jasmani, rohani, maupun sosial, dengan usaha pencegahan dan
pengobatan terhadap penyakit atau gangguan kesehatan yang
disebabkan oleh pekerjaan dan lingkungan kerja maupun penyakit
umum. Kesehatan dalam ruang lingkup kesehatan, keselamatan,
dan keamanan kerja tidak hanya diartikan sebagai suatu keadaan
bebas dari penyakit. Menurut Undang-Undang Pokok Kesehatan RI
No. 9 Tahun 1960, Bab I pasal 2, keadaan sehat diartikan sebagai
kesempurnaan keadaan jasmani, rohani, dan kemasyarakatan
(Slamet, 2012). Mia (2011) menyatakan bahwa kesehatan kerja
disamping mempelajari faktorfaktor pada pekerjaan yang dapat
mengakibatkan manusia menderita penyakit akibat kerja
(occupational disease) maupun penyakit yang berhubungan
dengan pekerjaannya (work-related disease) juga berupaya untuk
mengembangkan berbagai cara atau pendekatan untuk
pencegahannya, bahkan berupaya juga dalam meningkatkan
kesehatan (health promotion) pada manusia pekerja tersebut.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Keselamatan dan
Kesehatan Kerja adalah suatu kondisi kerja yang terbebas dari
ancaman bahaya yang mengganggu proses aktivitas dan
mengakibatkan terjadinya cedera, penyakit, kerusakan harta
benda, serta gangguan lingkungan. OHSAS 18001:2007
mendefinisikan Keselamatan dan Kesehatan Kerja sebagai kondisi
dan faktor yang mempengaruhi atau akan mempengaruhi
keselamatan dan kesehatan pekerja (termasuk pekerja kontrak dan
kontraktor), tamu atau orang lain di tempat kerja. Dari definisi
keselamatan dan kesehatan kerja di atas serta definisi
Keselamatan dan Kesehatan Kerja menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia dan OHSAS dapat disimpulkan bahwa Keselamatan dan
Kesehatan Kerja adalah suatu program yang menjamin
keselamatan dan kesehatan pegawai di tempat kerjaMangkunegara
(2002) menyatakan bahwa keselamatan dan kesehatan kerja

12
difilosofikan sebagai suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin
keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani tenaga
kerja pada khususnya dan manusiapada umumnya, hasil karya dan
budayanya menuju masyarakat makmur dan sejahtera. Sedangkan
pengertian secara keilmuan adalah suatu ilmu pengetahuan dan
penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya
kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Keselamatan dan kesehatan
kerja tidak dapat dipisahkan dengan proses produksi baik jasa
maupun industri .Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan
satu upaya pelindungan yang diajukan kepada semua potensi yang
dapat menimbulkan bahaya. Hal tersebut bertujuan agar tenaga
kerja dan orang lain yang ada di tempat kerja selalu dalam keadaan
selamat dan sehat serta semua sumber produksi dapat digunakan
secara aman dan efisien (Sumamur, 2006). Menurut Ridley (1983)
yang dikutip oleh Boby Shiantosia (2000), mengartikan Kesehatan
dan Keselamatan Kerja adalah suatu kondisi dalam pekerjaan yang
sehat dan aman baik itu bagi pekerjaannya, perusahaan maupun
bagi masyarakat dan lingkungan sekitar pabrik atau tempat kerja
tersebut. Sama halnya dengan Jackson (1999), menjelaskan
bahwa Kesehatan dan Keselamatan Kerja menunjukkan kepada
kondisikondisi fisiologis-fisikal dan psikologis tenaga kerja yang
diakibatkan oleh lingkungan kerja yang disediakan oleh
perusahaan. Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan
instrumen yang memproteksi pekerja, perusahaan, lingkungan
hidup, dan ma-syarakat sekitar dari bahaya akibat kecelakaan
kerja. Perlindungan tersebut merupakan hak asasi yang wajib
dipenuhi oleh perusahaan. K3 bertujuan mencegah, mengurangi,
bahkan menihilkan risiko kecelakaan kerja (zero accident).
Penerapan konsep ini tidak boleh dianggap sebagai upaya
pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang
menghabiskan banyak biaya (cost) perusahaan, melainkan harus

13
dianggap sebagai bentuk investasi jangka panjang yang memberi
keuntungan yang berlimpah pada masa yang akan datang
(Prasetyo, 2009).Keselamatan dan kesehatan kerja pada dasarnya
mencari dan mengungkapkan kelemahan yang memungkinkan
terjadinya kecelakaan
Secara umum keselamatan kerja dapat dikatakan sebagai
ilmu dan penerapannya yang berkaitan dengan mesin, pesawat,
alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat
kerja dan lingkungan kerja serta cara melakukan pekerjaan guna
menjamin keselamatan tenaga kerja dan aset perusahaan agar
terhindar dari kecelakaan dan kerugian lainnya. Keselamatan kerja
juga meliputi penyediaan APD, perawatan mesin dan pengaturan
jam kerja yang manusiawi.
Dalam K3 juga dikenal istilah Kesehatan Kerja, yaitu : suatu
ilmu yang penerapannya untuk meningkatkan kulitas hidup tenaga
kerja melalui peningkatan kesehatan, pencegahan Penyakit Akibat
Kerja meliputi pemeriksaan kesehatan, pengobatan dan pemberian
makan dan minum bergizi.
Istilah lainnya adalah Ergonomy yang merupakan keilmuan
dan aplikasinya dalam hal sistem dan desain kerja, keserasian
manusia dan pekerjaannya, pencegahan kelelahan guna
tercapainya pelakasanaan pekerjaan secara baik.
Kesehatan dan Keselamatan Kerja adalah sarana utama
untuk mencegah kecelakaan kerja, baik kecelakaan yang
mengakibatkan kerugian yang bersifat langsung ataupun tidak
langsung. Adapun kecelakaan yang bersifat langsung dapat berupa
luka ringan (memar, lecet, pendarahan ringan dan lain-lain)
ataupun luka berat (luka tebuka, putus jari, pendarahan berat dan
lain-lain) dan kematian sedangkan kerugian yang bersifat tidak
langsung dapat berupa kerusakan mesin, proses produksi terhenti,

14
kerusakan pada lingkungan dan biaya yang cukup besar yang
harus dikeluarkan perusahaan akibat dari kecelakaan kerja.

Subdisiplin/Cabang Keilmuan

Menurut Joint Committee of OHS dari ILO dan WHO bahwa


subkeilmuan besar dari K3 adalah :

a Kesehatan Kerja (occupational Health) : kedokteran kerja,


toksikologi industri, epid, kesehatan kerja, promosi kesehatan
kerja

b Keselamatan Kerja (safety) : savety enginering, risk


management, public safetu dll

Sub disiplin ilmu dari K3 yang menggunakan kedua keilmuan besar


tersebut adalah ergonomi dan ilmu perilaku.

Praktek K3 (keselamatan kesehatan kerja) meliputi


pencegahan, pemberian sanksi, dan kompensasi, juga perawatan
kesehatan dan cuti sakit. K3 terkait dengan ilmu kesehatan
kerjapenyembuhan luka dan perawatan untuk pekerja dan
menyediakan , teknik keselamatan, teknik industri, kimia, fisika
kesehatan, psikologi organisasi dan industri, ergonomika,
dan psikologi kesehatan kerja.

Tujuan dan Komponen K3

Tujuan K3 adalah untuk mengamankan sistem kerja dan


menjaga well being pekerja agar kegiatan pekerjaan dapat
berlangsung dengan baik, memelihara kesehatan dan keselamatan
lingkungan kerja. K3 juga melindungi rekan kerja, keluarga pekerja,
konsumen, dan orang lain yang juga mungkin terpengaruh kondisi
lingkungan kerja, meningkatkan kesejahteraan dan kenerja,
menjamin kesehatan dan keselamatan orang lain dalam lingkungan
kerja, mengamankan sumber polutan, menyehatkan lingkungan

15
kerja dan mengefisienkan kegiatan Kesehatan dan keselamatan
kerja cukup penting bagi moral, legalitas, dan finansial.

Dalam K3 ada tiga norma yang selalu harus dipahami, yaitu :

1 Aturan berkaitan dengan keselamatan dan kesehtan kerja

2 Di terapkan untuk melindungi tenaga kerja

3 Resiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja.

Sasaran dari K3 adalah :

1 Menjamin keselamatan operator dan orang lain

2 Menjamin penggunaan peralatan aman dioperasikan

3 menjamin proses produksi aman dan lancar.

Tapi dalam pelaksaannya banyak ditemui habatan dalam


penerapan K3 dalam dunia pekerja, hal ini terjadi karena beberapa
faktor yaitu :

Dari sisi masyarakat pekerja

Tuntutan pekerja masih pada kebutuhan dasar (upah dan


tunjangan kesehatan/kesejahtraan)

K3 belum menjadi tuntutan pekerja

Dari sisi pengusaha

Pengusaha lebih menekankan penghematan biaya produksi dan


meningkatkan efisiensi untuk mendapatkan keuntungan sebesar-
besarnya. dan K3 dipandang sebagai beban dalam hal biaya
operasional tambahan

16
Metode yang ada dalam keilmuan K3 ada 4:

1 Identifikasi bahaya

2 Analisis

3 Evaluasi

4 Pengendalian

B Kelembagaan K3 di Indonesia dan Dunia

Pengertian Kelembagaan K3

Adalah sebuah organisasi / badan swasta independent, non


pemerintah yang bergerak di bidang pengelolaan keselamatan dan
kesehatan kerja (K3), beranggotakan perusahaan dan lembaga usaha
berbadan hukum di Indonesia. Lembaga K3 yang ada di Indonesia pada
saat ini adalah : P2K3, DK3N dan PJK3.
a P2K3 (Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja) adalah
suatu lembaga yang dibentuk di perusahan untuk membantu
melaksanakan dan menangani usaha-usaha keselamatan dan
kesehatan kerja yang keanggotaannya terdiri dari unsure pengusaha
dan pekerja.
b DK3N (Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Nasional) adalah
suatu lembaga yang dibentuk untuk membantu memberi saran dan
pertimbangan kepada Menteri tentang usaha-usaha keselamatan dan
kesehatan kerja.
c PJK3 (Perusahaan Jasa Keselamatan dan Kesehatahn Kerja) adalah
suatu lembaga usaha berdasarkan surat keputusan penunjukkan dari
Depnakertrans yang bergerak di bidang jasa keselamatan dan
kesehatan kerja yang mempunyai ahli K3 di bidangnya.

17
Tugas Pokok dan Fungsi P2K3 DK3N dan PJK3
a P2K3 (Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja) bertugas
dalam memberikan saran dan pertimbangan kepada pengusaha
mengenai K3 dan berfungsi sebagai ;
Menghimpun dan mengolah data tentang K3 di tempat kerja
Membantu menuunjukkan dan menjelaskan K3 pada setiap
tenaga kerja
Membantu pengusaha dalam mengevaluasi K3
Persyaratan, Pembentukan dan Penunjukan diatur dalam Peraturan
Menaker No.: Per-04/MEN/1987.
b DK3N (Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Nasional) bertugas
dalam memberikan saran dan pertimbangan kepada menteri mengenai
K3 dan berfungsi sebagai dalam menghimpun dan mengolah data K3
di tingkat nasional dan membantu menteri dalam memasyarakatkan
K3. Persyaratan, Pembentukan dan Penunjukan diatur dalam
Peraturan Menaker No.: Kep. 155/MEN/1994.
c PJK3 (Perusahaan Jasa Keselamatan dan Kesehatan Kerja) bertugas
dalam membantu pelaksanaan pemenuhan syarat-syarat K3 sesuai
dengan peraturan yang berlaku dan berfungsi melakukan kegiatan
yang berhubungan dengan masalah K3.Persyaratan, Pembentukan
dan Penunjukan diatur dalam Peraturan Menaker No: Per-
04/MEN/1995.

C Kebijakan Program K3 di Indonesia

Pengertian Kebijakan

Menurut Lasswell (1970): Kebijakan adalah sebagai suatu program


pencapaian tujuan, nilai-nilai dan praktik-praktik yang terarah (a projected
program of goals values and practices).

18
Menurut Anderson (1979): kebijakan adalah serangkaian tindakan yang
mempunyai tujuan tertentu yang mesti diikuti dan dilakukan oleh para
pelakunya untuk memecahkan suatu masalah (a purposive corse of
problem or matter of concern).

Menurut Heclo (1977): kebijakan adalah cara bertindak yang sengaja


dilaksanakan untuk menyelesaikan masalah-masalah.

Menurut Eulau (1977): kebijakan adalah keputusan tetap, dicirikan oleh


tindakan yang bersinambung dan berulang-ulang pada mereka yang
membuat dan melaksanakan kebijakan.

Menurut Amara Raksasa Taya (1976): kebijakan adalah suatu taktik atau
strategi yang diarahkan untuk mencapai tujuan.

Menurut Friedrik (1963): kebijakan adalah serangkaian tindakan yang


diajukan seseorang, group, dan pemerintah dalam lingkungan tertentu
dengan mencantumkan kendala-kendala yang dihadapi serta kesempatan
yang memungkingkan pelaksanaan usulan tersebut dalam upaya
mencapai tujuan.

Menurut Budiardjo (1988): kebijakan adalah sekumpulan keputusan yang


diambil oleh seorang pelaku atau kelompok politik dalam usaha memilih
tujuan-tujuan dan cara-cara untuk mencapai tujuan tersebut.

Menurut Carter V. Good (1959): kebijakan adalah sebuah pertimbangan


yang didasarkan atas suatu nilai dan beberapa penilaian terhadap faktor-
faktor yang bersifat situasional, untuk mengoperasikan perencanaan yang
bersifat umum dan memberikan bimbingan dalam pengambilan keputusan
demi tercapainya tujuan.

19
Menurut Indrafachrudi (1984): kebijakan adalah suatu ketentuan pokok
yang menjadi dasar dan arah dalam melaksanakan kegiatan administrasi
atau pengelolaan.

Menurut Carl Friedrich: Kebijakan adalah suatu tindakan yang mengarah


pada tujuan dalam lingkungan tertentu sehubungan dengan adanya
hambatan-hambatan tertentu seraya mencari peluang-peluang untuk
mencapai tujuan atau mewujudkan sasaran yang diinginkan.

Menurut PBB: Kebijakan adalah suatu deklarasi mengenai dasar


pedoman (untuk) bertindak, suatu arah tindakan tertentu, suatu program
mengenai aktivitas-aktivitas tertentu atau suatu rencana.

Menurut KBBI: Kebijakan adalah rangkaian konsep dan asas yang


menjadi garis dan dasar rencana dalam pelaksanaan pekerjaan,
kepemimpinan, serta cara bertindak (tetang perintah, organisasi, dan
sebagainya).

Menurut Anderson: Kebijakan adalah suatu tindakan yang mempunyai


tujuan yang dilakukan seseorang pelaku atau sejumlah pelaku untuk
memecahkan suatu masalah.

Menurut Mustopadidjaja: Kebijakan adalah keputusan suatu organisasi


yang dimaksudkan untuk mengatasi permasalahan tertentu sebagai
keputusan atau untuk mencapai tujuan tertentu, berisikan ketentuan-
ketentuan yang dapat dijadikan pedoman perilaku dalam :

1 pengambilan keputusan lebih lanjut, yang harus dilakukan baik


kelompok sasaran ataupun (unit) organisasi pelaksana kebijakan.

2 penerapan atau pelaksanaan dari suatu kebijakan yang telah


ditetapkan baik dalam hubungan dengan (unit) organisasi
pelaksana maupun dengan kelompok sasaran yang dimaksudkan.

20
Menurut pendapat berberapa ahli mengenai kebijakan diatas dapat
disimpulkan bahwa kebijakan adalah serangkaian tindakan atau
keputusan yang mempunyai tujuan yang terarah dalam suatu organisasi
dalam ruang lingkup tertentu yang menjadi dasar untuk memecahkan
suatu permasalahan.

