Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH FILSAFAT DAN LOGIKA

“ RASIONALITAS ”

Dosen Pengampu : Nida Urahmah, M.Pd.

Disusun Oleh Kelompok 5 :

1. Radhiatul Inayati ( 212308146 )


2. Salsabila ( 212308155 )
3. Siti Misbah ( 212308159 )
4. Siti Rahmah ( 212308160 )
5. St. Raudah ( 212308161 )

PRODI S1 ADMINISTRASI PUBLIK SEKOLAH TINGGI ILMU


ADMINISTRASI AMUNTAI TAHUN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami panjatkan
puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya
sehingga dapat menyelesaikan penyusunan makalah filsafat dan logika dengan judul
“Rasionalitas" ini tepat waktu. Penyusunan makalah semaksimal mungkin kami usahakan dan
didukung bantuan dari berbagai pihak, sehingga dapat mempercepat penilaiannya. Untuk itu
kami tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami
dalam menyelesaikan makalah ini.

Namun tidak terlepas dari itu semua, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat
kekurangan baik dari segi persiapan bahasa maupun aspek lainnya. Oleh karena itu, dengan
tangan terbuka kami membuka pintu yang seluas-luasnya bagi para pembaca yang ingin
memberikan saran dan kritik guna penyempurnaan makalah ini. Akhir kata, penulis sangat
berharap semoga makalah sederhana ini dapat dimanfaatkan dan keinginan besar kami dapat
menginspirasi pembaca untuk m engangkat isu-isu lain yang relevan pada makalah-makalah
selanjutnya.

Amuntai, 25 Maret 2022

Penulis
Kelompok 5

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………….ii

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang……………………………………………………………………1

1.2 Rumusan Masalah………………………………………………………………...1

1.3 Tujuan…………………………………………………………………………….1

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Rasionalitas…………………………………………………………...2

2.2 Jenis-jenis Rasionalitas…………………………………………………………...3

2.3 Konsep Rasionalitas………………………………………………………………3

2.4 Prinsip-prinsip Rasionalitas……………………………………....……………….4

2.5 Etika Rasionalitas………………………………………………………………....5

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan………………………………………………………………….....….6

4.1 Saran………………………………………………………………………………6

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………….7

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan teori rasionalitas saat ini tidak lagi mengenal batasan ilmu. Ekonomi, psikologi,
biologi hewan, antropologi, dan juga filsafat masing-masing mengembangkan model, simpulan
dan pengambilan keputusan berbasis rasionalitas (Gigerenzer dan Selten, 2001). Bagi ilmu
ekonomi, rasionalitas dapat dianggap sebagai bangunan dasar, fondasi, atau inti dari paradigma
ilmu ekonomi modern (Gerrard, 1993; Vanberg, 2004), sehingga seperti halnya bangunan
rumah yang memiliki fondasi, ketika pemahaman rasionalitas itu runtuh, maka runtuh pula
teori-teori ”rumah” dari ilmu ekonomi modern itu. Ilmu ekonomi mendeskripsikan perilaku
rasional dalam neo-clasical maximization atau teori pilihan rasional (Redmond, 2004). Menurut
teori ini, manusia digambarkan sebagai makhluk yang sepenuhnya berperilaku dan memilih
secara rasional, yang mengedepankan self interest dan karakteristik memaksimalkan kepuasan
(Graafland, 2007; Landa dan Wang, 2001; Kyriacou, 2005). Hal yang sama diungkapkan Jeremy
Bentham bahwa manusia cenderung menghindari rasa sakit dan menyukai kesenangan
(Hoetoro, 2007).

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan rasionalitas


2. Apa saja jenis-jenis rasionalitas
3. Bagaimana konsep rasionalitas
4. Bagaimana prinsip-prinsip rasionalitas
5. Bagaimana etika rasionalitas

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian dari rasionalitas


2. Untuk mengatuhui jenis-jenis rasionalitas
3. Untuk mengetahui konsep rasionalitas
4. Untuk mengetahui prinsip-prinsip rasionalitas
5. Untuk mengetahui bagaimana etika rasionalitas

