Definisi Rasionalitas Ekonomi Asumsi rasinalitas adalah anggapan bahwa manusia berperilaku rasional (masuk akal) dan tidak akan sengaja mengambil keputusan yang menjadikan mereka lebih buruk Rasionalitas tidak ada definisi jelas, lugas serta gamblang yang diterima semua pihak, namun dalam literatur ekonomi modern, seorang pelaku ekonomi diasumsikan rasional berdasarkan hal-hal berikut: Setiap orang mampu mengambil keputusan dari sesuatu yang paling diinginkan dengan yang kurang diinginkan serta mampu bertindak dalam mengambil keputusan yang konsisten. Keputusan yang diambil berdasarkan pertimbangan tradisi, nilai dan mempunyai argumen yang jelas. Setiap keputusan yang diambil oleh individu harus menuju pengkuantifikasian (penghitungan untuk memaksimalkan tujuan yang ingin dicapai). Lanjutan... Dalam model produksi dari kapitalisme, rasionalitas berarti kepuasan yang dapat dicapai dengan prinsip efisiensi dan tujuan dari ekonomi itu sendiri. Perilaku individu yang rasional dapat mencapai kepuasan berdasarkan kepentingan yang bersifat materiil akan menuntun pada pembuatan barang sosial yang berguna bagi kemaslahatan umat. Pilihan seseorang dikatakan rasioanal apabila dapat dijelaskan oleh syarat-syarat yang konsisten antara pilihan yang disukai dengan yang tidak. Tipe Rasionalitas Ekonomi 1. rasionalitas kepentingan pribadi Pengertian kepentingan pribadi yang dimaksud adalah setiap individu akan selalu berupaya mengejar berbagai tujuan dalam hidup ini dan tidak hanya memperbanyak kekayaan secara moneter, jadi tidak harus selalu diartikan dengan penumpukan kekayaan dan harta oleh seseorang. 2. Rasionalitas berdasarkan tujuan yang ingin dicapai saat ini. Teori ini berasumsi bahwa manusia selalu menyesuaikan preferensi (minat)nya sepanjang waktu dengan sejumlah prinsip. Penyesuaian terhadap prinsip ini tanpa harus menjadi hanya mementingkan diri sendiri, sehingga prefernsi ini dapat berubah sesuai kebutuhan yang ingin dicapainya. Prinsip-prinsip Rasionalitas Ekonomi 1.kelengkapan (completeness) Prinsip ini mengatakan bahwa setiap individu selalu dapat menentukan keadaan mana yang lebih disukainya diantara dua keadaan. Contoh: seorang individu hendak membeli mobil merek Honda dan Toyota maka pilihan yang mungkin dilakukan yaitu: mobil Honda lebih disukai daripada Toyota, Toyota lebih disukai daripada honda, Honda dan Toyota sama-sama disukai, Honda dan Toyota sma-sama tidak disukai. 2. transitivitas (transitifity) Prinsip ini menerangkan mengenai konsistensi seseorang dalam menentukan dan memutuskan pilihannya bila dihadapkan oleh beberapa alternatif produk. Contoh: seorang individu hendak membeli mobil antara Honda, toyota dan Suzuki, maka konsistensi pilihan konsumen adalah sbb: Honda disukai daripada Toyota, Toyota lebih disukai daripada Suzuki, Honda akan lebih disukai daripada Suzuki. Lanjutan... 3. kesinambungan (continuity) Prinsip ini menjelaskan bahwa jika seorang individu mengatakan “produk A lebih disukai daripada produk B”, maka setiap keadaan yang mendekati A pasti juga akan lebih disukai daripada produk B. Contoh: seorang individu lebih menyukai merek Honda daripada merek Suzuki, maka setiap tipe model dari mobil merek Honda apapun akan lebih jauh disukai daripada tipe model apapun dari merek suzuki. Lanjutan... 4. Lebih Banyak Selalu Lebih Baik (The More is Always the Better) Prinsip ini menjelaskan bahwa jumlah kepuasan akan meningkat jika individu mengkonsumsi lebih banyak barang atau produk tersebut. Hal tsb dijelaskan dalam kurva kepuasan konsumen, dalam ilmu ekonomi disebut indeference kurve atau kurva indeferen, yaitu jika semakin meningkat maka akan memberikan kepuasan yang lebih baik. Rasionalitas Ekonomi Perspektif Islam Rasionalitas dalam perilaku pembelian oleh konsumen Muslim haruslah berdasarkan aturan Islam sbb: 1. konsumen Muslim dinyatakan rasional jika pembelanjaan yang dilakukan sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan. (QS. Al-Israa: 29). 2. konsumen Muslim dinyaatakan rasional jika ia membelanjakan bukan hanya barang-barang yang bersifat duniawi tetapi keperluan di jalan Allah juga (fi sabilillah). (QS. Al-Israa: 26, QS.al-Furqaan: 67). Lanjutan... 3. konsumen Muslim yang rasional akan mempunyai tingkat konsumsi yang lebih kecil daripada konsumen nonMuslim karena konsumen Muslim hanya diperbolehkan untuk mengkonsumsi barang yang halal dan thoyyib. (QS. Al-Baqarah: 173, QS. Al- Maidah:93). 4. konsumen Muslim yang rasional harus melakukan investasi yang dapat mengembangkan sirkulasi uang dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi.