Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau
kejadian-kejadian lain yang berbahaya; memberikan pertolongan pada
kecelakaan; memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja;
mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebarluaskan suhu,
kelembaban, debu kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar
atau radiasi, suara dan getaran.
Undang-undang ini dimaksudkan untuk menentukan standar yang
jelas untuk keselamatan kerja bagi semua karyawan sehingga mendapat
perlindungan atas keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk
kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta produktifitas
Nasional; memberikan dasar hukum agar setiap orang selain karyawan
yang berada di tempat kerja perlu dijamin keselamatannya dan setiap
sumber daya perlu dipakai dan dipergunakan secara aman dan efisien;
dan membina norma-norma perlindungan kerja yang sesuai dengan
perkembangan masyarakat, industrialisasi, teknik dan teknologi. Oleh
karena itu kita harus memahami lebih mendalam mengenai K3. Dalam
makalah tersebut akan diuraikan beberapa hal mendasar yang sangat
penting untuk memahami K3 agar bisa lebih dimaksimalkan
penerapannya dalam dunia kerja.
B. Tujuan
2
Untuk memahami lebih mendalam mengenai Keselamatan Kesehatan
Kerja sehingga dapat diterapkan diberbagai tempat kerja untuk
meminimalkan kecelakaan dalam dunia kerja.
BAB II
3
PEMBAHASAN
A Konsep Dasar K3
Sejarah Perkembangan K3
1 ZAMAN PRA-SEJARAH
Pada zaman batu dan goa (Paleolithic dan Neolithic) dimana
manusia yang hidup pada zaman ini telah mulai membuat kapak
dan tombak yang mudah untuk digunakan serta tidak
membahayakan bagi mereka saat digunakan. Disain tombak dan
kapak yang mereka buat umumnya mempunyai bentuk yang lebh
besar proporsinya pada mata kapak atau ujung ombak. Hal ini
adalah untuk menggunakan kapak atau tombak tersebut tidak
memerlukan tenaga yang besar karena dengan sedikit ayunan
momentum yang dihasilkan cukup besar. Disain yang mengecil
pada pegangan dimaksudkan untuk tidak membahayakan bagi
pemakai saat mengayunkan kapak tersebut.
2 ZAMAN BANGSA BABYLONIA (DINASTI SUMMERIA) DI IRAK
Pada era ini masyarakat sudah mencoba membuat sarung kapak
agar aman dan tidak membahayakan bagi orang yang
membawanya. Pada masa ini masyarakat sudah mengenal
berbagai macam peralatan yang digunakan untuk membantu
pekerjaan mereka. Dan semakin berkembang setelah
ditemukannya tembaga dan suasa sekitar 3000-2500 BC. Pada
tahun 3400 BC masyarakat sudah mengenal konstruksi dengan
menggunakan batubata yang dibuat proses pengeringan oleh sinar
matahari. Pada era ini masyarakat sudah membangunan saluran
air dari batu sebagai fasilitas sanitasi. Pada tahun 2000 BC muncul
suatu peraturan Hammurabi yang menjadi dasar adanya
kompensasi asuransi bagi pekerja.
4
3 ZAMAN MESIR KUNO
Pada masa ini terutama pada masa berkuasanya Firaun banyak
sekali dilakukan pekerjaan-pekerjaan raksasa yang melibatkan
banyak orang sebagai tenaga kerja. Pada tahun 1500 BC
khususnya pada masa Raja Ramses II dilakukan pekerjaan
pembangunan terusan dari Mediterania ke Laut Merah. Disamping
itu Raja Ramses II juga meminta para pekerja untuk membangun
temple Rameuseum. Untuk menjaga agar pekerjaannya lancar
Raja Ramses II menyediakan tabib serta pelayan untuk menjaga
kesehatan para pekerjanya.
4 ZAMAN YUNANI KUNO
Pada zaman romawi kuno tokoh yang paling terkenal adalah
Hippocrates. Hippocrates berhasil menemukan adanya penyakit
tetanus pada awak kapal yang ditumpanginya.
5 ZAMAN ROMAWI
Para ahli seperti Lecretius, Martial, dan Vritivius mulai
memperkenalkan adanya gangguan kesehatan yang diakibatkan
karena adanya paparan bahan-bahan toksik dari lingkungan kerja
seperti timbal dan sulfur. Pada masa pemerintahan Jendral
Aleksander Yang Agung sudah dilakukan pelayanan kesehatan
bagi angkatan perang.
6 ABAD PERTENGAHAN
Pada abad pertengahan sudah diberlakukan pembayaran
terhadap pekerja yang mengalami kecelakaan sehingga
menyebabkan cacat atau meninggal. Masyarakat pekerja sudah
mengenal akan bahaya vapour di lingkungan kerja sehingga
disyaratkan bagi pekerja yang bekerja pada lingkungan yang
mengandung vapour harus menggunakan masker.
7 ABAD KE-16
5
Salah satu tokoh yang terkenal pada masa ini adalah Phillipus
Aureolus Theophrastus Bombastus von Hoheinheim atau yang
kemudian lebih dikenal dengan sebutan Paracelsus mulai
memperkenalkan penyakit-penyakit akibat kerja terutama yang
dialama oleh pekerja tambang. Pada era ini seorang ahli yang
bernama Agricola dalam bukunya De Re Metallica bahkan sudah
mulai melakukan upaya pengendalian bahaya timbal di
pertambangan dengan menerapkan prinsip ventilasi.
8 ABAD KE-18
Pada masa ini ada seorang ahli bernama Bernardino Ramazzini
(1664 1714) dari Universitas Modena di Italia, menulis dalam
bukunya yang terkenal : Discourse on the diseases of workers,
(buku klasik ini masih sering dijadikan referensi oleh para ahli K3
sampai sekarang). Ramazzini melihat bahwa dokter-dokter pada
masa itu jarang yang melihat hubungan antara pekerjaan dan
penyakit, sehingga ada kalimat yang selalu diingat pada saat dia
mendiagnosa seseorang yaitu What is Your occupation ?.
Ramazzini melihat bahwa ada dua faktor besar yang
menyebabkan penyakit akibat kerja, yaitu bahaya yang ada dalam
bahan-bahan yang digunakan ketika bekerja dan adanya gerakan-
gerakan janggal yang dilakukan oleh para pekerja ketika bekerja
(ergonomic factors)
9 ERA REVOLUSI INDUSTRI (TRADITIONAL INDUSTRIALIZATION)
Pada era ini hal-hal yang turut mempengaruhi perkembangan K3
adalah :
Penggantian tenaga hewan dengan mesin-mesin seperti
mesin uap yang baru ditemukan sebagai sumber energi.
Penggunaan mesin-mesin yang menggantikan tenaga
manusia
Pengenalan metode-metode baru dalam pengolahan bahan
baku (khususnya bidang industri kimia dan logam).
6
Pengorganisasian pekerjaan dalam cakupan yang lebih
besar berkembangnya industri yang ditopang oleh
penggunaan mesin-mesin baru.
Perkembangan teknologi ini menyebabkan mulai muncul
penyakit-penyakit yang berhubungan dengan pemajanan
karbon dari bahan-bahan sisa pembakaran
10 ERA INDUSTRIALISASI (MODERN IDUSTRIALIZATION)
Sejak era revolusi industri di ata samapai dengan pertengahan
abad 20 maka penggnaan teknologi semakin berkembang
sehingga K3 juga mengikuti perkembangan ini. Perkembangan
pembuatan alat pelindung diri, safety devices. dan interlock dan
alat-alat pengaman lainnya juga turut berkembang.
11 ERA MANAJEMEN DAN MANJEMEN K3
Perkembangan era manajemen modern dimulai sejak tahun 1950-
an hingga sekaran. Perkembangan ini dimulai dengan teori
Heinrich (1941) yang meneliti penyebabpenyebab kecelakaan
bahwa umumnya (85%) terjadi karena faktor manusia (unsafe act)
dan faktor kondisi kerja yang tidak aman (unsafe condition). Pada
era ini berkembang system automasi pada pekerjaan untuk
mengatasi masalah sulitnya melakukan perbaikan terhadap faktor
manusia. Namun system otomasi menimbulkan masalah-masalah
manusiawi yang akhirnya berdampak kepada kelancaran
pekerjaan karena adanya blok-blok pekerjaan dan tidak
terintegrasinya masing-masing unit pekerjaan. Sejalan dengan itu
Frank Bird dari International Loss Control Institute (ILCI) pada
tahun 1972 mengemukakan teori Loss Causation Model yang
menyatakan bahwa factor manajemen merupakan latar belakang
penyebab yang menyebabkan terjadinya kecelakaan. Berdasarkan
perkembangan tersebut serta adanya kasus kecelakaan di Bhopal
tahun 1984, akhirnya pada akhir abad 20 berkembanglah suatu
konsep keterpaduan system manajemen K3 yang berorientasi
7
pada koordinasi dan efisiensi penggunaan sumber daya.
Keterpaduan semua unit-unit kerja seperti safety, health dan
masalah lingkungan dalam suatu system manajemen juga
menuntut adanya kualitas yang terjamin baik dari aspek input
proses dan output. Hal ini ditunjukkan dengan munculnya standar-
standar internasional seperti ISO 9000, ISO 14000 dan ISO 18000.
