Perempuan Usia 40 Tahun Dengan Obesity Hypoventilation Syndrome (Pickwickian Syndrome)
Perempuan Usia 40 Tahun Dengan Obesity Hypoventilation Syndrome (Pickwickian Syndrome)
Deskripsi Umum
• Kesan sakit : sakit berat
• Status gizi : gizi lebih
• Kesadaran : somnolen
• Berat badan : 150 kg
• Tinggi badan : 155 cm
• IMT : 62.5 kg/m2
Tanda Vital
• Tekanan darah : 140/80 mmHg
• Nadi : 90 x/mnt reguler
• Pernapasan : 24 x/ mnt
• Suhu : 36.5 oC
• Saturasi Oksigen : 99 %
Status Generalis
• Kepala : normocephal, rambut hitam, tidak mudah dicabut.
• Mata : konjungtiva anemis tidak ada, sklera tidak ikterus, pupil
bulat isokor, refleks cahaya normal, exophthalmus tidak
ada.
• Telinga : tidak tampak adanya sekret.
• Hidung : bentuk normal, tidak ada sekret, epistakis (-)
• Rongga mulut dan tenggorokan : perdarahan gusi (-),
Hipertropi ginggiva (-), atrofi papil lidah (-)
• Leher : DVS R+2 cm H2O, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid,
tidak ada deviasi trakea.
• Kulit : turgor dan elastisitas kesan normal.
• Thoraks :
I : Simetris kiri sama dengan kanan,
P : Simetris kiri dan kanan, tidak teraba massa tumormaupun nyeri tekan,
P : Sonor kiri dan kanan.
A : Bunyi pernapasan : Vesikuler, Suara nafas menurun hemithoraks dextra
Bunyi tambahan : Rhonki basal hemithorax bilateral, wheezing tidak ada.
• Jantung :
I : ictus cordis tidak tampak.
P : ictus cordis tidak teraba.
P : batas jantung sulit dinilai
A : bunyi jantung I/II murni, reguler, murmur tidak ada
• Abdomen :
I : datar simetris, central obesity
A: peristaltik kesan normal
P: Hepar dan lien tidakteraba, nyeri tekan tidak ada.
P : Timpani
• Ekstremitas : Edema tungkai tidak ada, akral hangat.
Pemeriksaan penunjang
• Darah rutin (22-4-2018):
WBC : 11.500 /uL
Hb : 14,2 g/dl
Plt : 316.000/uL
• Elektrolit:
Natrium:141 mmol/L
Kalium:3.1 mmol/L
Klorida:82 mmol/L
• Kimia darah:
GDP : 108 mg/dl, A1c : 6,5 %
SGPT : 28 U/L
Ureum:28 mg/dl
Kreatinin:0.55 mg/dl
Protein total : 6,7
Asam urat : 11,2
• Profil lipid :
• Kolestrol total : 164
• HDL : 32
• LDL : 91
• Triglyserida : 99
• Analisa gas darah :
Sinus ritme, axis 30o, p wave 0.08s, PR interval 0.12s, QRS complex 0.08s,
T inverted V5-V6, I, AVL
Kesan : sinus ritme, nomoaksis, iskemik anterolateral wall
Foto Thoraks tanggal 24 April 2018
EPIDEMIOLOGI
Meskipun prevalensi OHS tidak diketahui pasti, terutama karena
pada saat sebelumnya kondisi ini didefinisikan dan sering kali sulit dibedakan
dengan OSA, namun penelitian terbaru pada pasien rawat inap dengan
obesitas berat (Indeks Massa Tubuh 35 kg / m2) didapatkansekitar 31%
mengalami hiperkapnia siang hari tanpa adanya penjelasan gangguan lain.
Meskipun berat badan saja tidak memprediksi keberadaan
hipoventilasi, hampir setengah dari pasien yang memiliki Indeks Massa Tubuh
50 kg/m2 atau lebih memiliki hipoventilasi siang hari kronis. Meskipun data
telah menunjukkan laki-laki berada pada risiko lebih tinggi untuk OSA, hal
yang sama belum terbukti untuk OHS (Olson dan Zwillich 2005; Mokhlesi
2010; Sabale 2014).
