Anda di halaman 1dari 89

ENGINEERIN

G FOR
CONTRACTO
R
Curriculum Vitae

Andrik Sugiarto

2019 - Skrg
5 PM Hotel Labersa Toba

2018
4 SOM Terminal Eksekutif Dermaga Merak

2017
3 SEM RSUD Konawe Sultra

2 2013-2016
Staf Teknik - SEM Proyek Ciputra World Surabaya

1 2011-2012
Staf Teknik Proyek Donggi Senoro LNG
Sasaran
Pembelajaran
1. Memahami pekerjaan tanah dan pondasi
2. Mampu menganalisis resiko yang mengakibatkan kegagalan konstruksi
dan merancang tindakan pencagahan
3. Mampu memperkirakan jenis dan ukuran pondasi yang akan digunakan;
memeriksa keamanan dan stabilitas dari gedung.
4. Mampu menganalisis design precast, prategang dan analisa elemen pelat
saat pengangkatan
5. Mampu merancang temporary structur sesuai kebutuhan
Rule Of This
Section
APAKAH PENGETAHUAN
ENGINEERING UNTUK
KONTRAKTOR ?

Pengetahuan di bidang engineering


yang dipakai di kontraktor, yang
bersifat praktis dan aplikatif.
KENAPA PERLU PENGETAHUAN
ENGINEERING ?

• Persaingan di bidang jasa konstruksi


•Banyak Proyek Design and Build
• Usaha untuk optimasi/VE dari
proyek
• Tanggung jawab kontraktor
terhadap keamanan struktur yang
diatur dalam UUJK no 18 thn 1999
KAPAN DIPERLUKAN,,,,,,?

Membuat Metode
Pelaksanaan

Mereview Design Struktur

Optimasi/Value Engineering

Design Temporary Structure

Evaluasi jika terjadi


masalah/kegagalan strukur
STRUKTUR BAWAH
• Klasifikasi Tanah • Pemilihan type
• Tanah Lunak pondasi
• Tanah Swelling • Final Set Pondasi

Tanah Pondasi

Galian
Timbunan Basement

• Metode Timbunan • Metode Galian


• Timbunan di atas tanah • Penahan Tanah
lunak • Dewatering
• Sistem monitoring
TANAH LUNAK

Cohesive Soil (lempung)


Soil consistency N SPT
Very Soft 0-2
Soft 3-5
Medium 6-9
Stiff 10 - 16
Very Stiff 17 - 30
Hard > 30
Granular Soil (pasir)
Soil N SPT
Very loose <4
Loose 4 ~ 10
Medium 10 ~ 30
Dense 30 ~ 50
Very Dense > 50
SONDIR / CPT DATA TANAH
sondir ringan : 2,5 ton , sondir berat : 10 ton
Dari hasil sondir dapat diketahui secara umum tingkat kepadatan tanah dan
letak tanah keras, tetapi tidak dapat diketahui ketebalan lapisan tanah
keras tersebut , kecuali jika menggunakan sondir berat.
TF

qc
LF

FR

• qc = cone resistance (nilai perlawanan conus) kg/cm2


• LF = local friction (hambatan lekat) kg/cm2
• TF = total friction (total hambatan lekat) kg/cm
• FR = friction ratio
PERBANDINGAN HASIL SONDIR DAN BORING

25

13.5 m
28.5 m

qc ≈ 200 kg/cm2

HASIL SONDIR
N > 40
HASIL BORING
-Metode Galian
-Sistem Penahan Tanah
-Strutting/ground Anchor
-Dewatering
-Sistem monitoring
GALIAN BASEMENT PADA TANAH LUNAK

Sheet pile bergerak kearah dalam proyek (ke


arah galian).
Sheet pile bergerak ke arah dalam proyek, Bored
pile mengalami crack dan tanah terangkat