12 ERA MENDATANG
Perkembangan K3 pada masa yang akan datang tidak hanya
difokuskan pada permasalahan K3 yang ada sebatas di
lingkungan industri dan pekerja. Perkembangan K3 mulai
menyentuh aspek-aspek yang sifatnya publik atau untuk
masyarakat luas. Penerapan aspek-aspek K3 mulai menyentuh
segala sektor aktifitas kehidupan dan lebih bertujuan untuk
menjaga harkat dan martabat manusia serta penerapan hak asazi
manusia demi terwujudnya kualitas hidup yang tinggi. Upaya ini
tentu saja lebih bayak berorientasi kepada aspek perilaku manusia
yang merupakan perwujudan aspek-aspek K3.
Sejarah Perkembangan K3 di Indonesia
Seperti halnya dengan perkembangan K3 dinegara negara
maju lainnya. Perkembangan K3 di Indonesia tidak diketahui
secara pasti kapan tepatnya. Kemajuan-kemajuan yang dicapai di
eropa sangat dirasakan sejak timbulnya revolusi industri, nemun
perkembangan K3 sesungguhnya baru dirasakan (terjadi) bebrapa
tahun setelah Negara kita merdeka yaitu pada saat munculnya
Undang-Undang Kerja dan Undang-Undang Kecelakaan, meskipun
permulaannya belum berlaku, namun telah memuat pokok-pokok
tentang K3.
Selanjutnya oleh Departemen Perburuhan pada tahun 1967
didirikan lembaga Kesehatan Buruh yang kemudian pada tahun
1965 berubah menjadi Lembaga Keselamatan dan Kesehatan
Buruh.
8
Pada tahun 1966 didirikan Lembaga igiene Perusahaan dan
Kesehatan Kerja di Departemen Tenaga Kerja, dan Dinas Higiene
Perusahaan/Sanitasi umum dan Dinas Kesehatan Tenaga Kerja di
Departemen Kesehatan. Disamping itu juga tumbuh organisasi
swasta yaitu Yayasan Higiene Perusahaan yang berkedudukan di
Surabaya. Untuk selanjutnya organisasi Hiperkes (Higiene
Perusahaan dan Kesehatan Kerja) yang ada dipemerintah dari
tahun-ketahun selalu mengalami perubahan-perubahan dengan
nama sebagai berikut:
1 Pada tahun 1969 berubah menjadi Lembaga Nasional Higiene
Perusahaan dan Kesehatan Kerja
2 Pada tahun 1978 berubah menjadi pusat Higiene Perusahaan,
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (Hiperkes).
3 Pada tahun 1983 berubah lagi menjadi Pusat Higiene
Perusahaan dan Kesehatan Kerja
4 Pada tahun 1988 berubah menjadi pusat Pelayanan Ergonomi,
Kesehatan dan Keselamatan Kerja.
5 Pada tahun 1993 berubah lagi menjadi Pusat Higiene
Perusahaan, Kesehatan dan Keselamatan Kerja.
Jadi jelas bahwa perkembangan K3 di Indonesia berjalan
bersama-sama dengan pengembangan kesehatan kerja yaitu
selain melalui institusi, juga dilakukan melalui upaya-upaya
penerbitas buku-buku, majalah, leaflet K3, spanduk-spanduk,
poster dan disebabarluaskan ke Seluruh Indonesia. Kegiatan lain
adalah seminar K3, konvensi, lokakarya, bimbingan terapan K3
diadakan secara berkala dan terus menerus.
Organisasi K3 adalah Asosiasi Hiperkes dan Keselamatan
Kerja (AHKKI) yang memiliki cabang diseluruh Provinsi Wilayah
NKRI dengan pusat di Jakarta.
Program pndidikan keahlian K3 dilaksanakan baik dalam
bentuk mata kuliah pendidikan formal yang diberikan pada
9
beberapa jurusan di Perguruan Tinggi, juga diberikan dalam bentuk
In formasl berupa kursus-kursus keahlian K3. dan salah satu
keahlian yang berkembang di tahun 2004 adalah HIMU = Higiene
Industri Muda.
Dari segi peraturan perundang-uandang yang berlaku, yaitu
perundangan yang menyangkut K3 yang terdapat dalam Undang-
Undang No.1 tahun 1970, Peraturan Menteri dan Surat edaran
telah banyak diterbitkan.
Pengertian K3
Kesehatan dan keselamatan kerja (K3) adalah ilmu terapan
yang bersifat multi disiplin, bidang yang terkait
dengan kesehatan, keselamatan, dan kesejahteraan manusia yang
bekerja di sebuah institusi maupun lokasi proyek. Menurut America
Society of safety and Engineering (ASSE) K3 diartikan sebagai
bidang kegiatan yang ditujukan untuk mencegah semua jenis
kecelakaan yang ada kaitannya dengan lingkungan dan situasi
kerja.
Pengertian K3 menurut undang-undang No.1 tahun 1970 (1)
adalah upaya dan pemikiran dalam menjamin keutuhan dan
kesempurnaan jasmani dan rohani manusia pada umumnya dan
pekerja pada khususnya serta hasil karya budaya 12 dalam rangka
menuju masyarakat adil dan makmur berdasarkan pancasila
Menurut Undang-Undang Pokok Kesehatan RI No. 9 Tahun
1960, BAB I pasal 2, Kesehatan kerja adalah suatu kondisi
kesehatan yang bertujuan agar masyarakat pekerja memperoleh
derajat kesehatan setinggi-tingginya, baik jasmani, rohani, maupun
sosial, dengan usaha pencegahan dan pengobatan terhadap
penyakit atau gangguan kesehatan yang disebabkan oleh
pekerjaan dan lingkungan kerja maupun penyakit umum. Selain
pendapat diatas, ada beberapa ahli yang mendefinisikan tentang
kesehatan yaitu Parkins (1938) mendefinisikan bahwa kesehatan
10
adalah suatu keadaan seimbang yang dinamis antara bentuk dan
fungsi tubuh dan berbagai faktor yang berusaha
mempengaruhinya. Hal yang sama diutarakan oleh sedangkan
Pepkins (1978)menguraikan bahwa sehat adalah suatu keadaan
keseimbangan yang dinamis antara bentuk tubuh dan fungsi yang
dapat mengadakan penyesuaian, sehingga dapat mengatasi
gangguan dari luar. Sedangkan menurut White (1977) menjelaskan
bahwa sehat adalah suatu keadaan dimana seseorang pada waktu
diperiksa tidak mempunyai keluhan apapun atau tidak ada tanda
tanda suatu penyakit dan kelainan.Kondisi kesehatan pekerja
haruslah menjadi perhatain karena pekerja adalah penggerak atau
aset perusahaan konstruksi. Jadi kondisi fisik harus maksimal dan
sehat agar tidak mengganggu proses kerja seperti pernyataan
ILO/WHO (1995) bahwa kesehatan kerja adalah suatu upaya untuk
mempertahankan dan meningkatkan derajat kesejahtaraan fisik,
mental dan sosial yang setinggi-tingginya bagi pekerja di semua
jabatan, pencegahan penyimpangan kesehatan diantara pekerja
yang disebabkan oleh 11kondisi pekerjaan, perlindungan pekerja
dalam pekerjaannya dari risiko akibat faktor yang merugikan
kesehatan, penempatan dan pemeliharaan pekerja dalam suatu
lingkungan kerja yang diadaptasikan dengan kapabilitas fisiologi
dan psikologi; dan diringkaskan sebagai adaptasi pekerjaan kepada
manusia dan setiap manusia kepada jabatannya.Sumamur (1976)
memberikan definisi kesehatan kerja sebagai : Spesialisasidalam
ilmu kesehatan/kedokteran beserta prakteknya yang bertujuan agar
pekerja/masyarakat pekerja memperoleh derajat kesehatan
setinggi- tingginya, baik fisik atau mental maupun sosial dengan
kesehatan yang diakibatkan faktor-faktor pekerjaan dan lingkungan
kerja serta terhadap penyakit-penyakit umum.Kesehatan kerja
adalah suatu kondisi kesehatan yang bertujuan agar masyarakat
pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya, baik
11
jasmani, rohani, maupun sosial, dengan usaha pencegahan dan
pengobatan terhadap penyakit atau gangguan kesehatan yang
disebabkan oleh pekerjaan dan lingkungan kerja maupun penyakit
umum. Kesehatan dalam ruang lingkup kesehatan, keselamatan,
dan keamanan kerja tidak hanya diartikan sebagai suatu keadaan
bebas dari penyakit. Menurut Undang-Undang Pokok Kesehatan RI
No. 9 Tahun 1960, Bab I pasal 2, keadaan sehat diartikan sebagai
kesempurnaan keadaan jasmani, rohani, dan kemasyarakatan
(Slamet, 2012). Mia (2011) menyatakan bahwa kesehatan kerja
disamping mempelajari faktorfaktor pada pekerjaan yang dapat
mengakibatkan manusia menderita penyakit akibat kerja
(occupational disease) maupun penyakit yang berhubungan
dengan pekerjaannya (work-related disease) juga berupaya untuk
mengembangkan berbagai cara atau pendekatan untuk
pencegahannya, bahkan berupaya juga dalam meningkatkan
kesehatan (health promotion) pada manusia pekerja tersebut.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Keselamatan dan
Kesehatan Kerja adalah suatu kondisi kerja yang terbebas dari