Pengertian Kebijakan K3

Berdasarkan simpulan-simpulan diatas dapat disimpulkan bahwa


Kebijakan Kesehatan dan Keselamatan Kerja adalah serangkaian
tindakan dan keputusan yang bertujuan menciptakan dan menjamin
kondisi dalam pekerjaan yang sehat baik jasmani maupun rohani,efisien
dan terkendali bagi pekerja, peralatan,perusahaan dan lingkungan untuk
mencegah terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja di tempat
kerja.Oleh sebab itu, Kebijakan Kesehatan dan Keselamatan Kerja sangat
penting dan menjadi landasan utama perusahaan yang diharapkan dapat
menggerakkan semua warga perusahaan sehingga program Kesehatan
dan Keselamatan Kerja yang diinginkan dapat berjalan dengan baik.
Walaupun demikian, suatu kebijakan harusnya tidak hanya hitam diatas
putih saja tanpa implementasi dan komitmen yang berkelanjutan sehingga
kebijakan tersebut hanya akan sia-sia tanpa memberi suatu manfaat,
karena tanpa komitmen yang kuat suatu kebijakan tidak akan berhasil
dengan baik (Noer Rafikah Zulyanti,2013).

Kebijakan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)

Permasalahan yang melatarbelakangi sehingga ditetapkannya kebijakan


K3 oleh perusahaan (Disnakertrans: 2012) adalah :

1 Kebutuhan terhadap pentingnya K3 bagi perusahaan belum menjadi


prioritas.
2 Keterlibatan pimpinan perusahaan terhadap K3 pada umumnya masih
kurang.

21
3 Penerapan K3 pada umumnya masih pada perusahaan- perusahaan
yang berpotensi bahaya tinggi seperti pada sector migas, petrokimia,
dan pada perusahaan asing.
4 Keterbatasan pegawai pengawas keselamatan dan kesehatan kerka di
Kabupaten/Kota baik secara kuantitas maupun kualitas merupakan
kendala pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah.
5 Penegakan hukum terhadap pelanggaran norma/peraturan
perundangan di bidang ketenaga kerjaan masih belum optimal.

Kebijakan K3 merupakan perwujudan dari komitmen pucuk pimpinan yang


mamuat visi dan tujuan organisasi, komitmen dan tekad untuk
melaksanakan keselamatan dan kesehatan kerja, kerangka dan program
kerja (Soehatman Ramli, 2010 : 71).

Pembuatan Kebijakan K3

Kebijakan Kesehatan dan Keselamatan kerja seharusnya dibuat


berdasarkan konsultasi antara pengurus dan wakil tenaga kerja dengan
berlandaskan undang undang yang mengatur tentang pembuatan
Kebijakan Kesehatan dan Keselamatan Kerja yang kemudian harus
disebarluaskan kepada semua warga perusahaan. Kebijakan Kesehatan
dan Keselamatan Kerja harus selalu ditinjau ulang dalam interval waktu
tertentu dalam rangka peningkatan kebijakan Kesehatan dan
Keselamatan Kerja. Maka dari itu Kebijakan Kesehatan dan Keselamatan
kerja harus tertulis agar mudah dalam melakukan peninjauan ulang dan
alasan lain Kebiajakan K3 harus tertulis karena :

1 Kebijakan Kesehatan dan Keselamatan Kerja sebagai pedoman


kerja sehari-hari.

2 Mempermudah dalam pelaksanaan dan pengawasan

22
3 Kebijakan Kesehatan dan Keselamatan Kerja menjadi pedoman
dalam penyusunan peraturan Kesehatan dan keselamatan kerja
perusahaan.

4 Mempermudah pekerja untuk mengikuti ketentuan dan peraturan


kesehatan dan Keselamatan kerja

Dalam membuat sebuah kebijakan Kesehatan dan Keselamatan Kerja


perlu memperhatikan berbagai aspek berikut seperti :

1 Singkat dan menggunakan diksi yang mudah dipahami. Hal ini


dimaksudkan agar pembaca dapat secara mudah memahami apa
yang menjadi tujuan dari kebiajakan yang dibuat.

2 Menetapkan bagaimana mengatur pelayanan kesehatan kerja.

3 Mengalokasikan berbagai tanggung jawab terhadap Kesehatan dan


Keselamatan Kerja dalam perusahaan.

4 Memastikan agar kebijakan yang dibuat dapat diketahui semua


warga perusahaan.

5 Menetapkan tindakan-tindakan yang dapat diambil ketika terjadi


kecelakaan kerja.

6 Kebijakan dapat dinyatakan dalam bentuk pernyataan visi dan misi


sebagai suatu dokumen yang mencerminkan nilai Kesehatan dan
Keselamatan Kerja perusahaan.

7 Menegaskan tugas dan tanggung jawab pimpinan


departemen/bagian Kesehatan dan Keselamatan kerja sebagai
penggerak utama dalam proses mensosialisasikan tujuan-tujuan
kebijakan Kesehatan dan Keselamatan Kerja.

23
8 Dicetak alam bahasa atau media yang mudah dipahami dan dapat
diberi gambar-gambar untuk memepermudah pemahaman.

9 Harus di sosialisasikan ke berbagai sudut perusahaaan agar


semua warga perusahaan mempunyai kesempatan yang sama
dalam mengetahui Kebijakan Kesehatan dan Keselamatan Kerja
perusahaan.

10 Dalam pemasangannya harus diperhatikan faktor ergonomi dan


penempatannya dapat dibaca dengan mudah agar tujuan kebijakan
yang dimaksud dapat dimengerti secara maksimal.

Kriteria Kebijakan K3

Sebuah kebijakan yang baik harus memenuhi beberapa kriteria antara


lain:

1 Sesuai dengan resiko yang ada dalam perusahaan.

Kebijakan K3 tentu berbeda antara satu perusahaan dengan perusahaan


lain, tergantung jenis bahaya yang ada dalam sebuah perusahaan
tersebut. Sebagai contoh perusahaan yang bergerak dibidang kontraktor
instalasi listrik akan mempunyai kebijakan yang berbeda dengan
perusahaan/instansi pelayanan kesehatan masyarakat. Jika pada
perusahaan kontaktor instalasi listrik akan membuat kebijakan tentang
bahaya instalasi di gedung bertingkat maka pada perusahaan pelayanan
kesehatan masyarakat tidak membuat kebijakan seperti itu, akan tetapi
membuat kebijakan mengenai bahaya terhadap penularan penyakit
tertentu oleh pasien. Kebijakan yang sesuai dengan resiko yang ada akan
membuat kebijakan tersebut efektif dan bermanfaat.

2 Menyesuaikan perkembangan teknologi.

24
Teknologi yang digunakan disebuah perusahaan semakin berkembang
dewasa ini, sehubungan dengan itu kebijakan Kesehatan dan
Keselamatan Kerja perlu mengikuti teknologi yang ada. Sebuah inovasi
teknologi baru akan mempunyai resiko yang berbeda dengan teknologi
sebelumnya maka perusahaan harus selalu menyesuaikan kebijakan
kesehatan dan keselamatan kerja seiring dengan berkembangnya
teknologi yang dipakai dalam suatu perusahaan.

3 Didokumentasikan, diimplementasikan dan dipelihara.

Kebijakan yang dibuat seharusnya didokumentasikan, artinya kebijakan


tersebut dikemas dalam sebuah poster ataupun prosedur-prosedur
penggunaan suatu alat yang dapat memberikan informasi kepada
pembaca bahwa diperusahaan tersebut terdapat kebijakan yang harus
diimplementasikan dan ditaati dalam setiap kegiatannya oleh semua
warga perusahaan. Selain itu semua warga perusahaan wajib
mempelihara kebijakan-kebijakan tersebut demi keselamatan dan
kesehatan kerja semua warga perusahaan.

4 Dikomunikasikan dengan baik.

Kebijakan yang dibuat telah dikomunikasikan kepada seluruh warga


perusahaan dengan tujuan seluruh warga perusahaan memahami maksud
dan tujuan kebijakan kesehatan dan keselamatan kerja tersebut. Hal ini
dapat dilakukan oleh pimpinan ataupun lembaga terkait yang bertanggung
jawab atas kesehaatan dan keselamatn kerja di perusahaan tersebut
dengan cara mengingatkan setiap apel pagi ataupun monitoring secara
langsung saat karyawan bekerja.

5 Telah disosialisasikan.

Kebijakan yang telah dibuat seharusnya telah disosialisasikan kepada


seluruh warga perusahaan sehingga mereka tidak hanya mengetahui saja

25
namun telah mempunyai kompetensi untuk mengimplementasikan secara
baik dan benar dalam kegiatan setiap harinya. Ini dapat dicapai dengan
adanya pelatihan dan sosialisasi singkat terhadap kebijakan yang ada.

6 Kebijakan yang dibuat mencakup Kesehatan dan Keselamatan


kerja pihak lain yang terlibat.

Kebijakan Kesehatan dan Keselamatan Kerja yang dibuat harus mengatur


pihak lain yang terlibat seperti mitra bisnis, masyarakat sekitar, pemasok,
pelanggan dan lain-lain yang tak jarang terlibat dalam perusahaan. Selain
itu memastikan juga untuk mensosialisasikannya kepada pihak tersebut
agar mereka mengetahui dan dapat mengimplementasikannya.

7 Ditinjau ulang dengan interval waktu tertentu.

Kebijakan yang dibuat perlu ditinjau ulang dengan interval waktu tertentu
untuk melihat apakah kebijakan tersebut masih relevan. Peninjauan ini
penting untuk memastikan bahwa kebijakan yang ada masih sesuai
dengan teknologi dan kondisi yang ada. Sehingga kebijakan tersebut
dapat diimplementasikan dengan tepat dan efisien. The main objectives of
such monitoring are to:

1 identify real hazards;

2 determine the level of workers exposure to harmful agents;

3 prove compliance with regulatory requirements;

4 assess the need for control measures; and

5 ensure the efficiency of control measures in use. (Benjamin O. Alli,


2008: 68)

8 Berlandaskan perundang-undangan yang berlaku.

26
Sebuah kebijakan seharusnya dibuat dengan pedoman Undang-undang
yang berlaku di indonesia. Hal ini dimaksudkan agar kebijakan yang
dibuat sesuai dan sejalan dengan undang-undang, serta kebijakan yang
dibuat tidak menyalahi undang-undang, tidak menyalahi disini dalam
artian kebijakan yang dibuat benar-benar mementingkan kesehatan dan
keselamatan kerja seluruh warga perusahaan.

D Model Program Pelayanan Kesehatan Kerja (model WHO/ ILO,

kemenkes, kemenaker, perusahaan dan ranah publik)

Kesehatan Kerja

Kesehatan kerja (Occupational health) merupakan bagian dari


kesehatan masyarakat yang berkaitan dengan semua pekerjaan yang
berhubungan dengan faktor potensial yang mempengaruhi kesehatan
pekerja (dalam hal ini Dosen, Mahasiswa dan Karyawan). Bahaya
pekerjaan (akibat kerja), Seperti halnya masalah kesehatan lingkungan
lain, bersifat akut atau khronis (sementara atau berkelanjutan) dan
efeknya mungkin segera terjadi atau perlu waktu lama. Efek terhadap
kesehatan dapat secara langsung maupun tidak langsung.

Kesehatan masyarakat kerja perlu diperhatikan, oleh karena selain


dapat menimbulkan gangguan tingkat produktifitas, kesehatan masyarakat
kerja tersebut dapat timbul akibat pekerjaanya. Sasaran kesehatan kerja
khususnya adalah para pekerja dan peralatan kerja di lingkungan PSTKG.
Melalui usaha kesehatan pencegahan di lingkungan kerja masing-masing
dapat dicegah adanya penyakit akibat dampak pencemaran lingkungan
maupun akibat aktivitas dan produk PSTKG terhadap masyarakat
konsumen baik di lingkungan PSTKG maupun masyarakat luas.

27
Kesehatan kerja mempengaruhi manusia dalam hubunganya dengan
pekerjaan dan lingkungan kerjanya, baik secara fisik maupun psikis yang
meliputi, antara lain: metode bekerja, kondisi kerja dan lingkungan kerja
yang mungkin dapat menyebabkan kecelakaan, penyakit ataupun
perubahan dari kesehatan seseorang. Pada hakekatnya ilmu kesehatan
kerja mempelajari dinamika, akibat dan problematika yang ditimbulkan
akibat hubungan interaktif.

Tiga komponen utama yang mempengaruhi seseorang bila bekerja


yaitu:

1 Kapasitas kerja: Status kesehatan kerja, gizi kerja, dan lain-lain.


2 Beban kerja: fisik maupun mental.
3 Beban tambahan yang berasal dari lingkungan kerja antara lain:bising,
panas, debu, parasit, dan lain-lain.

Bila ketiga komponen tersebut serasi maka bisa dicapai suatu


kesehatan kerja yang optimal. Sebaliknya bila terdapat ketidakserasian
dapat menimbulkan masalah kesehatan kerja berupa penyakit ataupun
kecelakaan akibat kerja yang pada akhirnya akan menurunkan
produktifitas kerja. Keselamatan dan kesehatan kerja difilosofikan sebagai
suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan
baik jasmani maupun rohani tenaga kerja pada khususnya dan manusia
pada umumnya, hasil karya dan budayanya menuju masyarakat makmur
dan sejahtera.

Sedangkan pengertian secara keilmuan adalah suatu ilmu


pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan
terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Keselamatan dan
kesehatan kerja (K3) tidak dapat dipisahkan dengan proses produksi baik
jasa maupun industri. Perkembangan pembangunan setelah Indonesia
merdeka menimbulkan konsekwensi meningkatkan intensitas kerja yang
mengakibatkan pula meningkatnya resiko kecelakaan di lingkungan kerja.

28
Hal tersebut juga mengakibatkan meningkatnya tuntutan yang lebih
tinggi dalam mencegah terjadinya kecelakaan yang beraneka ragam
bentuk maupun jenis kecelakaannya. Sejalan dengan itu, perkembangan
pembangunan yang dilaksanakan tersebut maka disusunlah UU No.14
tahun 1969 tentang pokok-pokok mengenai tenaga kerja yang selanjutnya
mengalami perubahan menjadi UU No.12 tahun 2003 tentang ketenaga
kerjaan.

Dalam pasal 86 UU No.13 tahun 2003, dinyatakan bahwa setiap


pekerja atau buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas
keselamatan dan kesehatan kerja, moral dan kesusilaan dan perlakuan
yang sesuai dengan harkat dan martabat serta nilai-nilai agama.

Untuk mengantisipasi permasalahan tersebut, maka dikeluarkanlah


peraturan perundangan-undangan di bidang keselamatan dan kesehatan
kerja sebagai pengganti peraturan sebelumnya yaitu Veiligheids
Reglement, STBl No.406 tahun 1910 yang dinilai sudah tidak memadai
menghadapi kemajuan dan perkembangan yang ada.

Peraturan tersebut adalah Undang-undang No.1 tahun 1970 tentang


keselamatan kerja yang ruang lingkupnya meliputi segala lingkungan
kerja, baik di darat, didalam tanah, permukaan air, di dalam air maupun
udara, yang berada di dalam wilayah kekuasaan hukum Republik
Indonesia.

Undang-undang tersebut juga mengatur syarat-syarat keselamatan


kerja dimulai dari perencanaan, pembuatan, pengangkutan, peredaran,
perdagangan, pemasangan, pemakaian, penggunaan, pemeliharaan dan
penyimpanan bahan, barang produk tekhnis dan aparat produksi yang
mengandung dan dapat menimbulkan bahaya kecelakaan.

Walaupun sudah banyak peraturan yang diterbitkan, namun pada


pelaksaannya masih banyak kekurangan dan kelemahannya karena
terbatasnya personil pengawasan, sumber daya manusia K3 serta sarana

29
yang ada. Oleh karena itu, masih diperlukan upaya untuk memberdayakan
lembaga-lembaga K3 yang ada di masyarakat, meningkatkan sosialisasi
dan kerjasama dengan mitra sosial guna membantu pelaksanaan
pengawasan norma K3 agar terjalan dengan baik.

Menurut Interntional Labour Organization (ILO) dan World Health


Organization (WHO), Kesehatan kerja merupakan promosi dan
pemeliharaan kesejahteraan fisik, mental, dan sosial pekerja pada jabatan
apapun dengan sebaik-baiknya (Harrington & Gill, 2005). Upaya
kesehatan kerja ini ditujukan untuk melindungi pekerja agar hidup sehat
dan terbebas dari gangguan kesehatan serta pengaruh buruk yang
diakibatkan oleh pekerjaan. Upaya kesehatan kerja dilakukan pada
pekerja baik di sektor formal maupun informal.

Dalam penyeleksian pemilihan calon pegawai pada suatu perusahaan


/ instansi, diperlukan adanya pemeriksaan kesehatan baik secara fisik
maupun mental yang nantinya hasil pemeriksaan kesehatan ini digunakan
sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan.