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Rasionalitas

Rasionalitas mengandung dua pengertian, yaitu sebagai sebuah tindakan yang tepat dilihat dari hasil
yang diharapkan sebagaimana diukur dari sudut pandang pencapaian tujuan, serta sebagai sebuah
keyakinan yang dipegang individu, di mana keyakinan tersebut didukung oleh bukti-bukti terbaik
yang tersedia, dengan kata lain rasional adalah suatu sikap yang dilakukan berdasarkan pikiran dan
pertimbangan yang logis dan cocok dengan akal sehat manusia. Rasional lawan dari irasional, secara
bahasa diartikan seperti ungkapan rational human beings (manusia yang dapat berpikir), rational
behaviuor (perilaku yang masuk akal). Dan juga mengandung makna measurable inmatrical units
(dapat diukur dengan satuan angka, agreeable to reason atau dapat disetujui dengan pertimbangan akal
budi atau alasan, pertaining to or acting in conformity to reason (bersinggungan atau bertindak sesuai
akal budi). Makna tersebut dapat diambil intinya bahwa rasional mengandung pengertian tentang
keputusan dan tindakan yang didasari atas pertimbangan akal budi.

Sebuah keputusan yang rasional adalah salah satu yang tidak hanya beralasan, tetapi juga
dioptimalkan untuk mencapai suatu tujuan atau memecahkan masalah. Menentukan optimal untuk
perilaku rasional membutuhkan formulasi diukur dari masalah, dan membuat beberapa asumsi utama.
Ketika tujuan atau masalah melibatkan membuat keputusan, faktor rasionalitas dalam berapa banyak
informasi yang tersedia (misalnya lengkap atau pengetahuan yang tidak lengkap).

Secara kolektif, perumusan dan latar belakang asumsi model rasionalitas mana yang berlaku.
Menggambarkan relativitas rasionalitas: jika seseorang menerima model optimal yang
menguntungkan diri mereka sendiri, maka rasionalitas disamakan dengan perilaku egois untuk titik
yang egois, sedangkan jika seseorang menerima model menguntungkan optimal, maka perilaku murni
egois tidak rasional. Oleh karena itu sarana untuk menegaskan rasionalitas tanpa juga menentukan
asumsi dari model yang menggambarkan bagaimana latar belakang masalah dibingkai dan
dirumuskan.

2
2.2 Jenis – jenis rasionalitas

A. Self Interest Rationality (Rasionalitas Kepentingan Pribadi)


Prinsip pertama dalam ilmu ekonomi menurut Edgeworth, bahwa setiap pihak digerakkan
hanya oleh (self interest) seorang individu. Hal ini mungkin saja benar pada masa-masa
Edgeworth, tapi salah satu pencapaian dari teori utilitas modern adalah pembebasan ilmu
ekonomi dari prinsip pertama yang meragukan tersebut.
Pengertian kepentingan pribadi disini tidak harus selalu diartikan dengan penumpukan
kekayaan dan harta oleh seseorang. Dimana kepentingan pribadi yang di asumsikan disini
ialah setiap individu akan selalu berupaya mengejar berbagai tujuan dalam hidup ini, dan
tidak hanya memperbanyak kekayan secara moneter.

B. Present Aim Rationality (Rasionalitas Berdasarkan Tujuan yang Ingin Dicapai Saat Ini)
Teori kepuasan modern yang aksiomatis tidak berasumsi bahwa manusia selalu bersikap
mementingkan dirinya sendiri. Teori ini berasumsi bahwa manusia selalu menyesuaikan
preferensinya sepanjang waktu dengan sejumlah prinsip.
Secara jelasnya dikatakan bahwa preferensi yang diambil haruslah konsisten. Penyesuaian
terhadap prinsip ini tanpa harus menjadi hanya mementingkan diri sendiri (Self Interest)
sehingga setiap waktu mungkin preferensi individu tersebut dapat berubah sesuai dengan
kebutuhan yang ingin dicapainya.

2.3 Konsep Rasionalitas

Teori kepuasan modern yang aksiomatis tidak berasumsi bahwa manusia selalu bersikap
mementingkan dirinya sendiri. Teori ini berasumsi bahwa manusia selalu menyesuaikan preferensinya
sepanjang waktu dengan sejumlah prinsip. Secara jelasnya dikatakan bahwa preferensi yang diambil
haruslah konsisten. Penyesuaian terhadap prinsip ini tanpa harus menjadi hanya mementingkan diri
sendiri (Self Interest) sehingga setiap waktu mungkin preferensi individu tersebut dapat berubah
sesuai dengan kebutuhan yang ingin dicapainya.