ancaman bahaya yang mengganggu proses aktivitas dan
mengakibatkan terjadinya cedera, penyakit, kerusakan harta
benda, serta gangguan lingkungan. OHSAS 18001:2007
mendefinisikan Keselamatan dan Kesehatan Kerja sebagai kondisi
dan faktor yang mempengaruhi atau akan mempengaruhi
keselamatan dan kesehatan pekerja (termasuk pekerja kontrak dan
kontraktor), tamu atau orang lain di tempat kerja. Dari definisi
keselamatan dan kesehatan kerja di atas serta definisi
Keselamatan dan Kesehatan Kerja menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia dan OHSAS dapat disimpulkan bahwa Keselamatan dan
Kesehatan Kerja adalah suatu program yang menjamin
keselamatan dan kesehatan pegawai di tempat kerjaMangkunegara
(2002) menyatakan bahwa keselamatan dan kesehatan kerja
12
difilosofikan sebagai suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin
keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani tenaga
kerja pada khususnya dan manusiapada umumnya, hasil karya dan
budayanya menuju masyarakat makmur dan sejahtera. Sedangkan
pengertian secara keilmuan adalah suatu ilmu pengetahuan dan
penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya
kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Keselamatan dan kesehatan
kerja tidak dapat dipisahkan dengan proses produksi baik jasa
maupun industri .Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan
satu upaya pelindungan yang diajukan kepada semua potensi yang
dapat menimbulkan bahaya. Hal tersebut bertujuan agar tenaga
kerja dan orang lain yang ada di tempat kerja selalu dalam keadaan
selamat dan sehat serta semua sumber produksi dapat digunakan
secara aman dan efisien (Sumamur, 2006). Menurut Ridley (1983)
yang dikutip oleh Boby Shiantosia (2000), mengartikan Kesehatan
dan Keselamatan Kerja adalah suatu kondisi dalam pekerjaan yang
sehat dan aman baik itu bagi pekerjaannya, perusahaan maupun
bagi masyarakat dan lingkungan sekitar pabrik atau tempat kerja
tersebut. Sama halnya dengan Jackson (1999), menjelaskan
bahwa Kesehatan dan Keselamatan Kerja menunjukkan kepada
kondisikondisi fisiologis-fisikal dan psikologis tenaga kerja yang
diakibatkan oleh lingkungan kerja yang disediakan oleh
perusahaan. Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan
instrumen yang memproteksi pekerja, perusahaan, lingkungan
hidup, dan ma-syarakat sekitar dari bahaya akibat kecelakaan
kerja. Perlindungan tersebut merupakan hak asasi yang wajib
dipenuhi oleh perusahaan. K3 bertujuan mencegah, mengurangi,
bahkan menihilkan risiko kecelakaan kerja (zero accident).
Penerapan konsep ini tidak boleh dianggap sebagai upaya
pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang
menghabiskan banyak biaya (cost) perusahaan, melainkan harus
13
dianggap sebagai bentuk investasi jangka panjang yang memberi
keuntungan yang berlimpah pada masa yang akan datang
(Prasetyo, 2009).Keselamatan dan kesehatan kerja pada dasarnya
mencari dan mengungkapkan kelemahan yang memungkinkan
terjadinya kecelakaan
Secara umum keselamatan kerja dapat dikatakan sebagai
ilmu dan penerapannya yang berkaitan dengan mesin, pesawat,
alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat
kerja dan lingkungan kerja serta cara melakukan pekerjaan guna
menjamin keselamatan tenaga kerja dan aset perusahaan agar
terhindar dari kecelakaan dan kerugian lainnya. Keselamatan kerja
juga meliputi penyediaan APD, perawatan mesin dan pengaturan
jam kerja yang manusiawi.
Dalam K3 juga dikenal istilah Kesehatan Kerja, yaitu : suatu
ilmu yang penerapannya untuk meningkatkan kulitas hidup tenaga
kerja melalui peningkatan kesehatan, pencegahan Penyakit Akibat
Kerja meliputi pemeriksaan kesehatan, pengobatan dan pemberian
makan dan minum bergizi.
Istilah lainnya adalah Ergonomy yang merupakan keilmuan
dan aplikasinya dalam hal sistem dan desain kerja, keserasian
manusia dan pekerjaannya, pencegahan kelelahan guna
tercapainya pelakasanaan pekerjaan secara baik.
Kesehatan dan Keselamatan Kerja adalah sarana utama
untuk mencegah kecelakaan kerja, baik kecelakaan yang
mengakibatkan kerugian yang bersifat langsung ataupun tidak
langsung. Adapun kecelakaan yang bersifat langsung dapat berupa
luka ringan (memar, lecet, pendarahan ringan dan lain-lain)
ataupun luka berat (luka tebuka, putus jari, pendarahan berat dan
lain-lain) dan kematian sedangkan kerugian yang bersifat tidak
langsung dapat berupa kerusakan mesin, proses produksi terhenti,
14
kerusakan pada lingkungan dan biaya yang cukup besar yang
harus dikeluarkan perusahaan akibat dari kecelakaan kerja.
Subdisiplin/Cabang Keilmuan
15
kerja dan mengefisienkan kegiatan Kesehatan dan keselamatan
kerja cukup penting bagi moral, legalitas, dan finansial.
16
Metode yang ada dalam keilmuan K3 ada 4:
1 Identifikasi bahaya
2 Analisis
3 Evaluasi
4 Pengendalian
Pengertian Kelembagaan K3
17
Tugas Pokok dan Fungsi P2K3 DK3N dan PJK3
a P2K3 (Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja) bertugas
dalam memberikan saran dan pertimbangan kepada pengusaha
mengenai K3 dan berfungsi sebagai ;
Menghimpun dan mengolah data tentang K3 di tempat kerja
Membantu menuunjukkan dan menjelaskan K3 pada setiap
tenaga kerja
Membantu pengusaha dalam mengevaluasi K3
Persyaratan, Pembentukan dan Penunjukan diatur dalam Peraturan
Menaker No.: Per-04/MEN/1987.
b DK3N (Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Nasional) bertugas
dalam memberikan saran dan pertimbangan kepada menteri mengenai
K3 dan berfungsi sebagai dalam menghimpun dan mengolah data K3
di tingkat nasional dan membantu menteri dalam memasyarakatkan
K3. Persyaratan, Pembentukan dan Penunjukan diatur dalam
Peraturan Menaker No.: Kep. 155/MEN/1994.
c PJK3 (Perusahaan Jasa Keselamatan dan Kesehatan Kerja) bertugas
dalam membantu pelaksanaan pemenuhan syarat-syarat K3 sesuai
dengan peraturan yang berlaku dan berfungsi melakukan kegiatan
yang berhubungan dengan masalah K3.Persyaratan, Pembentukan
dan Penunjukan diatur dalam Peraturan Menaker No: Per-
04/MEN/1995.
Pengertian Kebijakan
18
Menurut Anderson (1979): kebijakan adalah serangkaian tindakan yang
mempunyai tujuan tertentu yang mesti diikuti dan dilakukan oleh para
pelakunya untuk memecahkan suatu masalah (a purposive corse of
problem or matter of concern).
Menurut Amara Raksasa Taya (1976): kebijakan adalah suatu taktik atau
strategi yang diarahkan untuk mencapai tujuan.
19
Menurut Indrafachrudi (1984): kebijakan adalah suatu ketentuan pokok
yang menjadi dasar dan arah dalam melaksanakan kegiatan administrasi
atau pengelolaan.
20
Menurut pendapat berberapa ahli mengenai kebijakan diatas dapat
disimpulkan bahwa kebijakan adalah serangkaian tindakan atau
keputusan yang mempunyai tujuan yang terarah dalam suatu organisasi
dalam ruang lingkup tertentu yang menjadi dasar untuk memecahkan
suatu permasalahan.
Pengertian Kebijakan K3
21
3 Penerapan K3 pada umumnya masih pada perusahaan- perusahaan
yang berpotensi bahaya tinggi seperti pada sector migas, petrokimia,
dan pada perusahaan asing.
4 Keterbatasan pegawai pengawas keselamatan dan kesehatan kerka di
Kabupaten/Kota baik secara kuantitas maupun kualitas merupakan
kendala pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah.
5 Penegakan hukum terhadap pelanggaran norma/peraturan
perundangan di bidang ketenaga kerjaan masih belum optimal.
Pembuatan Kebijakan K3
22
3 Kebijakan Kesehatan dan Keselamatan Kerja menjadi pedoman
dalam penyusunan peraturan Kesehatan dan keselamatan kerja
perusahaan.
23
8 Dicetak alam bahasa atau media yang mudah dipahami dan dapat
diberi gambar-gambar untuk memepermudah pemahaman.
