Anda di halaman 1dari 14

KONSEP RASIONALITAS

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah :

Mikro Ekonomi Islam

Dosen Pengampuh :
Dr. Radlyah Hasan Jan, M.Si

DISUSUN OLEH KELOMPOK 3 :


Shadrina Hadis 20241001
Amelia Tulinggi 20241023

KELAS A
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) MANADO
2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin,

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena hanya dengan segala berkat
dan rahmat-Nya maka kami dapat menyelesaikan tugas ini. Shalawat serta salam senantiasa
tercurahkan kepada junjungan Nabi Agung Muhammad SAW yang selalu kita nantikan
syafa’atnya di akhirat nanti.

Penulisan makalah ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk
melengkapi tugas mata kuliah Mikro Ekonomi Islam. Pada tugas makalah ini kami
berkesempatan membahas tentang Konsep Rasionalitas, kami berharap makalah ini dapat
menjadi pangkalan bagi pembaca. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata kata
sempurna dan masih banyak memiliki kekurangan, oleh karena itu kami menantikan kritik dan
saran dari pembaca agar makalah ini bisa menjadi lebih baik lagi.

Akhir kata, apabila terdapat banyak kesalahan kami mohon maaf sebesar-besarnya, kami
juga berharap semoga Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang telah
membantu. Semoga makalah ini memberikan manfaat bagi semua kalangan, Aamiin.

Manado, 07 Maret 2023

Kelompok 3

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................................3
BAB I..........................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN......................................................................................................................................4
A. Latar Belakang.................................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah............................................................................................................................4
C. Tujuan..............................................................................................................................................4
BAB II........................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................5
1. Evaluasi konsep rasionalitas.........................................................................................................5
2. Jenis-jenis rasionalitas...................................................................................................................6
3. Rasionalitas perspektif Islam........................................................................................................8
4. Satisfaction Of Want Vs Fullfilment Of Need...........................................................................10
5. Self Interest Vs Multi Interest.....................................................................................................11
BAB III.....................................................................................................................................................13
PENUTUP................................................................................................................................................13
A. Kesimpulan....................................................................................................................................13
B. Saran..............................................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................14

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ilmu ekonomi selalu terkait dengan kehidupan sehari-hari, kebutuhan dan keinginan
manusia penting untuk dipenuhi tetapi alat atau sumber daya untuk melakukan keduanya
sangat terbatas. Untuk mengisinya, manusia harus pintar memanfaatkan sumber daya yang
ada. Karena konsistensi seseorang dinilai untuk menentukan atau memutuskan ketika
dihadapkan pada beberapa alternatif atau pilihan. bagaimana untuk mendapatkan pilihan ini
juga harus dibuat atas dasar ekonomi yang sehat (rasionalitas). Rasionalitas juga digunakan
sebagai asumsi tentang perilaku individu dalam model dan analisis ekonomi mikro. Bahkan
rasionalitas juga penting bagi ilmu politik modern, sosiologi, dan filsafat.

Ekonomi Islam adalah ekonomi yang berdasarkan ketuhanan. Ekonomi Islam


bertitik tolak dari Allah, bertujuan akhir kepada Allah, dan menggunakan sarana yang tidak
lepas dari syariat Allah. Menurut agama Islam kegiatan ekonomi merupakan bagian dari
kehidupan yang menyeluruh, dilandasi oleh nilai-nilai yang bersumber dari alquran dan hadits
yang diaplikasikan pada hubungan kepada Allah dan kepada manusia secara bersamaan. Nilai-
nilai inilah yang menjadi sumber ekonomi Islam. Sehingga kegiatan ekonomi terikat oleh
nilai-nilai keislaman, termasuk dalam memenuhi kebutuhan. Untuk memenuhi kebutuhan
tersebut maka manusia harus melakukan pilihan. Cara melakukan pilihan tersebut hanya dapat
dilakukan oleh manusia ekonomi secara rasionalitas ekonomi. Kita akan membahas konsep
rasionalitas pada bab selanjutnya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan konsep rasionalitas
2. Apa saja jenis-jenis rasionalitas dan Prinsip-prinsip rasionalitas
3. Bagaimana rasionalitas dalam perspektif Islam
4. Apa yang dimaksud satisfaction of want vs fullfilment of need
5. Apa yang dimaksud self-interest vs multi-interest

C. Tujuan
Adapun tujuan kami dalam penyusunan makalah ini yang pertama, diharapkan para
pembaca dan penulis bisa memahami dan mengetahui mengenai konsep rasionalitas ini.
Yang kedua, untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Mikro Ekonomi Islam.

