Anda di halaman 1dari 31

The Campus

Coffee Shop:
Caffeine
Conundrums
PBL Biokimia Blok 6 - Kelompok B3
Introduction Part I
01&02
1. List common foods/drinks that are sources of caffeine. How much caffeine is found in each?
2. What is the chemical structure of caffeine? What class of chemical molecules does caffeine belong to?

Kafeina atau kafein merupakan suatu zat psikoaktif yang memiliki efek stimulan bagi tubuh.
Jenis makanan dan minuman yang mengandung kafein antara lain adalah kopi 9,3% atau setara 80-120mg/ sajian, teh 13,2%
setara 180mg/ sajian , minuman ber-energi 34,3% atau setara 250mg/sajian dan juga coklat.

Kafein adalah senyawa alkaloid yang termasuk jenis metilxanthine (1,3,7-trimetilxanthyne) atau C8H10N4O2
.
03 Part I

3. What are common physiological effects of caffeine


consumption?

Meningkatkan denyut jantung yang membuat kita terjaga dan


tidak mengantuk serta meningkatnya konsentrasi.
04 Part I
4. Where in the body does caffeine act?
• Kafein (1,3,7-trimethylxanthine)  alkaloid.
• efek kafein 
• stimulasi fungsi pada otak
• peningkatan pada suasana hati
• adanya perubahan pada kinerja fisik
• mengurangi resiko dari perkembangan penyakit degeneratif kronis
• penyakit parkinson dan alzheimer serta terdapat efek
hepatoprotektif. 1

norepinefrin Lonjakan energi


Fokus
Reseptor adenosin Reseptor Peningkatan kesadaran
Kafein A1, A2A,A2B,A3 dopaminergik
Neurotransmiter Dopamin Motivasi
Percaya diri
Lebih positif
serotonin
05 Part I
5. Propose reasons why Alex and Jenna feel the need to consume
caffeine while Sally does not. Why does Jenna feel that she needs more
caffeine than Alex?

Setiap individu memiliki batas maksimum dalam menerima asupan kafein.


Faktor endogen dan faktor lingkungan mempengaruhi metabolism kafein
pada setiap individu. Mekanisme kafein mempengaruhi tubuh dengan
memblokir reseptor adenosine, yang membuat terjadinya sekresi
katekolamin : adrenalin, dopamine, dan serotonin. Kafein memberikan
efek pada ketahanan mental dan fisik, lebih berkonsentrasi, menghilangi
kelelahan juga ngantuk. Selain itu kafein juga memberikan efek
ketergantungan terhadap setiap individu hal ini karena terjadinya
penurunan nutrisi, dan gangguan penyerapan nutrisi. Selain itu kafein
juga memiliki efek samping dimana dapat meningkatkan kadar asam
lambung.2 Adiksi kafein berarti dimana seseorang menjadi ketagihan
terhadap kafein. Apabila konsumsi kafein dihentikan secara tiba-tiba akan
membuat efek yang tidak enak seperti sakit kepala, mual, rasa lelah,
Part II – Cell Biology and Signal Transduction
01
1. What are g-protein coupled receptors? Where are these receptors
located in the cell? How do they work? Draw a diagram
• g-protein coupled receptors adalah reseptor yang memegang kunci utama dalam rangsangan
dari luar sel untuk sinyal masuk kedalam sel2. Reseptor ini terdapat pada membrane sel. cara
kerja reseptor ini disebut juga GTP-binding Protein, restor ini juga disebut sebagai reseptor 7-
transmembrane karena semua reseptor-reseptor ini memiliki structural yang sama dalam
melewati membrane plasma3. Cara kerja GTP-binding protein adalah sebagai berikut:

• Pada intinya G-protein binding ini memiliki 3 kompleks alpha, beta dan jug gamma. Pada
kompleks alpha protein ini membawa GDP (Guanosin Diphospat) pada saat tidak aktif. Proses
terjadi sinyal dimulai pada saat ligan berupa hormone atau neurotransmitter lainnya mengikat
pada GPCR (G-protein coupled receptors) yang merupakan protein transmembrane yang
mengalami perubahan bentuk yang membuatnya dapat berinteraksi dengan protein G. Sebagai
respon dari interaksi tersebut, kompleks alpha pada protein G mengalami perubahan yang

The caff eine Campus


disebabkan oleh lepasnya GDP dan terikatnya GTP (Guanosin Triphospat) berlangsungnya
perubahan ini mengakibat kan aktifnya G-protein. Aktifnya g-protein ini membuat kompleks alpha
terpisah dari kompleks beta dan gamma yang masing-masing menjadi subunit aktif.