Kriteria Kebijakan K3
24
Teknologi yang digunakan disebuah perusahaan semakin berkembang
dewasa ini, sehubungan dengan itu kebijakan Kesehatan dan
Keselamatan Kerja perlu mengikuti teknologi yang ada. Sebuah inovasi
teknologi baru akan mempunyai resiko yang berbeda dengan teknologi
sebelumnya maka perusahaan harus selalu menyesuaikan kebijakan
kesehatan dan keselamatan kerja seiring dengan berkembangnya
teknologi yang dipakai dalam suatu perusahaan.
5 Telah disosialisasikan.
25
namun telah mempunyai kompetensi untuk mengimplementasikan secara
baik dan benar dalam kegiatan setiap harinya. Ini dapat dicapai dengan
adanya pelatihan dan sosialisasi singkat terhadap kebijakan yang ada.
Kebijakan yang dibuat perlu ditinjau ulang dengan interval waktu tertentu
untuk melihat apakah kebijakan tersebut masih relevan. Peninjauan ini
penting untuk memastikan bahwa kebijakan yang ada masih sesuai
dengan teknologi dan kondisi yang ada. Sehingga kebijakan tersebut
dapat diimplementasikan dengan tepat dan efisien. The main objectives of
such monitoring are to:
26
Sebuah kebijakan seharusnya dibuat dengan pedoman Undang-undang
yang berlaku di indonesia. Hal ini dimaksudkan agar kebijakan yang
dibuat sesuai dan sejalan dengan undang-undang, serta kebijakan yang
dibuat tidak menyalahi undang-undang, tidak menyalahi disini dalam
artian kebijakan yang dibuat benar-benar mementingkan kesehatan dan
keselamatan kerja seluruh warga perusahaan.
Kesehatan Kerja
27
Kesehatan kerja mempengaruhi manusia dalam hubunganya dengan
pekerjaan dan lingkungan kerjanya, baik secara fisik maupun psikis yang
meliputi, antara lain: metode bekerja, kondisi kerja dan lingkungan kerja
yang mungkin dapat menyebabkan kecelakaan, penyakit ataupun
perubahan dari kesehatan seseorang. Pada hakekatnya ilmu kesehatan
kerja mempelajari dinamika, akibat dan problematika yang ditimbulkan
akibat hubungan interaktif.
28
Hal tersebut juga mengakibatkan meningkatnya tuntutan yang lebih
tinggi dalam mencegah terjadinya kecelakaan yang beraneka ragam
bentuk maupun jenis kecelakaannya. Sejalan dengan itu, perkembangan
pembangunan yang dilaksanakan tersebut maka disusunlah UU No.14
tahun 1969 tentang pokok-pokok mengenai tenaga kerja yang selanjutnya
mengalami perubahan menjadi UU No.12 tahun 2003 tentang ketenaga
kerjaan.
29
yang ada. Oleh karena itu, masih diperlukan upaya untuk memberdayakan
lembaga-lembaga K3 yang ada di masyarakat, meningkatkan sosialisasi
dan kerjasama dengan mitra sosial guna membantu pelaksanaan
pengawasan norma K3 agar terjalan dengan baik.
30
a Adanya ketentuan dan syarat-ayarat K3 yang selalu mengikuti
perkembangan ilmu pengetahuan, teknik dan teknologi ( up to date )
b Penerapan semua ketentuan dan persyaratan keselamatan dan
kesehatan kerja sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku
sejak tahap
c Pengawasan dan pemantauan pelaksanaan K3 melalui pemeriksaan-
pemeriksaan langsung di tempat kerja.
31
1 Pembinaan dan pengawasan atau penyesuaian pekerjaan terhadap
tenaga kerja
2 Pembinaan dan pengawasan terhadap lingkungan kerja
3 Pembinaan dan pengawasan perlengkapan sanitasi
4 Pembinaan danpengawasan perlengkapan kesehatan kerja
5 Memberikan nasehat mengenai perencanaan dan pembuatan tempat
kerja, pemilihan alat pelindung diri yang diperlukan dan gizi serta
penyelenggaraan makanan ditempat kerja
6 Memberikan laporan berkala tentang pelayanan kesehatan
kerja kepada pengurus
7 Memberikan saran dan masukan kepada manajemen dan fungsi terkait
terhadap permasalahan yang berhubungan dengan aspek kesehatan
kerja.
32
yang prima diperlukan agar pekerja dapat melakukan pekerjaannya
dengan baik.
Beban kerja meliputi beban kerja fisik maupun mental. Akibat beban
kerja terlalu berat atau kemampuan fisik yang terlalu lemah dapat
mengakibatkan seseorang pekerja menderita gangguan atau penyakit
akibat kerja. Kondisi lingkungan kerja yaitu keadaan lingkungan tempat
kerja pada saat bekerja, misalnya panas, debu, zat kimia dan lain-lain,
dapat merupakan bebam tambahan trhadap pekerja. Beban beban
tambahan tersebut secara sendiri-sendiri atau bersama sama menjadi
gangguan atau penyakit akibat kerja.
33
Peningkatan koordinasi pelaksanaan UKK pada Tingkat Nasional,
Propinsi, Kabupaten/Kota, Kecamatan & Kelurahan/Desa.
Memberdayakan Puskesmas sebagai jejaring pelayanan yang
efektif dibidang kesehatan kerja pada masyarakat pekerja
utamanya di sektor informal.
34
Pemeriksaan kesehatan sebelum kerja, pemeriksaan berkala dan
pemeriksaan khusus
Pembinaan dan pengawasan atas penyesuaian pekerjaan terhadap
tenaga kerja
Pembinaan dan pengawasan terhadap lingkungan kerja
Pembinaan dan pengawasan perlengkapan sanitair
Pembinaan dan pengawasan perlengkapan untuk kesehatan tenaga
kerja
Pencegahan dan pengobatan terhadap penyakit umum dan penyakit
akibat kerja
Pertolongan pertama pada kecelakaan
Pendidikan kesehatan untuk tenaga kerja dan latihan untuk petugas
pertolongan pertama pada kecelakaanMemberikan nasehat mengenai
perencanaan dan pembuatan tempat kerja, pemilihan alat pelindung
diri yang diperlukan dan gizi serta penyelenggaraan makanan di
tempat kerja
Membantu usaha rehabilitasi akibat kecelakaan atau penyakit akibat
kerja
Pembinaan dan pengawasan terhadap tenaga kerja yang mempunyai
kelainan tertentu dalam kesehatannya
Memberikan laporan berkala tentang pelayanan kesehatan kerja
kepada pengurus
Pemeriksaan Kesehatan
35
Pada lingkungan kerja, pekerja dapat melakukan pemeriksaan
kesehatan. Pemeriksaan kesehatan ini dapat dilakukan sebelum kerja
yaitu pemeriksaan kesehatan yang dilakukan oleh dokter sebelum
seorang tenaga kerja diterima untuk melakukan pekerjaan. Pemeriksaan
kesehatan sebelum kerja ini terdiri dari pemeriksaan fisik lengkap,
kesegaran jasmani, rontgen paru-paru (bilamana mungkin) dan
laboratorium rutin, serta pemeriksaan lain yang dianggap perlu.
36
Tenaga kerja yang telah mengalami kecelakaan atau penyakit yang
memerlukan perawatan lebih dari 2 (dua minggu)
Tenaga kerja yang berusia diatas 40 (empat puluh) tahun atau tenaga
kerja wanita dan tenaga kerja cacat, serta tenaga kerja muda yang
melakukan pekerjaan tertentu.
Tenaga kerja yang terdapat dugaan-dugaan tertentu mengenai
gangguan-gangguan kesehatannya perlu dilakukan pemeriksaan
khusus sesuai dengan kebutuhan.
37
Agar penyakit akibat kerja tidak terulang kembali diderita oleh tenaga
kerja yang berada dibawah pimpinannya, maka pengurus wajib dengan
segara melakukan tindakan-tindakan preventif. Dalam hal ini pengurus
wajib menyediakan secara cuma-cuma semua alat perlindungan diri yang
diwajibkan penggunaanya oleh tenaga kerja yang berada dibawah
pimpinannya (Per 01/Men/1981)
1 Pembinaan Program
Perluasan jangkauan pelayanan ke seluruh lapisan masyarakat
pekerja formal & informal melalui sistem yankes yang sudah
berjalan & potensi pranata sosial yang sudah ada.
Peningkatan mutu pelayanan dengan standardisasi, akreditasi
& SIM (Sistem Informasi Manajemen)
Promosi K3 dilaksanakan dengan pendekatan Advokasi, Bina
Suasana, dan Pemberdayaan & Pembudayaan K3 dikalangan
dunia usaha & keluarganya serta masyarakat sekelilingnya.
Pengembangan program Upaya Kesehatan Kerja melalui
Kabupaten/Kota Sehat
2 Pembinaan Institusi
3) Peningkatan Profesionalisme
38
Penambahan tenaga ahli K3 di tingkat Pusat, Propinsi dan
Kabupaten/Kota.
Peningkatan Kemampuan & Keterampilan K3 petugas
kesehatan melalui Diklat.
Pengembangan profesionalisme K3 bekerjasama dengan
ikatan profesi terkait.