3
Dalam bangunan terminologi diatas, konsep rasionalitas itu muncul. Setiap orang yang dapat mencari
kesejahteraan hidupnya (kekayaan material atau non materi) dengan cara melakukan pilihan pilihan
yang tepat bagi dirinya.8 Dengan prinsip bahwa jangan sampai dia tidak mendapatkan pilihan itu
karena terbatasnya ketersediaan, maka orang tersebut dianggap melakukan tindakan yang rasional.
Dalam lungkup yang lebih khusus seorang produsen dianggap rasional jika ia dapat mencapai tujuan
usahanya dengan cara melakukan pilihan strategi. Denikian juga dengan consume, ia dianggap
rasional, jika ia dapat memenuhi kepuasannya. Apakah kepuasan tersebut bersifat jangka pendek
maupun jangka panjang tergantung dari konsumen itu sendiri.

Konsep rasionalitas yang diukur dari kepentingan pribadi mengundang banyak permasalahan.
Beberapa ungkapan keberatan diajukan oleh Syed Agil dalam tulisannnya “Rationality in Economic
Theory, A Critical Appraisal”, antara lain; pertama, rasionalitas mempunyai watak terlalu menuntut
dan membatasi. Konsep rasionalitas menuntut pelakuekonomi untuk selalu tahu informasi. Ia dipaksa
untuk mengetahui semua hal yang dapat memenuhi kepuasannya, baik cara ataupun hasilnya. Karena
kepuasan itu diperoleh dari keserbatahuannya. Keserbatahuan itu merupakan tuntutan mutlak.
Sementara di sisi lain, ia dibatasi oleh kepentingannya sendiri untuk memaksimalisasi kepuasannya
yang diwujudkandengan cara menekan emosi dan perasaannya yang meluap- luap. Ia dipaksa untuk
tetap memokus pada kepentingan pribadi tersebut dengan membatasi diri dari keterlibatan dengan
kepentingan-kepentingan orang lain.9 Kedua, rasionalitas membuat pelakunya sebagai bukanmanusia
aktual. Manusia menjadi tidak realistis, karena orientasinya hanya mengejar kepuasanyang seringkali
di luar jangkauannya.10 Ketiga, rasionalitas membuat manusia menjadi terlalu materialistik. Ini
karena semuanya diukur dengan benda. Implikasinya adalah segala yang tidak nampak seperti;
perasaan, empati, jiwa kesederhanaan, kasih sayang, cinta dan lain-lain kurang diperhatikan.

2.4 Prinsip-prinsip rasionalitas

Prinsip-prinsip rasionalitas menyatakan bagaimana orang harus berperilaku daripada


bagaimana mereka berperilaku. Namun, beberapa bidang berasumsi bahwa orang pada
umumnya rasional dan kemudian menggunakan prinsip-prinsip rasionalitas untuk
menggambarkan dan menjelaskan perilaku. Misalnya, beberapa teori ekonomi menyatakan
bahwa konsumen melakukan pembelian yang mengekspresikan preferensi mereka. Mereka
menganggap ini sebagai fakta tentang perilaku konsumen daripada sebagai norma untuk itu.
Psikolog yang berusaha menyimpulkan keyakinan dan keinginan seseorang dari perilaku
orang tersebut dapat berasumsi bahwa perilaku memaksimalkan utilitas.

4
Asumsi menyederhanakan kesimpulan dari keyakinan dan keinginan. Beberapa teorema
representasi yang menonjol menunjukkan bahwa jika seseorangPreferensi tentang tindakan
memenuhi aksioma tertentu, seperti transitivitas, maka seseorang dapat menyimpulkan
probabilitas dan tugas utilitas orang tersebut (diberi pilihan skala) dari preferensi orang
tersebut , dengan asumsi bahwa preferensi mengenai tindakan sesuai dengan utilitas yang
diharapkan.

2.5 Etika Rasionalitas

Filsafat Rasionalitas Etika

Kebanyakan orang tampaknya percaya ada kewajiban moral untuk memberikan suara (mungkin
termasuk surat suara kosong) daripada abstain. Tetapi ini tetap terbuka apakah mereka percaya ada
kewajiban untuk memilih dengan cara tertentu. Beberapa filsuf dan ahli teori politik berpendapat ada
kewajiban etis yang melekat pada bagaimana seseorang untuk memilih. Misalnya, tidak percaya
setiap warga negara memiliki kewajiban untuk memilih, tetapi juga mereka harus memilih dengan
cara yang terbuka untuk umum, setelah terlibat dalam berbagai bentuk musyawarah demokratis.