Dalam hal penyelenggaraan upaya kesehatan kerja ini pengelola


tempat kerja wajib melakukan segala bentuk upaya kesehatan melalui
upaya pencegahan, peningkatan, pengobatan dan pemulihan bagi tenaga
kerja. Pengusaha wajib menjamin kesehatan pekerja serta wajib
menanggung seluruh biaya pemeliharaan kesehatan pekerja.
Tidak pengelola atau pengusaha saja yang berperan dalam
penyelenggaraan kesehatan kerja ini namun juga pekerjanya. Pekerja
wajib menciptakan dan menjagaa kesehatan tempat kerja yang sehat dan
menaati peraturan yang berlaku di tempat kerja. (UU No 36 Tahun 2009).

Menurut International Labor Organization ( ILO) salah satu upaya


dalam menanggulangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja di tempat
kerja adalah dengan penerapan peraturan perundangan antara lain
melalui :

30
a Adanya ketentuan dan syarat-ayarat K3 yang selalu mengikuti
perkembangan ilmu pengetahuan, teknik dan teknologi ( up to date )
b Penerapan semua ketentuan dan persyaratan keselamatan dan
kesehatan kerja sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku
sejak tahap
c Pengawasan dan pemantauan pelaksanaan K3 melalui pemeriksaan-
pemeriksaan langsung di tempat kerja.

ILO dan WHO (1995) menyatakan kesehatan kerja bertujuan untuk


peningkatan dan pemeliharaan derajat kesehatan fisik, mental dan sosial
yang setinggi-tingginya bagi pekerja disemua jenis pekerjaan,
pencegahan terhadap gangguankesehatan pekerja yang disebabkan oleh
kondisi pekerjaan; perlindungan bagi pekerja dalam pekerjaannya dari
risiko akibat faktor yang merugikan kesehatan dan penempatan serta
pemeliharaan pekerja dalam suatu lingkungan kerja yang disesuaikan
dengan kondisi fisiologi dan psikologisnya.

Secara ringkas merupakan penyesuaian pekerjaan kepada manusia


dan setiap manusia kepada pekerjaan atau jabatannya. Selanjutnya
dinyatakan bahwa fokus utama kesehatan kerja, yaitu:

1 Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan pekerja dan kapasitas


kerja
2 Perbaikan lingkungan kerja dan pekerjaan yang mendukung
keselamatan dan kesehatan
3 Pengembangan organisasi kerja dan budaya kerja kearah yang
mendukung kesehatan dan keselamatan di tempat kerja juga
meningkatkan suasana sosial yang positif dan operasi yang lancar
serta meningkatkan produktivitas perusahaan.

Dalam Permenaker No.3 tahun 1982 disebutkan tugas pokok


kesehatan kerja antara lain:

31
1 Pembinaan dan pengawasan atau penyesuaian pekerjaan terhadap
tenaga kerja
2 Pembinaan dan pengawasan terhadap lingkungan kerja
3 Pembinaan dan pengawasan perlengkapan sanitasi
4 Pembinaan danpengawasan perlengkapan kesehatan kerja
5 Memberikan nasehat mengenai perencanaan dan pembuatan tempat
kerja, pemilihan alat pelindung diri yang diperlukan dan gizi serta
penyelenggaraan makanan ditempat kerja
6 Memberikan laporan berkala tentang pelayanan kesehatan
kerja kepada pengurus
7 Memberikan saran dan masukan kepada manajemen dan fungsi terkait
terhadap permasalahan yang berhubungan dengan aspek kesehatan
kerja.

Tujuan Kesehatan Kerja

1 Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat


pekerja di semua lapangan pekerjaan ketingkat yang setinggi-
tingginya, baik fisik, mental maupun kesehatan sosial.

2 Mencegah timbulnya gangguan kesehatan masyarakat pekerja


yang diakibatkan oleh tindakan/kondisi lingkungan kerjanya.
3 Memberikan perlindungan bagi pekerja dalam pekerjaanya dari
kemungkinan bahaya yang disebabkan olek faktor-faktor yang
membahayakan kesehatan.
4 Menempatkan dan memelihara pekerja di suatu lingkungan
pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan fisik dan psikis
pekerjanya.

Kapasitas Kerja, Beban Kerja, Lingkungan Kerja

Kapasitas kerja, beban kerja, dan lingkungan kerja merupakan tiga


komponen utama dalam system kesehatan kerja. Dimana hubungan
interaktif dan serasi antara ketiga komponen tersebut akan menghasilkan
kesehatan kerja yang baik dan optimal. Kapasitas kerja yang baik seperti
status kesehatan kerja dan gizi kerja yang baik serta kemampuan fisik

32
yang prima diperlukan agar pekerja dapat melakukan pekerjaannya
dengan baik.

Beban kerja meliputi beban kerja fisik maupun mental. Akibat beban
kerja terlalu berat atau kemampuan fisik yang terlalu lemah dapat
mengakibatkan seseorang pekerja menderita gangguan atau penyakit
akibat kerja. Kondisi lingkungan kerja yaitu keadaan lingkungan tempat
kerja pada saat bekerja, misalnya panas, debu, zat kimia dan lain-lain,
dapat merupakan bebam tambahan trhadap pekerja. Beban beban
tambahan tersebut secara sendiri-sendiri atau bersama sama menjadi
gangguan atau penyakit akibat kerja.

Perhatian yang baik pada kesehatan kerja dan perlindungan risiko


bahaya di tempat kerja menjadikan pekerja dapat lebih nyaman dalam
bekerja. Dalam Undang-undang No. 36 tahun 2009 dinyatakan bahwa
kesehatan kerja diselenggarakan agar setiap pekerja dapat bekerja
secara sehat tanpa membahayakan diri sendiri dan masyarakat
sekelilingnya, agar diperoleh produktivitas kerja yang optimal sejalan
dengan program perlindungan tenaga kerja

Kebijakan Upaya Kesehatan Kerja (UKK)

Di Indonesia kebanyakan yang dilakukan dalam pelayanan upaya


kesehatan kerja di tempat pelayanan kerja yaitu :

UKK dilaksanakan secara paripurna, berjenjang dan terpadu.


Pelayanan kesehatan kerja merupakan kegiatan integral dari
pelayanan kesehatan pada kesehatan tingkat primer maupun
rujukan.
Pelayanan kesehatan kerja diperkuat dengan sistem informasi,
surveilans & standar pelayanan sesuai dengan peraturan undang-
undang dan IPTEK.
Peningkatan mutu pelayanan kesehatan kerja paripurna
Promosi K3 dilaksanakan secara optimal

33
Peningkatan koordinasi pelaksanaan UKK pada Tingkat Nasional,
Propinsi, Kabupaten/Kota, Kecamatan & Kelurahan/Desa.
Memberdayakan Puskesmas sebagai jejaring pelayanan yang
efektif dibidang kesehatan kerja pada masyarakat pekerja
utamanya di sektor informal.

Pengembangan wadah partisipatif kalangan pekerja informal (Pos


UKK) sebagai mitra kerja PKM dalam rangka membudayakan
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)

Pelayanan Kesehatan Tenaga Kerja

Yang dimaksud dengan pelayanan kesehatan menurut


Permenakertrans No Per/03/Men/1982 tentang pelayanan kesehatan
tenaga kerja adalah usaha kesehatan yang dilaksanakan dengan tujuan:

1 Memberikan bantuan kepada tenaga kerja dalam penyesuaian diri


baik fisik maupun mental, terutama dalam penyesuaian pekerjaan
dengan tenaga kerja
2 Melindungi tenaga kerja terhadap setiap gangguan kesehatan yang
timbul dari pekerjaan atau lingkungan kerja
3 Meningkatkan kesehatan badan, kondisi mental (rohani) dan
kemampuan fisik tenaga kerja
4 Memberikan pengobatan dan perawatan serta rehabilitasi bagi tenaga
kerja yang menderita sakit

Setiap tenaga kerja berhak mendapatkan pelayanan kesehatan kerja.


Penyelenggaraan pelayanan kesehatan kerja ini dapat: diselenggarakan
sendiri oleh pengurus, diselenggarakan oleh pengurus dengan
mengadakan ikatan dengan dokter atau pelayanan kesehatan lain, dan
atau pengurus dari beberapa perusahaan secara bersama-sama
menyelenggarakan suatu pelayanan kesehatan kerja.

Pelayanan kesehatan kerja ini bertugas dalam:

34
Pemeriksaan kesehatan sebelum kerja, pemeriksaan berkala dan
pemeriksaan khusus
Pembinaan dan pengawasan atas penyesuaian pekerjaan terhadap
tenaga kerja
Pembinaan dan pengawasan terhadap lingkungan kerja
Pembinaan dan pengawasan perlengkapan sanitair
Pembinaan dan pengawasan perlengkapan untuk kesehatan tenaga
kerja
Pencegahan dan pengobatan terhadap penyakit umum dan penyakit
akibat kerja
Pertolongan pertama pada kecelakaan
Pendidikan kesehatan untuk tenaga kerja dan latihan untuk petugas
pertolongan pertama pada kecelakaanMemberikan nasehat mengenai
perencanaan dan pembuatan tempat kerja, pemilihan alat pelindung
diri yang diperlukan dan gizi serta penyelenggaraan makanan di
tempat kerja
Membantu usaha rehabilitasi akibat kecelakaan atau penyakit akibat
kerja
Pembinaan dan pengawasan terhadap tenaga kerja yang mempunyai
kelainan tertentu dalam kesehatannya
Memberikan laporan berkala tentang pelayanan kesehatan kerja
kepada pengurus

Penyelenggaraan pelayanan kesehatan kerja ini dipimpin dan


dijalankan oleh seorang dokter yang disetujui oleh Direktur. Dokter yang
menjalankan pelayanan kesehatan ini diberikan kebebasan profesional
oleh pengurus. Selain itu mereka juga bebas memasuki tempat-tempat
kerja untuk melakukan pemeriksaan-pemeriksaan dan mendapatkan
keterangan-keterangan yang diperlukan dan jika diperlukan, keterangan-
keterangan tersebut wajib diberikan kepada pegawai pengawas
keselamatan dan kesehatan kerja (Per 03/Men/1982).

Pemeriksaan Kesehatan

35
Pada lingkungan kerja, pekerja dapat melakukan pemeriksaan
kesehatan. Pemeriksaan kesehatan ini dapat dilakukan sebelum kerja
yaitu pemeriksaan kesehatan yang dilakukan oleh dokter sebelum
seorang tenaga kerja diterima untuk melakukan pekerjaan. Pemeriksaan
kesehatan sebelum kerja ini terdiri dari pemeriksaan fisik lengkap,
kesegaran jasmani, rontgen paru-paru (bilamana mungkin) dan
laboratorium rutin, serta pemeriksaan lain yang dianggap perlu.

Setelah pekerja terpilih, mereka berhak memperoleh pemeriksaan


kesehatan secara berkala maupun secara khusus. Pemeriksaan secara
berkala adalah pemeriksaan kesehatan pada watu-waktu tertentu
terhadap tenaga kerja yang dilakukan oleh seorang dokter, pemeriksaan
ini dimaksudkan untuk mempertahankan derajat kesehatan tenaga
kerjasesudah berada dalam pekerjaannya, serta menilai kemungkinan
adanya pengaruh-pengaruh dari pekerjaan seawal mungkin yang perlu
dikendalikan dengan usaha-usaha pencegahan.

Jika pada pemeriksaan kesehatan secara berkala ini ditemukan


kelainan-kelainan atau gangguan-gangguan kesehatan pada tenaga kerja
maka pengurus wajib mengadakan tindak lanjut untuk memperbaiki
kelainan-kelainan tersebut dan sebab-sebabnya untuk menjamin
terselenggaranya keselamatan dan kesehatan kerja. Untuk menunjang
agar pemeriksaan kesehatan berkala ini mencapai sasaran yang luas,
maka pengurus dapat memanfaatkan pelayanan kesehatan diluar
perusahaan.

Sedangkan yang dimaksud dengan pemeriksaan kesehatan khusus


adalah pemeriksaan kesehatan yang dilakukan oleh dokter secara khusus
terhadap tenaga kerja tertentu. Pemeriksaan kesehatan ini dimaksudkan
untuk menilai adanya pengaruh-pengaruh dari pekerjaan tertentu terhadap
tenaga kerja atau golongan-golongan tenaga kerja tertentu. Akan tetapi,
pemeriksaan kesehatan khusus ini dapat dilakukan pula terhadap:

36
Tenaga kerja yang telah mengalami kecelakaan atau penyakit yang
memerlukan perawatan lebih dari 2 (dua minggu)
Tenaga kerja yang berusia diatas 40 (empat puluh) tahun atau tenaga
kerja wanita dan tenaga kerja cacat, serta tenaga kerja muda yang
melakukan pekerjaan tertentu.
Tenaga kerja yang terdapat dugaan-dugaan tertentu mengenai
gangguan-gangguan kesehatannya perlu dilakukan pemeriksaan
khusus sesuai dengan kebutuhan.

Pemeriksaan kesehatan khusus dapat juga diadakan bila terdapat


keluhan-keluhan diantara tenaga kerja, atau atas pengamat pegawai
pengawas keselamatan dan kesehatan kerja, atau atas penilaian Pusat
Bina Hyperkes dan keselamatan dan balai-balainya atau atas pendapat
umum di masyarakat. Dokter yang melakukan pemeriksaan-pemeriksaan
kesehatan ini adalah dokter yang ditunjuk oleh pengusaha dan telah
memenuhi syarat sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja
Transmigrasi dan Koperasi Nomor Per 10/Men/1976 dan syarat-syarat lain
yang dibenarkan oleh Direktur Jenderal pembinaan Hubungan
Perburuhan dan Perlindungan Tenaga Kerja (Per 02/Men/1980).

Penyakit Akibat Kerja

Menurut Per 01/Men/1981 yang dimaksud Penyakit akibat kerja


adalah setiap penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan atau lingkungan
kerja. Penyakit akibat kerja dapat ditemukan atau didiagnosis sewaktu
dilaksanakan pemeriksaan kesehatan kerja. Diagnosis penyakit akibat
kerja ditegakkan melalui serangkaian pemeriksaan klinis dan pemeriksaan
kondisi pekerja serta lingkungannya untuk membuktikan adanya
hubungan sebab akibat antara penyakit dan pekerjaannya. Setelah
ditegakkan diagnosis penyakit akibat kerja oleh dokter pemeriksa maka
dokter wajib membuat laporan medik yang bersifat rahasia (Kep
333/Men/1989).

37
Agar penyakit akibat kerja tidak terulang kembali diderita oleh tenaga
kerja yang berada dibawah pimpinannya, maka pengurus wajib dengan
segara melakukan tindakan-tindakan preventif. Dalam hal ini pengurus
wajib menyediakan secara cuma-cuma semua alat perlindungan diri yang
diwajibkan penggunaanya oleh tenaga kerja yang berada dibawah
pimpinannya (Per 01/Men/1981)

Strategi Upaya Kesehatan Kerja

1 Pembinaan Program
Perluasan jangkauan pelayanan ke seluruh lapisan masyarakat
pekerja formal & informal melalui sistem yankes yang sudah
berjalan & potensi pranata sosial yang sudah ada.
Peningkatan mutu pelayanan dengan standardisasi, akreditasi
& SIM (Sistem Informasi Manajemen)
Promosi K3 dilaksanakan dengan pendekatan Advokasi, Bina
Suasana, dan Pemberdayaan & Pembudayaan K3 dikalangan
dunia usaha & keluarganya serta masyarakat sekelilingnya.
Pengembangan program Upaya Kesehatan Kerja melalui
Kabupaten/Kota Sehat

2 Pembinaan Institusi

Pengembangan jaringan yankesja yg meliputi Pos UKK, Klinik


Perusahaan, Puskesmas, BKKM (Balai Kesehatan Kerja
Masyarakat) & Rumah Sakit
Pengembangan jaringan kerjasama & penunjang yankesja,
baik lintas program maupun lintas sektor
Pelembagaan K3 di tempat kerja yang merupakan wahana
utama penerapan program K3
Memperjelas peran manajemen & serikat pekerja dalam
program K3.

3) Peningkatan Profesionalisme

38
Penambahan tenaga ahli K3 di tingkat Pusat, Propinsi dan
Kabupaten/Kota.
Peningkatan Kemampuan & Keterampilan K3 petugas
kesehatan melalui Diklat.
Pengembangan profesionalisme K3 bekerjasama dengan
ikatan profesi terkait.

Pelayanan Kesehatan Kerja

Pelayanan kesehatan kerja adalah pelayanan kesehatan yang


diselenggarakan di tempat kerja dengan tujuan untuk meningkatkan
kesadaran, kemauan, dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap
tenaga kerja yang berdampak positif bagi peningkatan produktifitas kerja.

