Anda di halaman 1dari 15

KASUS PENYAKIT AKIBAT JAMUR

TINEA CRURIS
Afrani Islamiyati (1805015056)
Safira Ajhara (1805015120)
Zalfa Nida Rahmatika (1805015155)
Annisa Ul Fatimatuz Zahro (1805015174)
Sakinah Nurul Ramadhani (1805015186)
Muhammad Amir Slamet S (1805015303)
Fikrie Ahmad Matin (1805019010)
NAMA PENYAKIT
Dermatofitosis atau tinea adalah penyakit
infeksi jamur superfisial yang menyerang
kulit, rambut dan kuku yang disebabkan oleh
suatu infeksi dermatofita.
Tinea cruris atau biasa juga disebut “Jock
Itch” adalah infeksi jamur dermatofita
pada daerah kulit lipat paha, daerah pubis,
perineum dan perianal.
Tinea kruris disebabkan oleh Species
Tricophyton rubrum dan Epidermophyton
floccosum, dimana E. floccosum
merupakan spesies yang paling sering
menyebabkan terjadinya epidemic.
PENYEBAB PENYAKIT TINEA
Rasa gatal yang CRURIS
meningkat saat
berkeringat atau
terbakar pada Lingkungan yang Sosial ekonomi yang
daerah lipat paha, rendah.
genital, sekitar anus padat.
dan daerah
perineum.
Adanya sumber penularan
disekitarnya melalui kontak Kondisi kebersihan lingkungan
langsung dengan individu yang buruk dan personal
yang terinfeksi atau tidak higiene yang kurang menjadi
langsung melalui benda yang faktor yang berperan penting.
mengandung jamur.
TANDA ATAU GEJALA PENYAKIT TINEA CRURIS

Adanya rasa gatal berat dan terbakar.

Kulit pecah-pecah dan terkelupas


Timbul bercak-bercak kemerahan di
lipatan paha kanan atau kiri serta lesi
yang semakin menyebar

Bila penyakit ini jadi menahun, dapat


berupa bercak hitam disertai sedikit sisik.

Selain gatal, kulit didaerah selangkangan


juga terasa perih seperti terbakar
DIAGNOSA PENYAKIT TINEA
CRURIS

Test Kerokan Kultur Jamur Biopsy Kulit


RIWAYAT ALAMIAH PENYAKIT TINEA CRURIS

 Epidemiologi
Di indonesia, dermatofitosis merupakan 52% dari
seluruh dermatomikosis, tinea kruris dan tinea korporis
merupakan dermatofitosis terbanyak. Insidensi
dermatomikosis di berbagai rumah sakit pendidikan
dokter di Indonesia yang menunjukkan angka persentase
terhadap seluruh kasus dermatofitosis bervariasi dari
2,93% (Semarang) yang terendah sampai 27,6% (Padang)
yang tertinggi. Laki-laki pasca pubertas lebih banyak
terkena dibanding wanita, biasanya mengenai usia 18-25
 Patogenesis
Dermatofita mempunyai masa inkubasi selama 4-10 hari.
Infeksi dermatofita melibatkan tiga langkah utama :
1. Perlekatan ke keratinosit.
2. Penetrasi melalui dan diantara sel.
3. Perkembangan respon pejamu.
MEKANISME PENULARAN PENYAKIT TINEA CRURIS

Tinea kruris menyebar Dapat mengalami


melalui kontak langsung eksaserbasi karena adanya
ataupun kontak dengan oklusi dan lingkungan yang
peralatan yang hangat, serta iklim yang
terkontaminasi lembab.

Autoinfeksi dapat terjadi


dari sumber penularan
yang jauh letaknya seperti
tinea pedis, yang sering
disebabkan oleh T. rubrum
atau T. mentagrophytes.
Preventif Penyakit Tinea
Cruris

Cuci tangan dengan sabun setelah beraktivitas diluar ruangan.


Keringkan seluruh bagian tubuh dengan handuk setelah mandi.
Menjaga area selangkangan tetap kering.
Kenakan pakaian yang pas.
Obati kutu air secepatnya untuk mencegah penyebaran infeksi jamur.
Kenakan pakaian bersih.
KURATIF PENYAKIT TINEA CRURIS
Mandi secara teratur untuk memastikan
kebersihan pribadi.
Keringkan area genital secara menyeluruh
setelah mandi.

Terapkan bubuk penyerap setelah mandi untuk


membantu menjaga daerah selangkangan agar
tetap kering.
Jangan berbagi handuk atau pakaian dengan
orang lain.

