Anda di halaman 1dari 37

Pendahuluan

-Pasien dalam unit keperawatan kritis dikelilingi oleh


teknologi canggih yang selain dapat menyelamatkan
hidup pasien, juga dapat menciptakan keasingan dan
lingkungan yang mengancam kehidupan

- Dukungan psikososial dibutuhkan oleh pasien di


unit keperawatan kritis termasuk bantuan dalam
mengatasi efek perawatan rumah sakit sebanding
dengan penyakit kritis yang dialami pasien.
Input Sensori
• Input sensori dengan menggunakan panca indera yang
selama ini digunakan dengan baik tidak dapat difungsikan
dengan optimal.

• Dalam mengendalikan stimulus lingkungan pada unit


keperawatan kritis, perawat harus menyadari jenis dan
jumlah input sensori yang ada.

(Hudak & Gallo, 1997)


INPUT SENSORI

KEHILANGAN SENSORI KELEBIHAN SENSORI


 Kehilangan Sensori
adalah istilah yang digunakan untuk
mengidentifikasi berbagai gejala yang terjadi
setelah penurunan kualitas dan kuantitas input
sensori.
Con’t

• Istilah lain yang digunakan untuk menyebut


kehilangan sensori adalah : isolasi,
kurungan, informasi terbatas, kehilangan
persepsi, dan pembatasan sensori.
Gejala

 Kehilangan kesadaran terhadap waktu


 Kebosanan
 Adanya delusi, ilusi, dan halusinasi
 Ansietas dan rasa takut
 Gelisah
Depresi
KELEBIHAN SENSORI

-Stimulus yang berlebihan di lingkungan


menyebabkan masalah psikologis pada pasien di unit
keperawatan kritis.

- Stimulus tersebut berupa bising yang berlebihan,


cahaya terang, dan hiperaktivitas.

(Hudak & Gallo, 1997)


GEJALA

• Peningkatan kebutuhan obat penurun rasa nyeri


• Tidak bisa tidur
•Merasa takut, tak berdaya, merasa dilupakan, menarik
diri.
•Reaksi bahwa pembicaraan, tawa, ditujukan pada
pasien
•Kekacauan mental, delusi, ilusi, dan halusinasi
MASALAH PSIKOSOSIAL PADA
PASIEN KEPERAWATAN KRITIS
Delirium

Gangguan atau melemahnya kesadaran, perhatian,


persepsi, memori, siklus bangun tidur, kekacauan
pikiran, dan keadaan emosional yang berfluktuasi
(turun-naik) sepanjang hari.
Etiologi
1. Obat-obatan (antihistamin, antiematik, dll)

2. Infeksi di otak (sifilis, meningitis, dll)

3. Gangguan metabolisme (asidosis metabolik,


anoreksia, hiperkalemia)

4. Cedera kepala atau luka bakar

5. Kekurangan vitamin (terutama B kompleks)


6. Lingkungan, suhu tubuh yang ekstem
(hipotermia atau hipertermia)

7. Ketidakseimbangan hormon

8. Toksin, peptisida, limbah pabrik, CO2, merkuri.

9. Perubahan neurotransmitter.
Klasifikasi
1. Hiperaktif :Agitasi, halusinasi, delusi,
ketidakstabilan emosi. Delirium tipe ini sering
dijumpai pada pengkonsumsi obat berlebih.

2. Hipoaktif : bingung, kurang perhatian, pendiam,


sedasi, muka terlihat tegang. Umumnya dijumpai
penderita hiperkapnia enselofati hepatik.

3. Campuran : ada fluktuasi antara delirium


hiperaktif & hipoaktif.
Manifestasi Klinis
1. Gangguan kesadaran
2. Berkurangnya perhatian
3. Disorientasi (nama, waktu, tempat)
4. Mudah marah, tersinggung, rasa takut berlebih
5. Halusinasi visual, ilusi, delusi
6. Gangguan siklus tidur-bangun
7. Tremor, namun jarang disertai kejang
Ansietas

Ansietas adalah khawatir atau tegang


dalam diri individu yang terjadi ketika
kebutuhan interpersonal akan keamanan
dan/atau kebebasan dari perasaan tegang
tidak terpenuhi. Sumber ansietas tidak
spesifik atau tidak diketahui pada
individu.
Tingkatan Ansietas

Ansietas ringan
Ansietas ringan berhubungan dengan ketegangan akan peristiwa
kehidupan sehari-hari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada
dan lahan persepsinya meningkat..

Ansietas sedang
Pada tingkat ini lapangan persepsi terhadap lingkungan menurun.
Individu lebih memfokuskan pada hal penting saat itu dan
mengesampingkan hal yang lain.
 Ansietas berat
Pada ansietas berat lapangan persepsi menjadi sangat
menurun. Individu cenderung memikirkan hal yang sangat
kecil saja dan mengabaikan hal yang lain. Individu tidak
mampu berfikir realistis dan membutuhkan banyak
pengarahan,untuk dapat memusatkan pada daerah lain.