• Subunit alpha akan meregulasi enzyme yang nantinya akan mengkatalase reaksi dan menciptakan
second massager, second massager ini bagai pengeras dari sinyal pertama yang diterima sel dari
ligan. Pada banyak kasus hal ini akan mengaktifkan protein kinase yang merupakan enzyme yang
akan menforforilasi target protein tertentu yang nantinya akan memberikan respond biologis
terhadap neurotransmitter atau pun hormone.
Part II – Cell Biology and Signal Transduction
02
What is an antagonist for a receptor? What would an antagonist do? Draw a diagram to explain this

Reseptor  molekul protein  menerima sinyal kimia.


• Reseptor  molekul protein  menerima sinyal kimia.
• Sinyal kimia  agonis ataupun antagonis.
– Agonis  sinyal kimia yang alami terhadap reseptornya.
– antagonis  senyawa lain yang bertujuan untuk
menghalangi/mencegah sinyal kimia tersebut.
• kompetitif antagonis
• non-kompetitif antagonis

The caff eine Campus


Part II – Cell Biology and Signal Transduction
03
3. How would caffeine binding to an adenosine receptor affect the
activity inside the neuron? Refer to your diagram for Question 1.

• Untuk sel saraf, kafein terlihat seperti adenosin: Kafein berikatan dengan reseptor
adenosin.
• Kafein membangunkan Anda dengan mengelabui reseptor adenosin. Karena adenosin
dibuat di
• otak, ia berikatan dengan reseptor adenosin. Ikatan ini menyebabkan kantuk dengan
memperlambat aktivitas sel saraf. Di otak, ini juga menyebabkan pembuluh darah

The caff eine Campus


membesar, kemungkinan
• Besar membiarkan lebih banyak oksigen masuk ke organ itu selama tidur
4 . Ad e n o s i n e i n h i b i t s o t h e r n e u ro n s i n t h e b r a i n . S p e c i fi c a l l y , i t i n h i b i t s t h e

re l e a s e of exc i t a t o r y n e u ro t r a n s m i t t e r s and d e c re a s e s the e ff e c t of

04 dopamine. During the day, adenosine levels rise, and adenosine acts on its

re c e p t o r t o i n h i b i t o t h e r n e u ro n s . S p e c i fi c a l l y , w h a t e ff e c t s w o u l d c a ff e i n e

