TEGANGAN
Konsep Tegangan
Satuan tegangan: F = N
σ A = m2
σ=
N/m2
1 N/m2 = 1 Pa (pascal)
1 MPa = 106 Pa = 106 N/m2
1 GPa = 109 Pa = 109 N/m2
1. TEGANGAN
Tegangan Normal
▪ Tegangan normal disebabkan oleh beban atau
gaya aksial.
F ▪ Tegangan normal: → Tegangan pada bidang yang
A
tegak lurus dengan arah gaya.
▪ σ = F/A → bukan tegangan disuatu titik pada
penampang A, tetapi tegangan rata-rata disemua
titik pada penampang A.
▪ Pada umumnya tegangan disuatu titik tidak sama
dengan tegangan rata-rata.
▪ Dalam praktek, tegangan ini dianggap seragam,
kecuali pada titik beban, atau adanya konsentrasi
F
tegangan
A
Gaya ada di titik X
Y
X
→ Tegangan di X = besar
→ Tegangan di Y = 0
→ Tegangan rata-rata σ = F/A
1. TEGANGAN
Tegangan Normal
a. Tegangan normal positif (tegangan tarik)
Jika suatu batang yang ada lubangnya melintang maka tegangan pada bagian
yang kritis/bahaya akan bertambah besar karena luas yang menahan gaya
tegang makin berkurang.
lubang
t
l
F
σt F
A A1
L
A = luas penampang balok
A1 = luas penmpang lubang
1. TEGANGAN
3. Tegangan Normal
a. Tegangan normal negatif (tegangan tekan)
Karena sifat batang lebih tahan ditekan dari pada ditarik, maka pada
perencanaan biasanya σd diambil (1,5 ~ 2) σ t .
F F F
C.π 2 .E.I
Euller l 2
Fkr A = luas penampang
→ I = momen kelembaman
σ .l 2 penampang
= panjang batang
Fkr A.σlu (1 2lu.E.i
4C.π )2 l = jari-jari kelembaman = A
I
J.B. Johnson
F F →
F F i = koefisien pemasangan
F
= modulus elastisitas bahan
C = tegangan pada batas lumer bahan
E
(a) Kedua ujung batang
σ berengsel dan dijepit C = 1
(b) Kedua ujung dijepit
lu benam C = 4
(c) Kedua ujung dijepit datar C = 1 ~ 4
(d) Satu ujung dijepit benam dan ujung lain berengsel C = 2
(e) Satu ujung dijepit benam dan ujung lain bebas C = ¼
F1 F1 F1 F1 F1
1. TEGANGAN
3. Regangan Normal (beban aksial)
F F F F
L δ δ
L
σ σ 3
B Hukum Hook dan Modulus Elastisitas
▪ Pada umumnya elemen struktur
(mesin) didesain sedemikian sehingga
σ 2 C
deformasinya kecil, dan hanya
σ
1 A bergerak pada garis lurus pada
diagram σ - ε.