4
BAB II
PEMBAHASAN
1. Evaluasi konsep rasionalitas
Rasional adalah kebalikan dari irasional, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
Edisi III, rasional adalah menurut pemikiran dan pertimbangan yang masuk akal atau
pemikiran yang cerdas atau sesuai dengan akal. Rasionalitas ekonomi dapat dipahami
sebagai tindakan berdasarkan kepentingan diri sendiri untuk mendapatkan kepuasan material
karena takut tidak tercapainya kepuasan tersebut karena keterbatasan sarana atau sumber
kepuasan.1

Ekonom ketika mereka mengatakan bahwa keputusan manusia itu rasional. Teori
perilaku dalam ekonomi bergantung pada asumsi tentang rasionalitas. Selain itu, teori
perilaku ekonomi manusia mendasari pengambilan keputusan di bidang ekonomi dan kasus-
kasus spesifik yang muncul. Setiap motivator memiliki cara pandang yang berbeda. Mereka
berbeda dalam konsep rasionalitas, tetapi memiliki kesamaan mendasar. Kesamaan ini
disebut kepuasan ekonomi. Orang cenderung ingin memuaskan diri sendiri. Tetapi keinginan
yang memuaskan untuk kepuasan berbeda. Dari sudut pandang ekonomi konvensional,
manusia dianggap rasional jika dapat memuaskan keinginan materialnya. Pandangan ini
berbeda dengan asumsi ekonomi Islam. Islam menganggap orang rasional jika mereka dapat
memuaskan kebutuhan dan keinginan mereka untuk tujuan immaterial jangka panjang
(selanjutnya). 2

Dari uraian diatas dapat dipahami bahwa perilaku manusia, pilihan manusia dan alat
pemuas yang terbatas. Unsur perilaku manusia muncul sebagai bagian dari aplikasi naluriah
manusia untuk mencari kesejahteraan hidup. Sehingga itu harus diwujudkan melalui
aktivitas. Perilaku ini tentunya merupakan cerminan dari apa yang ada dalam diri pelakunya.
Yang berupa kepercayaan, kecenderunganberpikir, tata nilai, pola pikir dan juga ideology.
Setiap manusia memilih apa yang terbaik untuk hidupnya. Dan apa yang dipilih merupakan
hal yang wajar wajar saja, sebab manusia punya rasa, idealism dan ukuran ukuran serta
kecenderungan tertentu yang menjadi standar yang membentuk hidupnya. Pilihan ini juga
tergantung pada apa yang ada dibalik pelakunya. Dalam bangunan terminologi diatas, konsep
rasionalitas itu muncul. Setiap orang yang dapat mencari kesejahteraan hidupnya (kekayaan
material atau non materi) dengan cara melakukan pilihan pilihan yang tepat bagi dirinya.
Dengan prinsip bahwa jangan sampai dia tidak mendapatkan pilihan itu karena terbatasnya
ketersediaan, maka orang tersebut dianggap melakukan tindakan yang rasional. Dalam
lungkup yang lebih khusus seorang produsen dianggap rasional jika ia dapat mencapai tujuan

1
Darwis Arahap., Ferri Alfadri. Ekonomi Mikro Islam. (Medan: CV Merdeka Kreasi Group, 2021),
hal. 30.
2
Muhammad Ngasifudin, “Rasionalitas Ekonomi Islam,” Al-Intaj : Jurnal Ekonomi Dan Perbankan
Syariah 4, no. 2 (2018): 328–42, https://doi.org/10.29300/aij.v4i2.1217.

5
usahanya dengan cara melakukan pilihan strategi. Denikian juga dengan consume, ia
dianggap rasional, jika ia dapat memenuhi kepuasannya. Apakah kepuasan tersebut bersifat
jangka pendek maupun jangka panjang tergantung dari konsumen itu sendiri.

Konsep rasionalitas yang diukur dengan kepentingan pribadi menimbulkan banyak


masalah. Beberapa keberatan yang dikemukakan oleh Syed Agil dalam artikelnya
“Rasionalitas dalam Teori Ekonomi, Tinjauan Kritis”, antara lain; Pertama, rasionalitas
terlalu ketat dan membatasi. Konsep rasionalitas menuntut pelaku ekonomi untuk selalu
terinformasi dengan baik. Ia dipaksa untuk mengetahui semua hal yang dapat memuaskan
kepuasannya, baik cara maupun hasilnya. Untuk kepuasan yang didapat dari ilmunya.
Pengetahuan adalah syarat mutlak. Di sisi lain, ia dibatasi oleh kepentingan pribadinya untuk
memaksimalkan kepuasannya, yang terwujud dalam merepresi emosi dan perasaannya yang
meluap-luap. Dia dipaksa untuk fokus pada kepentingan pribadi ini dengan membatasi
dirinya untuk berpartisipasi dalam kepentingan orang lain. Kedua, rasionalitas membuat
pelakunya menjadi orang palsu. Orang menjadi tidak realistis karena orientasinya hanya
mencari kepuasan yang seringkali di luar jangkauannya. Ketiga, rasionalitas membuat orang
terlalu materialistis. Ini karena semuanya diukur dalam objek. Implikasinya adalah apa pun
selain: kasih sayang, empati, semangat sederhana, kasih sayang, cinta dan lain-lain tidak
sepenuhnya diperhitungkan.3

Arti dari asumsi rasionalitas adalah menganggap bahwa orang berperilaku rasional
(masuk akal) dan tidak akan dengan sengaja membuat keputusan yang akan memperburuk
situasi mereka, Apa itu perilaku rasional? Setidaknya satu perilaku yang rasional dapat
memiliki dua arti, yaitu: metode dan hasil. Dalam pengertian metodologis, perilaku rasional
berarti "action selected on the basis of reasoned thought rather than out of habit, prejudice,
or emotion (tindakan yang dipilih atas dasar pemikiran yang realistis). rasional, bukan
berdasarkan kebiasaan, prasangka, atau emosi)."action that actually succeeds in achieving
desired goals (suatu tindakan yang benar-benar dapat mencapai tujuan yang dicapai )”4

2. Jenis-jenis rasionalitas
Ada dua jenis rasionalitas :

 Self Interest Rasionality (Rasionalitas Kepentingan Pribadi) Setiap pihak hanya


digerakkan oleh Self Interest. Pengertian kepentingan pribadi disini tidak harus selalu
diartikan sebagai materi namun dapat juga diartikan non meteri misalnya dalam bentuk
prestise, cinta dan aktualisasi diri.
 Present-aim Rasionality Teori yang tidak berasumsi bahwa manusia mementingkan
pribadinya. Teori ini berasumsi bahwa manusia menyesuaikan prefrensinya sepanjang
waktu dan sejumlah prinsip. Secara jelasnya dapat dikatakan bahwa prefensi yangdiambil
haruslah konsisten. Misalnya : seorang eksekutif muda dimana pada suatu waktu
3
Ngasifudin.
4
Adiwarman Karim, Ekonomi Mikro Islami. (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2010), hal. 51

6
mungkin membutuhkan notebook untuk memudahkan tugasnya, namun pada waktu
berbeda mungkin individu tersebut membutuhkan smartphone dalam mempermudah
aktivitas komunikasinya.

Prinsip rasionalitas dalam ekonomi konvensional dibagai menjadi empat5 :

1) Kelengkapan (Completeness) Prinsip ini mengatakan bahwa setiap individu selalu


dapat menentukan keadaan mana yang lebih disukainya diantara dua keadaan. Bila A
dan B merupakan keadaan yang berbeda, maka individu selalu dapat menentukan
secara tepat satu diantara kemungkinan berikut :
 A lebih disukai daripada B
 B lebih disukai daripada A
 A dan B sama-sama disukai
 A dab B sama-sama tidak disukai

Sebagai contoh, seorang individu hendak membeli mobil merek Suzuki dan Daihatsu,
maka pilihan yang mungkin dilakukan yaitu:

 Mobil merk Suzuki lebih disukai daripada Daihatsu


 Mobil merk Daihatsu lebih disukai daripada Suzuki
 Mobil merk Suzuki dan Daihatsu samasama disukai
 Mobil merk Suzuki dan Daihatsu samasama tidak disukai
2) Transivitas (Transitivity) Prinsip ini menerangkan mengenai konsistensi seseorang
dalam menentukan dan menemukan pilihan bila dihadapkan pada beberapa
alternative pilihan produk. Dimana jika seseorang individu mengatakan bahwa
“Produk A lebih disukai daripada produk B”, dan “produk B lebih disukai daripada
produk C”, maka ia pasti akan mengatakan produk “A lebih disukai daripada produk
C”. Hal ini menunjukkan bahwa pada setiap alternative pilihan seseorang individu
akan selalu konsisten dalam memutuskan prefrensinya atas suatu produk
dibandingkan dengan produk lain. Secara sederhana dapat digambarkan sebagai
berikut:
 Honda lebih disukai daripada Toyota
 Toyota lebih disukai daripada Suzuki
 Honda akan lebih disukai daripada Suzuki
3) Kesinambungan (Continuity) Prinsip ini menjelaskan bahwa jika seseorang individu
mengatakan “produk A lebih disukai daripada produk B” maka setiap keadaan yang
mendekati produk A pasti juga akan lebih disukai daripada produk B. Sebagai contoh,
dimana seseorang individu lebih menyukai mobil dengan merek Honda daripada

5
Ahmad Ajib Ridlwan, “Rasionalitas Dalam Ekonomi : Perspektif Konvensional Dan Ekonomi Islam,”
Prosiding : Seminar Nasional Dan Call For Papers Manajemen, Ekonomi Dan Akuntansi, no. December
2016 (2016): 494.

7
merk Suzuki, maka setiap tipe model dari mobil merk Honda apapun akan jauh lebih
disukai daripada tipe apapun dari merk mobil Suzuki.
4) Lebih Banyak Selalu lebih Baik (The More is always the Better) Prinsip ini
menjelaskan bahwa jumlah kepuasan individu akan meningkat jika mengkonsumsi
lebih banyak barang atau produk tersebut. Hal ini bisa dijelaskan dengan kurva
kepuasan konsumen dalam ilmu ekonomi disebut dengan kurva indiferen (indiference
curve) yang semakin meningkat akan memberikan kepuasan yang lebih baik.
Sehingga konsumen akan cenderung menambah konsumsinya demi kepuasan yang
akan didapat. Meskipun dalam peningkatan kurva indiferen ini akan dibatasi oleh
keterbatasan anggaran (budget constrain).

3. Rasionalitas perspektif Islam

Ekonomi Islam menurut Chapra adalah cabang ilmu yang membantu manusia mencapai
kebahagiaan manusia melalui alokasi dan distribusi sumber daya yang langka menurut
maqashid syariah. Ekonomi Islam memang bisa menjadi kekuatan baru yang mewarnai
kehidupan masyarakat. Perpaduan antara dimensi spiritual yang menenangkan dan
rasionalitas yang meyakinkan berpotensi memperbaiki kondisi kehidupan masyarakat.
Dengan ini, kebahagiaan dan kesejahteraan manusia berlaku tidak hanya untuk individu
tetapi juga untuk masyarakat.6

A. Dasar Hukum Rasionalitas Dalam Islam


Rasionalitas dalam perilaku pembelian konsumen muslim harus berdasarkan aturan
Islam, sebagaimana dalam Al-Qur'an sebagai berikut:
a. Konsumen muslim dinyatakan rasional jika pembelajaran yang dilakukan sesuai
dengan kebutuan dan kemampuan. Sesuai dengan (QS. Al-Israa: 29)

‫َو اَل َتْج َعْل َيَدَك َم ْغُلْو َلًة ِاٰل ى ُع ُنِقَك َو اَل َتْبُس ْطَها ُك َّل اْلَبْسِط َفَتْقُعَد َم ُلْو ًم ا َّم ْح ُسْو ًر ا‬

29. Dan janganlah engkau jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu dan jangan
(pula) engkau terlalu mengulurkannya (sangat pemurah) nanti kamu menjadi tercela
dan menyesal
b. Seorang konsumen muslim dapat dibilang rasional jika ia membelanjakan tidak hanya
untuk barang-barang yang bersifat duniawi semata, melainkan turut pula untuk
keperluan dijalan Allah SWT (fisabilillah) sesuai dalam (QS. Al-Israa: 26) :

‫َو ٰا ِت َذ ا اْلُقْر ٰب ى َح َّقٗه َو اْلِمْسِك ْيَن َو اْبَن الَّس ِبْيِل َو اَل ُتَبِّذ ْر َتْبِذْيًر ا‬

26. Dan berikanlah haknya kepada kerabat dekat, juga kepada orang miskin dan orang
yang dalam perjalanan; dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu)
secara boros.
6
Darwis Arahap., Ferri Alfadri. Ekonomi Mikro Islam. (Medan: CV Merdeka Kreasi Group, 2021),
hal. 33

8
c. Seorang konsumen muslim yang rasional akan mempunyai tingkat konsumsi yang
lebih kecil dari konsumen non-muslim dikarenakan konsumsi hanya diperbolehkan
untuk barang-barang yang halal. Hal ini sesuai dengan (QS. Al-Baqarah: 173) :

‫ِاَّنَم ا َح َّر َم َع َلْيُك ُم اْلَم ْيَتَة َو الَّد َم َو َلْح َم اْلِخ ْنِز ْيِر َو َم ٓا ُاِهَّل ِبٖه ِلَغْيِر ِهّٰللاۚ َفَمِن اْض ُطَّر َغ ْيَر َباٍغ َّو اَل َعاٍد َفٓاَل ِاْثَم َع َلْيِهۗ ِاَّن َهّٰللا‬
‫َغُفْو ٌر َّرِحْيٌم‬
173. Sesungguhnya Dia hanya mengharamkan atasmu bangkai, darah, daging babi,
dan (daging) hewan yang disembelih dengan (menyebut nama) selain Allah. Tetapi
barangsiapa terpaksa (memakannya), bukan karena menginginkannya dan tidak (pula)
melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya. Sungguh, Allah Maha Pengampun,
Maha Penyayang.

B. Konsep rasionalitas dalam Islam


Konsep rasionalitas dalam buku ekonomi konvensional, berbagai persyaratan yang
pendapatnya perlu dilakukan perubahan dalam ekonomi Islam agar dapat
diaplikasikan oleh konsumen muslim, yaitu:
a. Perluasan konsep rasionalitas
Pertama pendapat tentang self-interest rationality yang diperkenalkan oleh Edgeword
ialah konsep yang lebih baik dalam artian kita berasumsi bahwa individu mengejar
banyak tujuan, bukan hanya memperbanyak kekayaan secara moneter. Kedua
pendapat bahwa teori modern tentang keputusan rasional tidak disepakati secara
menyeluruh. Dalam nilailslam terdapat dua cara untuk mendistribusikan pendapat
yaitu zakat dan infak.
b. Persyaratan transitivitas
Andaikan seorang dihadapkan pada pilihan antara A dan B, ia akan memilih A. Bila
dihadapkan pada pilihan B dan C, ia memilih B. Dihadapkan pada pilihan antara C
dan A. Pilihan ini kelihatannya intransitive karena kita melihat bahwa ia hanya
memiliki tiga alternatif.
c. Utilitas dan infak
Utilitas dalam ekonomi Islam tidak semata-mata terbatas pada materi yang sifatnya
keduniawian semata, tetapi juga harus melihat faktor-faktor yang bersifat keakhiratan
(ukhrowi). Sehingga prinsip dan tujuan konsumsi yang digariskan oleh Islam tidaklah
sempit kepada hal-hal yang bersifat kebendaan dan untuk kepentingan pribadi semata
namun juga kepada kepentingan masyarakat dan lingkungan sekitarnya.
Dianjurkannya sedekah sebagai suatu sarana untuk pemerataan konsumsi menjadi
suatu keharusan.
d. Melonggarkan persyaratan kontinuitas
Mari kita diasumsikan bahwa permintaan Y haram dalam keadaan darurat. Anda
dapat membayangkan permintaan terhadap daging babi jika tidak ada makanan halal
yang tersedia, permintaan pada babi ini bukan merupakan permintaan kontinu
melainkan diskrit. Karena itu permintaannya ialah permintaan titik (point demand).