have?
Efek kafein pada otak menyebabkan peningkatan neuron firing. Kelenjar pituitari
merasakan aktivitas ini dan berpikir semacam darurat harus terjadi, jadi kelenjar ini
melepaskan hormon yang memberi tahu kelenjar adrenal untuk menghasilkan
adrenalin ( epinefrin). Adrenalin adalah Hormon “fight or fight” dan memiliki
sejumlah efek pada tubuh anda seperti:
• Pupil mata Anda membesar.
• Jalan napas terbuka (inilah sebabnya orang yang menderita serangan asma parah
kadang disuntik dengan epinefrin).
• Jantung berdetak lebih cepat
• Pembuluh darah di permukaan mengerut untuk memperlambat aliran darah dari
luka dan Meningkatkan aliran darah ke otot
• Tekanan darah meningkat
• Aliran darah ke perut melambat
• Hati melepaskan gula ke aliran darah untuk energi ekstra
• Otot-otot menegang, siap bereaksi.
5. How does caffeine get into the brain? 05
Hint: Look at the chemical structure of
caffeine.
Kafein secara struktural mirip dengan adenosin, yang
ditemukan di otak kita. Kedua molekul larut dalam air dan
lemak sehingga mereka dengan mudah melewati barier
darah-otak.
Di otak, adenosin melindungi kita dengan memperlambat
aktivitas sel saraf. Karena strukturnya yang serupa, kafein
berikatan dengan reseptor adenosin. Karenanya kafein,
tidak hanya menghambat kemampuan adenosin untuk
memperlambat aktivitas saraf, tetapi juga meningkatkan
aktivitas saraf, membuat kita terstimulasi, lebih waspada,
berenergi, dan bahkan gelisah.
Caffeine &
Parkinson’s Disease
1. Biological basis for Parkinson’s Disease Part III
(pd), specific molecules and cells in the
pathogenesis pd, groups of people are most
affected & treatments for PD.
• Penyakit Parkinson (Parkinson’s Disease (PD))-> penyakit
neurologis, umum terjadi pada orang lanjut usia sekitar umur 60
tahun (penyakit degeneratif).
• Mempengaruhi sel-sel saraf di bagian otak pada basal ganglia dan
substantia nigra ini tidak menghasilkan neurotransmitter dopamin
untuk menyampaikan pesan merencanakan dan mengendalikan
pergerakan tubuh.
• Tidak diketahui penyebabnya. Ketika 80% dopamin hilang, akan
Gambar 1. Bagian lintas otak. Dorongan untuk gerakan tubuh dimulai di korteks motorik otak. Ganglia Part III
basal bertanggung jawab untuk mengaktifkan dan menghambat sirkuit spesifik atau loop umpan balik.

• Gerakan-> Informasi datang ke area pusat otak (striatum) & substantia nigra-> impuls dari
sumsum tulang belakang ke otak. Ganglia basalis & otak kecil-> Gerakan halus dan lancar.
Impuls neuron ke neuron-> otak ke sumsum tulang belakang -> otot-otot.
• Ketika reseptor dopamin di striatum < maka ganglia basal terlalu distimulasi, nukleus
subthalamic (STN) menjadi terlalu aktif (rem) pada globus pallidus interna (GPi)->
penutupan Gerakan & kekakuan. Ketika GPi mengalami stimulasi berlebih-> efek
penghambatan berlebih pada thalamus-> menurunkan output thalamus dan tremor.
Part III
Gambar 2. Ilustrasi yang menunjukkan lokasi substantia nigra. Sumber: veteranshealthlibrary.org.

Gambar 3. Representasi skematis dari kategori ganglion utama oleh Henry Gray. Lokasi basal ganglia di atas thalamus dan substantia nigra di bagian atas batang otak tepat di bawah thalamus. Sumber: Gray’s Anatomy, courtesy bartleby.com

• Dopamin ditentang oleh neurotransmitter


asetilkolin. PD-> sel” penghasil dopamin
sekarat. Tremor & kekakuan terjadi saat
dopamin < untuk mengirimkan pesan.
Glutamat, neurotransmitter lain muncul ketika
kekurangan dopamin.
• Urutan perkembangannya-> mempengaruhi
inti motorik dorsal saraf vagus & umbi
olfaktorius-> lokus coeruleus-> substantia
nigra. Area kortikal otak dipengaruhi pada
tahap selanjutnya.
Part III

• Mutasi pada gen PARK mempengaruhi fungsi


dan kelangsungan hidup sel-sel saraf yang
penting untuk pergerakan, keseimbangan,
dan koordinasi yang normal.
• Mutasi pada tiga gen (SNCA, UCHL 1, dan
LRRK 2) (pewarisan dominan).
• Mutasi pada tiga gen lain (PARK 2, PARK 7,
dan PINK 1) (pewarisan resesif).
Part III
Usaha Penyembuhan (Treatment)

• Terapi gen-> memperbaiki gen salah/memberi fungsi baru. Vektor


paling efektif adalah virus sangat kecil yang tidak menyebabkan
peradangan/respons imun.
• Penyisipan bedah Neurotransmitter Penghambat-> nukleus
subthalamic (target stimulasi otak dalam) terlalu aktif &
neurotransmitter penghambat melalui bedah untuk menenangkan
aktivitas di area otak tersebut.
• Enzim AADC: Mengubah Levodopa menjadi Dopamin-> karena
efektivitas penggantian dopamin berkurang-> substansia nigra
secara perlahan kehilangan kemampuannya membuat enzim yang
mengubah levodopa menjadi dopamin.
Part III