▪ Pada daerah ini, tegangan berbanding
lurus dengan regangan: σ = E.ε
Persamaan ini disebut dengan Hukum
Hook (Robert Hook, 1635 – 1703)
O ε Koefisien E disebut dengan modulus
Diagram tegangan dan regangan elastisitas disebut juga modulus Young
(Thomas Young, 1773 – 1829)
(σ = E.ε)
σ σ
ε ε
Pada material yang mendapat beban aksial, jika tegangan yang timbul tidak
melebihi batas proporsional, maka berlaku hukum Hook:
σ E.ε
F σ
Dari persamaan: σ ; ε dan δ
A E
ε.L
F.L
δ
Diperoleh persamaan:
A.E
F.l
E
A.δ
1. TEGANGAN
Sistem tegangan pada dua bahan atau lebih
F F
a b
l l
a b
Persamaan kesetimbangan: Fa = Fb = F
Persamaan kompabilitas: δ = δa + δb
Hubungan tegangan regangan:
σa δ
Ea σa Ea ε a a
la
a
εa
E
1. TEGANGAN
5. Sistem tegangan pada dua bahan atau lebih
F F F Fb
b
a
(a) (b)
Persamaan kesetimbangan: Fa ≠ Fb ≠ F
Persamaan kompabilitas: δ = δa = δb
δb
σb Fb Eb δb Fb.lb
Ab lb A b.E b
l a lb
Fa
δ
Aa
E a Eb
1. TEGANGAN
5. Tegangan pada Batang Composite (kombinasi)
Karena perpanjangan kedua batang tersebut sama, maka :
δb δb
Fa .l a Fb .l b Fa .l Fb .l b
a
A a .Ea Ab A a .Ea Ab
Aa.Ea
a
F.E b Fb .Eb
A b.E b
F Fa Fb σa σb
Ea
A a.Ea σa
1 E b
Eb
Fb a
A b.E b F F A
b b a σ
E
A.E.E
b b b
Eb
a
σb a
σ Ea
A .E
Fb a Aa .E b b
A .E b b
A .E
Fb F A .E b b
a a b b
A .EA .E
Fa FA .E a Aa .Eb
a a b
1. TEGANGAN
Tabel 1 Berat jenis, modulus elastis, modulus geser dan
tegangan putus tarik beberapa jenis bahan
40 mm
A 25 mm
berbeda-beda, ujung atasnya ditahan dan
80 mm
ujung bawah ditarik oleh beban 1250 N.
125 mm
Hitunglah tegangan tarik penampang B
15 mm
normal dari bagian-bagian batang
tersebut. Bila modulus elastisitas dari C
10
batang baja sebesar 2,1 x 105 N/mm2,
tentukan perpanjangan batang baja dan
regangannya.
Penyelesaian F = 1250 N
a) Tegangan tarik
- Tegangan tarik penampang σ tA F 1250 2,55 N/
normal pada batang A : A 1 π .252 mm2
4
- Tegangan tarik penampang
σ tB F 1250 5,56 N/
normal pada batang B : A 1 π .152 mm2
4
1. TEGANGAN
- Tegangan tarik penampang
σ t F 1250 15,92 N/
normal pada batang C : A 1 π .102 mm2
4
b. Perpanjangan (δ) dan
regangan (ε)
- Perpanjangan dan regangan pada batang A :
δ 4,85
δ A F.LA 1250 4,85 10 4 ε A A 4 1,21105
π .252 2,1.105
A A.E mm L10
A 40
40 4
δ 1,35
δB F.LB 1250 1,35 103 ε B B 3 3,37 10 5
π .152 2,1.105
A B.E mm L10
B 40
40 4
+200
D2 = 20 mm -400
2
π
A 1 4 10 2 78,54 mm
2
π
A 2 4 202 314,16 mm2
F1 F1
F F/2
F F
F F
τs F/2 τs
A 2A
F F F
F
σ Ao
F
F F
F┴A→σ
F ┴ Aθ → σ
F τs F
F F F ⁄⁄ Aθ → τs
Aθ
F ⁄⁄ A → τs
1. TEGANGAN
7. Tegangan pada Bidang Miring
F F F F
P
θ P = F cos θ
F F
V = F sin θ
Ao V
Aθ τ s V Fsinθ
Aθ Ao
σ P F cos θ cosθ
Aθ Ao
cos θ F
τs sinθ
F cosθA o
σ cos2 θ
Ao 1 F
τ s 2 A sin 2θ
o
σ F
Pada θ = 0 → (maks) Pada θ = 0 → τs = 0
Ao
θ = 90 → σ
o θ = 90o → τs = 0
F
θ = 45o → τ s 2A (maks)
0
o
1. TEGANGAN
Contoh tegangan geser
1. Mesin pons seperti pada gambar harus dapat melubangi pelat setebal 8
mm. Bentuk lubang segitiga sama sisi (panjang sisi = 30 mm) dan satu lagi
bulat dengan diameter 30 mm dilubangi secara serempak. Jika tegangan
putus tarik bahan pelat 4000 kg/cm2 dan tegangan geser pelat 0,6 dari
tegangan putus tarik pelat, tentukan gaya tekan minimum yang harus
diberikan mesin pons agar bisa melubangi secara serempak.
