Askep Hisprung
Askep Hisprung
2
Pengertian
1) Periode Neonatal
Pengeluaran mekonium yang terlambat (lebih dari 24-28 jam pertama)
Muntah hijau dan distensi abdomen.
Gejalanya berupa diarrhea
Distensi abdomen
Feces berbau busuk dan disertai demam
2) Anak
Pada anak yang lebih besar, gejala klinis yang menonjol adalah konstipasi kronis
Gizi buruk (failure to thrive)
Dapat pula terlihat gerakan peristaltic usus di dinding abdomen
Jika dilakukan pemeriksaan colok dubur, maka feces biasanya keluar menyemprot, konsistensi semi-liquid dan
berbau tidak sedap
Penderita biasanya buang air besar tidak teratur, sekali dalam beberapa hari dan biasanya sulit untuk defekasi.
Patofisiologi 6
Penatalaksanaan 7
1. Medis
Konservatif.
Tindakan bedah sementara.
Tindakan bedah defenitif.
2. Pembedahan
Pembedahan dilakukan dalam 2 (dua) tahap mula-mula dilakukan
kolostomi loop atau double-barrel sehingga tomus dan ukuran usus
yang dilatasi dan hipertropi dapat kembali normal. (memerlukan waktu
kira-kira 3-4 bulan).
Prosedur Duhamel
Prosedur Swenson
Prosedur Soave
8
3. Perawatan
Perhatikan perawatan tergantung pada umur anak dan tipe
pelaksanaannya bila ketidakmampuan terdiagnosa selama
periode neonatal, perhatikan utama antara lain :
Membantu orang tua untuk mengetahui adanya kelainan
kongenital pada anak secara dini
Membantu perkembangan ikatan antara orang tua dan anak
Mempersiapkan orang tua akan adanya intervensi medis
( pembedahan )
Mendampingi orang tua pada perawatan colostomy setelah
rencana pulang.
Pemeriksaan Penunjang 9
1. Pemeriksaan colok anus
Pada pemeriksaan ini jari akan merasakan jepitan dan pada waktu jari
dilepaskan tinja akan menyemprot. Pemeriksaan ini untuk mengetahui juga bau
dari tinja karena kotoran yang yang menumpuk dan menyumbat pada usus di
bagian bawah terlalu lama akan terjadi pembusukan.
2. Radiologi
Yaitu dengan memasukkan suatu cairan zat radioaktif melaui anus, sehingga
nantinya dapat terlihat jelas saat difoto roentgen, sampai sejauh manakah usus
besar yang terjadi pembesaran.
3. Biopsi
Biopsi rektum untuk melihat ganglion pleksus submukosa meisner, apakah
terdapat ganglion atau tidak. Pada penyakit hirschprung ganglion ini tidak
ditemukan.
4. Laboratorium Darah
Tidak ditemukan adanya sesuatu yang khas kecuali jika terjadi komplikasi,
misal: enterokolitis atau sepsis .
Komplikasi 10
Kebocoran Anastomose (penggabungan dua ujung usus
yang sehat setelah usus yang sakit usus dipotong oleh
dokter bedah)
Stenosis (penyempitan)
Enterokolitis (suatu keadaan dimana lapisan dalam usus
mengalami cedera dan meradang)
Gangguan Fungsi Sfinkter
11
1. Pengkajian
a. Identitas klien
Nama, Tanggal lahir, Umur, Jenis kelamin, Agama, Suku bangsa, Status pernikahan,
Pekerjaan, Alamat, diagnosa medis, tanggal pengkajian, tanggal masuk RS, N.Rm.
b. Keluhan utama
ibu klien mengatakan, sulit BAB, distensi abdomen, kembung, muntah.
c. Riwayat kesehatan sekarang
ibu klien mengatakan, Kembung, pasien muntah setelah minum susu, muntah sejak 1
hari yang lalu.
d. Riwayat kesehatan dahulu
ibu klien mengatakan, Tidak ada penyakit terdahulu yang mempengaruhi terjadinya
penyakit Hirschsprung.
e. Riwayat kesehatan keluarga
ibu klien mengatakan, tidak ada anggota keluarganya yang memiliki sakit seperti
anaknya.
12
f. Nutrisi
ibu klien mengatakan, Nutrisi kurang dari kebutuhan karena anak malas makan,
mual dan muntah
g. Istirahat tidur
ibu klien mengatakan, klien terkadang mengalami kesulitan tidur, karna kesulitan
dalam bernafas akibat abdomen membesar dan distensi abdomen.
h. Personal hygine
ibu klien mengatakan selama di rumah sakit anknya mandi 1x dalam 1 hari.
i. Eliminasi
ibu klien mengatakan saat BAK tidak mengalami gangguan, tetapi saat BAB
mengalami konstipasi.
j. Psikososial
ibu klien tetap menjalani ibadah tepat pada waktunya, terkadang merasa cemas saat
melihat kondisi anaknya.
k. Keadaan umum
1. GCS
Eye= Verbal= Motorik=
13
2. Vital sign
1. Suhu: ºc
2. Nadi: x/menit
3. Respirasi: x/menit
4. Tekanan darah:
m. Pemeriksaan fisik
1. Kepala :inspeksi : bentuk simetris, tidak ada lesi.
Palpasi : saat ditekan tidak ada nyeri tekan.
2. Mata :inspeksi : bentuk simetris, sklera bening, konjungtiva an anemis
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
3. Hidung :inspeksi : bentuk simetris, tidak ada lesi,dan tidak ada sekret
Palpasi : tidak ada nyeri tekan.
4. Telinga :inspeksi : bentuk simetris, telinga bersih
Palpasi : tidak ada nyeri tekan.
14
5. Mulut :inspeksi : mukosa bibir lembab, kebersihan gigi baik.
6. Leher :inspeksi : tidak ada pembesaran jaringan limfatik di kedua sisi orofaring.
7. Kardiovaskuler
inspeksi : bentuk dada simetris, saat bernafas pengembangan rongga dada sama
Palpasi : tidak ada benjolan pada bagian aorta dan pulmonal
Perkusi : biasanya saat di perkusi suara redup pekak.
Auskultasi : saat di auskultasi tidak ada suara tambahan (ronkhi, murmur)
8. Paru paru
inspeksi : biasanya bentuk dada simetris (normal)
Perkusi: saat di perkusi ada nyeri tekan
Auskultasi : irama nafas tidak teratur karna membesarnya abdomen
Palpasi : pergerakan paru paru sama.
15
9. Abdomen
inspeksi : perut tampak buncit, tidak ada lesi
Palpasi : saat ditekan adanya nyeri tekan.
Auskultasi : bising usus tidak normal
Perkusi : perut kembung, dan tegang.
10. Gasointenstinal
Palpasi : saat di palpasi adanya nyeri tekan pada usus
11. Integumen
Inspeksi : adanya gangguan integritas kulit post op.
Palpasi : ada nyeri tekan post op
12. Muskuloskeletal
inspeksi : klien terlihat tidak nyaman, dan lemas
Diagnosa Keperawatan 16