9
Beberapa harga daging babi pada saat itu, permintaanya Qp, yakni permintaan
sejumlah tertentu daging babi untuk memenuhi kelangsungan hidup dan setelah masa
darurat lewat daging babi tidak akan dikonsumsi lagi.
e. Perluasan horizon waktu
Perspektif Islam tentang waktu tidak dibatasi hanya pada masa kini Islam
memandang waktu sebagai horizon karena itu analisis statis bagaimana dikenal oleh
ekonom klasik tidak memadai untuk menerangkan perilaku ekonomi dalam perspektif
Islam waktu sangat penting dan sangat bernilai nilai waktu tergantung pada
bagaimana seseorang memanfaatkan waktunya, semakin produktif seseorang
memanfaatkan waktunya semakin banyak nilai yang diperolehnya. Sehari merupakan
24 jam tapi nilai waktunya akan berbeda-beda.

Dalam Islam Rasionalitas tetaplah penting sebagai :

 Fungsi analitis: asumsi dasar dalam pembangunan teori (efek kenaikan harga
terhadap konsumsi).
 Fungsi deskriptif: menjelaskan realitas (kenaikan tingkat bunga dilakukan untuk
mengurangi inflasi, tapi juga menaikkan pembiayaan bank syariah).
 Fungsi preskriptif: Apa yang seharusnya dilakukan secara rasional (kenaikkan
kepercayaan masyarakat terhadap lembaga zakat karena dukungan pemerintah
dan dampak produktif).

Manusia memiliki sifat multi interest (self + social + Tuhan), yang dibuktikan dari
adanya variasi tujuan, misalnya membahagiakan keluarga mengisi waktu dan ibadah
Islamic rational man adalah orang yang memilih pilihan yang tepat dalam aktivitas
ekonominya, dalam aspek self maupun social interest. Perbedaan rasionalitas dalam
islam dengan konvensional adalah social interest merupakan bagian dari private dan
self interest, berarti adanya hak bagi orang lain dalam hak pribadi.

4. Satisfaction Of Want Vs Fullfilment Of Need


Seseorang yang rasional akan menentukan keinginan mana yang harus dipenuhi dan yang
tidak perlu dipenuhi. Berarti, seseorang yang rasional akan memenuhi keinginan yang
merefleksikan kebutuhan, bukan keinginan. Keinginan adalah tidak terbatas, seperti dalam
hadits riwayat Bukhari bahwa seseorang yang diberi lembah emas akan terus meminta
lembah emas yang selanjutnya.7
Prioritas dapat dilakukan melalui 3 level maslahah, yaitu:

 Keinginan yang apabila tidak dipenuhi akan mengancam kehidupan


 Keinginan yang apabila tidak dipenuhi akan mengganggu kehidupan
 Keinginan yang tidak mengganggu apabila tidak dipenuhi

