Anda di halaman 1dari 14

TEORI PSIKOANALISA DAN TEORI BEHAVIORISME DALAM

PSIKOLOGI KONSELING

Oleh: Kelompok 2
1. Ester Gulo 188600455
2. Herlina Dameria Simanjuntak 188600295
3. Novel Deliana Munthe 188600330
4. Novi Andriani Manik 188600342
TEORI PSIKOANALISA

Ada lima sumbangan utama yang bersejarah dari teori dan


• SEJARAH
praktek psikoanalitik (Corey, 2013), yaitu :
1. Kehidupan mental bisa diterapkan pada peredaan
Peletak dasar teori psikoanalisis penderitaan manusia.
(psychoanalitic) adalah Sigmund Freud, 2. Tingkah laku diketahui sering ditentukan oleh faktor-faktor
seorang ahli saraf yang menaruh tak sadar.
perhatian pada ketidaksadaran (Latipun, 3. Perkembangan pada masa dini kanak-kanak memiliki
2015). Freud memberikan pandangan pengaruh yang kuat terhadap kepribadian di masa dewasa.
baru kepada psikologi dan menemukan 4. Teori psikoanalitik menyediakan kerangka kerja yang
cakrawala-cakrawala baru, misalnya berharga untuk memahami cara-cara yang digunakan oleh
membangkitkan minat terhadap motivasi individu dalam mengatasi kecemasan dengan
mengandaikan adanya mekanisme-mekanisme yang bekerja
tingkah laku (Corey, 2013)
untuk menghindari luapan-kecemasan.
5. Pendekatan psikoanalitik telah memberikan cara-cara
mencari keterangan dari ketidaksadaran analisis atas mimpi-
mimpi, resistensi-resistensi, dan transferensi-transferensi.
• TOPOGRAFI KEPRIBADIAN • STRUKTUR KEPRIBADIAN
Alam kesadaran dibagi dalam tiga tingkatan (Latipun,
2015), yaitu:

ID
ALAM SADAR

ALAM PRA SADAR


EGO

ALAM BAWAH SADAR

SUPER
EGO
• PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN • DINAMIKA KEPRIBADIAN

Adapun bentuk-bentuk mekanisme


ORAL
pertahanan diri antara lain, sebagai berikut :

Distorsi
ANAL Proyeksi
Regresi
FALIK Rasionalisasi
Sublimasi
LATEN Salah sasaran (displacement)
Identifikasi
Kompensasi
GENITAL
• HAKIKAT MANUSIA • PERILAKU BERMASALAH
Prinsip-prinsip tentang hakikat manusia Dalam psikoanalisis klasik ada dua faktor
didasarkan atas asumsi-asumsi sebagai yang menyebabkan perilaku abnormal,
berikut: yaitu :
1. Asumsi bahwa permasalahan individu 1. Dinamika yang tidak efektif antara id,
berakar dari pengalaman masa ego dan superego.
kecilnya. 2. Diperoleh melalui proses belajar sejak
2. Asumsi bahwa individu tidak benar- kecil
benar menyadari hakikat dorongan
atau motif di belakang tindakan
• TAHAPAN KONSELING
mereka.
3. Digunakannya interpretasi hubungan
1. Tahap Pembukaan
transference dalam konseling dan
2. Pengembangan Transferensi
terapi.
3. Bekerja melalui Transferensi
4. Resolusi Transferensi
STUDI KASUS
Konseling Psikoanalisa Untuk Mengurangi Self-Injury (Melukai Diri Sendiri) Pada Seorang Karyawan di
Surabaya
Oleh Syahiba Nur Audhia

Dari hasil penelitian, seorang karyawan di surabaya yang melakukan self-injury yaitu mengigit ibu jari (kanan
dan kiri) yang hampir dilakukan disetiap kegiatannya terutama sebelum dan sesudah makan, ketika berada di
lampu merah, ketika menonton di bioskop, dan ketika sedang berbicara dengan orang lain. Kebiasaan ini
dilakukan 3-4 kali dalam sehari. Perilaku self-injury yang lainnya yaitu Trisnanto juga sering merobek kulit ibu
jarinya dengan jari telunjuk hingga berdarah. Perilaku self-injury yang dialami Trisnanto ini disebabkan oleh
faktor masa lalu dari Trisnanto yang pernah menjadi korban bullying oleh teman-temannya ketika SMP. Self-
injury yang dilakukan Trisnanto berawal dari sakit hati Trisnanto sebagai korban bullying yang tidak mampu
melawan temannya tetapi justru menahan luka itu sendiri sehingga dia melakukan kegiatan self-injury dan ketika
Trisnanto melakukannya dia merasa nyaman sehingga kegiatan tersebut menjadi sebuah kebiasaan.
Proses pelaksanaan konseling psikoanalisa untuk mengurangi self-injury
(Audhia, 2019), yaitu:
1. Tahap pembukaan ini terjadi ketika permulaan konseling hingga masalah
klien ditetapkan. Terdapat dua bagian pada tahap ini yaitu, pertama adalah
konselor mulai membangun hubungan konseling yang akrab dan bersahabat
dengan konseli.
2. Pengembangan transferensi merupakan inti dalam konseling psikoanalisa. Di
tahap ini konselor berusaha mengulik tentang masa lalunya klien dengan
bertanya-tanya mengenai masa lalu
3. Bekerja melalui transferensi, pada tahap ini konselor mengali lebih dalam
lagi akar permasalahan dari klien.
4. Resolusi transferensi, di tahap ini konseli lebih aktif untuk menceritakan
lebih banyak dan bertanya lebih dahulu kepada konselor.
TEORI BEHAVIORISME