Ada dua subtipe OHS, bergantung pada pola pernapasan tidak
teratur yang terdeteksi pada saat tidur dan pemeriksaan laboratorium
lainnya.(Sabale 2014). Tipe I OHS : Keadaan lima atau lebih episode apnea
atau hypopnea per jam (apnea-hypopnea index) selama tidur. Dari semua
OHS, sekitar 90% termasuk dalam tipe ini.Tipe II OHS: Keadaan peningkatan
kadar CO210 mmHg atau lebih setelah tidur dibandingkan saat bangun dan
penurunan kadar oksigen malam hari tanpa apnea atauhypopnea, dengan
prevalensi sekitar 10% dari kejadian OHS.
1. Tipe I OHS : Keadaan lima atau lebihepisode apnea atau hypopnea per jam
(apnea-hypopnea index)selama tidur. Dari semua OHS, sekitar 90% termasuk
dalam tipe ini.
2. Tipe II OHS : Keadaan peningkatan kadar CO210 mmHg atau lebih setelah tidur
dibandingkan saat bangun dan penurunan kadar oksigen malam hari tanpa
apnea atauhypopnea, dengan prevalensi sekitar 10% dari kejadian OHS.
PATOFISIOLOGI
Meskipun telah dilakukan penelitian yang cukup bermakna,
patofisiologi yang tepat mengenai mekanisme yang mengarah pada OHS
belum didefinisikan dengan jelas. Sindrom ini dapat terjadi akibat interaksi
yang rumit antara gangguan pernapasan mekanik, kontrol ventilasi sentral
yang abnormal, kemungkinan gangguan pernapasan saat tidur, dan kelainan
neurohormonal. (Olson dan Zwillich 2005; Littleton dan Mokhlesi 2009)
GEJALA KLINIS
Presentasi OHS paling umum adalah asidosis pernapasan akut
dengan eksaserbasi kronis yang menyebabkan pasien masuk ke unit
perawatan intensif, atau selama evaluasi rawat jalan rutin oleh pulmonologis.
Pasien dengan OHS cenderungsangat gemuk (didefinisikan sebagai BMI 40 kg
/ m2), memiliki index apneu-hipopneu dalam rentang yang parah, dan
biasanya hipersomnolen.
.Sebagian besar pasien memiliki gejala klasikOSA, termasuk dengkuran keras,
episode tersedak malam haridengan apnea, kantuk di siang hari yang
berlebihan, dansakit kepala pagi. Berbeda dengan OSA eukapnik,
pasiendengan OHS stabil sering mengeluh dyspnea dan dapat memiliki tanda-
tanda cor pulmonale. Temuan pada pemeriksaan fisik meliputi pasien
obesitas yang berlebihan dengan pembesaranlingkar leher, orofaring yang
padat, komponen pulmonal yang menonjol dari bunyi jantung kedua pada
jantungauskultasi (ini sering sulit didengar, karena obesitas), danedema
ekstremitas bawah. (Littleton dan Mokhlesi 2009)
Pada pasien ini, dari anamnesa didapatkan adanya riwayat mendengkur dan
episode apnoe saat tidur yang mengarah pada gangguan pernafasan saat
tidur.Pasien juga mengeluhakan kantuk berlebihan di siang hari. Dari
pemeriksaan fisik dan penunjang, didapatkan index massa tubuh sebesar 62.5
kg/m2 dan peningkatan kadar pCO2 arteri yang sesuai untuk gejala OHS
TATALAKSANA
TatalaksanaidealOHS adalahpenurunan berat badan, yang dapat
memperbaiki sebagian besar kelainan fisiologis yang diduga terlibat dalam
patogenesis danakhirnya mengarah pada pemulihan eucapnia siang
hari.Penurunan berat badan minimal 10 kg mengarah padapeningkatan
signifikankapasitas vital danventilasi sukarela maksimum, dan pengurangan
signifikan PaCO2 di siang hari.Meskipun keterbatasan data, penurunan berat
badan juga telah menunjukkanpeningkatan signifikan penggerak ventilasi
sentral yang diukur dengan respons elektromiogram diafragmatikinhalasi
karbon dioksida. Pada pasien dengan sindrom hipoventilasiobesitas dan
bersamaan sindrom obstruktif sleepapnea-hipopnea, penurunan berat badan
dapat mengurangi kejadian gangguanpernafasan tidur (apnea dan
hypopneas), menurunkan keparahan desaturasi terkaitdengan sisa apnea, dan
mengarah pada resolusihiperkapnia siang hari. (Olson dan Zwillich 2005)
Pernyataan konsensus Institut Kesehatan Nasionalmembahas
masalah perawatan bedah untuk obesitas dan komorbiditas terkait obesitas.