Kenakan pakaian yang longar, berbahan katun,


hindari menggunakan pakaian yang ketat
dibagian pangkal paha.
CONTOH KASUS
Anamnesis
• Keluhan utama : gatal didaerah pantat dan
Identitas
selangkangan
 Nama : Tn. M • Riwayat penyakit sekarang (autoamnanesa):
 Umur : 84 tahun pasien mengeluhkan adanya gatal didaerah
 Jenis kelamin : Laki laki pantat dan selangkangan.
• Riwayat penyakit dahulu :pasien tidak pernah
 Alamat : Tajinan
menderita sakit ini sebelumnya.
 Agama : Islam • Riwayat pengobatan : pasien mendapatkan
 Tanggal pemeriksaan :9 pengobatan dari puskesmas sekitar berupa
July 2013 salep tetapi pasien tidak tau namanya.
• Riwayat keluarga : tidak ada anggota keluarga
yang menderita penyakut seperti ini.
• Riwayat psikososial : pasien mandi
Lokasi : pantat dan lipatan paha
Pemeriksaan penunjang : pemeriksaan KOH 10%.
Medikamentosa ( perawatan dengan obat)
• Sistemik : ketoconazole tablet 200 mg/hari
• Topical : ketoconazole 2% cream dipakai 2 kali sehari
setelah mandi.
Non Medikamentosa
• Menggunakan pakaian pakaian dalam atau baju yang
menyerap keringat
• Cara penularan jamur ini bisa secara langsung maupun
• Cara penularan jamur ini bisa secara langsung maupun
tidak langsung. Secara langsung dapat berupa formitis,
Pathogenesi tidak langsung.
epitel, rambut Secara
yang langsung dapat
mengandung jamur berupa
dari formitis,
manusia
Pathogenesi epitel, rambut yang mengandung jamur dari manusia
s biinatang atau tanah. Penularan tidak langsuung dapat
s biinatang atau tanah. Penularan tidak langsuung dapat
melalui tanaman kayu yang dihinggapi jamur, pakean
melalui tanaman
berdebu. kayu yang
Agen penyebab jugadihinggapi jamur, melalui
bisa ditularkan pakean
berdebu. Agen penyebab juga bisa ditularkan melalui
pakaian dan handuk.
pakaian dan handuk.
• Adanya rasa gatal dan kemerahan disekitar
• Adanya rasa gatal dan kemerahan disekitar
selangkangan lipatan paha, pantat dan dapat menyebar
Gejala klinis keselangkangan
alat kelamin.lipatan paha, ini
Pada pasien pantat dan dapat
bertempat menyebar
tinggal di
Gejala klinis ke alat kelamin. Pada pasien ini bertempat tinggal di
iklim yang agak lembab dan higyne sanitasi tidak baik
iklim yang agak lembab dan higyne sanitasi tidak baik
dan pasien menyangkal adanya riwayat penyakut
dan pasien
diabetes menyangkal adanya riwayat penyakut
militus.
diabetes militus.
DAFTAR PUSTAKA

Gede Gadithya, I Dewa. Darmada, I G.K. Mas R, Luh Made. Laporan Kasus Tinea Korporis Et Kruris. Fakultas
Gede Gadithya, I Dewa. Darmada, I G.K. Mas R, Luh Made. Laporan Kasus Tinea Korporis Et Kruris. Fakultas
Kedokteran Universitas Udayana Denpasar-Bali,2015. Diunduh pada tanggal 20 Oktober 2019 pukul 10.31 WIB.
Kedokteran Universitas Udayana Denpasar-Bali,2015. Diunduh pada tanggal 20 Oktober 2019 pukul 10.31 WIB.
Mara Asvita, Silvia. Nusadewiarti, Azelia.Penatalaksanaan Holistik pada Remaja Laki-Laki Usia 16 Tahun dengan
Mara Asvita, Silvia. Nusadewiarti, Azelia.Penatalaksanaan Holistik pada Remaja Laki-Laki Usia 16 Tahun dengan
Tinea Cruris. Jurnal Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung Volume 8 Nomor 1.Lampung,Maret 2019.
Tinea Cruris. Jurnal Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung Volume 8 Nomor 1.Lampung,Maret 2019.
Diunduh pada tanggal 20 Oktober 2019 pukul 17.34 WIB.
Diunduh pada tanggal 20 Oktober 2019 pukul 17.34 WIB.
Yossela,Tanti.Diagnosis And Treamentf Tinea cruris. Jurnal Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung Volume 4
Yossela,Tanti.Diagnosis And Treamentf Tinea cruris. Jurnal Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung Volume 4
Nomor 2. Lampung, Januari 2015. Diunduh pada tanggal 20 Oktober 2019 pukul 17.34 WIB.
Nomor 2. Lampung, Januari 2015. Diunduh pada tanggal 20 Oktober 2019 pukul 17.34 WIB.
Yudhistira Wiratma,Made Kresna.Laporan Kasus Tinea Kruris Pada Penderita Diabetes Melitus. Fakultas Kedokteran
Yudhistira Wiratma,Made Kresna.Laporan Kasus Tinea Kruris Pada Penderita Diabetes Melitus. Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana, Denpasar,2014. Diunduh pada tanggal 20 Oktober 2019 pukul 17.34 WIB.
Universitas Udayana, Denpasar,2014. Diunduh pada tanggal 20 Oktober 2019 pukul 17.34 WIB.
Thank
You

For

Attentio
n

Anda mungkin juga menyukai