• Pengobatan Simtomatik-> meringankan gejala motorik dan


nonmotorik, menunda perkembangan penyakit, mengelola efek
samping pengobatan, dan mengevaluasi kembali ketika gejala
berubah.
• Penggantian Dopamin-> penggantian dopamin dengan levodopa.
Efek samping diatasi dgn, inhibitor pengurangan pemecahan
dopamin dalam sistem saraf perifer, inhibitor dopa decarboxylase
inhibitor (carbidopa dan benserazide) memungkinkan levodopa dosis
rendah digunakan. Di otak, dopamin dipecah & dibuat tidak aktif
oleh 2 enzim, MAO (monoamine oxidase) & COMT (catechol-O-
methyl transferase) untuk mencegah pemecahan dopamin sehingga
lebih banyak. Bradikinesia & kekakuan merespon terbaik, tremor
hanya sedikit berkurang. Masalah dengan keseimbangan dan gejala
lainnya mungkin tidak berkurang sama sekali. 
Part III

• Patch Transdermal dan Gel usus-> meningkatkan waktu “on”


dan mengurangi fluktuasi dan diskinesia yang tidak aktif.
• Agonis Dopamin-> molekul yang berikatan dengan reseptor
dopamin post-sinaptik dan meniru peran dopamin dalam otak,
menyebabkan respons yang mirip dengan dopamin itu sendiri.
• Amantadine (Symmetrel)->antagonis lemah reseptor glutamat
tipe NMDA, meningkatkan pelepasan dopamin dan menghambat
pengambilan kembali dopamin dalam sinaps.
• Antikolinergik-> memblokir asetilkolin neurotransmitter di sistem
saraf pusat dan perifer berguna untuk mengurangi gejala motorik
dan kekakuan.
• Beberapa obat: clozapine (Clozaril, FazaClo) untuk psikosis,
penghambat cholinesterase untuk demensia, dan modafinil untuk
kantuk di siang hari. Penggunaan reguler obat antiinflamasi non-
steroid (NSAID), selain acetaminophen dan aspirin), memiliki risiko
lebih rendah terkena PD.
Part III
• Stimulasi Otak Dalam (DBS)->
Penderita fluktuasi motorik dan tremor yang tidak
terkontrol dan tidak toleran oleh obat. Gambar 6. Diagram Stimulasi
Otak Dalam. Sumber: NIMH, nd

Bedah generator denyut implant (neurostimulator) ini


mengontrol aliran arus ke daerah otak tertentu melalui
lampiran pada timah DBS yang ditanam. DBS elektroda
ditempatkan, impuls listrik dikirim untuk melihat
penempatan mana yang memberikan pengurangan
terbaik dalam tremor. Setelah tempat yang efektif
ditemukan, elektroda dipasang pada tengkorak.

• Terapi Sel Induk-> mampu mereproduksi diri dengan


pembelahan menjadi sel anak yang identik. Sel punca
mampu menghasilkan sel progenitor yang lebih spesifik
yang selanjutnya dapat berdiferensiasi menjadi satu
atau lebih tipe sel fungsional.
2. What questions could Sally ask her grandfather about pd
02
that might be useful for the students’ biology project?

• Dia akan bertanya kepada kakeknya


apakah dia dulu sering meminum kopi?
• Pertanyaan itu akan membantu
melengkapi data yang mereka
butuhkan
The caff eine Campus
3. Based on the graph below, what do you conclude about Parkinson’s Disease? What other information
03 would you need to properly assess the data? Propose additional ways of performing this experiment in a

more controlled environment. What variables would you need to consider in your experimental design?

Dari dara tersebut, dapat dilihat bahwa orang yang


mengonsumsi lebih banyak kafein, dapat
mengurangi resiko untuk mendapatkan penyakit
Parkinson’s. Namun untuk memastikan bahwa itu
benar, selain memfokuskan konsumsi kafein, kita
The caff eine Campus

juga butuh melihat gaya hidup orang-orang


tersebut, pola makan, dan juga faktor resiko
lingkungan. Hal-hal tersebut juga dapat dijadikan
variable dalam observasi penyakit Parkinson’s.
4. Generate hypotheses to explain your conclusion(s) above. Suggest experiments to test your proposed
04 hypotheses. Be sure to include appropriate controls in your experiments.