 Panik
Pada tingkatan ini lahan persepsi sudah sangat
sempit,sehingga individu tidak dapat lagi mengendalikan diri
dan tidak dapat melakukan apa-apa walaupun sudah diberi
pengarahan/tuntutan. Pada keadaan panik terjadi peningkatan
aktivitas motorik,menurunnya kemampuan berhubungan
dengan orang laindan kehilangan pemikiran yang rasional.
Faktor resiko ansietas

Kurang kontrol atas peristiwa yang terjadi


Ancaman terhadap kontrol diri
Ancaman sakit atau penyakit
Ancaman lingkungan rumah sakit
Terpisah dari orang lain
Perubahan peran
Gangguan sensorimotor
Masalah finansial
Perceraian
Pengangguran
Ancaman prosedur invasif atau alat pendukung
Kehilangan status
Ketidakmampuan untuk memahami konsekuensi sakit
Ketergantungan
Kehilangan kekuasaan dalam mengambil keputusan
Tanda dan gejala ansietas
regulatori kognitif
palpitasi Khawatir
Mual Gugup
Peningkatan frekuensi pernapasan Ketakutan
Peningkatan frekuensi jantung Agitasi
Diaforesis Iritabilitas
Ketegangan otot Menarik diri
Vertigo Marah
Peningkatan tekanan darah Regresi
Tremor tangan Ketidakmampuan berkosentrasi
Peningkatan keringat pada telapak tangan Pelupa
Insomnia Kurang inisiatif atau motivasi
Sering berkemih dan tidak dapat menahan Perilaku menghindar
kemih
Dilatasi pupil Ketidakberdayaan
flushing Kehilangan kontrol
Continue…
Pingsan Berpikir tentang masa lalu vs masa kini
Mulut kering Menangis
Parestesia Kehilangan kepercyaan diri
Muntah Tegang
Dilatasi bronkiolus Gembira berlebihan
kelemahan Lapang persepsi menyempit
Verblisasi berlebihan
Askep Ansietas
• Dx 1 : Ansietas b/d
• Intervensi :
a. Tenangkan pasien
b.Berusaha memahami keadaan klien
c. berikan informasi tentang diagnosa, prognosis
dan tindakan
d.Kaji tingkat kecemasan dan reaksi fisik pada
tingkat kecemasan
e. Gunakan pendekatan dan sentuhan
f. Temani pasien untuk mendukung keamanan dan
penurunan rasa takut
g. Sediakan aktifitas untuk menurunkan
ketegangan
h. Bantu pasien mengidentifikasikan situasi yang
menciptakan cemas
i. Intruksikan kemampuan klien untuk
menggunakan teknik relaksasi
j. Berikan pengobatan untuk menurunkan cemas
dengan cara yang tepat.
• Dx. 2 : ketidakefektifan koping b/d
• Intervensi :
a. Hargai pemahaman pasien tentang proses
penyakit
b.Hargai dan diskusikan alternatif respon
terhadap situasi
c. Gunakan pendekatan yang tenang dan
memberikan jaminan
d. Sediakan informasi faktual terkait dengan
diagnosis, terapi dan prognosis
e. Sediakan pilihan yang realistis tentang aspek
perawatan diri saat ini.
f. Anjurkan pasien untuk mengidentifikasikan
gambaran perubahan peran yang realistis.
DEPRESI
Definisi
Kelambatan aktifitas psikomotor yang
ditandai dengan perasaan sedih dan
murung yang berkepanjangan sampai
episode psikotik dengan resiko bunuh
diri.
Etiologi
• Penyakit kronik & akut
• Obat-obatan
• Ketidakseimbangan elektrolit
• Kehilangan
Tanda dan Gejala
Regulatori Kognitif
 Sakit kepala  Agitasi
 Insomnia  Marah
 Takikardia  Menghindar
 Anoreksia  Ketidakpedulian
 Perubahan  Harga diri rendah
menstruasi  Kehilangan minat dan
 Penurunan dan perasaan
peningkatan berat  Menarik diri
badan  Komunikasi buruk
 Ketergantungan,
ketakutan
Klasifikasi Depresi
Asuhan keperawatan depresi
pengkajian
• Perlu dikaji bagaimana upaya klien dalam mengatasi
kehilangan dan perubahan yang terjadi.
• Hal-hal yang perlu dikaji antara lain :
1)Respon emosi klien terahadap diagnosa
2)Kemampuan mengekspresikan perasaan sedih
terhadap situasi
3)Upaya klien dalam mengatasi situasi
4)Kemampuan dalam mengambil dan memilik
pengobatan
5)Persepsi dan harapan klien
6)Kemampuan mengingat masa lalu.
Diagnosa
• Gangguan alam perasaan: depresi berhubungan
dengan koping maladaptif.
• Putus asa berhubungan dengan stress
berkepanjangan
• Gangguan berhubungan (menarik diri)
berhubungan dengan ketidakmampuan
melakukan aktivitas hidup sehari-hari (ADL)
• Respon pengingkaran yang tidak kuat
berhubungan dengan kehilangan dan perubahan.
Perencanaan
TUJUAN
• Klien dapat mengidentifikasi respon pengingkaran
terhadap kenyataan.
• Klien dapat mengidentifikasi perasaan cemas
• Klien mau membina hhubungan dengan keluarga
dan petugas
• Klien dapat menerima realitas/keadaan dirinya
saat ini.
• Klien tidak mengalami gangguan fungsi seksual.
Intervensi
• Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan
perasaan cemas, marah, frustasi dan depresi.
• Bantu klien untuk menggunakan koping yang
konstruktif
• Berikan informasi secara benar dan jujur
• Bantu klien untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungan
• Beri penjelasan mengenai perubahan fungsi seksual
yang dialami terhadap penyakitnya.
• Ciptakan lingkungan yang mendukung penyembuhan.
Pertanyaan
• Susilawati : kehilangan sensori dan kelebihan.
Penyakit bagaimana yang mneyebabkan itu?

Anda mungkin juga menyukai