39
Program Pelayanan kesehatan kerja lebih ditekankan pada
pelayanan:
Promotif
Preventif
Kuratif
Rehabilitatif dan
Pelayanan Rujukan
1 Pelayanan Kesehatan Kerja Promotif, meliputi :
Pendidikan dan penyuluhan tentang Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3)
Pemeliharaan berat badan yang ideal
Perbaikan gizi, menu seimbang & pemilihan makanan yang
sehat & aman, Higiene Kantin.
Pemeliharaan lingkungan kerja yang sehat (Hygiene & sanitasi)
Kegiatan fisik : Olah raga, kebugaran
Konseling berhenti merokok /napza
Koordinasi Lintas Sektor
Advokasi
2 Pelayanan Kesehatan Kerja Preventif, meliputi :
Pemeriksaan kesehatan (awal, berkala, khusus)
Imunisasi
Identifikasi & pengukuran potensi risiko
Pengendalian bahaya (Fisik, Kimia, Biologi, Psikologi, Ergonomi)
Surveilans Penyakit Akibat Kerja (PAK), Penyakit Akibat
Hubungan Kerja (PAHK), Kecelakaan Akibat Kerja (KAK) &
penyakit lainnya.
Monitoring Lingkungan Kerja .
3 Pelayanan Kesehatan Kerja Kuratif, meliputi :
Pertolongan pertama pada kasus emergency.
Pemeriksaan fisik dan penunjang
Melakukan rujukan
Pelayanan diberikan pada pekerja yang sudah mengalami
gangguan kesehatan.
Pelayanan diberikan meliputi pengobatan terhadap penyakit
umum maupun penyakit akibat kerja.
Terapi Penyakit Akibat Kerja (PAK) dengan terapi kasual/utama &
terapi simtomatis
4 Pelayanan Kesehatan Kerja Rehabilitatif, meliputi :
40
Rehabilitasi medik
Latihan dan pendidikan pekerja untuk dapat menggunakan
kemampuannya yang masih ada secara maksimal.
Penempatan kembali pekerja yang cacat secara selektif sesuai
kemampuannya.
5 Pelayanan Kesehatan Kerja Rujukan yaitu Rujukan pasien /penderita
ke sarana kesehatan yang lebih tinggi.
RUJUKAN MEDIK > pengobatan & rehabilitasi > Pos UKK >
Puskesmas > BKKM > RSU/RS.Khusus
RUJUKAN KESEHATAN :
1 Sampel Lingkungan > Balai Teknik Kesehatan
Lingkungan/Balai Kesehatan dan Keselamatan Kerja
2 Sampel Laboratorium > Balai Latihan Kerja
3 Kasus Pencemaran > Kabupaten/Kota
41
SMK3 di tempat kerja, pemeriksaan secara sistimatik, dilakukan
secara independen, dilakukan oleh Badan Audit independen
minimal 1 kali/3 tahun.
Audit Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja(SMK3) merupakan kegiatan rutin yang harus dilaksanakan
oleh manajemen perusahaan.Hasil dari audit akan memberikan
gambaran mengenai keberhasilan tingkat implementasi SMK3 dan
rekomendasi mengenai kekurangan yang perlu diperbaiki atau
keberhasilan yang perlu dipertahankan atau lebih di tingkatkan .
Menurut Arens dan James, Audit adalah suatu proses dengan
apa seseorang yang mampu dan independen dapat menghimpun
dan mengevaluasi bukti-bukti dari ketserangan yang terukur dari
suatu kesatuan ekonomi dengan tujuan untuk mempertimbangkan
dan melaporkan tingkat kesesuaian dari keterangan yang terukur
tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan.
Audit digunakan untuk meninjau dan menilai kinerja dan
efektivitas Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Perusahaan. Audit internal dilaksanakan oleh Panitia Pembina
Keselamatan dan Kesehatan Kerja untuk mengetahui dimana
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja telah
diterapkan dan dipeliharasecaratepat.Pelaksanaan audit
didasarkan pada hasil penilaian resiko dari aktivitas operasional
perusahaan dan hasil audit (audit-audit) sebelumnnya. Hasil
penilaian resiko juga menjadi dasar dalam menentukan frekuensi
pelaksanaan audit internal pada sebagian aktivitas operasional
perusahaan, area ataupun suatu fungsi atau bagian mana saja
yang memerlukan perhatian manajemen Perusahaan terkait resiko
K3 dan Kebijakan K3 Perusahaan.
Tujuan Audit Program K3
1 Memperkuat program dan standar organisasi
42
2 Mengingatkan manajer pada setiap tingkatan untuk mendorong
perbaikan kinerja
3 Laporan audit dapat mengupayakan perbaikan dan perhatian
terhadap kondisi substandard
4 Mendapat informasi pada saat yang tepat sebelum kejadian
yang merugikan terjadi, sehingga dapat melakukan kontrol utk
perbaikan pada tingkat awal
5 Identifikasi terhadap kelemahan program
6 Memberi kesempatan pada kelompok atau individu untuk saling
mengenal dan saling memperkuat
7 Memperkuat kemampuan manajemen
8 Meningkatkan keterlibatan manajemen dalam pelaksanaan
program
9 Fokus pada kinerja sebagai motivasi manajemen. Memberi
kesempatan pada upaya dan kontribusi setiap pekerja dalam
melaksanakan prinsip sistem manajemen K3
Jenis Audit Program K3
1 Jenis Audit Program K3
Dalam pelaksanaan Audit terbagi atas dua jenis, yaitu Audit
Internal dan Audit Eksternal.
AUDIT INTERNAL
a Pemeriksaan oleh perusahaan sendiri tanpa menghilangkan
obyektifitas
b Pelaksanaan tidak terlalu formal
c Bertujuan untuk menilai/ melakukan evaluasi terhadap
program
d Memberi masukan kepada manajemen dalam rangka
mengembangkan sistem manajemen K3
e Mempersiapkan untuk pelaksanaan audit eksternal yang
akan dilaksanankan oleh konsultan pihak luar
CONTOH: Process Safety Management Audit (PSM Audit
43
Team), Environmental, Health and Safety Management
System Audit (SMLK3 Audit Team).
Pelaksanaan audit internal didasarkan pada kegiatan-kegiatan
berikut, antara lain :
1 Pembukaan audit.
44
f Auditor harus memiliki pengetahuan mengenai kriteria audit
beserta aktivitas-aktivitas di dalamnya untuk dapat menilai
kinerja K3 dan menentukan kekurangan-kekurangan di
dalamnya.
Kebijakan K3.
Tujuan audit.
45
Kriteria audit.
Metodologi audit.
Jadwal audit.
4 Pelaksanaan audit
46
c Identifikasi referensi dokumen dan kriteria audit lainnya yang
digunakan pada pelaksanaan audit internal.
47
Langkah-langkah Pelaksanaan Audit Program K3 di Tempat
Kerja
Langkah-langkah Audit:
1 Audit Pendahuluan
Audit pendahuluan dilakukan dalam rangka mempersiapkan
audit lebih dalam. Audit ini lebih ditekankan pada usaha untuk
memperoleh informasi latar belakang tentang objek audit.
Beberapa hal penting yang harus diperhatikan berkaitan dengan
pelaksanaan audit ini, antara lain:
a Pemahaman auditor terhadap objek auditObjek audit
meliputi keseluruhan perusahaan dan/atau kegiatan yang
dikelola oleh perusahaan tersebut dalam rangka mencapai
tujuannya. Untuk mencapai tujuannya, objek audit
menetapkan berbagai program yang pelaksanaannya
dijabarkan ke dalam berbagai bentuk kegiatan. Auditor
harus mengkomunikasikan dengan atasan pengelola objek
atau pemberi tugas audit tentang pemahamannya terhadap
berbagai program/aktivitas objek audit untuk menghindari
terjadinya kesalahpahaman. Komunikasi ini lebih efektif jika
dilakukan secara tertulis, dengan meminta tanggapan
pemberi tugas audit tentang hal-hal berikut:
Informasi yang mendukung tujuan audit.
Informasi yang mengarahkan ruang lingkup audit
Informasi yang mengarah pada tujuan audit
b Penentuan tujuan audit. Tujuan audit harus mengacu pada
alasan mengapa audit harus dilakukan pada objek audit
dan didasarkan pada penugasan audit. Dalam merumuskan
tujuannya, auditor dapat melakukannya dengan cara
sebagai berikut:
48
Mengidentifikasi tujuan yang ada, yang mungkin
mempunyai arti penting pada pemberi tugas.
Mempertimbangkan tujuan audit yang telah ditetapkan
pada masa sebelumnya.
Membahas dengan pemberi tugas dan pengelola objek
audit
c Penentuan ruang lingkup dan tujuan audit. Ruang lingkup
audit menunjukkan luas(area) dari tujuan audit. Penentuan
ruang lingkup audit harus mengacu pada tujuan audit yang
telah ditetapkan. Secara garis besar ruang lingkup
auditmanajemen terdiri atas:Bidang keuangan
Ketaatan kepada peraturan dan kebijakan
perusahaanEkonomisasiEfisiensiEfektivitas. Tujuan audit
adalah target yang akan diaudit. Ada tiga elemen penting
dalamsetiap tujuan audit, yaitu:KriteriaPenyebabAkibat
d Review terhadap peraturan dan perundang-undangan yang
berkaitan dengan objek auditReview(penelaahan) ini
bertujuan untuk memperoleh informasi tentang peraturan-
peraturan yang berhubungan dengan objek audit baik
bersifat umum maupun yang berhubungan khusus dengan
berbagai program/aktivitas yang diselenggarakan pada
objek audit. Dengan penelaahan ini auditor dapat
memahami batas-batas wewenang objek audit dan
berbagai program yang dilaksanakan dalam mencapai
tujuannya.
e Pengembangan kriteria awal dalam audit
Kriteria adalah norma atau standar yang merupakan
pedoman bagi setiap individu maupun kelompok dalam
melakukan aktivitasnya di dalam perusahaan. Faktor yang
mempengaruhi kriteria yang akan digunakan dalam audit
antara lain: Tujuan dari kegiatan yang diaudit,
49
Pendekatanaudit, Aktivitas tujuan audit. Karakteristik kriteria
yang baik antara lain:
Realistis
Dapat dipercaya
Bebas dari pengaruh kelemahan manusia
Mengarah pada temuan-temuan dan kesimpulan untuk
memenuhi kebutuhan informasi pemberi tugas audit
Dirumuskan secara jelas dan tidak mengandung arti
ganda yang dapat menimbulkan interpretasi yang
berbeda
Dapat dibandingkan
Diterima semua pihak
Lengkap
Memastiksn adanya rentang waktu pada saat suatu
kejadian/kegiatan berlangsung
f Kesimpulan Hasil Audit Pendahuluan
Drai hasil audit pendahuluan, auditor harus membuat
kesimpulan atas hasil audit pendahuluan yang telah
dilakukan. Kesimpulan ini akan menjadi dasar dalam
menentukan langkah-langkah yang akan diambil dalam
tahapan audit selanjutnya.
2 Pengujian dan Review SPM
Sistem pengendalian manajemen merupakan sistem yang
digunakan untuk mengumpulkan, menganalisis informasi,
mengevaluasi dan memanfaatkannya serta berbagai tindakan
yang dilakukan olehmanajemen dalam melakukan
pengendalian. Suatu sistem pengendalian manajemen harus
dapat menjamin bahwa perusahaan telah melaksankan
strateginya dengan efektif dan efisien. Karakteristik sistem
50
pengendalian manajemen yang baik mencakup hal-hal sebagai
berikut:
a Pernyataan tujuan perusahaan.Tujuan suatu perusahaan
harus dinyatakan dengan jelas dan disosialisasikan ke
berbagai tingkatan manjemen untuk dipahami. Tujuan
dapat menunjukkan untuk apa perusahaan didirikan
danapa yang ingin dicapai.
b Rencana perusahaan yang digunakan untuk mencapai
tujuan.
Rencana yang merupakan penjabaran dari tujuan
perusahaan, harus disusun untuk mencapai sasaran
perusahaan baik jangka pendek maupun jangka panjang,
yang biasanya juga diikuti dengan penentuan strategi untuk
mengimplementasikannya. Rencana biasanya disusun
berdasarkan pencapaian terbaik perusahaan pada waktu
sebelumnya untuk menentukan pencapaian terbaik
berikutnya.
c Kualitas dan kuantitas SDM yang sesuai dengan tanggung
jawab yang dipikul dan adanya pemisahan fungsi yang
memadai.
Perencanaan yang telah ditetapkan perusahaan harus
didukung oleh ketersediaan SDM yang memadai dalam
merealisasikan rencana tersebut.
d Sistem pembuatan kebijakan dan praktik yang sehat pada
masing-masing unit organisasi. Untuk mendukung praktik
yang sehat, berbagai kebijakan yang dibuat perusahaan
harus dikomunikasikan kepada seluruh pihak yang
berkepentingan agar terjadi komunikasi timbal balik antar
kedua kelompok kepentingan utama yaitu pihak
perusahaan yang diwakili oleh manajemen (direksi) dan
karyawan.
51
e Sistem penelaahan yang efektif pada setiap aktivitas untuk
memperoleh keyakinan bahwa kebijakan dan praktik yang
sehat telah dilaksanakan dengan baik. Sistem review
menyangkut bagaimana pihak-pihak yang berwenang
melakukan review terhadap berbagai aktivitas/kegiatan
yang dilakukan. Elemen sistem review yang baik,
pelaksanaan supervisi harus dilaksanakan secarai
memadai.
3 Audit Lanjutan
Audit ini bertujuan untuk memperoleh bukti yang cukup untuk
mendukung tujuan audit yang sesungguhnya, yang telah
ditetapkan berdasarkan hasil review dan pengujianpengendalian
manajemen. Pada tahap ini auditor harus mampu mengungkap
lebih lanjut dan menganalisis semua informasi yang berkaitan
dengan tujuan audit, sehingga akhirnya dapat disusun suatu
kesimpulan audit dan dibuat rekomendasi yang dapat diterima
oleh objek audit. Langkah-langkah audit pada tahap ini meliputi:
a Mengumpulkan tambahan informasi latar belakang
objekaudit yang diperlukan.Langkah ini menekankan pada
usaha untuk mendapatkan data yang lebih lengkap alam
menganalisis aktivitas yang diaudit sebagai dasar
pembuatan kesimpulan audit.
b Memperoleh bukti-bukti yang relevan, material, dan
kompeten.
Dari sudut pandang auditor, bukti adalah fakta dan
informasi yang dapat digunakan sebagai dasar pembuatan
kesimpulan audit. Agar dapat digunakan sebagai dasar
pembuatan kesimpulan audit, semua bukti yang diperoleh
dalam audit harus memenuhi kriteria:
Relevan
Material
52
Kompeten
Cukup
c Membuat ringkasan atas bukti yang telah diperoleh dan
mengelompokkannya ke dalam kelompok kriteria,
penyebab, dan akibat. Bukti-bukti yang telah diperoleh
dalam audit kemudian diringkas dan dikelompokkan sesuai
dengan elemen tujuan audit yang meliputi : kriteria,
penyebab, dan akibat.
d Menyusun kesimpulan atas dasar ringkasan bukti yang
telah diperoleh dan mengidentifikasi bahwa akibat yang
ditimbulkan dari ketidaksesuaian antara kondisi dan kriteria
cukup penting dan material. Kesimpulan ini merupakan
pemantapan temuan hasil audit. Pengembangan temuan
merupakan pengumpulan dan sintesa informasi khusus
yang bersangkutan dengan program/aktivitas yang diaudit,
dievaluasi dan yang dianalisis karena diperkirakan akan
menjadi perhatian dan berguna bagi pengguna laporan.
Pengembangan temuan harus dilanjutkan terus selama
temuan tersebut diyakini memberikan informasi yang
mendukung keakuratan kesimpulan audit.
53
kesimpulan audit tentang elemen-elemen atas tujuan audit
dan rekomendasi yang diberikan untuk memperbaiki
berbagai kekurangan yang terjadi serta rencana tindak
lanjut dalam mengaplikasikan rekomendasi tersebut.
54
mengidentifikasi dan mengontrol bahaya ditempat kerja
maupundirumah sebelum menimbulkan masalah kesehatan
dankeselamatan.
Inpeksi adalah pengecekan paling populer dalam
masyarakat, salah satu contoh Sidak (jenis inspeksi mendadak /
surprise inspection) yang biasanya dilakukan oleh petinggi
pemerintahan untuk menemukan ketidaksesuaian dan
menimbulkan efek psikososial yang efektif.
55
Tahapan pelaksanaan inspeksi dilakukan dengan konsep
managemen PDCA (Plan Do Check Action).
1 Plan atau Perencanaan Inspeksi, dengan membuat
persiapan-persiapan inspeksi seperti menentukan jenis inspeksi,
frekuensi inspeksi, lokasi/area tempat kerja, dan formulir inspeksi
atau inspection checklist.
2 Do atau Pelaksanaan Inspeksi, befokuslah pada area yang
telah ditentukan dan periksa bahwa seluruh isi checklist inspeksi
telah diperikasa.
3 Check atau Pelaporan Inspeksi dilakukan melalui suatu alat
atau sarana yang dapat digunakan sebagai bahan informasi dan
komunikasi yang efektif.
4 Action atau Tindak lanjut atau Pemantauan dengan
membuat skala prioritas upaya-upaya perbaikan yang harus
dikerjakan dan memantau program perbaikan dan anggaran biaya
hingga implementasi perbaikan selesai.
Tujuan, Jenis dan Manfaat Inspeksi Program K3
1 Tujuan Inspeksi Program K3
56
proses operasional di tempat kerja sehingga mereka
merupakan sumber informasi yang berharaga. dengan
adanya komunikasi dan koordinasi yang lancar antara
manajemen dengan TK diharapkan dapat memperbaiki
performansi atau kinerja K3 di perusahaan.
57
Akan sangat efektif bila inspeksi informal ini dijadikan
kebijakan manajemen.
Masalah-masalah yang ditemukan langsung dapat
didokumentasikan berupa catatan singkat / foto sesuai
prosedur dan di buat laporan secara sederhana.