Menurutpedoman ini, pasien dengan indeks massa tubuh lebih besardari 35
kg / m2 dan kondisi komorbiditas terkait obesitas(termasuk sindrom
hipoventilasi obesitas) atau pasiendengan indeks massa tubuh lebih besar
dari 40 kg / m2 direkomendasikan untuk menjalani penanganan bedah. Saat
ini bedah bariatrik telah diterima secara luas sebagai tatalaksana utama pada
manajemen obesitas, khususnya pada pasien morbid obese yang mana
pendekatan secara konservatif dianggap gagal atau berkembangnya kondisi
komorbid.Terapi bedah bariatrik dapat meningkatkan pertukaran gas dan
fungsi pulmonal pada pasien OHS.Dukungan untuk rekomendasi ini berasal
dari studi tentang efek operasi lambungpada pasien dengan OHSdan OSA.
Pasien dalam kelompok ini memiliki mortalitas operasi yang lebih tinggi (2,4%
vs 0,2%). Namun, operasi lambung dikaitkan dengan penurunan berat badan
yang signifikan dan peningkatan dari kondisi sleep apnea, volume paru-paru,
gas darah arteri, polycythemia, dan pulmonary hypertension. (Olson dan
Zwillich 2005)
Pada pasien dengan sindrom apnea-hypopnea tidur obstruktif,
pemberian terapi nocturnal continuous positive airwaypressurebiasanya
efektif.
Terapi ini memberikan tekanan positif secara berkelanjutan selama siklus
pernapasan, yang mempertahankan patensi saluran udara bagian atas,
menghilangkan apnea dan hypopnea, dan memulihkaneucapnia siang
hari.Pada pasien dengan OHS, gangguan tidur yang mendasari adalah
hipoventilasi saja, sehingga ventilasi mekanis noninvasif adalah tatalaksana
andalan untuk kasus ini.Hipoksia dan hiperkapnia berkembang sebagai
konsekuensi darihipoventilasi. Pengobatan dengan oksigen tambahan
sajatidak memadai, dan sehingga diperlukan dukungan ventilasi untuk
memperbaikihiperkapnia. (Olson dan Zwillich 2005)
KESIMPULAN
Sindrom Hipoventilasi Obesitas (OHS) didefinisikan sebagai
kombinasi obesitas danhiperkapnia arteri saat sadar tanpa adanya penyebab
hipoventilasi lain, dengan manifestasi klinis seperti pasien dapat datang
dengan gejala seperti kantuk berlebihan siang hari, kelelahan, atau sakit
kepala di pagi hari. Tatalaksanaideal sindrom hipoventilasi obesitas
adalahpenurunan berat badan dan pemberian ventilasi mekanis
noninvasif.(Olson dan Zwillich 2005)
Karena obesitas telah menjadi epidemi nasional, sangat penting bagi
dokter untuk dapat mengenali dan menangani penyakit terkait obesitas. Bukti
menunjukkan bahwa sindrom hipoventilasi obesitas tidak begitu diketahui
dan berhubungan dengan peningkatan mortalitas yang signifikan. Temuan ini
cukup mengkhawatirkan karena terbatasnya pilihan pengobatan efektif yang
ada. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memahami sepenuhnya
prevalensi, patofisiologi, morbiditas, dan hasil pengobatan jangka
panjangterkait dengan sindrom ini.(Olson dan Zwillich 2005)