Hasil permodelan dengan program Plaxis

Tanah paving turun +/- 2 m 13


GALIAN PADA TANAH LUNAK
Problem
c 0
Ø =0
Srutting Heaving
Sheet pile

Lap. Tanah Lunak


-25 m
Lap. Tanah Keras

Kondisi Awal Kondisi Galian

 Dengan adanya penggalian tanah sampai kedalaman 5.6 m, terjadi ketidakseimbangan


tegangan sehingga tanah mengalami pergerakan
 Pada sisi luar, terjadi deformasi sebesar 2.63 m
 Pada sisi dalam terjadi kenaikan tanah
14
GALIAN PADA TANAH LUNAK

SOLUSI

Dipasang Bored pile diameter 100 cm sampai


kedalaman tanah keras di sekeliling galian.

KESIMPULAN : Pada tanah lunak, dinding penahan tanah harus


sampai menembus tanah keras.

15
STRUKTUR DI ATAS TANAH LUNAK
PERILAKU STRUKTUR PADA TIMBUNAN DI ATAS TANAH LUNAK
R ig id s tr u c tu r e
(s u s p e n d e d p la t )
= 0

Tim b u n a n Rigid
d Tim b u n a n
structure
S e te la h K o n s o lid a s i
V e r y s o f t to s o f t la y e r V e r y s o f t to s o f t la y e r
disarankan

F le x ib le s tr u c tu re

= d
Tim b u n a n Flexible
d Tim b u n a n
structure
S e t e la h K o n s o lid a s i
V e r y s o f t to s o f t la y e r V e r y s o f t t o s o f t la y e r
STRUKTUR DI ATAS TANAH LUNAK
KERUSAKAN PADA BANGUNAN AKIBAT STRUKTUR DI ATAS TANAH LUNAK

RETAK DAN MIRING PADA PLAT LANTAI


TANAH EKSPANSIF
Tanah Ekspansif : Tanah yang akan mengalami perubahan volume yang sangat
besar pada kondisi basah. Terdapat pada tanah jenis lempung.

Indikasi tanah bersifat ekspansif (swelling) dapat dilihat dari data hasil tes atterberg,
sedangkan besarnya swelling pressure harus diadakan tes swelling tersendiri.

Potensi Swelling Plasticity Index (IP %) Liquid Limit (WL%)


Rendah < 18 20 - 35
Medium 18 - 25 35 - 50
Tinggi 25 - 35 50 - 70
Sangat tinggi > 35 > 70

Tanah ekpansif banyak terdapat di daerah Cikarang.


Gaya swelling yang terjadi bisa mencapai 5.4 t/m2

18
Tanah ekspansif pada kondisi kering

Bentuk crack

Pola keretakan berbentuk polygonal. Kedalaman retakan mencapai 80


Lebar retak mencapai 2.5 cm pada cm
permukaan
STRUKTUR DI ATAS TANAH EKSPANSIF
KERUSAKAN PADA BANGUNAN AKIBAT STRUKTUR DI ATAS TANAH EKSPANSIF

Dinding retak
STRUKTUR DI ATAS TANAH EKSPANSIF
KERUSAKAN PADA BANGUNAN AKIBAT STRUKTUR DI ATAS TANAH EKSPANSIF

Keramik retak dan


lepas pada nat
STRUKTUR DI ATAS TANAH EKSPANSIF
SOLUSI :

Alternatif 1 : Stabilisasi Tanah Dasar


PELAT LANTAI DASAR MENUMPU DI ATAS TANAH YANG TELAH
DISTABILISASI DENGAN CARA MENCAMPUR TANAH PENDUKUNG
SAMPAI KETEBALAN TERTENTU DENGAN SEMEN CLEAN SET
ATAU MENGGANTI TANAH SAMPAI KETEBALAN TERTENTU
DENGAN TANAH YANG BAIK (MISALNYA SIRTU).
BERAT TANAH YANG DISTABILISASI INI DIDESAIN UNTUK DAPAT
MENGIMBANGI GAYA SWELLING (LIHAT SKETSA).