1. TEGANGAN
Contoh tegangan geser
Penyelesaian;
σ 4000 kg / cm2
t
F A .τ s
kg
F ΔA1
Y
x I
F1 σ 1
F2 σ
Y
Y1
e1
Δ
A
y1
I
½l B X X
½l
y2
σ
e2
l Y2 F2
σ
2 F1
Y Δ A2
Grafik tegangan
Grafik gaya tegang
σy 2 : σ2 y 2 : e2 σy 2 σ 2 .y 2
e2
Pada ∆A1 bekerja tegangan tekan σy1 dan gaya tegang F1 :
F1
σy 1 F1 σy1.A 1
A 1
Mb = F1 . y1 + F2 . y2 + ……………………….. + Fi . yi
σ
M ∑ eb y 2 .A
b
∑y 2
.A I
σb σ b Mb .e Mb
Mb .I
I I σ b Mb
e
e
Z
Dimana; σb = Tegangan bengkok/lentur
I = Momen kelembaman penampang
e = Jarak pinggir penampang ke garis netral
I/e = Z = Momen tahanan penampang thd bengkok/lentur
F
Y
Z X IX dan e = ½h
e
X X
1
h
bh3
1
Z X 121 6bh2
Y h
b 2
1. TEGANGAN
Contoh tegangan bengkok
1. Batang terjepit mendapat pembebanan seperti ditunjukkan pada gambar.
Tentukan besarnya tegangan bengkok yang terjadi pada batang.
F = 2500 kg
8 cm
40 cm 6 cm
Penyelesaian;
2. Sebuah poros axle dengan panjang 1 m ditumpu oleh dua buah bantalan
pada ujung-ujungnya, dan dibebani flywheel dengan berat 30 kN pada
bagian tengahnya. Jika tegangan bengkok tidak lebih dari 60 N/mm2, hitung
diameter poros axle tersebut!
Penyelesaian;
RA RB
W
Momen maksimum pada pusat
poros axle:
Wl 30.000 1000 N.m
M 7,5 10 6
m
4 4
θ
T
T τ P G.θ r
τp T J
J r l
J
T τp
r
1. TEGANGAN
10. Tegangan Puntir (tegangan geser tak langsung)
θ
Tl
180 o
GJ π
D
d
D
π 4 π
J d π J 32(D 4 d 4 ) π(D 4 d 4 )
32 3
r d 16 d r D 16D
2
2 π 3
T τ p d D 4 d4
T τp π
16 16
D
1. TEGANGAN
10. Tegangan Puntir (tegangan geser tak langsung)
2π n T 4500 P P
P T 716,2
4500 2π n
n
Dimana; P = daya dalam hp
T = momen puntir (torsi), dalam kgm
n = putaran, dalam rpm
Dalam sistem SI,:
2π n T
P
60 P P
60 T 9,55
2π n n
T = 600 N.m
20
100 cm 50 mm
Penyelesaian;
D 4 d4
T τp π
16 D
T 600.000 600.000
τp 25,1 N/ mm2
23915,374
π D4 d4 π
504 204
16 D 16 50
1. TEGANGAN
Contoh tegangan puntir
2) Sebuah poros dipergunakan untuk mentransmisikan daya 97,5 kW pada
putaran 180 rpm. Jika tegangan puntir yang diijinkan dari material sebesar 60
N/mm2, hitung diameter yang diijinkan pada poros. Sudut puntir pada poros
sepanjang 3 m tidak melebihi 1o dan Modulus geser bahan G = 8 x 104
N/mm2 Penyelesaian;
Besarnya torsi yang ditransmisikan:
I I
X X
F F F Y
a M=F.a M=F.a
a b c d
1. TEGANGAN
a. Tegangan normal dan bengkok
a) Batang mendapat gaya tarik F dengan jarak garis kerja a dari sumbu
batang. Tegangan yang terjadi dapat dihitung secara super posisi, yakni
penjumlahan bagian-bagian tegangan yang terjadi.