Syarat pengadaan pelayanan kesehatan kerja, didasarkan pada :

UU NO.36 tahun 2009 tentang Kesehatan


Kepmenkes No. 920 tahun 1986 tentang upaya pelayanan swasta di
bidang medik.

Permenakertrans RI No.03/MEN/1982 tentang Pelayanan Kesehatan


kerja dimana Pelayanan Kesehatan kerjadiadakan tergantung pada
jumlah tenaga kerja & tingkat bahayanya

Ruang Lingkup Kegiatan Pelayanan Kesehatan Kerja

Pemeriksaan dan seleksi calon pekerja & pekerja


Pemeliharaan kesehatan (promotif, preventif, kuratif & rehabilitatif)
Peningkatan mutu & kondisi tempat kerja
Penyerasian kapasitas kerja, beban kerja & lingkungan kerja

Pembentukan & pembinaan partisipasi masyarakat pekerja dalam


pelayanan kesehatan kerja

Jenis Program Pelayanan Kesehatan Kerja

39
Program Pelayanan kesehatan kerja lebih ditekankan pada
pelayanan:

Promotif
Preventif
Kuratif
Rehabilitatif dan
Pelayanan Rujukan
1 Pelayanan Kesehatan Kerja Promotif, meliputi :
Pendidikan dan penyuluhan tentang Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3)
Pemeliharaan berat badan yang ideal
Perbaikan gizi, menu seimbang & pemilihan makanan yang
sehat & aman, Higiene Kantin.
Pemeliharaan lingkungan kerja yang sehat (Hygiene & sanitasi)
Kegiatan fisik : Olah raga, kebugaran
Konseling berhenti merokok /napza
Koordinasi Lintas Sektor
Advokasi
2 Pelayanan Kesehatan Kerja Preventif, meliputi :
Pemeriksaan kesehatan (awal, berkala, khusus)
Imunisasi
Identifikasi & pengukuran potensi risiko
Pengendalian bahaya (Fisik, Kimia, Biologi, Psikologi, Ergonomi)
Surveilans Penyakit Akibat Kerja (PAK), Penyakit Akibat
Hubungan Kerja (PAHK), Kecelakaan Akibat Kerja (KAK) &
penyakit lainnya.
Monitoring Lingkungan Kerja .
3 Pelayanan Kesehatan Kerja Kuratif, meliputi :
Pertolongan pertama pada kasus emergency.
Pemeriksaan fisik dan penunjang
Melakukan rujukan
Pelayanan diberikan pada pekerja yang sudah mengalami
gangguan kesehatan.
Pelayanan diberikan meliputi pengobatan terhadap penyakit
umum maupun penyakit akibat kerja.
Terapi Penyakit Akibat Kerja (PAK) dengan terapi kasual/utama &
terapi simtomatis
4 Pelayanan Kesehatan Kerja Rehabilitatif, meliputi :

40
Rehabilitasi medik
Latihan dan pendidikan pekerja untuk dapat menggunakan
kemampuannya yang masih ada secara maksimal.
Penempatan kembali pekerja yang cacat secara selektif sesuai
kemampuannya.
5 Pelayanan Kesehatan Kerja Rujukan yaitu Rujukan pasien /penderita
ke sarana kesehatan yang lebih tinggi.
RUJUKAN MEDIK > pengobatan & rehabilitasi > Pos UKK >
Puskesmas > BKKM > RSU/RS.Khusus
RUJUKAN KESEHATAN :
1 Sampel Lingkungan > Balai Teknik Kesehatan
Lingkungan/Balai Kesehatan dan Keselamatan Kerja
2 Sampel Laboratorium > Balai Latihan Kerja
3 Kasus Pencemaran > Kabupaten/Kota

E Sistem audit dan inspeksi

Pengertian Audit Program K3


Audit atau pemeriksaan dalam arti luas bermakna evaluasi
terhadap suatu organisasi, sistem, proses, atau produk. Audit
dilaksanakan oleh pihak yang kompeten, objektif, dan tidak
memihak, yang disebut auditor. Tujuannya adalah untuk melakukan
verifikasi bahwa subjek dari audit telah diselesaikan atau berjalan
sesuai dengan standar, regulasi, dan praktik yang telah disetujui
dan diterima.Audit Sistem adalah sebuah proses yang sistematis
dalam mengumpulkan dan mengevaluasi bukti-bukti untuk
menentukan bahwa sebuah sistem informasi berbasis komputer
yang digunakan oleh organisasi telah dapat mencapai tujuannya.
Audit (K3) adalah pengujian kritis secara sistematis terhadap
penerapan Manajemen K3 diseluruh kegiatan perusahaan, dengan
tujuan untuk meminimisasi kerugian. Audit merupakan alat untuk
mengukur besarnya keberhasilan pelaksanaan dan penerpan

41
SMK3 di tempat kerja, pemeriksaan secara sistimatik, dilakukan
secara independen, dilakukan oleh Badan Audit independen
minimal 1 kali/3 tahun.
Audit Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja(SMK3) merupakan kegiatan rutin yang harus dilaksanakan
oleh manajemen perusahaan.Hasil dari audit akan memberikan
gambaran mengenai keberhasilan tingkat implementasi SMK3 dan
rekomendasi mengenai kekurangan yang perlu diperbaiki atau
keberhasilan yang perlu dipertahankan atau lebih di tingkatkan .
Menurut Arens dan James, Audit adalah suatu proses dengan
apa seseorang yang mampu dan independen dapat menghimpun
dan mengevaluasi bukti-bukti dari ketserangan yang terukur dari
suatu kesatuan ekonomi dengan tujuan untuk mempertimbangkan
dan melaporkan tingkat kesesuaian dari keterangan yang terukur
tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan.
Audit digunakan untuk meninjau dan menilai kinerja dan
efektivitas Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Perusahaan. Audit internal dilaksanakan oleh Panitia Pembina
Keselamatan dan Kesehatan Kerja untuk mengetahui dimana
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja telah
diterapkan dan dipeliharasecaratepat.Pelaksanaan audit
didasarkan pada hasil penilaian resiko dari aktivitas operasional
perusahaan dan hasil audit (audit-audit) sebelumnnya. Hasil
penilaian resiko juga menjadi dasar dalam menentukan frekuensi
pelaksanaan audit internal pada sebagian aktivitas operasional
perusahaan, area ataupun suatu fungsi atau bagian mana saja
yang memerlukan perhatian manajemen Perusahaan terkait resiko
K3 dan Kebijakan K3 Perusahaan.
Tujuan Audit Program K3
1 Memperkuat program dan standar organisasi

42
2 Mengingatkan manajer pada setiap tingkatan untuk mendorong
perbaikan kinerja
3 Laporan audit dapat mengupayakan perbaikan dan perhatian
terhadap kondisi substandard
4 Mendapat informasi pada saat yang tepat sebelum kejadian
yang merugikan terjadi, sehingga dapat melakukan kontrol utk
perbaikan pada tingkat awal
5 Identifikasi terhadap kelemahan program
6 Memberi kesempatan pada kelompok atau individu untuk saling
mengenal dan saling memperkuat
7 Memperkuat kemampuan manajemen
8 Meningkatkan keterlibatan manajemen dalam pelaksanaan
program
9 Fokus pada kinerja sebagai motivasi manajemen. Memberi
kesempatan pada upaya dan kontribusi setiap pekerja dalam
melaksanakan prinsip sistem manajemen K3
Jenis Audit Program K3
1 Jenis Audit Program K3
Dalam pelaksanaan Audit terbagi atas dua jenis, yaitu Audit
Internal dan Audit Eksternal.
AUDIT INTERNAL
a Pemeriksaan oleh perusahaan sendiri tanpa menghilangkan
obyektifitas
b Pelaksanaan tidak terlalu formal
c Bertujuan untuk menilai/ melakukan evaluasi terhadap
program
d Memberi masukan kepada manajemen dalam rangka
mengembangkan sistem manajemen K3
e Mempersiapkan untuk pelaksanaan audit eksternal yang
akan dilaksanankan oleh konsultan pihak luar
CONTOH: Process Safety Management Audit (PSM Audit

43
Team), Environmental, Health and Safety Management
System Audit (SMLK3 Audit Team).
Pelaksanaan audit internal didasarkan pada kegiatan-kegiatan
berikut, antara lain :

1 Pembukaan audit.

a Menentukan tujuan, ruang lingkup dan kriteria audit.

b Pemilihan auditor dan timnya untuk tujuan objektivitas dan


kenetralan audit.

c Menentukan metode audit.

d Konfirmasi jadwal audit dengan peserta audit ataupun pihak


lain yang menjadi bagian dari audit.

2 Pemilihan petugas auditor.

a Auditor harus independen, objektif dan netral.

b Auditor tidak diperkenankan melaksanakan audit terhadap


pekerjaan/tugas pribadinya.

c Auditor harus mengerti benar tugasnya dan berkompeten


melaksanakan audit.

d Auditor harus mengerti mengenai Sistem Manajemen


Keselamatan dan Kesehatan Kerja Perusahaan.

e Auditor harus mengerti mengenai peraturan perundang-


undangan dan persyaratan lainnya yang berkaitan dengan
penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Kerja di tempat
kerja.

44
f Auditor harus memiliki pengetahuan mengenai kriteria audit
beserta aktivitas-aktivitas di dalamnya untuk dapat menilai
kinerja K3 dan menentukan kekurangan-kekurangan di
dalamnya.

3 Meninjau dokumen dan persiapan audit.

a Dokumen yang ditinjau meliputi :

Struktur organisasi dalam Sistem Manajemen Keselamatan


dan kesehatan Kerja.

Kebijakan K3.

Tujuan dan Program-Program K3

Prosedur audit internal Sistem Manajemen Keselamatan dan


Kesehatan Kerja Perusahaan.

Prosedur dan Instruksi Kerja K3.

Identifikasi bahaya, penilaian resiko dan pengendalian


resiko.

Daftar peraturan perundang-undangan dan persyaratan lain


yang berkaitan dengan penerapan K3 di tempat kerja.

Laporan insiden, tindakan perbaikan dan pencegahan.

b Persiapan audit internal meliputi hal-hal sebagai berikut antara


lain :

Tujuan audit.

45
Kriteria audit.

Metodologi audit.

Cakupan maupun lokasi audit.

Jadwal audit.

Peran dan tanggung jawab peserta/anggota audit internal.

4 Pelaksanaan audit

a Tata cara berkomunikasi dalam audit internal.

b Pengumpulan dan verifikasi informasi.

c Menyusun temuan audit dan kesimpulannya.

d Mengomunikasikan kepada peserta audit mengenai :

Rencana pelaksanaan audit.

Perkembangan pelaksanaan audit.

Permasalahan-permasalahan dalam audit.

Kesimpulan pelaksanaan audit.

5 Persiapan dan komunikasi laporan audit.

a Tujuan dan cakupan audit.

b Informasi mengenai perencanaan audit (anggota audit internal,


jadwal audit internal serta area-area/lokasi-lokasi audit internal).

46
c Identifikasi referensi dokumen dan kriteria audit lainnya yang
digunakan pada pelaksanaan audit internal.

d Detail temuan ketidaksesuaian.

e Keterangan-keterangan lain yang berkaitan dengan penerapan


Sistem Manajemen Keselamatan Kerja Perusahaan :

Konfirmasi penyusunan perencanaan penerapan K3 di


tempat kerja.

Penerapan dan pemeliharaan.

Pencapaian Kebijakan dan Tujuan K3 Perusahaan.

f Komunikasi kepada semua pihak mengenai hasil audit internal


termasuk kepada pihak ke tiga yang berhubungan dengan
Perusahaan untuk dapat mengetahui tindakan perbaikan yang
diperlukan.

6 Penutupan audit dan tindak lanjut audit.

a Menyusun pemantauan tindak lanjut audit internal.

b Penyusunan jadwal penyelesaian tindak lanjut audit internal.


AUDITEKSTERNAL
a Audit yang dilakukan oleh badan independen atau konsultan
b Pemeriksaan dilakukan secara formal
c Tujuan audit untuk menilai secara obyektif terhadap sistem
manajemen K3
d Penilaian oleh badan independen akan memperoleh
pengakuan baik secara nasional maupun internasional
CONTOH: Audit SMK3 Depnaker, Audit OHSAS 18001

47
Langkah-langkah Pelaksanaan Audit Program K3 di Tempat
Kerja
Langkah-langkah Audit:
1 Audit Pendahuluan
Audit pendahuluan dilakukan dalam rangka mempersiapkan
audit lebih dalam. Audit ini lebih ditekankan pada usaha untuk
memperoleh informasi latar belakang tentang objek audit.
Beberapa hal penting yang harus diperhatikan berkaitan dengan
pelaksanaan audit ini, antara lain:
a Pemahaman auditor terhadap objek auditObjek audit
meliputi keseluruhan perusahaan dan/atau kegiatan yang
dikelola oleh perusahaan tersebut dalam rangka mencapai
tujuannya. Untuk mencapai tujuannya, objek audit
menetapkan berbagai program yang pelaksanaannya
dijabarkan ke dalam berbagai bentuk kegiatan. Auditor
harus mengkomunikasikan dengan atasan pengelola objek
atau pemberi tugas audit tentang pemahamannya terhadap
berbagai program/aktivitas objek audit untuk menghindari
terjadinya kesalahpahaman. Komunikasi ini lebih efektif jika
dilakukan secara tertulis, dengan meminta tanggapan
pemberi tugas audit tentang hal-hal berikut:
Informasi yang mendukung tujuan audit.
Informasi yang mengarahkan ruang lingkup audit
Informasi yang mengarah pada tujuan audit
b Penentuan tujuan audit. Tujuan audit harus mengacu pada
alasan mengapa audit harus dilakukan pada objek audit
dan didasarkan pada penugasan audit. Dalam merumuskan
tujuannya, auditor dapat melakukannya dengan cara
sebagai berikut:

48
Mengidentifikasi tujuan yang ada, yang mungkin
mempunyai arti penting pada pemberi tugas.
Mempertimbangkan tujuan audit yang telah ditetapkan
pada masa sebelumnya.
Membahas dengan pemberi tugas dan pengelola objek
audit
c Penentuan ruang lingkup dan tujuan audit. Ruang lingkup
audit menunjukkan luas(area) dari tujuan audit. Penentuan
ruang lingkup audit harus mengacu pada tujuan audit yang
telah ditetapkan. Secara garis besar ruang lingkup
auditmanajemen terdiri atas:Bidang keuangan
Ketaatan kepada peraturan dan kebijakan
perusahaanEkonomisasiEfisiensiEfektivitas. Tujuan audit
adalah target yang akan diaudit. Ada tiga elemen penting
dalamsetiap tujuan audit, yaitu:KriteriaPenyebabAkibat
d Review terhadap peraturan dan perundang-undangan yang
berkaitan dengan objek auditReview(penelaahan) ini
bertujuan untuk memperoleh informasi tentang peraturan-
peraturan yang berhubungan dengan objek audit baik
bersifat umum maupun yang berhubungan khusus dengan
berbagai program/aktivitas yang diselenggarakan pada
objek audit. Dengan penelaahan ini auditor dapat
memahami batas-batas wewenang objek audit dan
berbagai program yang dilaksanakan dalam mencapai
tujuannya.
e Pengembangan kriteria awal dalam audit
Kriteria adalah norma atau standar yang merupakan
pedoman bagi setiap individu maupun kelompok dalam
melakukan aktivitasnya di dalam perusahaan. Faktor yang
mempengaruhi kriteria yang akan digunakan dalam audit
antara lain: Tujuan dari kegiatan yang diaudit,

49
Pendekatanaudit, Aktivitas tujuan audit. Karakteristik kriteria
yang baik antara lain:
Realistis
Dapat dipercaya
Bebas dari pengaruh kelemahan manusia
Mengarah pada temuan-temuan dan kesimpulan untuk
memenuhi kebutuhan informasi pemberi tugas audit
Dirumuskan secara jelas dan tidak mengandung arti
ganda yang dapat menimbulkan interpretasi yang
berbeda
Dapat dibandingkan
Diterima semua pihak
Lengkap
Memastiksn adanya rentang waktu pada saat suatu
kejadian/kegiatan berlangsung
f Kesimpulan Hasil Audit Pendahuluan
Drai hasil audit pendahuluan, auditor harus membuat
kesimpulan atas hasil audit pendahuluan yang telah
dilakukan. Kesimpulan ini akan menjadi dasar dalam
menentukan langkah-langkah yang akan diambil dalam
tahapan audit selanjutnya.
2 Pengujian dan Review SPM
Sistem pengendalian manajemen merupakan sistem yang
digunakan untuk mengumpulkan, menganalisis informasi,
mengevaluasi dan memanfaatkannya serta berbagai tindakan
yang dilakukan olehmanajemen dalam melakukan
pengendalian. Suatu sistem pengendalian manajemen harus
dapat menjamin bahwa perusahaan telah melaksankan
strateginya dengan efektif dan efisien. Karakteristik sistem

50
pengendalian manajemen yang baik mencakup hal-hal sebagai
berikut:
a Pernyataan tujuan perusahaan.Tujuan suatu perusahaan
harus dinyatakan dengan jelas dan disosialisasikan ke
berbagai tingkatan manjemen untuk dipahami. Tujuan
dapat menunjukkan untuk apa perusahaan didirikan
danapa yang ingin dicapai.
b Rencana perusahaan yang digunakan untuk mencapai
tujuan.
Rencana yang merupakan penjabaran dari tujuan
perusahaan, harus disusun untuk mencapai sasaran
perusahaan baik jangka pendek maupun jangka panjang,
yang biasanya juga diikuti dengan penentuan strategi untuk
mengimplementasikannya. Rencana biasanya disusun
berdasarkan pencapaian terbaik perusahaan pada waktu
sebelumnya untuk menentukan pencapaian terbaik
berikutnya.
c Kualitas dan kuantitas SDM yang sesuai dengan tanggung
jawab yang dipikul dan adanya pemisahan fungsi yang
memadai.
Perencanaan yang telah ditetapkan perusahaan harus
didukung oleh ketersediaan SDM yang memadai dalam
merealisasikan rencana tersebut.
d Sistem pembuatan kebijakan dan praktik yang sehat pada
masing-masing unit organisasi. Untuk mendukung praktik
yang sehat, berbagai kebijakan yang dibuat perusahaan
harus dikomunikasikan kepada seluruh pihak yang
berkepentingan agar terjadi komunikasi timbal balik antar
kedua kelompok kepentingan utama yaitu pihak
perusahaan yang diwakili oleh manajemen (direksi) dan
karyawan.