Berdasarkan kesimpulan di atas saya mengambil hipotesis bahwa


selain kafein yang bisa menurunkan faktor risiko terkena Parkinson
tapi harus juga dibarengi dengan pola hidup yang sehat seperti rutin
berolahraga dan menjaga pola makan yang sehat. Jadi, saya
menyarankan untuk melakukan uji dalam berolahraga yang rutin dan
menjaga pola makan yang sehat untuk bisa semakin meningkatkan
pencegahan dari penyakit Parkinson dan untuk kontrolnya adalah
The caff eine Campus

rutin berolahraga dan menjaga pola makan yang sehat dan bergizi.
5. Would caffeine be considered an effective treatment option for Parkinson’s Disease? Why or why not?
05
Caffein dapat di pertimbangkan menjadi treatment yang
effektif untuk penderita Parkinson diseases

Bahwa kafein dapat membantu mengobati PD


karena dapat memusuhi reseptor adenosin
A2A dan perubahan inflamasi pada BG. Selain
itu, kafein dapat mencegah kematian sel
apoptosis dengan menurunkan aktivitas
caspase-3 yang diinduksi oleh neurotoksin
The caff eine Campus

seperti MPP +, serta mengurangi jumlah inti


terfragmentasi apoptosis. Dengan melakukan
hal itu dapat menghentikan penghancuran
neuron dopaminergik dan bertindak sebagai
agen sitoprotektif.
Caffeine and
Part IV
Addiction/Withdrawal 01

1. Although she is unaware, Jenna is suffering from caffeine


withdrawal. List common symptoms of caffeine withdrawal.

• Sakit kepala
• Mual
• Mengantuk
• Lekas marah
• Sulit konsentrasi
Caffeine and
Part IV
Addiction/Withdrawal 02

2. What is the timeframe for the onset of these symptoms? How


long can they last?

Biasanya, timbulnya gejala dimulai 12 hingga 24 jam setelah penghentian kafein,


memuncak pada 20-51 jam, dan dapat berlangsung hingga dua hingga sembilan
hari. Satu studi telah menunjukkan bahwa penarikan kafein terjadi setelah
sedikitnya tiga hari paparan kafein, dengan tingkat keparahan penarikan yang
diamati setelah tujuh atau 14 hari paparan.
Caffeine and
Part IV
Addiction/Withdrawal 03

3. Sally offers Jenna some medication to try to alleviate her headache,


which is caused by dilation of blood vessels in the brain. Explain why you
think many headache medications contain caffeine.

• Kafein memiliki penyusun utana yang merupakan turunan protein yaitu purin
xantin. Senyawa ini di dalam tubuh memiliki sifat analgetik karena memiliki
aktivitias untuk menghambat sintesis leukotrien dan prostaglandin yang dapat
mencegah nyeri kepala.

• Kafein sendiri pada saat sakit kepala menyebabkan penyempitan pembuluh


darah karena memiliki aktivitas inhibitor reseptor adenosin yang dimana pada
saat sakit kepala tubuh mengeluarkan banyak adenosin.
Part IV
Caffeine and
04
Addiction/Withdrawal
4. Compare and contrast “drug dependence” and “drug addiction.” Based on this
comparison, justify under which category you would place caffeine
consumption.
• Addiction : Kecanduan
• Kondisi tubuh dimana tidak bisa mengendalikan keinginan dan dorongan
yang tak tertahankan untuk menggunakan sesuatu yang bisa saja dalam
berbentuk obat/makanan. Kecanduann ini akan bahaya ketika pengguna
sampai mengalami gangguan dalam melakukan aktivitas maupun kerja
ataupun sosial.