SKETSA ALTERNATIF 1 :
PELAT LANTAI DASAR
TANAH YANG
DISTABILISASI

TANAH EKSPANSIF/
SWELLING

( BERAT PELAT + TANAH STABILISASI ) > GAYA SWELLING


STRUKTUR DI ATAS TANAH EKSPANSIF
Alternatif 2 : Lantai Suspended

PELAT LANTAI DASAR DIDESAIN MENUMPU PADA SLOOF DAN


PONDASI
STRUKTUR UTAMA (SUSPENDED SLAB) ANTARA PLAT LANTAI DAN
TANAH DASAR DIBERI RUANG KOSONG.

SLAB BETON TIE


BEAM
PILE CAP
RUANG KOSONG

PONDASI DALAM
 Sheet pile
 Bored pile
 Diaphragma wall
• BETON
• BAJA
PERSYARATAN SHEET PILE :

• TANAH BERPASIR ATAU CLAY.


• KEDALAMAN TANAH KERAS RELATIF DALAM
• M.A.T DANGKAL DIGUNAKAN BAHAN
STEEL/BAJA.
• M.A.T DALAM DIGUNAKAN BAHAN
CONCRETE/BETON
• BIAYA RELATIF MURAH (APABILA SHEET PILE
DICABUT KEMBALI)

SHEET PILE BAJA SHEET PILE BETON


• Akibat getaran mesin vibro dan pemancangan
yang tidak tegak lurus, akan mengakibatkan
sheet pile selalu miring ke arah pemancangan
(membentuk konfigurasi seperti kipas ).

• Tambahkan dengan walling beam + anchor, jika


ternyata berdasarkan perhitungan konstruksi
sheet pile free standing tidak mampu menahan
geser dan guling akibat tekanan tanah aktif
dapat.
Continous bored pile

Soldier pile

Secant pile
ACUAN PEMILIHAN
TYPE
CONTINUOU
SECANT PILE SOLDIER PILE
S PILE
Kondisi tanah normal Kondisi tanah labil
( clay ) ( berlumpur ) Kondisi tanah jelek

SPT 10 – 15 SPT 0 – 10

MAT dalam

MAT sedang MAT dangkal

Biaya relatip mahal


Biaya relatif murah Biaya cukup murah
SECANT PILE
1. Dinding Pengarah ( Guide
•wall ) pekerjaan lebih mudah dan rapi
Menjamin
• Guide wall dari beton bertulang
• Tebal minimal 40 cm
2. Urutan pengeboran

• Pengeboran dilakukan berselang seling


• Umumnya Primary piles dari bahan Bentonite dan tanpa
pembesian, namun ada juga memakai pembesian sesuai analisa
perhitungan kestabilan tanahnya.

1. Primary Piles 2. Primary Piles 3. Secondary Piles 4. Secondary Piles


SECANT PILE DETAIL
Tiang Primer
Tiang Sekunder

1 5 2 6 3 7 4

Tiang Primer tanpa Penulangan

Tiang Sekunder
Tiang Primer

Digunakan mata Bor khusus yang


memungkinkan untuk
memotong beton tiang primer

Tiang Primer dengan Penulangan


DIAPHRAGMA WALL
Diaphragma Wall ini dibuat dari beton yang dicor di dalam tanah
membentuk dinding yang dapat berfungsi sebagai cut off
dewatering dan sebagai struktur penahan tanah pada proses
penggalian tanah (basement).
ALASAN PEMILIHAN :
 Kondisi lapisan tanah relatif baik ( sedang )
 M.A.T dalam
 Berfungsi menggantikan retaining wall
 Tidak perlu dinding lagi
KONSTRUKSI PERKUATAN
Untuk kondisi tertentu, sering kali sheet pile , bored pile dan
diaprhagma wall, dikombinasikan dengan konstruksi perkuatan
seperti struting dan ground anchor, tergantung daripada methode
pekerjaan galian tanahnya dan perhitungan kekuatan struktur
penahan tanahnya.
A. GROUND ANCHOR :