51
e Sistem penelaahan yang efektif pada setiap aktivitas untuk
memperoleh keyakinan bahwa kebijakan dan praktik yang
sehat telah dilaksanakan dengan baik. Sistem review
menyangkut bagaimana pihak-pihak yang berwenang
melakukan review terhadap berbagai aktivitas/kegiatan
yang dilakukan. Elemen sistem review yang baik,
pelaksanaan supervisi harus dilaksanakan secarai
memadai.
3 Audit Lanjutan
Audit ini bertujuan untuk memperoleh bukti yang cukup untuk
mendukung tujuan audit yang sesungguhnya, yang telah
ditetapkan berdasarkan hasil review dan pengujianpengendalian
manajemen. Pada tahap ini auditor harus mampu mengungkap
lebih lanjut dan menganalisis semua informasi yang berkaitan
dengan tujuan audit, sehingga akhirnya dapat disusun suatu
kesimpulan audit dan dibuat rekomendasi yang dapat diterima
oleh objek audit. Langkah-langkah audit pada tahap ini meliputi:
a Mengumpulkan tambahan informasi latar belakang
objekaudit yang diperlukan.Langkah ini menekankan pada
usaha untuk mendapatkan data yang lebih lengkap alam
menganalisis aktivitas yang diaudit sebagai dasar
pembuatan kesimpulan audit.
b Memperoleh bukti-bukti yang relevan, material, dan
kompeten.
Dari sudut pandang auditor, bukti adalah fakta dan
informasi yang dapat digunakan sebagai dasar pembuatan
kesimpulan audit. Agar dapat digunakan sebagai dasar
pembuatan kesimpulan audit, semua bukti yang diperoleh
dalam audit harus memenuhi kriteria:
Relevan
Material

52
Kompeten
Cukup
c Membuat ringkasan atas bukti yang telah diperoleh dan
mengelompokkannya ke dalam kelompok kriteria,
penyebab, dan akibat. Bukti-bukti yang telah diperoleh
dalam audit kemudian diringkas dan dikelompokkan sesuai
dengan elemen tujuan audit yang meliputi : kriteria,
penyebab, dan akibat.
d Menyusun kesimpulan atas dasar ringkasan bukti yang
telah diperoleh dan mengidentifikasi bahwa akibat yang
ditimbulkan dari ketidaksesuaian antara kondisi dan kriteria
cukup penting dan material. Kesimpulan ini merupakan
pemantapan temuan hasil audit. Pengembangan temuan
merupakan pengumpulan dan sintesa informasi khusus
yang bersangkutan dengan program/aktivitas yang diaudit,
dievaluasi dan yang dianalisis karena diperkirakan akan
menjadi perhatian dan berguna bagi pengguna laporan.
Pengembangan temuan harus dilanjutkan terus selama
temuan tersebut diyakini memberikan informasi yang
mendukung keakuratan kesimpulan audit.

4 Pelaporan (Ekonomisasi, Efisiensi, daan Efektivitas)


Bagian akhir dari proses audit manajemen adalah pelaporan
hasil audit. Ada dua cara penyajian laporan audit manajemen,
yaitu :
a Cara penyajian yang mengikuti arus informasi yang
diperoleh selama tahapan-tahapan audit.
b Cara penyajian yang mengikuti arus informasi yang
menitikberatkan penyajian kepada kepentingan para
pengguna laporan hasil audit ini.Laporan memuat

53
kesimpulan audit tentang elemen-elemen atas tujuan audit
dan rekomendasi yang diberikan untuk memperbaiki
berbagai kekurangan yang terjadi serta rencana tindak
lanjut dalam mengaplikasikan rekomendasi tersebut.

Keuntungan Audit Program K3


1 Memperkuat program dan standar organisasi
2 Mengingatkan manajer pada setiap tingkatan untuk mendorong
perbaikan kinerja
3 Laporan audit dapat mengupayakan perbaikan dan perhatian
terhadap kondisi substandard
4 Mendapat informasi pada saat yang tepat sebelum kejadian
yang merugikan terjadi, sehingga dapat melakukan kontrol utk
perbaikan pada tingkat awal
5 Identifikasi terhadap kelemahan program
6 Memberi kesempatan pada kelompok atau individu untuk saling
mengenal dan saling memperkuat
7 Memperkuat kemampuan manajemen
8 Meningkatkan keterlibatan manajemen dalam pelaksanaan
program
9 Fokus pada kinerja sebagai motivasi manajemen
10 Memberi kesempatan pada upaya dan kontribusi setiap pekerja
dalam melaksanakan prinsip sistem manajemen K3

Pengertian Inspeksi Program K3


Pada kamus besar bahasa Indonesia secara terminologi bahwa
inspeksi adalah pemeriksaan dengan saksama pemeriksaansecara
langsung tentang pelaksanaan peraturan, tugas. Inspeksi
dimanfaatkan disegala bidang ilmu termasuk K3 untuk
memastikanupayadan program keselamatan berjalan
secaraberkesinambungan.Inspeksi K3 sangat berperan dalam

54
mengidentifikasi dan mengontrol bahaya ditempat kerja
maupundirumah sebelum menimbulkan masalah kesehatan
dankeselamatan.
Inpeksi adalah pengecekan paling populer dalam
masyarakat, salah satu contoh Sidak (jenis inspeksi mendadak /
surprise inspection) yang biasanya dilakukan oleh petinggi
pemerintahan untuk menemukan ketidaksesuaian dan
menimbulkan efek psikososial yang efektif.

Dalam peraturan pemerintah inspeksi tempat kerja diatur


dalam Permenaker nomor 05 Tahun 1996 tentang SMK3 pada
lampiran I: Pedoman Penerapan Sistem Manajemen K3. Dijelaskan
bahwa perusahaan harus menetapkan dan memelihara prosedur
inspeksi, pengujian dan pemantauan yang berkaitan dengan tujuan
dan sasaran keselamatan dan kesehatan kerja, frekuensi inspeksi
dan pengujian harus sesuai dengan obyeknya.

Perlu diingat bahwa inspeksi memiliki perbedaan secara


konsep dengan audit. Inspeksi lebih cenderung menangkap
gap/temuan bersifat lokal atau sesaat berupa kondisi tidak aman
maupun perilaku tidak aman. Sedangkan audit yang berasal dari
kata audi (mendengarkan) menyelesaikan temuan secara sistemik
mulai dari kebijakan/policy, standar operasional hingga pada
penerapan.

Inspeksi adalah sistem yang baik untuk menemukan suatu


masalah dan menaksir jumlah risiko sebelum terjadi accident dan
kerugian lain yang dapat muncul. (Bird, Frank E. and George L.
Germain, 1990)
Inspeksi K3 adalah suatu proses untuk menemukan potensi
bahaya yang ada ditempat kerja untuk mencegah terjadinya
kerugian maupun kecelakaan di tempat kerja dalam penerapan
keselamatan dan kesehatan di tempat kerja.

55
Tahapan pelaksanaan inspeksi dilakukan dengan konsep
managemen PDCA (Plan Do Check Action).
1 Plan atau Perencanaan Inspeksi, dengan membuat
persiapan-persiapan inspeksi seperti menentukan jenis inspeksi,
frekuensi inspeksi, lokasi/area tempat kerja, dan formulir inspeksi
atau inspection checklist.
2 Do atau Pelaksanaan Inspeksi, befokuslah pada area yang
telah ditentukan dan periksa bahwa seluruh isi checklist inspeksi
telah diperikasa.
3 Check atau Pelaporan Inspeksi dilakukan melalui suatu alat
atau sarana yang dapat digunakan sebagai bahan informasi dan
komunikasi yang efektif.
4 Action atau Tindak lanjut atau Pemantauan dengan
membuat skala prioritas upaya-upaya perbaikan yang harus
dikerjakan dan memantau program perbaikan dan anggaran biaya
hingga implementasi perbaikan selesai.
Tujuan, Jenis dan Manfaat Inspeksi Program K3
1 Tujuan Inspeksi Program K3

a Sebagai upaya melakukan pengendalian dan pengawasan


terhadap sumber-sumber bahaya K3.

b Inspeksi dilakukan untuk menjamin agar setiap tempat kerja


berjalan sesuai dengan UU, standart, norma maupun
petunjuk teknis yang berkaitan dengan bidang K3 yang
ditetapkan baik oleh pemerintah maupun kebijakan
perusahaan.

c inspeksi secara regular dan khusus akan dapat digunakan


sebagai bahan diskusi dengan TK terhadap isu-isu K3 yang
sedang dihadapi. TK merupakan orang yang paling
mengenal terhadap aspek kerja, peralatan, mesin-mesin dan

56
proses operasional di tempat kerja sehingga mereka
merupakan sumber informasi yang berharaga. dengan
adanya komunikasi dan koordinasi yang lancar antara
manajemen dengan TK diharapkan dapat memperbaiki
performansi atau kinerja K3 di perusahaan.

2 Jenis Inspeksi Program K3


Jenis inspeksi pada umumnya meliputi :
1 Inspeksi Informal
2 Inspeksi Terencana
a. Inspeksi Rutin / Umum
Terhadap sumber-sumber bahaya ( Hazard) di tempat
kerja secara menyeluruh
b. Inspeksi Khusus
Terhadap objek-objek atau area tertentu mempunyai
resiko tinggi terhadap kerugian dan kecelakaan kerja
Dilakukan berdasarkan adanya keluhan atau komplain dari
tenaga kerja di suatu unit kerja.
Dilakukan berdasarkan adanya permintaan atau instruksi dari
pengurus perusahaan.
1 INSPEKSI INFORMAL
Merupakan inspeksi yang tidak terencana
Inspeksi yang bersifat sederhana
Dilakukan atas kesadaran orang-orang yang
menemukan atau melihat masalah K3 di dalam
pekerjaanya sehari hari
Jika ditemukan masalah maka langsung dapat dideteksi,
dilaporkan dan segera dapat dilakukan tindakan korektif.
Keterbatasan : Inspeksi tidak dilakukan secara sistematik
sehingga tidak bisa mencakup gambaran permasalahan
secara keseluruhan.

57
Akan sangat efektif bila inspeksi informal ini dijadikan
kebijakan manajemen.
Masalah-masalah yang ditemukan langsung dapat
didokumentasikan berupa catatan singkat / foto sesuai
prosedur dan di buat laporan secara sederhana.
2 INSPEKSI RUTIN / UMUM
Direncakan dengan cara WALK-THROUGH SURVEY
keseluruh area kerja dan bersifat komprehensif
Jadwal pelaksanakan rutin ( Sudah ditentukan : 1x
bulan)
Dilakukan bersama-sama ahli K3 atau perwakilan tenaga
kerja dengan pihak manajemen.
Bagi perusahaan yang tidak memiliki ahli K3 sendiri,
dapat menggunakan ahli K3 dari luar perusahaan yang
akan membantu memberikan saran-saran tentang
penanganan masalah-masalah K3 di tempat kerja.
Pelaksanaan Inspeksi terhadap sumber-sumber bahaya
pada area khusus sebaiknya dilakukan dengan
melibatkan seseorang yang mempunyai keahlian
khusus.
Hasil yang ditemukan segera ditindak lanjuti, dan setiap
permasalahan yang telah diidentifikasi dari hasil survey
harus selalu tercatat dan dibukukan.
Setiap laporan inspeksi harus inspeksi harus
ditandatangani oleh penanggung jawab kegiatan
inspeksi
Hasil inspeksi yang telah ditulis dalam bentuk laporan
harus disampaiakan kepada pihak manajemen, sehingga
langkah perbaikan segera dilakukan.
3 INSPEKSI KHUSUS

58
Direncanakan hanya untuk diarahakan kepada
kondisi-kondisi tertentu, seperti : Mesin-mesin, alat kerja
dan tempat-tempat khusus yang meiliki resiko kerja tinggi.
Langkah dalam membuat daftar inventarisasi objek
inspeksi khusus adalah :

a Kategorikan dan buat daftar objek yang dianggap


penting & krusial di perusahaan

b Rencanakan atau gambarkan area yang menjadi


tanggung jawab masing-masing unit kerja

c Susun daftar inventarisasi dengan baik dan terstruktur.

d Buatlah Recordkeeping : Identifikasi setiap mesin &


peralatan, indikasi apa yang akan di inspeksi,
identifikasi siapa petugas dan penanggung jawab
inspeksi n berapa sering dilakukan inspeksi.

3 Manfaat Inspeksi Program K3


a Sebagai sarana feedback, yaitu : komunikasi dan interaksi
pekerja dengan pihak manajemen mengenai K3
b Sebagai sarana motivasi pekerja, yaitu : meningkatkan
kesadaran pekerja akan pentingnya K3
c Penilaian tingkat kesadaran keselamatan kerja di
lingkungan perusahaan
d Sebagai sarana pengumpulan data
e Sebagai sarana evaluasi standar keselamatan kerja,
sehingga dapat diketahui tingkat efektivitas dan efisiensi
dari standar sebelumnya.

Langkah-langkah Pelaksanaan Inspeksi Program K3 di Tempat Kerja

59
LANGKAH - LANGKAH EFEKTIF AKTIVITAS INSPEKSI

Tahap Persiapan
1 Mulai dengan sikap & perilaku positif

2 Rencanakan inspeksi

3 Tentukan apa yang dilihat & pahami apa yang akan


dicari

4 Buat checklist & siapkan peralatan serta bahan


nspesksi.

5 Lihat laporan inspeksi sebelumnya

Pelaksanaan
1 Berpedoman pada peta pabrik ( Work place mapping )
Inspeksi
& checklist

2 Cek setiap point checklist

3 Ambil tindakan perbaikan sementara bila ada masalah


K3

4 Jelaskan hasil temuan

5 Klasifikasikan hazard & tentukan faktor penyebab.

Pengembangan
1 Perlu melakukan sesuatu untuk mencegah terjadinya
Upaya Perbaikan
kerugian nyata. Upaya pengendalian dapat terus
dikembangkan dari waktu ke waktu sampai ditemukan
sistem pengendalian yang efektif.

Tindakan Korektif
1 Membuat skala prioritas upaya-upaya perbaikan yang

60
harus dikerjakan

2 Monitoring terhadap program perbaikan dan anggaran


beaya sampai implementasi perbaikan selesai

3 Verifikasi / pembuktian bahwa tindakan perbaikan


dimulai sesuai jadwal yang telah direncanakan.