Sebaliknya, ada yang berpendapat tidak ada tugas umum untuk memilih (abstain diperbolehkan),
warga negara yang memilih memiliki tugas yang mempengaruhi bagaimana mereka memilih. Perlu
dipahami pertanyaan tentang bagaimana seseorang harus memilih berbeda dari pertanyaan apakah
seseorang harus memiliki hak untuk memilih.

Hak untuk memilih lisensi warga negara untuk memberikan suara. Ini mensyaratkan negara untuk
mengizinkan warga untuk memilih dan kemudian meminta negara untuk menghitung suara itu. Ini
membuka kemungkinan apakah beberapa cara pemilih dapat memilih secara moral salah, atau apakah
cara-cara lain pemilihan mungkin secara moral wajib.

Secara paralel, hak saya untuk berserikat bebas bisa dibilang termasuk hak untuk bergabung,
sementara hak saya untuk berbicara bebas termasuk hak untuk mengadvokasi hal yang tidak adil.
Namun, secara moral salah bagi saya untuk melakukan salah satu dari hal-hal ini, meskipun hal itu
adalah hak saya.

5
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Rasional adalah suatu pola pikir dimana seseorang cenderung bersikap dan bertindak berdasarkan
logika dan nalar manusia. Rasional juga diartikan adalah hal yang bisa dilakukan dengan hal yang
ada. Gagasan atau ide berpikir rasional memiliki keterkaitan dengan cabang ilmu filsafat.

Secara kolektif, perumusan dan latar belakang asumsi model rasionalitas mana yang berlaku.
Menggambarkan relativitas rasionalitas: jika seseorang menerima model optimal yang
menguntungkan diri mereka sendiri, maka rasionalitas disamakan dengan perilaku egois untuk titik
yang egois, sedangkan jika seseorang menerima model menguntungkan optimal, maka perilaku murni
egois tidak rasional. Oleh karena itu sarana untuk menegaskan rasionalitas tanpa juga menentukan
asumsi dari model yang menggambarkan bagaimana latar belakang masalah dibingkai dan
dirumuskan.

4.1 Saran

Penulis menyadari sepenuhnya jika makalah ini masih banyak kesalahan dan jauh dari sempurna.
Oleh karena itu, untuk memperbaiki makalah tersebut penulis meminta kritik yang membangun dari
para pembaca.

6
DAFTAR PUSTAKA

Selten, R. (2001). What Is Bounded Rationality? In G. Gigerenzer & R. Selten (Eds.), Bounded
Rationality: The Adaptive Toolbox. Cambridge, MA: MIT Press.

[28] Shah, M. (2007). Analysis of Transaction Cost. India: Sunrice Publiser& Distributors.

[29] Swedberg, R. (2003). Principles of Economic Sociology. Princeton & Oxford: Princeton
University Press. [30] Tribun Jateng. (2011, Maret 1). Korban Dugaan Penipuan Calo CPNS
Perlihatkan Dokumen.http://jateng.tribunnews.com/2011/ 03/01/korban-dugaan-penipuan-calo-
cpnsperlihatkan-dokumen. (Accessed November 15, 2012).

[31] Tribun Medan. (2012, Juni 25). Hukuman Elizabeth Penipu CPNS Menjadi 40 Bulan Penjara.

http://medan.tribunnews.com/2012/06/25/

hukuman-elizabeth-penipu-cpns-menjadi-40-

bulan-penjara. (Accessed November 15, 2012).

[32] Vale, P. H. (2010). Addiction–and Rational Choice

Theory. International Journal of Consumer Studies, 34 (1), 38–45.

[33] Vanberg, V. J. (2004). The Rationality Postulate

in Economics: Its Ambiguity, Its Deficiency and

Its Evolutionary Alternative. Journal of Economic

Methodology, 11 (1), 1–29.

[34] Wartiovaara, M. (2011). Rationality, REMM, and

Individual Value Creation. Journal of Business

Ethics, 98 (4), 641–648.

[35] Winslow, T. (1993). Keynes on Rationality. In B.

Gerrard (Ed.), The Economics of Rationality. London & New York: Routledge.

[36] Ylmaz, F. (2007). Veblen and the Problem of Rationality. Journal of Economic Issues, XLI (3),
841–862. [37] Yustika, A. E. (2006). Ekonomi Kelembagaan: De- finisi, Teori dan Strateg

Anda mungkin juga menyukai