Anda di halaman 1dari 9

PAJAK PENGHASILAN

PASAL 25
MUHAMMAD FAHMI (2018011040)
ALIFTA BRILLIANDY (2018011031)
SABRINA RIZKYA KAMILLA (2018011036)
AULIA YARA ZEIN (2018011041)
ANDYKA POETRA IRAWAN (2018011039)
RAVI ANDHIKA PUTERA (2018011022)
PENGERTIAN PPH PASAL 25
 Pajak Penghasilan Pasal 25 (PPh Pasal 25)
adalah pembayaran Pajak Penghasilan secara
angsuran. Tujuannya adalah untuk meringankan
beban Wajib Pajak, mengingat pajak yang
terutang harus dilunasi dalam waktu satu tahun.
Pembayaran ini harus dilakukan sendiri dan tidak
bisa diwakilkan.
PERHITUNGAN PPH PASAL 25
Besarnya angsuran PPh Pasal 25 dalam tahun berjalan (tahun pajak berikutnya setelah tahun
yang dilaporkan di SPT tahunan PPh) dihitung sebesar PPh yang terutang pajak tahun lalu,
yang dikurangi dengan:
 Pajak penghasilan yang dipotong sesuai Pasal 21 (yaitu sesuai tarif pasal 17 ayat (1) bagi
pemilik NPWP dan tambahan 20% bagi yang tidak memiliki NPWP) dan Pasal 23 (15%
berdasarkan dividen, bunga, royalti, dan hadiah - serta 2% berdasarkan sewa dan
penghasilan lain serta imbalan jasa) - serta pajak penghasilan yang dipungut sesuai pasal
22 (pungutan 100% bagi yang tidak memiliki NPWP);
 Pajak penghasilan yang dibayar atau terutang di luar negeri yang boleh dikreditkan sesuai
pasal 24; lalu dibagi 12 atau total bulan dalam pajak masa setahun.
TARIF PPH PASAL 25
Terdapat dua (2) jenis pembayaran angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 (PPh Pasal 25) untuk
Wajib Pajak Orang Pribadi (WPOP), yaitu:
 Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu (WP – OPPT), yaitu yang melakukan usaha
penjualan barang, baik grosir maupun eceran, serta jasa – dengan satu atau lebih tempat
usaha. PPh 25 bagi OPPT = 0.75% x omzet bulanan tiap masing-masing tempat usaha.
 Wajib Pajak Orang Pribadi Selain Pengusaha Tertentu (WP – OPSPT), yaitu pekerja bebas
atau karyawan, yang tidak memiliki usaha sendiri. PPh 25 bagi OPSPT = Penghasilan Kena
Pajak (PKP) x Tarif PPh 17 ayat (1) huruf a UU PPh (12 bulan).
 Pembayaran angsuran PPh 25 untuk Wajib Pajak Badan yaitu = Penghasilan Kena Pajak
(PKP) x 25% (Tarif Pasal 17 ayat (1) huruf b UU PPh).
BATAS WAKTU PEMBAYARAN PPH PASAL
25
Misalnya: untuk bulan Februari 2014, angsuran PPh 25 harus
dibayar paling lambat 15 Maret 2014. Jika batas waktu
penyetoran jatuh pada hari libur (termasuk Sabtu, Minggu,
hari libur nasional, dan Pemilihan Umum), maka pembayaran
masih dapat dilakukan pada hari berikutnya – sesuai Pasal 3
Peraturan Menteri Keuangan No.184/PMK.03/2007, yang
kemudian diubah lagi sesuai Peraturan Menteri Keuangan
No.80/PMK.03/2010.
SANKSI-SANKSI KETERLAMBATAN
PEMBAYARAN
Apabila Wajib Pajak (WP) terlambat membayar, maka
WP akan dikenai bunga sebesar 2% per bulan,
dihitung dari tanggal jatuh tempo hingga tanggal
pembayaran. Misalnya: untuk bulan Februari 2014,
WP terlambat dan baru membayarnya pada 16
Maret. Sesuai Pasal 9 ayat (2a) UU KUP, WP dikenai
bunga 2%.
 Contoh soal
Jumlah Pajak Penghasilan Tuan Dias yang terutang sesuai dengan SPT Tahunan PPH 2016 Rp.30.000.000
Pada tahun 2016, telah dibayar dan dipotong atau dipungut :
1. PPh Pasal 21 Rp. 8.000.000
2. PPh Pasal 22 Rp. 2.000.000
3. PPh pasal 23 Rp. 2.000.000
4. PPh pasal 25 Rp.12.000.000 +
(Rp. 24.000.000)
Kurang bayar (Pasal 29) tahun 2016 Rp. 6.000.000
Besarnya angsuran PPh Pasal 25 tahun 2017 adalah :
PPh yang terutang tahun 2016 Rp. 30.000.000
Pengurangan :
1. PPh pasal 21 Rp. 8.000.000
2. PPh pasal 22 Rp. 2.000.000
3. PPh pasal 23 Rp. 2.000.000 +
(Rp. 12.000.000)
Dasar perhitungan PPh pasal 25 tahun 2017 Rp. 18.000.000
Besarnya PPh pasal 25 per bulan : Rp.18.000.000 / 12 = Rp. 1.500.000
Jadi, Tuan Dias harus membayar sendiri angsuran PPh pasal 25 setiap bulan pada tahun 2017 mulai masa Maret
sebesar Rp.1.500.000

Anda mungkin juga menyukai