4 Monitoring selama pengembangan tindakan korektif

5 Lakukan uji kelayakan setelah selesai implementasi


sarana perbaikan

Laporan Inspeksi
1 Suatu alat atau sarana yang dapat digunakan sebagai
bahan informasi dan komunikasi yang efektif .

Review
1 Lakukan tindakan review terhadap implementasi
sarana perbaikan secara

2 berkala untuk memastikan bahwa tidak ada masalah


lain yang ditimbulkan.

Kualifikasi Personil Inspektor K3

a Mempunyai pengetahuan tentang obyek yang akan diperiksa

b Mempunyai pengetahuan tentang syarat-syarat K3 serta


peraturan yang berkaitan

c Dapat berkomunikasi secara baik

d Memiliki integritas yang tinggi

61
e Mengetahui prosedur inspeksi K3

Perbedaan Audit Program K3 dan Inspeksi

Audit Inspeksi
Upaya mencari ketidaksesuaian Upaya menemukan sumber
di dalam sistem di mana bahaya dengan memeriksa
kegiatan dilakukan terhadap standar yang berhubungan
area keseluruhan sistem K3 dengan bahaya
yang ada di perusahaan. tersebut.
Mengukur efektifitas dari Menemukan kesesuaian dari
pelaksanaan suatu sistem. suatu obyek.
Difokuskan terhadap suatu Difokuskan terhadap suatu
sistem obyek.
Penekanan terhadap proses. Penekanan terhadap hasil
Metode pelaksanaan: tinjauan akhir.

ulang, mencari kesesuaian dan Metode pelaksanaan:


observasi. pengujian secara teknis dan
mende

F Prinsip penyusunan program K3

ILO dan WHO (1995) menyatakan Kesehatan Kerja bertujuan untuk


peningkatan dan pemeliharaan derajat kesehatan fisik, mental dan sosial
yang setinggi-tingginya bagi pekerja disemua jenis pekerjaan,
pencegahan terhadap gangguan kesehatan pekerja yang disebabkan oleh
kondisi pekerjaan; perlindungan bagi pekerja dalam pekerjaannya dari
risiko akibat faktor yang merugikan kesehatan; dan penempatan serta
pemeliharaan pekerja dalam suatu lingkungan kerja yang disesuaikan
dengan kondisi fisiologi dan psikologisnya

62
Kesehatan dan keselamatan kerja (K3) merupakan salah satu
sarana atau instrumen yang dapat memberikan proteksi pada pekerja,
perusahaan, lingkungan hidup, dan masyarakat sekitar dari bahaya akibat
kecelakaan kerja. Perlindungan tersebut merupakan hak asasi yang wajib
dipenuhi oleh perusahaan. Terdapat 3 (tiga) hal utama yang menjadi
prinsip dasar Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) yang perlu untuk
diperhatikan yaitu :

1. Upaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)


2. Status Kesehatan Pekerja
3. Pengkajian Bahaya Potensial Lingkungan kerja

UPAYA KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3)


Upaya K3 merupakan sebuah usaha penyerasian antara kapasitas kerja,
beban kerja dan lingkungan kerja agar setiap pekerja dapat bekerja
secara sehat tanpa membahayakan dirinya maupun masyarakat
sekelilingnya agar diperoleh produktivitas kerja yang optimal. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada ilustrasi dibawah ini :
Kapasitas Kerja

Kapasitas kerja merupakan kemampuan fisik dan mental seseorang untuk


melaksanakan pekerjaan dengn beban tertentu secara optimal, dimana
kapasitas kerja seseorang dipengaruhi oleh kesehatan umum dan status
gizi pekerja, pendidikan dan pelatihan. perlu diketahui bahwa tingkat
kesehatan dan kemampuan seseorang pekerja merupakan modal awal
utuk melaksanakan sebuah pekerjaan.
Beban Kerja

Beban kerja meliputi beban kerja fisik dan mental yang dirasakan oleh
pekerja dalam melakukan pekerjaannya. beban kerja yang tidak sesuai
dengan kemampuan pekerja dapat menyebabkan gangguan kesehatan
yang juga dapat berpengaruh terhadap perilaku dan hasil kerjanya.

63
Lingkungan Kerja

Lingkungan Pekerja adalah lingkungan di tempat kerja dan lingkungan


pekerja sebagai individu atau lingkungan di luar tempat kerja. Pengertian
yang lain dari lingkungan kerja adalah faktor-faktor di lingkungan tempat
kerja tersebut yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan pekerja.
Faktor-faktor tersebut antara lain

a Faktor fisika (kebisingan, getaran, suhu, dsb),


b Faktor Kimia (semua bahan kimia yang dipakai dalam proses kerja)
c Faktor Biologi (Bakteri, virus, mikrobiologi lainnya)
d Faktor Faal ergonomic
e Faktor Psikososial (Stress kerja)
STATUS KESEHATAN PEKERJA
Status kesehatan seorang pekerja dipengaruhi oleh 4 (empat) faktor
utama yaitu :

1 Lingkungan Kerja
Yang dimaksud dengan lingkungan kerja disini adalah lingkungan tempat
melakukan pekerjaan, misalnya bangunan, peralatan, bahan,
orang/pekerja lain, dan lain sebagainya. Lingkungan kerja juga merupakan
faktor-faktor di lingkungan tempat kerja yang dapat menimbulkan
gangguan kesehatan pekerja.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan seorang pekerja yaitu :

Faktor Fisik antara lain : Suara (Kebisingan), Radiasi, Suhu


(Panas/dingin), Vibrasi (Getaran), Tekanan Udara
(Hiperbarik/Hipobarik), Pencahayaan.
Bahaya atau gangguan kesehatan yang dapat timbul dari faktor
lingkungan ini:
a Tuli permanen akibat kebisingan (misalnya ruang Generator, bengkel
reparasi alat, dll)
b Heat stress, (misalnya ruang Generator, dapur, laundry, dll)

64
c Raynauds syndrom karena getaran (Generator, bengkel dll)
d Leukemi akibat radiasi (X-ray, Radioterapi dll)
e Kelelahan mata karena pencahayaan yang kurang,
f Kecelakaan misalnya : boiler meledak, jatuh ditangga, tersekap di lift,
dll
Faktor Kimia. Yang termasuk dalam lingkup kerja kimiawi adalah
semua bahan kimia yang digunakan dalam proses kerja di lingkungan
kerja yang berbentuk :
a Debu (asbes,berilium,biji timah putih,dll)
b Uap (Uap logam)
c Gas (Sianida, gas asam sulfida,CO,dll)
d Larutan (asam kuat atau basa kuat)
Bahaya bahan kimia dapat berasal dari :
Desinfektans pensuci hama (misalnya ruang Bedah, Obsgyn,
dll) dapat menyebabkan gangguan pernafasan, dermatitis
Uap zat anaestesi (misalnya ruang Operasi) dapat menimbulkan
gangguanpernafasan
Mercuri (Tensimeter pecah, termometer dll) dapat menyebabkan
kecelakaan misalnya luka.
Debu zat kimia (Gudang obat, desinfektan dll) dapat
menyebabkan Gangguan Pernafasan yang dapat menjadi Kanker
paru-paru dalam jangka panjang
Keracunan (zat desinfektan, Insektisida)
Ledakan /kebakaran oleh zat kimia/gas O2, dll.
Faktor Biologi
1 BAKTERI. Penyakit yang dapat disebabkan oleh bakteri,
misalnya: penyakit antraks, Penyakit TBC,dll
2 VIRUS. Penyakit yang dpt disebabkan oleh virus,misalnya :
Hepatitis (nakes di RS), Rabies (petugas laboratorium), dll

65
3 JAMUR,misalnya : Dermatofitosis terdapat pada pemulung, tukang
cuci, dll.
4 PARASIT, misalnya : Ankilostomiasis, tripanosomiasis yang
biasanya diderita oleh pekerja diperkebunan,pertanian, kehutanan,
dll
Faktor Faal ergonomic
Biasanya disebabkan oleh peralatan kerja yang tidak sesuai dengan
ukuran tubuh atau anggota badan (tidak ergonomik). Hal ini dapat
menimbulkan kelelahan secara fisik dan adanya keluhan-keluhan dan
gangguan kesehatan, misalnya : Carpal tunnel syndrome, tendinitis,
tenosynovitis, dan lain sebagainya.
Faktor Psikologi Yaitu suasana kerja yang tidak harmonis misalnya
pekerjaan monoton, upah yg kurang, hubungan atasan-bawahan yg
kurang baik, dll. Hal tersebut Dapat menimbulkan stres kerja dengan
gejala psikosomatis berupa mual, muntah, sakit kepala, nyeri ulu hati,
jantung berdebar-debar, dll.

2 Perilaku Pekerja
Di pengaruhi antara lain oleh pendidikan, pengetahuan, kebiasaan-
kebiasaan&fasilitas yang tersedia. Jadi erat kaitannya dengan faktor-
faktor ekonomi, sosial &budaya. Perilaku kerja akan mempengaruhi
kapasitas kerja, beban kerja serta cara melaksanakan pekerjaan.
3 Pelayanan Kesehatan Kerja
Program Pelayanan Kesehatan Kerja, meliputi :
1. Pelayanan promotif
2. Pelayanan preventif
3. Pelayanan kuratif
4. Pelayanan rehabilitatif.
5. Faktor Genetik (Herediter)
4 Dibandingkan dengan ketiga faktor lainnya faktor genetik ini
sangat kecil peranannya terhadap status kesehatan seorang pekerja.

66
Namun faktor genetik seseorang dapat menyebabkan seorang pekerja
lebih rentan terkena suatu penyakit.
5 Faktor Herediter (Genetik)

BEBERAPA PRINSIP DALAM KESELAMATAN KERJA


Prinsip keselamatan kerja merupakan konsep dasar nan harus kita
ketahui dan terapkan dalam proses gaya hayati sehat. Prinsip ini ialah
upaya buat memberikan fasilitasi pada semua orang atas program nan
sudah kita canangkan. Pada dasarnya, prinsip keselamatan kerja
mengedepankan pada konsep keterlaksanaan kegiatan. Untuk hal
tersebut, maka ada beberapa hal nan harus dipahami bersama, yaitu:
1 Mudah diterapkan
Artinya, wahana keselamatan kerja seharusnya dengan mudah
diterapkan oleh setiap orang. Jika terjadi kondisi nan mengancam
keselamatan atau ketika terjadi kecelakaan saat bekerja, maka
setiap orang mempunyai kemampuan buat menerapkan atau
mempergunakan wahana keselamatan kerja tersebut.
Segala hal nan terkait dengan keselamatan kerja ialah sesuatu nan
sangat mudah buat diterapkan. Prinsip ini sangat krusial karena
pada saat-saat tertentu, setiap orang harus bisa menerapkannya.
Dengan prinsip seperti ini, maka setidaknya bisa
ditumbuhkembangkan sikap sadar atas keselamatan kerja.

2 Sederhana tetapi efektif

Pada prinsipnya, keselamatan kerja nan kita tanamkan sebagai


pencerahan pribadi ialah keselamatan nan sederhana tetapi efektif.
Dengan prinsip ini, maka diharapkan setiap orang bisa mengikuti
program keselamatan kerja secara maksimal. Jika setiap orang
bisa melaksanakan program keselamatan kerja, sebab
kesederhanaan nan dimilikinya, maka gerakan keselamatan kerja

67
bisa terjadi dimana-mana. Dimana-pun berada orang-orang akan
menerapkan prinsip keselamatan kerja.

3 Mudah dijangkau

Untuk setiap wahana nan kita pergunakan dalam gerakan


keselamatan kerja, prinsipnya ialah mudah dijangkau oleh semua
orang. Setiap orang ingin menerapkan program keselamatan kerja
bisa dengan mudah menjangkau. Dengan prinsip ini, maka
setidaknya, jika terjadi sesuatu nan tak kita inginkan, maka setiap
orang bisa menjangkau alat-alat tersebut dengan mudah. Jangan
meletakkan alat-alat keselamatan kerja pada loka nan sulit
dijangkau. Jika hal ini kita lakukan, orang akan kesulitan
menjangkaunya dan sulit digunakan saat terjadi kecelakaan kerja.

4 Dikenal banyak orang

Prinsip lain dari alat keselamatan kerja ialah dikenal banyak orang.
Untuk hal tersebut, maka sine qua non pengenalan buat lingkungan
kerja. Setiap orang nan berada di lingkungan kerja harus mengenal
prinsip keselamatan kerja ini

5 Bahan keselamatan kerja mudah didapatkan

Untuk menerapkan keselamatan kerja di lingkungan kerja sebagai


bagian integral gaya hayati sehat, maka bahan nan digunakan
haruslah bahan nan mudah didapatkan di masyarakat. Hal ini
selain buat memudahkan pengadaannya, juga buat menekan
pembiayaannya. Pada lingkungan kerja nan besar dengan produk
banyak dan penghasilan besar, mungkin dana pengadaan bahan ini
bukan permasalahan. Tetapi buat bengkel-bengkel kecil hal
tersebut sangat berarti. Oleh sebab itulah, maka bahan buat

68
keselamatan kerja diusahakan terbuat dari bahan nan mudah
didapatkan.
.

G Program promosi kesehatan di tempat kerja

1 Pengertian Promosi Kesehatan di Tempat Kerja

Promosi kesehatan : Adalah upaya memberdayakan masyarakat untuk


memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatan diri serta
lingkungannya [Ottawa, 1986]. Memberdayakan adalah upaya untuk
membangun daya, yang berarti mengembangkan kemandirian, yang
dilakukan dengan menimbulkan kesadaran, kemauan dan kemampuan,
serta dengan mengembangkan iklim yang mendukung pengembangan
kemandirian tersebut. Promosi kesehatan menempatkan masyarakat
sebagai subyek bukan obyek, sebagai pelaku bukan sasaran, dan aktif
berbuat bukan pasif menunggu.

Tempat kerja : Adalah suatu tempat yang sangat erat hubungannya


dengan pekerja dan pengelola / yang memiliki serta pengunjung yang
digunakan untuk melakukan suatu kegiatan produksi barang atau jasa dan
saling interaksi, tempat tersebut dapat berupa ruangan terbuka, tertutup,
bergerak atau tidak bergerak.

Promosi kesehatan di tempat kerja adalah : Upaya promosi kesehatan


yang diselenggarakan di tempat kerja, selain untuk memberdayakan
masyarakat di tempat kerja untuk mengenali masalah dan tingkat
kesehatannya, serta mampu mengatasi, memelihara, meningkatkan dan

69
melindungi kesehatannya sendiri juga memelihara dan meningkatkan
tempat kerja yang sehat. Kesehatan kerja bertujuan untuk memperoleh
derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, baik fisik, mental, dan sosial
bagi masyarakat pekerja dan masyarakat lingkungan perusahaan
tersebut, melalui usaha-usaha preventif, promotif dan kuratif terhadap
penyakit-penyakit atau gangguan-gangguan kesehatan akibat kerja atau
lingkungan kerja. Kesehatan kerja ini merupakan terjemahan dari
Occupational Health yang cenderung diartikan sebagai lapangan
kesehatan yang mengurusi masalah-masalah kesehatan secara
menyeluruh bagi masyarakat pekerja. Menyeluruh dalam arti usaha-usaha
preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif, higiene, penyesuaian faktor
manusia terhadap pekerjaannya, dan sebagainya [Notoatmodjo,2003]

2 Tujuan dan Manfaat Promosi Kesehatan di Tempat Kerja

Seacara umum tujuan dan manfaat dari program ini adalah sebagai
berikut:

Membantu perusahaan dalam mengurangi tingkat kecelakaan di


tempat kerja.

Membantu perusahaan dalam meningkatkan produktivitas dan


efisiensi produksi akibat kecelakaan kerja.

Membantu perusahaan dalam mengurangi cacat produksi akibat


kecekaan kerja.

Membantu perusahaan dalam meningkatkan kesadaran pekerja


akan pentingnya alat pelindug diri.

Membantu pekerja dalam meningkatkan kesehatan kerja atau


mengurangi sakit akibat kerja.

70
Membantu meningkatkan pengetahuan pekerja akan bahaya di
tempat kerja dan alat-alat pelindung diri.

Memberikan pemahaman yang lebih dalam kepada pihak


manejemen akan pentingnya APD bagi pekerja dan perusahaan.