STANDART DETAIL GROUND ANCHOR PADA DIPRHAGMA


WALL

GROUND ANCHOR PADA SECANT PILE GROUND ANCHOR PADA SECANT PILE
B. STRUTTING :

Pekerjaan strutting merupakan salah satu lintasan kritis karena sangat berpengaruh
pada pekerjaan struktur diatasnya, sehingga praktis akan mempengaruhi jadwal/
waktu pelaksanaan, sequence kerja, dan tentunya akan sangat berdampak
terhadap biaya pelaksanaan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam memilih konstruksi strutting adalah
konstruksi tersebut bersifat sementara, kemudahan pelaksanaan , biaya yang harus
dikeluarkan dan ketersediaan material di pasaran.
Umumnya dipakai material IWF namun karena alasan tersebut diatas , bisa juga
diganti dengan material pipa black steel.

Profil WF Profil Pipa Profil Pipa


Awal Pengganti Pengganti

Cari Profil Pengganti Hitung Profil Pengganti

Dengan perhitungan kasar Dengan Program SAP 2000


membandingkan luasan area R.8.08 Profil Pipa diCek,
& Inersia Profil Jika OK  PIpa dipakai
1 2

3 4
Keterangan :
1,2,3,& 4 Detail Pertemuan Strutting Dengan Waller Beam
1 2

3 4
PP KNOWLEDGE CENTER
PONDASI TOWER CRANE
JENIS – JENIS TOWER CRANE
BERDASARKAN PONDASI
STATIC BASE TRAVELING BASE

CLIMBING BASE
PENEMPATAN TOWER CRANE
PONDASI TERPISAH BASEMENT

DI ATAS BANGUNAN
PONDASI TOWER CRANE

• Jenis pondasi TC :
– Pondasi Dalam
(tiang pancang/bored pile)

– Pondasi Dangkal
(untuk pondasi di atas tanah yang bagus)

43
PONDASI TOWER CRANE

Berat sendiri

counterweight
beban

Kondisi TC :
Tekanan
In Service angin
Out of Service Berat
sendiri
Beban yang bekerja pada pondasi TC
bisa diperoleh dari brosur atau
dihitung sendiri.
PONDASI TOWER CRANE

Hal penting dalam desain pondasi TC :


1. Bentuk pondasi sebaiknya simetris karena arah
beban ke segala arah.
2. Dihitung terhadap posisi lengan TC pada
beberapa kondisi dan dicari kondisi maksimum
3. Penentuan tebal pile cap harus
memperhitungkan syarat minimum untuk
penanaman angkur.
4. Karena beban yang dominan adalah momen,
maka jarak antar pondasi sangat berpengaruh
dalam desain.
DATA-DATA YANG DIPERLUKAN UNTUK PERHITUNGAN TC
1. Brosur TC yang akan digunakan
(spesifikasi teknis)
2. Data tanah dari laboratorium (soil test)
- Daya dukung tanah
- Hasil Sondir/ Boring
3. Denah dan detail pondasi TC rencana
4. Denah bangunan induk
TAMPILAN SOFTWARE PERHITUNGAN
PONDASI TC

Software TC dalam Excel

Software TC dalam Visual Basic


Pengetahuan Engineering
STRUKTUR ATAS

• Bekisting • Desain Precast


• Mutu Beton • Detail
• Detail penulangan penulangan
• Detail Joint
Konstruksi
Beton Precast