2 INSPEKSI RUTIN / UMUM
Direncakan dengan cara WALK-THROUGH SURVEY
keseluruh area kerja dan bersifat komprehensif
Jadwal pelaksanakan rutin ( Sudah ditentukan : 1x
bulan)
Dilakukan bersama-sama ahli K3 atau perwakilan tenaga
kerja dengan pihak manajemen.
Bagi perusahaan yang tidak memiliki ahli K3 sendiri,
dapat menggunakan ahli K3 dari luar perusahaan yang
akan membantu memberikan saran-saran tentang
penanganan masalah-masalah K3 di tempat kerja.
Pelaksanaan Inspeksi terhadap sumber-sumber bahaya
pada area khusus sebaiknya dilakukan dengan
melibatkan seseorang yang mempunyai keahlian
khusus.
Hasil yang ditemukan segera ditindak lanjuti, dan setiap
permasalahan yang telah diidentifikasi dari hasil survey
harus selalu tercatat dan dibukukan.
Setiap laporan inspeksi harus inspeksi harus
ditandatangani oleh penanggung jawab kegiatan
inspeksi
Hasil inspeksi yang telah ditulis dalam bentuk laporan
harus disampaiakan kepada pihak manajemen, sehingga
langkah perbaikan segera dilakukan.
3 INSPEKSI KHUSUS
58
Direncanakan hanya untuk diarahakan kepada
kondisi-kondisi tertentu, seperti : Mesin-mesin, alat kerja
dan tempat-tempat khusus yang meiliki resiko kerja tinggi.
Langkah dalam membuat daftar inventarisasi objek
inspeksi khusus adalah :
59
LANGKAH - LANGKAH EFEKTIF AKTIVITAS INSPEKSI
Tahap Persiapan
1 Mulai dengan sikap & perilaku positif
2 Rencanakan inspeksi
Pelaksanaan
1 Berpedoman pada peta pabrik ( Work place mapping )
Inspeksi
& checklist
Pengembangan
1 Perlu melakukan sesuatu untuk mencegah terjadinya
Upaya Perbaikan
kerugian nyata. Upaya pengendalian dapat terus
dikembangkan dari waktu ke waktu sampai ditemukan
sistem pengendalian yang efektif.
Tindakan Korektif
1 Membuat skala prioritas upaya-upaya perbaikan yang
60
harus dikerjakan
Laporan Inspeksi
1 Suatu alat atau sarana yang dapat digunakan sebagai
bahan informasi dan komunikasi yang efektif .
Review
1 Lakukan tindakan review terhadap implementasi
sarana perbaikan secara
61
e Mengetahui prosedur inspeksi K3
Audit Inspeksi
Upaya mencari ketidaksesuaian Upaya menemukan sumber
di dalam sistem di mana bahaya dengan memeriksa
kegiatan dilakukan terhadap standar yang berhubungan
area keseluruhan sistem K3 dengan bahaya
yang ada di perusahaan. tersebut.
Mengukur efektifitas dari Menemukan kesesuaian dari
pelaksanaan suatu sistem. suatu obyek.
Difokuskan terhadap suatu Difokuskan terhadap suatu
sistem obyek.
Penekanan terhadap proses. Penekanan terhadap hasil
Metode pelaksanaan: tinjauan akhir.
62
Kesehatan dan keselamatan kerja (K3) merupakan salah satu
sarana atau instrumen yang dapat memberikan proteksi pada pekerja,
perusahaan, lingkungan hidup, dan masyarakat sekitar dari bahaya akibat
kecelakaan kerja. Perlindungan tersebut merupakan hak asasi yang wajib
dipenuhi oleh perusahaan. Terdapat 3 (tiga) hal utama yang menjadi
prinsip dasar Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) yang perlu untuk
diperhatikan yaitu :
Beban kerja meliputi beban kerja fisik dan mental yang dirasakan oleh
pekerja dalam melakukan pekerjaannya. beban kerja yang tidak sesuai
dengan kemampuan pekerja dapat menyebabkan gangguan kesehatan
yang juga dapat berpengaruh terhadap perilaku dan hasil kerjanya.
63
Lingkungan Kerja
1 Lingkungan Kerja
Yang dimaksud dengan lingkungan kerja disini adalah lingkungan tempat
melakukan pekerjaan, misalnya bangunan, peralatan, bahan,
orang/pekerja lain, dan lain sebagainya. Lingkungan kerja juga merupakan
faktor-faktor di lingkungan tempat kerja yang dapat menimbulkan
gangguan kesehatan pekerja.
64
c Raynauds syndrom karena getaran (Generator, bengkel dll)
d Leukemi akibat radiasi (X-ray, Radioterapi dll)
e Kelelahan mata karena pencahayaan yang kurang,
f Kecelakaan misalnya : boiler meledak, jatuh ditangga, tersekap di lift,
dll
Faktor Kimia. Yang termasuk dalam lingkup kerja kimiawi adalah
semua bahan kimia yang digunakan dalam proses kerja di lingkungan
kerja yang berbentuk :
a Debu (asbes,berilium,biji timah putih,dll)
b Uap (Uap logam)
c Gas (Sianida, gas asam sulfida,CO,dll)
d Larutan (asam kuat atau basa kuat)
Bahaya bahan kimia dapat berasal dari :
Desinfektans pensuci hama (misalnya ruang Bedah, Obsgyn,
dll) dapat menyebabkan gangguan pernafasan, dermatitis
Uap zat anaestesi (misalnya ruang Operasi) dapat menimbulkan
gangguanpernafasan
Mercuri (Tensimeter pecah, termometer dll) dapat menyebabkan
kecelakaan misalnya luka.
Debu zat kimia (Gudang obat, desinfektan dll) dapat
menyebabkan Gangguan Pernafasan yang dapat menjadi Kanker
paru-paru dalam jangka panjang
Keracunan (zat desinfektan, Insektisida)
Ledakan /kebakaran oleh zat kimia/gas O2, dll.
Faktor Biologi
1 BAKTERI. Penyakit yang dapat disebabkan oleh bakteri,
misalnya: penyakit antraks, Penyakit TBC,dll
2 VIRUS. Penyakit yang dpt disebabkan oleh virus,misalnya :
Hepatitis (nakes di RS), Rabies (petugas laboratorium), dll
65
3 JAMUR,misalnya : Dermatofitosis terdapat pada pemulung, tukang
cuci, dll.
4 PARASIT, misalnya : Ankilostomiasis, tripanosomiasis yang
biasanya diderita oleh pekerja diperkebunan,pertanian, kehutanan,
dll
Faktor Faal ergonomic
Biasanya disebabkan oleh peralatan kerja yang tidak sesuai dengan
ukuran tubuh atau anggota badan (tidak ergonomik). Hal ini dapat
menimbulkan kelelahan secara fisik dan adanya keluhan-keluhan dan
gangguan kesehatan, misalnya : Carpal tunnel syndrome, tendinitis,
tenosynovitis, dan lain sebagainya.
Faktor Psikologi Yaitu suasana kerja yang tidak harmonis misalnya
pekerjaan monoton, upah yg kurang, hubungan atasan-bawahan yg
kurang baik, dll. Hal tersebut Dapat menimbulkan stres kerja dengan
gejala psikosomatis berupa mual, muntah, sakit kepala, nyeri ulu hati,
jantung berdebar-debar, dll.
2 Perilaku Pekerja
Di pengaruhi antara lain oleh pendidikan, pengetahuan, kebiasaan-
kebiasaan&fasilitas yang tersedia. Jadi erat kaitannya dengan faktor-
faktor ekonomi, sosial &budaya. Perilaku kerja akan mempengaruhi
kapasitas kerja, beban kerja serta cara melaksanakan pekerjaan.
3 Pelayanan Kesehatan Kerja
Program Pelayanan Kesehatan Kerja, meliputi :
1. Pelayanan promotif
2. Pelayanan preventif
3. Pelayanan kuratif
4. Pelayanan rehabilitatif.
5. Faktor Genetik (Herediter)
4 Dibandingkan dengan ketiga faktor lainnya faktor genetik ini
sangat kecil peranannya terhadap status kesehatan seorang pekerja.
66
Namun faktor genetik seseorang dapat menyebabkan seorang pekerja
lebih rentan terkena suatu penyakit.
5 Faktor Herediter (Genetik)
67
bisa terjadi dimana-mana. Dimana-pun berada orang-orang akan
menerapkan prinsip keselamatan kerja.
3 Mudah dijangkau
Prinsip lain dari alat keselamatan kerja ialah dikenal banyak orang.
Untuk hal tersebut, maka sine qua non pengenalan buat lingkungan
kerja. Setiap orang nan berada di lingkungan kerja harus mengenal
prinsip keselamatan kerja ini
68
keselamatan kerja diusahakan terbuat dari bahan nan mudah
didapatkan.
.