3 Kerangka Konsep Program PKDTK

Promosi K3

Rambu- rambu K3

Komunikasi pesan
K3 Safe behavior
Kegiatan Bulan (Perilaku Aman)
K3

Pengawasan

Pelatihan

4 Elemen dan Pendekatan Program PKDTK

Adapun pendekatan program PKDTK yaitu :

Informasi mlalui media cetak,pameran kesehatan ditempat kerja


yaitu meningkatkan minat;perubahan perilaku sangat kecil

71
Penjajakan risiko kesehatan yaitu identifikasi masalah kesehatan
dengan pemeriksaan kesehatan rutin

Pemberian resep ( menyelesaikan masalah kesehatan)

Sistem/lingkungan yang mendukung (pilihannya perilaku sehat)

5 Siklus Pelaksanaan Program PKDTK

Dibawah ini terlihat ilustrasi dari perencanaan dan pelaksanaan kegiatan


promosi kesehatan di tempat kerja (PKDTK).

Gambar 2.1. Siklus Pengembangan Promosi Kesehatan di Tempat Kerja


(Kholid, 2012).

72
6 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Tempat Kerja

PHBS di tempat kerja adalah upaya untuk memberdayakan para pekerja


agar tahu, mau dan mampu mempraktikkan perilaku hidup bersih dan
sehat serta berperan aktif dalam mewujudkan tempat kerja sehat. Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Tempat kerja antara lain :

a Tidak merokok di tempat kerja.

b Membeli dan mengkonsumsi makanan dari tempat kerja.

c Melakukan olahraga secara teratur atau aktifitas fisik.

d Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun sebelum makan dan
sesudah buang air besar dan buang air kecil.

e Memberantas jentik nyamuk di tempat kerja.

f Menggunakan air bersih.

g Menggunakan jamban saat buang air kecil dan besar.

h Membuang sampah pada tempatnya.

i Mempergunakan Alat Pelindung Diri (APD) sesuai jenis pekerjaan.

7 Ada 4 langkah yang harus dilakukan untuk meningkatkan


kesehatan di perusahaan dan karyawan yaitu :

a Lebih mengkomunikasikan dengan para karyawan tentang perhatian


dan tujuan yang terkait dengan kesehatan.

b Mengimplementasikan program promosi kesehatan untuk membuat


pemahaman di tempat kerja.

c Membuat komitmen tetap untuk memelihara kesehatan dan


kesejahteraan karyawan.

d Memulai kegiatan program kesehatan.

73
8 Strategi Terbaik Untuk Promosi Kesehatan Di Tempat Kerja

a Implementasi program perubahan gaya hidup karyawan (Berhenti


merokok, Program Fitness, Meningkatkan nutrisi, pengurangan stress
dll).

b Program konsultasi dan penilaian resiko kesehatan di perusahaan.

c Menunjukkan dukungan manajemen terhadap program promosi


kesehatan khususnya membangun pernyataan misi promosi
kesehatan perusahaan.

d Membangun budaya organisasi yang fleksibel, dukungan masyarakat,


responsif terhadap kebutuhan karyawan.

e Membangun kebijakan perusahaan untuk memelihara area bebas


rokok dan minuman keras dan narkoba di tempat kerja.

f Membentuk komite kesehatan dan keselamatan kerja dan melakukan


pertemuan secara reguler.

g Mengawasi efektivitas, biaya, keuntungan dan partisipasi dalam


program promosi kesehatan.

h Membuat dan memelihara fasilitas promosi kesehatan dengan


menghubungkan audit kualitas lingkungan kerja pada interval reguler
dan ambil langkah untuk identifikasi alamat area yang bermasalah.

i Komunikasi secara reguler dengan karyawan untuk menghormati


promosi kesehatan

9 Kunci Efektivitas Program Kesehatan Di Tempat Kerja

a Menunjukkan keterlibatan dan dukungan manajemen pada program


kesehatan.

b Melibatkan karyawan dalam tahapan perencanaan program.

74
c Tawarkan program pada waktu dan tempat yang menyenagkan bagi
karyawan.

d Membuat tujuan program dan identifikasi kebutuhan kesehatan


karyawan.

e Berikan hadiah terhadap prestasi dan keikutsertaan dalam


pencapaian tujuan program.

f Meyakinkan karyawan bahwa status kesehatan mereka adalah sangat


penting.

g Berikan program yang bervariasi untuk mempertemukan kebutuhan


karyawan.

h Membuat lingkungan tempat kerja mendukung usaha perubahan gaya


hidup.

i Membantu karyawan untuk mengerti dampak dari masalah kesehatan.

Langkah Mengembangkan Promosi Kesehatan Di Tempat Kerja.

Langkah-langkah strategi promosi kesehatan di tempat kerja dilaksanakan


melalui Pendekatan Pemberdayaan Masyarakat Pekerja (PPMP ~ Primary
Health Care Approach). Untuk mencapai sasaran masyarakat pekerja
diperlukan pendekatan sistemik yang mampu mengajak partisipasi dari
masyarakat pekerja. Ciri PPMP ini adalah :

Penyelenggaraan program promosi kesehatan di tempat kerja harus


bertumpu pada partisipasi aktif masyarakat pekerja atau kerja sama
interaksi antara penyelenggara program promosi kesehatan di tempat
kerja dengan masyarakat pekerja di tempat kerja sasaran. Adanya
konsepsi dan pelaksanaan promosi kesehatan di tempat kerja

75
Adanya kegiatan program promosi kesehatan di tempat kerja yang
diselenggarakan melalui kemitraan triparteit (pemerintah,
Mengembangkan Promosi Kesehatan Di tempat Kerja dapat melalui 8
langkah yaitu :

a Menggalang dukungan manajemen. Untuk mengembangkan Promosi


kesehatan di tempat kerja, dukungan dan komitmen dari para
pengambil keputusan dari semua pihak sangat penting sekali. Ini
termasuk bukan saja sebagai sponsor, tetapi komitmen untuk
pelaksanaan Promosi kesehatan tersebut. Para manager hendaknya
membuat program dan informasi umum tentang pelaksanaan promosi
kesehatan yang diedarkan keseluruh staf untuk di diskusikan.

b Melaksanakan koordinasi. Untuk lancarnya proses jalannya


pelaksanaan, para pengambil keputusan membentuk kelompok kerja
(team) yang baik, contohnya panitia dari bagian kesehatan, bagian
keselamatan, lingkungan dan ketenagaan. Kelompok kerja tersebut
hendaknya mengikuti semua komponen yang terkait di semua
tingkatan di tempat kerja maupun di sektor terkait.

c Penjajakan KebutuhanTeam hendaknya melakukan need assessmen.


Hal ini untuk mengumpulkan segala informasi yang berhubungan
dengan kesehatan dan keselamatan kerja. Tujuan dari need
assessmen ini adalah mengidentifikasi masalah yang mempengaruhi
kesehatan dan menjadikan nya program.

d Memprioritaskan Kebutuhan. Team memproiritaskan masalah


berdasarkan keinginan dan kebutuhan masalah masalah yang
mempengaruhi kesehatan.

e Menyusun perencanaan.Berdasarkan prioritas masalah dan


kebutuhan, team mengembangkan perencanaan yaitu perencanaan
jangka panjang dan jangka pendek lengkap dengan goal dan tujuan,

76
strateginya, aktifitasnya, biaya dan jadwal pelaksanaan. Biaya
perencanaan hendaknya diajukan setiap tahun anggaran

f Monitoring dan Evaluasi. Monitoring dan Evaluasi merupakan hal yang


sangat penting untuk melihat seberapa baiknya program tersebut
terlaksana, untuk mengidentifikasi kesuksesan dan masalah-masalah
yang ditemui dan umpan balik (feedback) untuk perbaikan

g Revisi dan perbaikan program. Setelah mendapatkan hasil dari


evaluasi tentunya ada kekurangan dan masukan yang perlu untuk
pertimbangan dalam melakukan perbaikan program, sekaligus
merevisi hal yang sudah ada

i Ada beberapa pengertian tentang kesehatan dan keselamata

H Program K3 dirumah sakit

Pengertian Kesehatan dan Keselamatan Kerjan kerja

diantaranya ;

1 Kesehatan Kerja MenurutWHO / ILO (1995)

Kesehatan kerja bertujuan untuk peningkatan dan pemeliharaan


derajat kesehatan fisik, mental, dan sosial yang setinggi-tingginya
bagi pekerja di semua jenis pekerjaan, pencegahan terhadap
gangguan kesehatan pekerja yang disebabkan oleh kondisi
pekerjaan; perlindungan bagi pekerja dalam pekerjaannya dari
risiko akibat faktor yang merugikan kesehatan; dan penempatan
serta pemeliharaan pekerja dalam suatu lingkungan kerja yang
disesuaikan dengan kondisi fisiologi dan psikologisnya. Secara
ringkas merupakan penyesuaian pekerjaan kepada manusia dan
setiap manusia kepada pekerjaan atau jabatannya.

77
2 Kesehatan dan keselamatan kerja adalah upaya untuk memberikan
jaminan keselamatan dan meningkatkan derajat kesehatan para
pekerja/buruh dengan cara pencegahan kecelakaan dan penyakit
akibat kerja, pengendalian bahaya di tempat kerja, promosi
kesehatan, pengobatan, dan rehabilitasi.

Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2003 tentang


Kesehatan,Pasal23 dinyatakan bahwa upaya Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3) harus diselenggarakan di semua tempat
kerja, khususnya tempat kerja yangmempunyai risiko bahaya
kesehatan, mudah terjangkit penyakit atau mempunyai karyawan
paling sedikit 10 orang. Jika memperhatikan isi dari pasal di atas
maka jelaslah bahwa Rumah Sakit (RS) termasuk ke dalam kriteria
tempat kerjadengan berbagai ancaman bahaya yang dapat
menimbulkan dampak kesehatan,tidak hanya terhadap para pelaku
langsung yang bekerja di RS, tapi juga terhadap pasien maupun
pengunjung RS. Sehingga sudah seharusnya pihak pengelola RS
menerapkan upaya-upaya K3 di RS.

Prinsip Kebijakan Pelaksanaan dan Program Kesehatan dan


Keselamatan Kerja(K3) Di Rumah Sakit

Pembahasan difokuskan pada prinsip K3RS, program K3RS,dan


kebijakan pelaksanaan K3RS, yang di bagi dalam 3 (tiga) bagian yaitu;

1 Prinsip kesehatan dan keselamatan kerja di rumah sakit (K3RS) agar

kesehatan dan keselamatan kerja di rumah sakit (K3RS), dapat


dipahami secarah utuh, perlu diketahui pengertian 3 (tiga) komponen
yang saling berinteraksi, yaitu:

Kapasitas kerja adalah status kesehatan kerja dan gizi kerja yang
baikserta kemampuan fisik yang prima setiap pekerja agar dapat
melakukan pekerjaannya dengan baik. Contoh: Bila seorang

78
pekerja kekurangan zatbesi yang menyebabkan anemia, maka
kapasitas kerja Akan menurun karna pengaruh kondisi fisik lemah
dan lemas.

Beban kerja adalah beban fisik dan beban mental yang harus
ditanggung oleh pekerja dalam melaksanakan tugasnya. Contoh:
pekerjayang bekerja melebihi waktu kerja maksimum.

Lingkungan kerja adalah lingkungan yang terdekat dari seorang


pekerja.Contoh: Seorang yang bekerja di bagian instalasi radiologi
(kamar X Ray,kamar gelab, kedokteran, nuklir dan lain-lain).

2 Program kesehatan dan keselamatan kerja di rumah sakit (K3RS)


program K3 di rumah sakit (K3RS) bertujuan untuk melindungi
kesehatan dan keselamatan kerja serta meningkatkan
produktifitastenaga kerja, melindungi keselamatan pasien, pengunjung
danmasyarakat serta lingkungan rumah sakit. Kinerja setiap
pengunjung kesehatan dan non kesehatan merupakan resultante dari
3 (tiga) komponen yaitu kapasitas kerja, beban kerja dan kapasitas
kerja.Program K3RS yang harus diterapkan adalah:

a Pengembangan kebijakan Kesehatan dan Keselamatan Kerja di


rumahsakit (K3RS).

Pembuatan atau revitalisasi organisasi K3RS.

Merencanakan program K3RS selama 3 (tiga) tahun kedepan.


Setiap 3tahun dapat di revisi kembali sesuai dengan
kebutuhan.

b Pembudayaan perilaku Kesehatan dan Keselamatan Kerja di


rumah sakit(K3RS).

Advokasi sosialisasi K3 pada seluruh jajaran rumah sakit, baik


bagipekerja,pasien serta pengunjung rumah sakit.

79
Penyebaran media informasi dan komunikasi baik melalui
film ,leaflet, poster, pamflet dll.

Promosi K3 pada setiap pekerja yang bekerja disetiap unit di


RumahSakit.

c Pengembangan sumber daya manusia (SDM) K3RS)

Pelatihan umum K3RS

Pelatihan itern Rumah Sakit, seperti pekerja perunit rumah


sakit

Pengiriman SDM untuk pendidikan formal, pelatihan lanjutan,

seminar dan workshop yang berkaitan dengan K3.

d Pengembangan pedoman dan Standar Operational Procedure


(SOP)K3RS.

Penyusunan pedoman praktek Ergonomi di rumah sakit.

Penyusunan pedoman pelaksanaan pelayanan kesehatan


kerja.

Penyusunan pedoman pelaksanaan tanggap darurat di rumah


sakit.

Penyusunaan pedoman pelaksanaan penanggulangan


kebakaran.

Penyusunan pedoman pengelolaan penyehatan lingkungan


rumahsakit.

Penyusunan pengelolaan faktor resiko dan pengelolaan


limbahrumah sakit.

Penyusunan kontrol terhadap penyakit infeksi.

80
Penyusunan konrol terhadap bahan berbahaya dan beracun
(B3).

Penyusunan SOP kerja dan pelatihan di masing-masing unit


kerjarumah sakit.

e Pemantauan dan evaluasi kesehatan lingkungan tempat kerja.

Mampping lingkungan tempat kerja.

Evaluasi lingkungan tempat kerja (wawancara pekerja, survei


dankuesioner).

f Pelayanan kesehatan kerja

Melakukan pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja


,pemeriksaansecara khusus, dan secara berkala bagi pekerja
sesuai pajananya dirumah sakit.

Melakukan pemeriksaan kesehatan khususnya pada pekerja


diRumah sakit yang akan pensiun atau pindah
kerja.Pemeriksaan pengobatan dan perawatan serta
rehabilitasi bagi pekerjayang menderita sakit.

Meningkatkan kesehatan badan, kondisi, mental (rohani)


dankemampuan fisik pekerja

g Pelayanan keselamatan kerja

Pembinaan dan pengawasan keselamatan/keamanan sarana


prasaranadan peralatan kesehatan di rumah sakit.

Pembinaan dan pengawasan perlengkapan keselamatan kerja


di rumah sakit.

Pengelolaan dan pemeliharaan serta sertifikasi sarana


prasarana danpemeliharaan peralatan rumah sakit

81
Pengadaan peralatan rumah sakit.

h Pengembangan program pemeliharaan pengelolaan limbah


padat,cairdan gas.

Penyediaan fasilitas untuk penanganan dan pengelolaan


limbahpadat, cair dan gas.

Pengelolaan limbah medis dan non medis

i Pengelolaan jasa bahan berbahaya, beracun dan barang


berbahaya

Inventarisasi bahan beracun, berbahaya dan barang


berbahaya(Permennaker No 427 tahun 1996).

Membuat kebijakan prosedur pengadaan, penyimpanan


danpenaggulangan bila terjadi kontaminasi dengan acuan
MaterialSafety Data Sheet (MSDS).

j Pengembangan manajemen tanggap darurat

Menyusun rencana tanggap darurat (survei bahaya,


membentuk timtanggap darurat, menetapkan prosedur
penanganan tanggap darurat,pelatihan dll).

Pembentukan organisasi/tim kewaspadaan bencana.

Pelatihan dan uji coba terhadap kesiapan petugas tanggap


darurat

Standar Pelayanan K3 di Rumah Sakit

Pelayanan K3 RS harus dilaksanakan secara terpadu melibatkanberbagai


komponen yang ada di rumah sakit. Pelayanan K3 di rumah sakitsampai
saat ini dirasakan belum maksimal.Hal ini dikarenakan masih banyak

82
rumahsakit yang belum menerapkan SistemManajemen Kesehatan dan
Keselamatan kerja(SMK3).