Temporary Metode
Structure Konstruksi

• Pondasi Tower Crane • Perilaku


• Bekisting Struktur
selama
konstruksi
BEKISTING
BEKISTING BALOK

QUALITY TARGET

- sudut balok tidak geripis


- tidak ngeplin
- warna permukaan seragam
BEKISTING BALOK

POTENSIAL PENYEBAB ACTION


PROBLEM POTENSIAL PLAN

a. Plin
a. Plin pada
pada pertemuan
pertemuan Penyebab yang dominan 1. Cek kerapatan antar
antar balok
antar balok dan
dan pada kegagalan balok panel pada sudut
pertemuan balok
pertemuan balok adalah keluarnya air bekisting
dengan kolom
dengan kolom semen. 2. Cek kerapatan &
Penyebab kegagalan produk kerataan sambungan
b. Plin
b. Plin pada
pada sambungan
sambungan panel.
balok:
panel
panel 3. Jarak siku diperpendek
- Kerapatan antar panel
c. Permukaan
c. Permukaan pada sudut bekisting. menjadi 60 cm.
bergelombang
bergelombang 4. Diberi perkuatan
- Kerapatan & kerataan dengan formtie dari besi
e. Permukaan
e. Permukaan bertutul
bertutul sambungan panel. ulir dia 16 mm untuk
f.f. Geripis
Geripis pada
pada sudut
sudut - Kondisi material balok h ≥ 70 cm sejarak
balok
balok (plywood,kayu). 60 cm
- Kebersihan permukaan
plywood.
BEKISTING

Kerapatan antar panel


pada sudut bekisting

Kerapatan & kerataan


sambungan panel

Jarak siku diperpendek menjadi 60 cm


BEKISTING KOLOM
QUALITY TARGET

-sudut kolom tidak geripis


-tidak ngeplin
-warna permukaan seragam

Kaki kolom :
-tidak geripis & keropos
-Air semen tidak keluar
QUALITY TARGET

Kepala kolom - Tidak keropos


- Tanpa plin
- Sambungan bersih
- Air semen tidak meleleh
Rapat

Posisi sudut panel

Rapat
Bersih

Mortar
BEKISTING KOLOM
POTENSIAL PENYEBAB ACTION
PROBLEM POTENSIAL PLAN
a. Geripis
a. Geripis pada
pada sudut
sudut Penyebab yang dominan 1. Kerapatan antar
kolom
kolom pada kegagalan kolom panel pada sudut
b. Geripis/keropos
b. Geripis/keropos pada
pada adalah keluarnya air semen bekisting
kaki kolom
kaki kolom pada dudukan bekisting. 2. Cek kerapatan &
c. Plin
c. Plin pada
pada sambungan
sambungan Penyebab kegagalan produk kerataan sambungan
panel
panel kolom lainnya : panel.
d. Kepala
d. Kepala kolom
kolom yang
yang - Kerapatan antar panel pada 3. Dudukan bekisting
tidak bersih
tidak bersih sudut bekisting & kerataan ditutup adukan mortar
e. Terjadi
e. Terjadi lubang-
lubang- sambungan panel. 4. Jarak antar sabuk
lubang/honeycomb
lubang/honeycomb - Sumbatan pada kaki kolom kolom diperpendek
pada permukaan
pada permukaan (dudukan bekisting). 5. Kebersihan
f.f. Permukaan
Permukaan - Kondisi material permukaan plywood
bergelombang
bergelombang (plywood,kayu). dan pelumasan
g. Permukaan
g. Permukaan bertutul.
bertutul. - Jarak antar sabuk kolom. 6. Pembersihan kepala
- Kebersihan permukaan kolom dgn benar
plywood dan pelumasan.
- Kebersihan kepala kolom
sebelum pengecoran
BEKISTING KUALITAS RENDAH

Tebal selimut beton tidak Akibat bekisting tidak


sama pada masing-masing  rapat Balok tidak lurus
sisinya, hal ini terlihat pada
tulangan beton yang
terlihat tidak terselimuti
oleh beton.
SOFTWARE PEMBONGKARAN DAN
KEBUTUHAN BEKISTING
DETAIL
PENULANGAN
KEGAGALAN STRUKTUR AKIBAT KESALAHAN
DETAILING