7
Ibid., h. 36

10
Keinginan adalah terkait dengan hasrat atau harapan seseorang yang jika dipenuhi belum
tentu akan menimbulkan kesempurnaan fungsi manusia atau barang. Misalnya, seseorang
dalam membangun rumah ia menginginkan warna yang nyaman, interior yang rapi dan
indah, dan sebagainya. Kesemuanya belum tentu menambah fungsi suatu rumah, namun akan
memberikan kepuasan bagi pemilik rumah. Suka atau tidaknya seseorang terhadap
barang/jasa, bersifat subjektif, tidak bisa dibandingkan antar satu orang dengan lainnya,
perbedaan ini merupakan cerminan dari perbedaan keinginan. Secara umum, pemenuhan
kebutuhan akan memberikan tambahan manfaat fisik spiritual intelektual ataupun
material sedangkan pemenuhan keinginan akan menambah kepuasan/manfaat psikis di
samping manfaat lainnya. Jika suatu kebutuhan diinginkan oleh seseorang, maka pemenuhan
kebutuhan tersebut akan melahirkan maslahah sekaligus kepuasan, namun jika, kebutuhan
tidak dilandasi keinginan, maka hanya akan memberikan manfaat semata, jika yang
diinginkan bukan mnerupakan kebutuhan, maka pemenuhan keinginan hanya akan
memberikan kepuasan saja. Perbedaan antara kebutuhan dan keinginan tersebut, jelas
menunjukkan, bahwa kebutuhan merupakan hal yang tidak bisa ditunda, karena menjadi
tuntutan bagi setiap orang, semua orang dapat merasakan fungsi, manfaat dan berkah
(mashlahah) dari apa yang dikonsumsinya, sedangkan keinginan adalah timbul dari hasrat
manusia, dalam pilihan untuk mengkonsumsi sesuai dengan selera, dan sifatnya subjektif,
bisa berbeda antara seseorang dengan orang lain, tetapi keinginan ini dapat dikendalikan, jika
ditunda atau tidak dipenuhipun tidak akan mendatangkan kemudaratan bagi manusia.

5. Self Interest Vs Multi Interest


Self Interest adalah kepentingan diri/pribadi. Self-interest memang bisa membawa
kebaikan. Namun, self-interest juga bisa membawa keburukan, Adam Smith mencontohkan
dengan adanya orang-orang yang berinteraksi dengan institusi pemerintahan dengan
membawa kepentingan mereka, melobi pemerintah untuk membuat kartel, proteksi, atau
regulasi yang menguntungkan para pedagang, contohnya ketika pemerintah hanya
memberikan izin pada beberapa pedagang saja untuk beroperasi dan mengakibatkan
tingginya harga sehingga para konsumen yang jumlahnya banyak justru dirugikan.

Self interest adalah hal yang mungkin juga terjadi pada manusia seperti yang tertera pada
(QS. Hud/11:87 dan QS. Al Isra/17: 100)
‫ٰۤش‬
‫َقاُلْو ا ٰي ُش َعْيُب َاَص ٰل وُتَك َتْأُم ُر َك َاْن َّنْتُر َك َم ا َيْعُبُد ٰا َبۤا ُؤ َنٓا َاْو َاْن َّنْفَعَل ِفْٓي َاْمَو اِلَنا َم ا َن ُؤاۗ ِاَّنَك َاَلْنَت اْلَح ِلْيُم الَّرِش ْيُد‬

87. Mereka berkata, “Wahai Syuaib! Apakah agamamu yang menyuruhmu agar kami
meninggalkan apa yang disembah nenek moyang kami atau melarang kami mengelola
harta kami menurut cara yang kami kehendaki? Sesungguhnya engkau benar-benar orang
yang sangat penyantun dan pandai.”

‫ࣖ ُقْل َّلْو َاْنُتْم َتْم ِلُك ْو َن َخ َز ۤا ِٕىَن َرْح َم ِة َر ِّبْٓي ِاًذ ا َاَّلْم َس ْكُتْم َخ ْش َيَة اِاْل ْنَفاِۗق َو َك اَن اِاْل ْنَس اُن َقُتْو ًر ا‬

11
100. Katakanlah (Muhammad), “Sekiranya kamu menguasai perbendaharaan rahmat
Tuhanku, niscaya (perbendaharaan) itu kamu tahan, karena takut membelanjakannya.”
Dan manusia itu memang sangat kikir.