1 Standar Pelayanan Kesehatan Kerja di Rumah

SakitSetiap Rumah Sakit wajib melaksanakan pelayanan kesehatan


kerja sepertitercantum pada pasal 23 UU kesehatan no.36 tahun 2009
dan peraturanMenteritenaga kerja dan Transmigrasi RI
No.03/men/1982 tentang pelayanankesehatan kerja. Adapun bentuk
pelayanan kesehatan kerja yang perludilakukan, sebagai berikut :

a Melakukan pemeriksaan kesehatan sebekum kerja bagi pekerja.

b Melakukan pendidikan dan penyuluhan/pelatihan tentang


kesehatan kerjadan memberikan bantuan kepada pekerja di
rumah sakit dalam penyesuaiandiri baik fisik maupun mental
terhadap pekerjanya.

c Melakukan pemeriksaan berkala dan pemeriksaan khusus


sesuaidengan pajanan di rumah sakit

d Meningkatkan kesehatan badan, kondisi mental (rohani)


dankemampuan fisik pekerja

e Memberikan pengobatan dan perawatan serta rehabilitasi bagi


pekerja yangmenderita sakit

f Melakukan pemeriksaan kesehatan khusus pada pekerja rumah


sakityang akan pension atau pindah kerja

g Melakukan koordinasi dengan tim Panitia Pencegahan dan


PengendalianInfeksi mengenai penularan infeksi terhadap pekerja
dan pasien

h Melaksanakan kegiatan surveilans kesehatan kerja

83
i Melaksanakan pemantauan lingkungan kerja dan ergonomi
yangberkaitan dengan kesehatan kerja (Pemantauan/pengukuran
terhadapfaktor fisik, kimia, biologi, psikososial, dan ergonomi)

j Membuat evaluasi, pencatatan dan pelaporan kegiatan kesehatan


kerjayang disampaikan kepada Direktur Rumah Sakit dan Unit
teknis terkait diwilayah kerja Rumah Sakit.

2 Standar pelayanan Keselamatan kerja di Rumah Sakit

Pada prinsipnya pelayanan keselamatan kerja berkaitan erat


dengansarana, prasarana, dan peralatan kerja. Bentuk pelayanan
keselamatan kerjayang dilakukan :

a Pembinaan dan pengawasan keselamatan/keamanan sarana,


prasarana,dan peralatan kesehatan.

b Pembinaan dan pengawasan atau penyesuaian peralatan


kerjaterhadap pekerja.

c Pembinaan dan pengawasan terhadap lingkungan kerja.

d Pembinaan dan pengawasan terhadap sanitasi air.

e Pembinaan dan pengawasan perlengkapan keselamatan kerja.

f Pelatihan/penyuluhan keselamatan kerja untuk semua pekerja.

g Memberi rekomendasi/masukan mengenai perencanaan,


pembuatan tempatkerja dan pemilihan alat serta pengadaannya
terkaitkeselamatan/keamanan.

h Membuat sistem pelaporan kejadian dan tindak lanjutnya

i Pembinaan dan pengawasan Manajemen Sistem


Penanggulangan Kebakaran (MSPK).

j Membuat evaluasi, pencatatan, dan pelaporan kegiatan


pelayanankeselamatan kerja yang disampaikan kepada Direktur

84
Rumah Sakit danUnit teknis terkait di wilayah kerja kerja rumah
sakit.

3 Standar K3 Sarana, Prasarana, dan Peralatan di Rumah Sakit

Sarana didefinisikan sebagai segala sesuatu benda fisik yang


dapattervisualisasi oleh mata maupun teraba panca indera dan
dengan mudah dapatdikenali oleh pasien dan umumnya merupakan
bagian dari suatu bangunangedung (pintu, lantai, dinding, tiang,
kolong gedung, jendela) ataupunbangunan itu sendiri. Sedangkan
prasarana adalah seluruh jaringan/instansiyang membuat suatu
sarana bisa berfungsi sesuai dengan tujuan yangdiharapkan, antara
lain : instalasi air bersih dan air kotor, instalasi listrik,gas medis,
komunikasi, dan pengkondisian udara, dan lain- lain.

4 Pengelolaan Jasa dan Barang Berbahaya

Barang Berbahaya dan Beracun (B3) adalah bahan yang karena sifat
danatau konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara langsung
maupun tidaklangsung, dapat mencemarkan dan atau merusak
lingkungan hidup, dan ataudapat membahayakan lingkungan hidup,
kesehatan, kelangsungan hidupmanusia serta makhluk hidup lainnya.

a Kategori B3

Memancarkan radiasi, Mudah meledak, Mudah menyala atau


terbakar, Oksidator, Racun, Korosif, Karsinogenik, Iritasi,
Teratogenik, Mutagenic, Arus listrik.

b Prinsip dasar pencegahan dan pengendalian B3

Identifikasi semua B3 dan instalasi yang akan ditangani


untukmengenal ciri-ciri dan karakteristiknya.

Evaluasi, untuk menentukan langkah-langkah atau tindakan


yangdiperlukan sesuai sifat dan karakteristik dari bahan atau

85
instalasi yangditangani sekaligus memprediksi risiko yang
mungkin terjadi apabilakecelakaan terjadi.

Pengendalian sebagai alternatif berdasarkan identifikasi


danevaluasi yang dilakukan meliputi pengendalian operasional,
pengendalian organisasi administrasi, inspeksi dan
pemeliharaansarana prosedur dan proses kerja yang aman,
pembatasan keberadaanB3 di tempat kerja sesuai jumlah
ambang.

Untuk mengurangi resiko karena penanganan bahan


berbahaya.

c Pengadaan Jasa dan Bahan Berbahaya

Rumah sakit harus melakukan seleksi rekanan berdasarkan barang


yang diperlukan. Rekanan yang akan diseleksi diminta memberikan
proposalberikut company profile. Informasi yang diperlukan
menyangkutspesifikasi lengkap dari material atau produk,
kapabilitas rekanan,harga, pelayanan, persyaratan K3 dan
lingkungan serta informasi lain yangdibutuhkan oleh rumah sakit.

5 Standar SDM K3 di Rumah Sakit

Kriteria tenaga K3

a Rumah Sakit Kelas A

S3/S2 K3 minimal 1 orang yang mendapat pelatihan khusus


yangterakreditasi mengenai K3 RS.

S2 kesehatan minimal 1 orang yang mendapat pelatihan


khususyang terakreditasi mengenai K3 RS.

Dokter Spesialis Kedokteran Okupasi (SpOk) dan S2


KedokteranOkupasi minimal 1 orang yang mendapat pelatihan
khusus yangterakreditasi mengenai K3 RS.

86
Tenaga Kesehatan Masyarakat K3 DIII dan S1 minimal 2
orangyang mendapat pelatihan khusus yang terakreditasi
mengenai K3RS.

Dokter/dokter gigi spesialis dan dokter umum/dokter gigi


minimal 1orang dengan sertifikasi K3 dan mendapat pelatihan
khusus yangterakreditasi mengenai K3 RS.

Tenaga paramedis dengan sertifikasi dalam bidang K3


(informal)yang mendapat pelatihan khusus yang terakreditasi
mengenai K3RS.

Tenaga paramedis yang mendapat pelatihan khusus


yangterakreditasi mengenai K3 RS minimal 2 orang.

Tenaga teknis lainnya dengan sertifikasi K3 (informal)


mendapatpelatihan khusus terakreditasi mengenai K3 RS
minimal 1 orang.

Tenaga teknis lainnya mendapat pelatihan khusus


terakreditasimengenai K3 RS minimal 2 orang.

b Rumah Sakit Kelas B

S2 kesehatan minimal 1 orang yang mendapat pelatihan


khususterakreditasi mengenai K3 RS.

Tenaga Kesehatan Masyarakat K3 DIII dan S1 minimal 1


orangyang mendapat pelatihan khusus yang terakreditasi
mengenai K3RS.

Dokter/dokter gigi spesialis dan dokter umum/dokter gigi


minimal 1orang dengan sertifikasi K3 dan mendapat pelatihan
khusus yangterakreditasi mengenai K3 RS.

87
Tenaga paramedis dengan sertifikasi dalam bidang K3
(informal)yang mendapat pelatihan khusus yang terakreditasi
mengenai K3RS minimal 1 orang.

Tenaga paramedis yang mendapat pelatihan khusus


yangterakreditasi mengenai K3 RS minimal 1 orang.

Tanaga teknis lainnya dengan sertifikasi K3 (informal)


mendapatpelatihan khusus terakreditasi mengenai K3 RS
minimal 1 orang

Tenaga teknis lainnya mendapat pelatihan khusus


terakreditasimengenai K3 RS minimal 1 orang.

c Rumah Sakit kelas C

Tenaga Kesehatan Masyarakat K3 DIII dan S1 minimal 1


orangyang mendapat pelatihan khusus yang terakreditasi
mengenai K3RS.

Dokter/dokter gigi spesialis dan dokter umum/dokter gigi


minimal 1orang dengan sertifikasi K3 dan mendapat
pelatihan khusus yangterakreditasi mengenai K3 RS.

Tenaga paramedis yang mendapat pelatihan khusus


yangterakreditasi mengenai K3 RS minimal 1 orang.

Tenaga teknis lainnya mendapat pelatihan khusus


terakreditasimengenai K3 RS minimal 1 orang.

6 Pembinaan, Pengawasan, Pencatatan, dan Pelaporan

a Pembinaan dan pengawasan

Pembinaan dan pengawasan dilakukan melalui system


berjenjang.Pembinaan dan pengawasan tertinggi dilakukan
olehDepartemen Kesehatan. Pembinaan dapat dilaksanakan

88
antara laindengan melalui pelatihan, penyuluhan, bimbingan
teknis, dan temukonsultasi.Pengawasan pelaksanaan Standar
Kesehatan dan Keselamatan Kerja dirumah sakit dibedakan
dalam dua macam, yakni pengawasan internal,yang dilakukan
oleh pimpinan langsung rumah sakit yang bersangkutan,dan
pengawasan eksternal, yang dilakukan oleh Menteri kesehatan
danDinas Kesehatan setempat, sesuai dengan fungsi dan
tugasnya masing-masing.

b Pencatatan dan pelaporan

Pencatatan dan pelaporan adalah pendokumentasian kegiatan


K3secara tertulis dari masing-masing unit kerja rumah sakit dan
kegiatanK3RS secara keseluruhan yang dilakukan oleh organisasi
K3RS, yangdikumpulkan dan dilaporkan / diinformasikan oleh
organisasi K3 RS,Direktur Rumah Sakit dan unit teknis terkait di
wilayah RumahSakit.Tujuan kegiatan pencatatan dan pelaporan
kegiatan k3 adalahmenghimpun dan menyediakan data dan
informasi kegiatan K3,mendokumentasikan hasil-hasil
pelaksanaan kegiatan K3; mencatat danmelaporkan setiap
kejadian / kasus K3, dan menyusun danmelaksanakan pelaporan
kegiatan K3.
Pelaporan terdiri dari : pelaporan berkala (bulanan, semester,
dantahunan) dilakukan sesuai dengan jadual yang telah
ditetapkan danpelaporan sesaat/insidentil, yaitu pelaporan yang
dilakukan sewaktuwaktupada saat kejadian atau terjadi kasus
yang berkaitan dengan K3.Sasaran kegiatan pencatatan dan
pelaporan kegiatan k3 adalahmencatat dan melaporkan
pelaksanaan seluruh kegiatan K3, yangtercakup di dalam :

Program K3, termasuk penanggulangan kebakaran


dankesehatan lingkungan rumah sakit.

89
Kejadian/kasus yang berkaitan dengan K3 sertaupaya
penanggulangan dan tindak lanjutnya.

BAB III

PENUTUP

A Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa :
1 Kesehatan dan keselamatan kerja (K3) adalah ilmu terapan yang
bersifat multidisiplin, bidang yang terkait
dengan kesehatan, keselamatan, dan kesejahteraan manusia yang
bekerja di sebuah institusi maupun lokasi proyek.
2 Lembaga K3 yang ada di Indonesia pada saat ini adalah : P2K3,
DK3N dan PJK3.

90
P2K3 (Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja) adalah
suatu lembaga yang dibentuk di perusahan untuk membantu
melaksanakan dan menangani usaha-usaha keselamatan dan
kesehatan kerja yang keanggotaannya terdiri dari unsure
pengusaha dan pekerja.
DK3N (Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Nasional) adalah
suatu lembaga yang dibentuk untuk membantu memberi saran dan
pertimbangan kepada Menteri tentang usaha-usaha keselamatan
dan kesehatan kerja.
PJK3 (Perusahaan Jasa Keselamatan dan Kesehatahn Kerja)
adalah suatu lembaga usaha berdasarkan surat keputusan
penunjukkan dari Depnakertrans yang bergerak di bidang jasa
keselamatan dan kesehatan kerja yang mempunyai ahli K3 di
bidangnya.
3 Kebijakan Kesehatan dan Keselamatan Kerja adalah serangkaian
tindakan dan keputusan yang bertujuan menciptakan dan menjamin
kondisi dalam pekerjaan yang sehat baik jasmani maupun
rohani,efisien dan terkendali bagi pekerja, peralatan,perusahaan
dan lingkungan untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja dan
penyakit akibat kerja di tempat kerja
4 Menurut Interntional Labour Organization (ILO) dan World Health
Organization (WHO), Kesehatan kerja merupakan promosi dan
pemeliharaan kesejahteraan fisik, mental, dan sosial pekerja pada
jabatan apapun dengan sebaik-baiknya yang kerja bertujuan untuk
peningkatan dan pemeliharaan derajat kesehatan fisik, mental dan
sosial yang setinggi-tingginya bagi pekerja disemua jenis
pekerjaan, pencegahan terhadap gangguankesehatan pekerja yang
disebabkan oleh kondisi pekerjaan; perlindungan bagi pekerja
dalam pekerjaannya dari risiko akibat faktor yang
merugikan kesehatan dan penempatan serta pemeliharaan pekerja

91
dalam suatu lingkungan kerja yang disesuaikan dengan kondisi
fisiologi dan psikologisnya
5 Audit atau pemeriksaan dalam arti luas bermakna evaluasi
terhadap suatu organisasi, sistem, proses, atau produk. Audit
dilaksanakan oleh pihak yang kompeten, objektif, dan tidak
memihak, yang disebut auditor. Seangkan Inpeksi adalah
pengecekan paling populer dalam masyarakat, salah satu contoh
Sidak (jenis inspeksi mendadak / surprise inspection) yang
biasanya dilakukan oleh petinggi pemerintahan untuk menemukan
ketidaksesuaian dan menimbulkan efek psikososial yang efektif.
6 Promosi kesehatan di tempat kerja adalah adalah upaya promosi
kesehatan yang diselenggarakan di tempat kerja, selain untuk
memberdayakan masyarakat di tempat kerja untuk mengenali
masalah dan tingkat kesehatannya, serta mampu mengatasi,
memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatannya sendiri
juga memelihara dan meningkatkan tempat kerja yang sehat.
Kesehatan kerja bertujuan untuk memperoleh derajat kesehatan
yang setinggi-tingginya, baik fisik, mental, dan sosial bagi
masyarakat pekerja dan masyarakat lingkungan perusahaan
tersebut, melalui usaha-usaha preventif, promotif dan kuratif
terhadap penyakit-penyakit atau gangguan-gangguan kesehatan
akibat kerja atau lingkungan kerja

92
DAFTAR PUSTAKA

DR Sumakmur PK MSc, CV. Haji Masagung. 1989. Keselamatan Kerja


dan Pencegahan Kecelakaan Kerja. Jakarta

ILO, Zayadi.1979.Pencegahan Kecelakaan Kerja. Jakarta

Noer Rafikah Zulyanti. 2013. Komitmen Kebijakan Keselamatan Dan


Kesehatan Kerja (K3). DIA, Sebagai Upaya Perlindungan Terhadap
Tenaga Kerja. Jurnal Administrasi Publik Desember 2013, Vol. 11,
No. 2, Hal. 264 275. Surabaya

93
Qomariyah Sholihah & Wahyudi Kuncoro (2011) Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Konsep Perkembangan Dan Implementasi Budaya
Keselamatan. Jakarta: penerbit buku kedokteran EGC.

Ramli, Soehatman.2010. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan


Kerja : OHSAS 18001. Jakarta: Dian Rakyat.

Sumamur (1981). Keselamatan kerja & pencegahan kecelakaan. Jakarta:


PT Gunung Agung.

Sumamur, P.K, M.Sc., Dr., 1988, Hiegene Perusahaan dan Keselamatan


Kerja. Jakarta : PT. Saksama.

Wowo sunaryo kuswana (2015). Mencegah Kecelakaan Kerja. Bandung:

94

Anda mungkin juga menyukai