• Dependence : Ketergantungan
• Kondisi tubuh dimana tubuh telah menyesuaikan diri dengan kehadiran
sesuatu seperti obat yang nantinya lama kelamaan tubuh akan kebal
terhadap efek obat tersebut. Reaksi kebal terhadap efek obat tersebut
membuat pengguna terkadang menaikkan dosis sendiri untuk mendapatkan
Caffeine and
Part IV
Addiction/Withdrawal 05
5. Explain the mechanism by which adenosine contributes to caffeine
dependence or addiction.

• Kafein dapat menstimulasi kerja otak dan membuat individu tetap


segar
• Adenosin menstimulasi otak agar neuron bekerja dengan lambat
sehingga membuat seseorang menjadi mengantuk
• Kafein dapat menggantikan adenosin karena memiliki struktur molekul
yang sama
• Memksa obat maka membuat banyak adenosinsehingga dapat
menggantikan kafein yang sudah habis membuat seseorang menjadi
ngantuk kembali
• Hal ini membuat seseorang menjadi terus menerus ingin
mengkonsumsi kafein
Caffeine and
Part IV
Addiction/Withdrawal 06

6. Explain how dopamine can contribute to caffeine dependence or addiction

Untuk mekanisme sifat psikostimulan kafein dan untuk masalah perdebatan sifat penguat dan
kecanduan kafein. Pertama, hasil ini mengecualikan bahwa sifat psikostimulan kafein terkait
dengan stimulasi penularan DA endogen di NAc. Laporan sebelumnya tentang peningkatan
konsentrasi DA striatal oleh kafein mengacu pada infus lokal obat pada konsentrasi yang tidak
tercapai oleh pemberian sistemik (Okada et al. 1997). Tidak mungkin bahwa sifat psikostimulan
kafein adalah hasil dari peningkatan DA di PFCX sebagai obat (antidepresan) yang dikenal untuk
meningkatkan DA di PFCX tetapi tidak dalam NAc yang tidak memiliki sifat psikostimulan
(Tanda et al. 1996). Daripada melepaskan DA, sifat psikostimulan kafein cenderung menjadi
hasil dari blokade reseptor A2a di striatum termasuk NAc (Dixon et al. 1996; Palmer dan Stiles
1995). Kegagalan untuk mengaktifkan transmisi DA mungkin terkait dengan sifat penguat
kafein yang relatif lemah.
Daftar Pustaka
1. Martono B, Udarno L. Kandungan Kafein dan Karakteristik Morfologi Pucuk (Pekoe)
dengan 3 Daun Muda (P+3) Enam Genotipe Teh. J Tanam Ind dan Penyegar. 2015;2(2):69.
2. Lany A. Hubungan Konsumsi Kafein Terhadap Kualitas Tidur dan Tekanan Darah pada
Karyawan Restoran Cepat Saji di Kota Padang. 2017;(2013):1–6.
3. Liveina AIGA. Program Studi Pendidikan Dokter Pattern and Side Effects of Caffeinated
Drinks Consumption Among Medical Students At Udayana. Fak Kedokt Univ Udayana.
2011;1–12.
4. Hastuti DS. Kandungan Kafein Pada Kopi dan Pengaruh Terhadap Tubuh. Media Litbangkes.
2015;25(3):185–92.
5. Sabarni S, Nurhayati N. Analisis Kadar Kafein Dalam Minuman Kopi Khop Aceh Dengan
Metode Spektroskopik. Lantanida J. 2019;6(2):141.
6. Caffeine: MedlinePlus [Internet]. Medlineplus.gov. 2020 [cited 6 April 2020]. Available
from: https://medlineplus.gov/caffeine.html
7. Ashton C. Caffeine and health. British Medical Journal. 1987;295(6609):1293.
8. Depaula J, Farah A. Caffeine consumption through coffee: content in the beverage,
metabolism, health benefits and risks. Brazil: MDPI Journal; 2019.5(37):h.15-9
9. Zulkifly S, Darmawan I, Tambunan V. Manfaat kopi untuk mencegah penyakit alzheimer.
Indonesia: CDK Jurnal; 2017.44(10):h.742-3
10.Yonata A, Saragih DGP. Pengaruh konsumsi kafein pada sistem kardiovaskular. 2016
Sept;5(3):43-49.
Daftar Pustaka