Tapi dengan adanya social interest maka akan menjadikan hal lebih baik lagi seperti pada
(QS Al-Imran/3: 14, 17)

ؕ‫ُز ِّيَن ِللَّناِس ُح ُّب الَّش َهٰو ِت ِم َن الِّنَس ٓاِء َو اۡل َبـِنۡي َن َو اۡل َقَناِط ۡي ِر اۡل ُم َقۡن َطَرِة ِم َن الَّذ َهِب َو اۡل ِفَّضِة َو اۡل َخ ـۡي ِل اۡل ُم َسَّو َم ِة َو اَاۡلۡن َعاِم َو اۡل َح ـۡر ِث‬

١٤ ‫ٰذ ِلَك َم َتاُع اۡل َح ٰي وِة الُّد ۡن َيا ۚ َوُهّٰللا ِع ۡن َدٗه ُح ۡس ُن اۡل َم ٰا ِب‬

14. Dijadikan tampak indah dalam pandangan manusia cinta terhadap nafsu, berupa
wanita-wanita, anak-anak, harta benda yang bertumpuk dalam bentuk emas dan perak,
kuda pilihan, hewan ternak1 dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di
sisi Allahlah tempat kembali yang baik.

١٧ ‫َالّٰص ــِبِر ۡي َن َو الّٰص ِدِقــۡي َن َو اۡل ٰق ِنِتــۡي َن َو اۡل ُم ۡن ِفِقۡي َن َو اۡل ُم ۡس َتۡغ ِفِر ۡي َن ِباَاۡلۡس َح اِر‬

17. (Juga) orang yang sabar, orang yang jujur, orang yang taat, orang yang menginfakkan
hartanya, dan orang yang memohon ampunan pada waktu sebelum fajar.

Aksioma rasionalitas islam

1) Transitivity : A>B dan B>C, maka A>C


2) Completeness : A>B atau B>A atau indifferent
3) Continuity : jika A>B, maka segala yang mendekati A akan disukai

Pilihan A harus merefleksikan nilai sosial, moral, dan agama yang lebih baik

1. Halal
2. Prioritas darurat-hajiyat-tahsiniyat
3. Orientasi maslahat

12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Asumsi Rasionalitas adalah anggapan bahwa manusia berperilaku secara rasional (masuk
akal), dan tidak secara sengaja membuat keputusan yang akan menjadikan mereka lebih
buruk. Rasionalitas merupakan pola pikir dalam bertindak sesuai dengan nalar dan logika
manusia.

Jenis-jenis rasionalitas diantaranya: rasionalitas yang didasarkan atas kepentingan pribadi


(self – interest rationality) dan Rasionalitas berdasarkan tujuan yang ingin dicapai (present
aim rationality). Prinsip-prinsip rasionalitas terdiri dari: Kelengkapan (Completeness),
Transitivitas (Transitivity), Kesinambungan (Continuity), Lebih Banyak Selalu Lebih Baik
(The More is Always the Better).

Rasionalitas ekonomi dalam Islam diarahkan sebagai dasar perilaku kaum muslimin yang
mempertimbangkan kepentingan diri, sosial, dan pengabdian kepada Allah. Manusia perlu
bertindak rasional karena ia mempunyai beberapa kelebihan dibanding ciptaan Allah yang
lain.

B. Saran
Adapun saran dari makalah ini yaitu untuk tetap selalu menggunakan rasionalitas dalam
setiap keputusan dan tindakan yang diambil

13
DAFTAR PUSTAKA

Arahap, Darwis., Alfadri, Ferri. (2021). Ekonomi Mikro Islam. Medan: CV Merdeka Kreasi
Group
Karim, Adimarwan. (2010). Ekonomi Mikro Islami. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Ngasifudin, Muhammad. (2018). “Rasionalitas Ekonomi Islam.” Al-Intaj : Jurnal Ekonomi Dan
Perbankan Syariah 4, no. 2 : 328–42. https://doi.org/10.29300/aij.v4i2.1217.

Ridlwan, Ahmad Ajib. (2016) “Rasionalitas Dalam Ekonomi : Perspektif Konvensional Dan
Ekonomi Islam.” Prosiding : Seminar Nasional Dan Call For Papers Manajemen, Ekonomi
Dan Akuntansi, Kediri: Fakultas Ekonomi Universitas Nusantara PGRI Kediri

14

Anda mungkin juga menyukai