69
melindungi kesehatannya sendiri juga memelihara dan meningkatkan
tempat kerja yang sehat. Kesehatan kerja bertujuan untuk memperoleh
derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, baik fisik, mental, dan sosial
bagi masyarakat pekerja dan masyarakat lingkungan perusahaan
tersebut, melalui usaha-usaha preventif, promotif dan kuratif terhadap
penyakit-penyakit atau gangguan-gangguan kesehatan akibat kerja atau
lingkungan kerja. Kesehatan kerja ini merupakan terjemahan dari
Occupational Health yang cenderung diartikan sebagai lapangan
kesehatan yang mengurusi masalah-masalah kesehatan secara
menyeluruh bagi masyarakat pekerja. Menyeluruh dalam arti usaha-usaha
preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif, higiene, penyesuaian faktor
manusia terhadap pekerjaannya, dan sebagainya [Notoatmodjo,2003]
Seacara umum tujuan dan manfaat dari program ini adalah sebagai
berikut:
70
Membantu meningkatkan pengetahuan pekerja akan bahaya di
tempat kerja dan alat-alat pelindung diri.
Promosi K3
Rambu- rambu K3
Komunikasi pesan
K3 Safe behavior
Kegiatan Bulan (Perilaku Aman)
K3
Pengawasan
Pelatihan
71
Penjajakan risiko kesehatan yaitu identifikasi masalah kesehatan
dengan pemeriksaan kesehatan rutin
72
6 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Tempat Kerja
d Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun sebelum makan dan
sesudah buang air besar dan buang air kecil.
73
8 Strategi Terbaik Untuk Promosi Kesehatan Di Tempat Kerja
74
c Tawarkan program pada waktu dan tempat yang menyenagkan bagi
karyawan.
75
Adanya kegiatan program promosi kesehatan di tempat kerja yang
diselenggarakan melalui kemitraan triparteit (pemerintah,
Mengembangkan Promosi Kesehatan Di tempat Kerja dapat melalui 8
langkah yaitu :
76
strateginya, aktifitasnya, biaya dan jadwal pelaksanaan. Biaya
perencanaan hendaknya diajukan setiap tahun anggaran
diantaranya ;
77
2 Kesehatan dan keselamatan kerja adalah upaya untuk memberikan
jaminan keselamatan dan meningkatkan derajat kesehatan para
pekerja/buruh dengan cara pencegahan kecelakaan dan penyakit
akibat kerja, pengendalian bahaya di tempat kerja, promosi
kesehatan, pengobatan, dan rehabilitasi.
Kapasitas kerja adalah status kesehatan kerja dan gizi kerja yang
baikserta kemampuan fisik yang prima setiap pekerja agar dapat
melakukan pekerjaannya dengan baik. Contoh: Bila seorang
78
pekerja kekurangan zatbesi yang menyebabkan anemia, maka
kapasitas kerja Akan menurun karna pengaruh kondisi fisik lemah
dan lemas.
Beban kerja adalah beban fisik dan beban mental yang harus
ditanggung oleh pekerja dalam melaksanakan tugasnya. Contoh:
pekerjayang bekerja melebihi waktu kerja maksimum.
79
Penyebaran media informasi dan komunikasi baik melalui
film ,leaflet, poster, pamflet dll.
80
Penyusunan konrol terhadap bahan berbahaya dan beracun
(B3).
81
Pengadaan peralatan rumah sakit.
82
rumahsakit yang belum menerapkan SistemManajemen Kesehatan dan
Keselamatan kerja(SMK3).
83
i Melaksanakan pemantauan lingkungan kerja dan ergonomi
yangberkaitan dengan kesehatan kerja (Pemantauan/pengukuran
terhadapfaktor fisik, kimia, biologi, psikososial, dan ergonomi)
84
Rumah Sakit danUnit teknis terkait di wilayah kerja kerja rumah
sakit.
Barang Berbahaya dan Beracun (B3) adalah bahan yang karena sifat
danatau konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara langsung
maupun tidaklangsung, dapat mencemarkan dan atau merusak
lingkungan hidup, dan ataudapat membahayakan lingkungan hidup,
kesehatan, kelangsungan hidupmanusia serta makhluk hidup lainnya.
a Kategori B3
85
instalasi yangditangani sekaligus memprediksi risiko yang
mungkin terjadi apabilakecelakaan terjadi.
Kriteria tenaga K3
86
Tenaga Kesehatan Masyarakat K3 DIII dan S1 minimal 2
orangyang mendapat pelatihan khusus yang terakreditasi
mengenai K3RS.
87
Tenaga paramedis dengan sertifikasi dalam bidang K3
(informal)yang mendapat pelatihan khusus yang terakreditasi
mengenai K3RS minimal 1 orang.
88
antara laindengan melalui pelatihan, penyuluhan, bimbingan
teknis, dan temukonsultasi.Pengawasan pelaksanaan Standar
Kesehatan dan Keselamatan Kerja dirumah sakit dibedakan
dalam dua macam, yakni pengawasan internal,yang dilakukan
oleh pimpinan langsung rumah sakit yang bersangkutan,dan
pengawasan eksternal, yang dilakukan oleh Menteri kesehatan
danDinas Kesehatan setempat, sesuai dengan fungsi dan
tugasnya masing-masing.
89
Kejadian/kasus yang berkaitan dengan K3 sertaupaya
penanggulangan dan tindak lanjutnya.
BAB III
PENUTUP
A Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa :
1 Kesehatan dan keselamatan kerja (K3) adalah ilmu terapan yang
bersifat multidisiplin, bidang yang terkait
dengan kesehatan, keselamatan, dan kesejahteraan manusia yang
bekerja di sebuah institusi maupun lokasi proyek.
2 Lembaga K3 yang ada di Indonesia pada saat ini adalah : P2K3,
DK3N dan PJK3.
90
P2K3 (Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja) adalah
suatu lembaga yang dibentuk di perusahan untuk membantu
melaksanakan dan menangani usaha-usaha keselamatan dan
kesehatan kerja yang keanggotaannya terdiri dari unsure
pengusaha dan pekerja.
DK3N (Dewan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Nasional) adalah
suatu lembaga yang dibentuk untuk membantu memberi saran dan
pertimbangan kepada Menteri tentang usaha-usaha keselamatan
dan kesehatan kerja.
PJK3 (Perusahaan Jasa Keselamatan dan Kesehatahn Kerja)
adalah suatu lembaga usaha berdasarkan surat keputusan
penunjukkan dari Depnakertrans yang bergerak di bidang jasa
keselamatan dan kesehatan kerja yang mempunyai ahli K3 di
bidangnya.
3 Kebijakan Kesehatan dan Keselamatan Kerja adalah serangkaian
tindakan dan keputusan yang bertujuan menciptakan dan menjamin
kondisi dalam pekerjaan yang sehat baik jasmani maupun
rohani,efisien dan terkendali bagi pekerja, peralatan,perusahaan
dan lingkungan untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja dan
penyakit akibat kerja di tempat kerja
4 Menurut Interntional Labour Organization (ILO) dan World Health
Organization (WHO), Kesehatan kerja merupakan promosi dan
pemeliharaan kesejahteraan fisik, mental, dan sosial pekerja pada
jabatan apapun dengan sebaik-baiknya yang kerja bertujuan untuk
peningkatan dan pemeliharaan derajat kesehatan fisik, mental dan
sosial yang setinggi-tingginya bagi pekerja disemua jenis
pekerjaan, pencegahan terhadap gangguankesehatan pekerja yang
disebabkan oleh kondisi pekerjaan; perlindungan bagi pekerja
dalam pekerjaannya dari risiko akibat faktor yang
merugikan kesehatan dan penempatan serta pemeliharaan pekerja
91
dalam suatu lingkungan kerja yang disesuaikan dengan kondisi
fisiologi dan psikologisnya
5 Audit atau pemeriksaan dalam arti luas bermakna evaluasi
terhadap suatu organisasi, sistem, proses, atau produk. Audit
dilaksanakan oleh pihak yang kompeten, objektif, dan tidak
memihak, yang disebut auditor. Seangkan Inpeksi adalah
pengecekan paling populer dalam masyarakat, salah satu contoh
Sidak (jenis inspeksi mendadak / surprise inspection) yang
biasanya dilakukan oleh petinggi pemerintahan untuk menemukan
ketidaksesuaian dan menimbulkan efek psikososial yang efektif.
6 Promosi kesehatan di tempat kerja adalah adalah upaya promosi
kesehatan yang diselenggarakan di tempat kerja, selain untuk
memberdayakan masyarakat di tempat kerja untuk mengenali
masalah dan tingkat kesehatannya, serta mampu mengatasi,
memelihara, meningkatkan dan melindungi kesehatannya sendiri
juga memelihara dan meningkatkan tempat kerja yang sehat.
Kesehatan kerja bertujuan untuk memperoleh derajat kesehatan
yang setinggi-tingginya, baik fisik, mental, dan sosial bagi
masyarakat pekerja dan masyarakat lingkungan perusahaan
tersebut, melalui usaha-usaha preventif, promotif dan kuratif
terhadap penyakit-penyakit atau gangguan-gangguan kesehatan
akibat kerja atau lingkungan kerja
92
DAFTAR PUSTAKA
93
Qomariyah Sholihah & Wahyudi Kuncoro (2011) Keselamatan dan
Kesehatan Kerja Konsep Perkembangan Dan Implementasi Budaya
Keselamatan. Jakarta: penerbit buku kedokteran EGC.
94