Keruntuhan disebabkan detail tulangan tidak memenuhi syarat


Standard Penulangan Struktur Tahan
Gempa
Pertemuan Balok – Kolom

Balok Balok

Kolom Kolom
Tidak ada sengkang dalam
blok hubungan balok kolom Sesuai SNI 2847-2002
DETAIL SENGKANG TIDAK MEMENUHI
SYARAT

135°
Retak struktur
balok

FAKTOR PENYEBAB :
Penambahan air pada
campuran beton ??????
Kekuatan Bahan

Visualisasi Hasil Crushing


Test umur >28 hari .
Pengetesan dilaksanakan
di lab. Independen ex.
Sofoco

Hasil Crushing Test umur 28 hari dari Hasil Crushing Test umur >28 hari dari
sample yang dibuat oleh adhimix. sample yang diambil secara acak di
Mutu beton = 251/0.83 = K-302.4 lapangan.
kg/cm2 Mutu beton = K-133.9 kg/cm2
44%
PENGARUH POSISI TULANGAN TERHADAP
MOMEN KAPASITAS
Tul D10-100

20

ly 80
4 4 20
5 5
o o

lx Mu = 22.82 kN.m
Tul D10-100

Tulangan utama : arah Lx 50

20
Ly/Lx <2 : two way slab 50
Ly/Lx >2 : one way slab
Mu = 15.28 kN.m
Plat dengan spandek = one way
slab Pengaruh posisi tulangan

Momen Kapasitas
Berkurang 33 % !!!!
Standard Penulangan Struktur Tahan
Gempa
Mutu baja tulangan
Penggunaan baja tulangan dengan mutu 300 MPa dan 400 MPa
diperbolehkan dengan persyaratan :
 Kuat leleh aktual berdasarkan pengujian tidak melampaui
kuat leleh yang ditentukan sebesar lebih dari 120 MPa.

fy rencana < (fy pengujian + 120MPa)

 Rasio kuat tarik aktual terhadap kuat leleh aktual tidak


kurang dari 1,25.

fu
 1,25 fy = Kuat leleh
baja
fy fu = Kuat tarik
baja
DETAIL PENULANGAN

135°
DETAIL PENULANGAN
PENYALURAN DAN PENYAMBUNGAN TULANGAN

Batas penampang kritis

db = Diameter tulangan
ln = Panjang bersih balok
PENYALURAN DAN PENYAMBUNGAN TULANGAN

A. SAMBUNGAN LEWATAN

 Sambungan lewatan diizinkan jika ada tulangan spiral atau sengkang


tertutup.
 Sambungan tidak boleh digunakan pada :
•Hubungan balok-kolom
•Pada daerah sepanjang 2 x tinggi balok dari muka kolom

Daerah tidak boleh ada


sambungan B. PANJANG LEWATAN

Daerah Daerah Daerah


b 2h tumpan lapangan tumpuan

Tul Tarik Tul Tekan

Baik untuk tulangan


dalam kondisi tarik
H maupun tekan tidak
Tul Tekan Tul Tarik boleh kurang dari
Tumpuan Lapangan
300mm
PERTEMUAN BALOK-KOLOM

Tul. Transversal Sengkang


Tul. Transversal tertutup

b KONDISI 1: KONDISI 2:
b
Spasi tulangan Spasi tulangan
transversal dapat transversal minumum
diperbesar mjd 150 H 100mm dan
H
mm maksimum 150 mm
b≤¾H b>H
PERTEMUAN BALOK-METAL DECK

Wiremesh

• Asumsi panjang penyaluran adalah


Metal Deck Tulangan
tulangan tekan
Tambahan • Dengan Ld untuk tulangan tekan
Mengacu pada PBI 71 hal. 75
Balok