• SEJARAH • PENGERTIAN

Istilah pendekatan behavior pertama kali Gerald Corey menjelaskan bahwa


digunakan oleh Lindzey pada tahun 1954 behavior pendekatan-pendekatan
dan kemudian lebih dikenalkan oleh Lazarus terhadap konseling dan psikoterapi
pada tahun 1958. Awal tahun 1980-an berkaitan dengan pengubahan tingkah
muncul pembaharuan behaviorisme yaitu laku.
neo-behaviorisme yang menekankan pada Dalam konteks Indonesia istilah
classical conditioning dalam etiologi dan behavior sama dengan istilah tingkah
perlakuan (treatment) terhadap neurosis. laku yang banyak membicarakan
perilaku-perilaku manusia sebagai hasil
belajar.
• ASUMSI DASAR
Menurut kazdin (2001), miltenberger (2004), dan spiegler
• Menekankan pendekatan self-control
& guevremont (2003) yang dikutip oleh corey (2005)
asumsi mendasar dan karakteristik dalam behavioristic disamping konseli belajar dalam strategi
adalah: mengatur diri,
• Terapi perilaku didasarkan pada prinsip dan prosedur • Intervensi perilaku bersifat individual dan
metode ilmiah, menyesuaikan pada permasalahan khusus
• Terapi perilaku berhubungan dengan permasalahan yang dialami konseli,
• Kerjasama antara konseli dan konselor,
konseli dan faktor-faktor yang mempengaruhinya,
• Konseli dalam terapi perilaku diharapkan berperan aktif • Menekankan aplikasi secara praktis dan,
• Konselor bekerja keras untuk
berkaitan dengan permasalahannya,
• Menekankan keterampilan konseli dalam mengatur mengembangkan prosedur kultural secara
dirinya dengan harapan mereka dapat bertanggung spesifik untuk mendapatkan konseli yang
jawab, taat dan kooperatif.
• Ukuran perilaku yang terbentuk adalah perilaku yang
nampak dan yang tidak nampak,
• KONSEP TEORI • TUJUAN
Corey (2005) mengemukakan bahwa dalam
behavioristik mengemukakan bahwa dalam 1. Untuk memahami dan menyembuhkan pola tingkah
behavioristik kontemporer terdapat empat laku abnormal
konsep teori yang mengembangkan teori 2. Membentuk tingkah laku baru
behavioristic, yaitu;
1. classical conditioning,
2. operant conditioning,
3. social learning theory,
4. cognitive behavior therapy.
• TEKNIK

Menantang keyakinan irasional

Membingkai kembali isu


Mengulang kembali penggunaan beragam
pernyataan diri
Mencoba penggunaan berbagai pernyataan diri
yang berbeda dari situasi riil
Mengukur perasaan
Menghentikan pikiran

Disentisitasi sistematis

Pelatihan keterampilan social atau asertifikasi


Penugasan pekerjaan rumah
STUDI KASUS
Pendekatan Behavioral Terhadap Santri Untuk Mengatasi Korban Bullying
(Studi Kasus di Mts Pondok Pesantren Daar Et-Taqwa Petir)

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai Pendekatan Behavioral


Terhadap Santri Untuk Mengatasi Korban Bullying di Pondok Pesantren Daar Et-
Taqwa Petir terdapat 5 bentuk bullying yang dilakukan pada 5 santri.
Diketahui faktor yang mempengaruhi Santri yang berperilaku korban bullying
di Pondok Pesantren Daar Et Taqwa disebabkan karena masalah internal yaitu santri
yang memiliki pribadi yang tidak baik. Faktor internal ini biasanya merupakan
faktor genetis atau faktor bawaan, maksudnya dipengaruhi keturunan dari salah satu
sifat yang dimiliki oleh kedua orang tuanya. Dan masalah eksternal yang muncul
dari lingkungan keluarga dan Pondok Pesantren itu sendiri seperti masalah antar
teman.
Tahapan Konseling Behavioral dilakukan dengan 4 pertemuan, yaitu:
1. Melakukan Assesmen, pada pertemuan ini seorang konselor memulai percakapan ringan
dengan utnuk membangun mood yang baik antara klien dengan konselor dan kemudian
dilanjutkan dengan pertanyaan mengenai kepribadian klien, kehidupan klien hingga
pertanyaan mengenai masalah yang dialami klien.
2. Goal Setting, pada pertemuan ini konselor mengidentifikasi permasalahan konseli yaitu
konselor menggali gejala-gejala awal dari suatu masalah yang dihadapi oleh konseli.
3. Technique Implementation, pada pertemuan ini konseli dibantu untuk yakin bahwa pemikiran
dan perasaan dapat ditentang dan dibuah. Kemudian konselor menjelaskan layanan bimbingan
yang dijalaninya.
4. Evaluation-termination, pada pertemuan ini konseling dilakukan untuk melihat efektivitas dan
kemajuan yang diperoleh oleh konseli dari proses konseling yang dijalani. (Komalasari, 2011
dalam Muslihah, 2018)
KESIMPULAN
1. Psikoanalisa
Psikoanalisis adalah sebuah model perkembangan kepribadian, filsafat tentang sifat
manusia, dan metode psikoterapi (Corey, 2013). Adapun Freud mengembangkan
beberapa teori-teori kepribadian, diantaranya yaitu: teori topografi, struktural, genetik,
dan dinamika.
2. Behaviorisme
Dalam konteks Indonesia istilah behavior sama dengan istilah tingkah laku yang
banyak membicarakan perilaku-perilaku manusia sebagai hasil belajar. Gerald Corey
menjelaskan bahwa behavior pendekatan-pendekatan terhadap konseling dan
psikoterapi berkaitan dengan pengubahan tingkah laku (Muslihah, 2018).

Anda mungkin juga menyukai