11.Williams L, Wilkins. Nutrition and Diagnosis-Related Care. 6 th ed. Philadelphia. 2008.
12.Winata SD. Gejala, diagnosis, dan tata laksana pada pasien peminum kafein yang
mengalami adiksi. 2015 Des;21(57).
13.Dwijatmoko Isa M. Efek Kafein pada Kesehatan dan Nutrisi.
14.Damayanti S. Reseptor P2Y G-Protein Couple Receptors (GPCRs): Target Menarik
Pengembangan Obat Baru. J Farm Galen. 2007;02(10).
15.Paola PIA, Roque M, Bull R. The Campus Coffee Shop : Caffeine. 2016.
16.Jakubowski H. Agonist and antagonist of ligand binding to receptors.USA: St. John's
University; 2019.
17.Salahudeen MS, Nishtala PS. An overview of pharmacodynamic modelling, ligand-
binding approachand its application in clinical practice. Arab Saudi: Saudi Pharm
journal; 2017; 25(2):.p. 165-175.
18.Garden, H., HowStuffWorks, Science, Science, Chemistry and Compounds, 2020. How
Caffeine Works.
19.Garden, H., HowStuffWorks, Science, Science, Chemistry and Compounds, 2020. How
Caffeine Works.
20.Ribeiro J, Sebastião A. Caffeine and Adenosine. Journal of Alzheimer's Disease.
2010;20(s1):S3-S15.
Daftar Pustaka
21. Temple JL, Bernard C, Lipshultz SE, Czachor JD, Westphal JA, Mestre MA. The Safety of Ingested Caffeine: A
Comprehensive Review. Front Psychiatry. 2017;8:80.
22. Cappelletti S, Piacentino D, Sani G, Aromatario M. Caffeine: cognitive and physical performance enhancer or
psychoactive drug? Curr Neuropharmacol. 2015 Jan;13(1):71-88.
23. Halliday GM, Leverenz JB, Schneider JS, Adler CH. The neurobiological basis of cognitive impairment in Parkinson’s
disease. Mov Disord. 2014;29(5):634–50.
24. Foundation P. A Guide to Parkinson’s Disease. 2018; Available from:
https://www.parkinson.org/sites/default/files/attachments/Parkinsons-Disease-Frequently-Asked-Questions.pdf
25. Lauren Robertson, BA, MPT. Parkinson’s disease: moving forward [Internet]. Atrain Education.2020 [cited 06 April
2020]. Available from: https://www.atrainceu.com/node/2266
26. Ross G. Association of Coffee and Caffeine Intake With the Risk of Parkinson Disease. JAMA. 2000;283(20):2674.
27. 2. Caffeine for treatment of Parkinson disease: A randomized controlled trial. Neurology. 2012;79(16):1744-1744.
28. Roshan M, Tambo A, Pace N. Potential Role of Caffeine in the Treatment of Parkinson’s Disease. The Open
Neurology Journal. 2016;10(1):42-58.
29. Sonsalla P, Wong L, Harris S, Richardson J, Khobahy I, Li W et al. Delayed caffeine treatment prevents nigral
dopamine neuron loss in a progressive rat model of Parkinson's disease. Experimental Neurology. 2012;234(2):482-
487.
30. Juliano L, Griffiths R. A critical review of caffeine withdrawal: empirical validation of symptoms and signs,
incidence, severity, and associated features. Psychopharmacology. 2004;176(1):12-8.
31. Karima R,Ernazarova S, Hamilton RJ. Caffeine withdrawal [interne]. Drexel University College of Medicine. NCBI
Pubmed. 2019 [cited 07 April 2020]. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK430790/
32. Acquas E. Differential Effects of Caffeine on Dopamine and Acetylcholine Transmission in Brain Areas of Drug-naive
and Caffeine-pretreated Rats. Neuropsychopharmacology. 2002;27(2):182-193.
33. 6. Volkow N, Wang G, Logan J, Alexoff D, Fowler J, Thanos P et al. Caffeine increases striatal dopamine D2/D3
receptor availability in the human brain. Translational Psychiatry. 2015;5(4):e549-e549

Anda mungkin juga menyukai