Ld = 0.09 d. sau / s bk >


0.005 dp. sau
PRECAST CONCRETE
Proyek PP Yang sukses menerapkan metode precast :

ing Nias Residence


Proyek PP Yang sukses menerapkan metode precast :

rmaga Kariangau
DESAIN JOINT PRECAST
CL
1. JOINT BALOK - KOLOM
Aspek desain yang harus
diperhatikan adalah :
1. Panjang penyaluran tulangan
(Ld)
2. Jumlah & jarak sengkang pada
joint kolom harus sesuai
dengan perencanaan untuk
menjamin daktilitas joint ketika
terjadi gempa
Dengan Ld untuk tulangan tarik
Mengacu pada PBI 71 hal. 74
1
Ld = 0.07 A. sau / s bk >
0.0065 dp. sau
CONTOH VISUALISASI
JOINT BALOK - KOLOM

a. Joint empat b. Joint tiga pertemuan


pertemuan
2. JOINT PLAT - BALOK

Stek plat 10 cm

Tulangan atas balok


dipasang setelah plat
precast dipasang
3. JOINT PLAT - PLAT
Tulangan U-24
f 10 L=25 cm

Tulangan U-50
(wiremesh)
Alternatif 1 Alternatif 2
JOINT PLAT - BALOK

JOINT PLAT - PLAT


GAMBAR HALF SLAB

Permukaan precast dibuat


kasar

Lifting hook
Langkah Kerja

PERKERJAAN PERSIAPAN, BED PRECAST, BEKISTING, ALAT DAN BAHAN


I. Pekerjaan Persiapan :
a. Setting out, marking elevasi
1. Survei elevasi dan titik area fabrikasi
balok dan plat dengan alat Total
Bed Precast Plat Station & Auto Level.
2. Marking area fabrikasi.

II. Pekerjaan Bed Precast & Fabrikasi


Bekisting :
a. Pembuatan bed precast dilakukan pada
area yang telah di marking.
Pembersihan Bed Precast b. Pembuatan bed precast
agar terhindar dari debu mempergunakan bahan plat baja serta
peralatan tukang yang diperlukan.
c. Bekisting difabrikasi sesuai bentuk
struktur precast pada shop drawing
yang telah disetujui oleh kontraktor dan
MK.
d. Bekisting precast dirangkai dengan
Pengukuran Bekisting Bed
Precast Sesuai dengan bahan plat baja.
Shopdrawing
Langkah Kerja

PEKERJAAN FABRIKASI BESI DAN PERSIAPAN


I. Pekerjaan Fabrikasi Tulangan:
a. Fabrikasi tulangan dilakukan dengan bar
bender dan bar cuter serta peralatan
tukang pendukung sesuai dengan
kebutuhan BBS (Bar Bending Schedule)
berdasarkan shop drawing yang telah
disetujui.
b. Pembengkokan besi pada proses fabrikasi
baja dilakukan tanpa proses pemanasan.
c. Tulangan yang telah difabrikasi ditampung
di stock yard tulangan yang telah
Fabrikasi
Fabrikasi Besi
Besi ditentukan.
II. Persiapan Bekisting:
a. Bekisting yang akan digunakan dilumasi
dengan minyak bekisting.
b. Bekisting dipasang kokoh, rapat pada
sambung-sambunganya, rapi dan benar.
c. Pemasangan bekisting menyertakan
pemasangan decking yang diatur
sedemikian rupa untuk menjaga tebal
selimut beton