b) Gaya tarik F dapat dianggap bekerja pada sumbu batang, tetapi dengan
tambahan momen M = F . a
c) Tegangan gabungan yang terjadi ialah gabungan tegangan tarik σt = F/A
d) Tegangan tarik atau tegangan tekan akibat momen M dihitung dengan
persamaan momen lentur (momen bengkok).
σb M b .e F.a. 12 b I
I
Tegangan yang terjadi sebelah kanan sumbu y – y : σi F F.a. 1 b
2
A I
A
π
4
D 2
d2
π
25 2
20 2 177 cm 2
8 cm
4
20 cm
Tegangan langsung: 25 cm
σn A
F 2000 kg / cm
177 11,3 2
1. TEGANGAN
Contoh Tegangan normal dan bengkok
Momen tahanan penampang (modulus section):
Z
e
I
64
25
π 4
20 4
1
905 cm3
12,5
Momen bengkok:
M F l 2000 50 kg.c
100.000 m
Tegangan bengkok:
σ b M 100.000
110,5 kg /
cm2
Z 905
Tegangan pada sebelah kanan penampang normal:
F F.a. 1 b 2
σ i A 2 I 11,3 110,5 121,8 kg /
(Tegangan tarik)
cm
Tegangan pada sebelah kiri penampang normal:
F F.a. 1 b 2
σ i A 2 I 11,3 110,5 99,2 kg / cm (Tegangan tekan)
1. TEGANGAN
b. Tegangan normal dan geser
y
y
y
xy
xy
x x dy x
x dx x
xy xy xy xy
y y
a b
a) Pada umumnya jika satu elemen bidang dipindahkan dari induk (body)
maka akan terkenai tegangan normal x dan y bersama dengan
tegangan geser xy seperti gambar.
b) Tegangan normal dan geser untuk bidang tersebut dinyatakan dengan
dan , maka diperoleh persamaan:
σ σ σ σ
σ x
x
y y
cosxy 2θ τ
2 2
sin 2θ
σ σ
τ x
sin 2θ
y
xy cos
τ 2 2θ
1. TEGANGAN
b. Tegangan normal dan geser
Terdapat beberapa nilai sudut yang memberikan nilai tegangan
maksimum untuk tegangan x , y dan xy. Nilai maksimum dan
minimum tegangan ini disebut dengan tegangan pokok (principal stresses)
dan dinyatakan dengan:
2 2
xy x 2
dan xy x 2
2
xy
2
xy
max min
y
y
Tegangan2geser maksimum dan minimum adalah: 2
y
max,min
x
2
xy
2
2
Dari uraian diatas diperoleh tegangan tarik maksimum:
2
σ t(max) σ t 1 σ 2
s
4τ 2t 2
Tegangan geser maksimum adalah:
τ s(max) 1 σ t2 4τs 2
2
1. TEGANGAN
Contoh Tegangan normal dan geser
Crank pin
F Crank web
1500 kg
Crank shaft
140
80
120
1. TEGANGAN
Penyelesaian;
Momen bengkok pada pusat bantalan crank shaft adalah:
Tegangan bengkok:
π π 83 209
3
16 d
1. TEGANGAN
Penyelesaian;
Tegangan normal maksimum adalah:
σt 1
σ t(max) 2
σt
2 4τ s
2
2
358 1 3582 4 2092 454 kg /
cm 2
2
Tegangan geser maksimum:
2
2
τ s(max) 1 σ t2 4τ s
2
1 3582 4 2092 275 kg /
cm2
2