Pembesian
Langkah Kerja

PEKERJAAN PEMBESIAN DAN PENGECORAN


I. Pekerjaan Pembesian:
a. Pembesian plat precast dilakukan di atas
bed precast dengan memastikan area kerja
Pembesian bersih dan diberi decking untuk selimut
beton sisi bawah.
b. Pembesian dilakukan berdasarkan gambar
shop drawing yang telah disetujui oleh
konsultan pengawas dan pemberi tugas.
II. Pengecoran Beton:
c. Proses pengecoran dapat dilakukan setelah
disetujui pemasangan bekisting yang sesuai
melalui quality assesment oleh QC
kontraktor dan konsultan pengawas.
d. Proses pengecoran dapat dilakukan
langsung melalui truck-mixer atau
Pengecoran disalurkan
menggunakan bucked menggunakan bucket-cast dan crane
apabila area casting tidak terjangkau.
e. Selama proses pengecoran, material cor
dipadatkan dengan menggunakan concrete
vibrator.
f. Pekerjaan pegecoran diselesaikan dengan
Finishing
Finishing pengecoran,
pengecoran, merapihkan permukanan cor beton serta di
pengasaran permukaan dan buat kasar pada perumakaan beton yang
pemberian label jenis half slab
digunakan sebagai construction joint.
Langkah Kerja

PELEPASAN LIFTING BETON PRECAST


I. Pengangkatan Pelat Half Slab:
a. Pelepasan bekisting dilakukan 24 jam
setelah proses pengecoran selesai.
b. Dilakukan pemeriksaan visual oleh QC
kontraktor dan konsultan pengawas
untuk memastikan struktur dalam
Erection Precast by Mobile kondisi baik.
Crane II. Pekerjaan Curing
a. Pekerjaan curing dilakukan dengan
merendam pelat kedalam bak rendaman,
perendaman ini dilakukan selama 3 hari.

Curing
Langkah Kerja

PEKERJAAN PEMINDAHAN DAN PENUMPUKAN HALF SLAB DI AREA STOCK YARD


I. Pekerjaan Penumpukan di Area Stock Yard:
a. Setelah selesai masa curing selama 3 hari,
pelat di pindahkan ke area stock yard.
Erection Precast by Mobile
Crane b. Pemasangan sling baja pada lifting hook yang
telah terpasang pada struktur precast.
c. Struktur precast diangkat menggunakan
crawler crane dan diletakan pada stockyard.
d. Penumpukan beton precast disusun
sedemikian rupa sehingga beton precast
tersebut tidak mengalami kerusakan.
e. Alas penumpukan terbuat dari bahan kayu
bahan lainya yang mampu menahan beban
Penumpukan
Penumpukan Half
Half Slab
Slab di
di struktur precast diatasnya.
lokasi Stock Yard
Langkah Kerja

PEKERJAAN INSTALASI DAN PEMBESIAN TOPING PRECAST


I. Pekerjaan Pekerjaan Instalasi Half Slab:
a. Setelah struktur kolom selesai dikerjakan,
precast half slab siap untuk di instal.
b. Penginstalan half slab harus sesuai dengan
keterangan dan denah slab yang telah
ditentukan dalam shopdrawing.
c. Struktur precast diangkat menggunakan
Instalasi Half Slab dibantu
oleh pekerja. tower crane dengan dibantu oleh pekerja.
d. Setelah selesai di instal dilakukan
penutupan pada area sambungan half slab
menggunakan adukan semen.
` II. Pekerjaan Pembesian Toping Precast :
e. Setelah Proses instalasi half slab selesai
Penutupan Area Sambungan dilakukan pembesian toping precast.
Half Slab
f. Pembesian dilakukan sesuai dengan
gamabr shopdrawing

Penulangan Toping Precast


Langkah Kerja

PEKERJAAN PENGECORAN TOPING PRECAST


I. Pekerjaan Pekerjaan Pengecoran Toping
Precast:
a. Pekerjaan pengecoran toping precast
dilakukan setelah seluruh panel half salb
terpasang dengan sempurna pada setiap
sisi pada satu lantai.
b. Pengecoran dilakukan dengan bantuan
Pengecoran dengan dibantu
concrete pump pump atau dengan menggunakan bantuan
Tower Crane.
c. Ketebalan pelat harus selalu dipantau
hingga mencapai ketebalan yang sesuai
dengan gambar shopdrawing.

Hasil Pengecoran

Anda mungkin juga menyukai