Anda di halaman 1dari 22

DIVIDEND POLICY

(Kebijakan Dividen)
Nama NIM
1. Kovita Jihan Faadhilah B.211.18.0110
2. Rahma Sinta Wati B.211.18.0112
3. Esmiaty Handayani B.211.18.0128
4. Erika Putri Candra Lestari B.211.18.0139
5. Sinta Yolanda Sari B.211.18.0141
Daftar Pustaka
 http://
widmkl.blogspot.com/2014/06/kebijak
an-dividen-dividen-policy.html
 https://finance.binus.ac.id/2018/07/ca
sh-dividend-atau-stock-dividend/
 http://nichonotes.blogspot.com/2017/
12/contoh-soal-dividen-saham.html
 https://www.sahamok.com/edukasi/pe
ngertian-stock-split/
 https://analis.co.id/stock-split.html
 https://docplayer.info/60367820-Kebij
Pokok Bahasan
1. Pengertian Kebijakan Deviden
2. Faktor-Faktor yang mempengaruhi
Kebijakan Dividen
3. Stock Dividend (Dividen Saham)
4. Stock Split (Pemecahan Saham)
5. Stock Repurchases
(pembelian kembali saham)
6. Teori Kebijakan Deviden
Kata Pengantar
 Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena
berkat rahmat-Nya kami bisa menyelesaikan paper
yang berjudul Kebijakan Dividen. Paper ini diajukan
guna memenuhi tugas mata kuliah Manajemen
Keuangan Korporasi. Kami mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu sehingga
paper ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Paper ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu,
kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami
harapkan demi sempurnanya paper ini. Semoga paper
ini memberikan informasi bagi teman-teman dan
bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan
peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.
Pengertian Kebijakan Dividen
 Pengertian kebijakan dividen menurut Agus Sartono
menyatakan bahwa : “Kebijakan dividen adalah
keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan
akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai
dividen atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan
guna pembiayaan investasi di masa datang”.
 Sedangkan pengertian kebijakan dividen menurut Suad
Husnan dan Enny Pudjiastuti menyatakan bahwa :
“Kebijakan dividen adalah kebijakan yang menyangkut
tentang masalah penggunaan laba yang menjadi hak
para pemegang saham, pada dasarnya laba tersebut
bisa dibagi sebagai dividen atau ditahan untuk
diinvestasikan kembali”.
Faktor-Faktor yang mempengaruhi
Kebijakan Dividen
 Faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen
suatu perusahaan diantaranya adalah sebagai berikut :
1.   Kebutuhan Dana Untuk Membayar Utang
 Apabila suatu perusahaan akan memperoleh utang

baru atau menjual obligasi untuk membiayai


perusahaan, sebelumnya harus sudah direncanakan
bagaimana caranya untuk membayar kembali utang
tersebut. Utang dapat dilunasi pada hari jatuhnya
dengan mengganti utang tersebut dengan utang baru.
Atau alternatif lain ialah perusahaan harus
menyediakan dana sendiri yang berasal dari
keuntungan untuk melunasi utang tersebut.
2. Likuiditas
 Likuiditas perusahaan merupakan pertimbangan utama

dalam banyak kebijakan dividen. Karena dividen bagi


perusahaan merupakan kas keluar, maka semakin
besar posisi kas dan likuiditas perusahaan secara
keseluruhan akan semakin besar kemampuan
perusahaan untuk membayar dividen. Perusahaan
yang sedang mengalami pertumbuhan
dan profitable akan memerlukan dana yang cukup
besar untuk membiayai investasinya, oleh karena itu
mungkin akan kurang likuid karena dana yang
diperoleh lebih banyak diinvestasikan pada aktiva
tetap dan aktiva lancar yang permanen.
3. Tingkat Pertumbuhan Perusahaan
 Makin cepat tingkat pertumbuhan suatu

perusahaan, makin besar kebutuhan akan dana


untuk membiayai pertumbuhan perusahaan
tersebut. Makin besar kebutuhan dana untuk
waktu mendatang untuk membiayai
pertumbuhannya, perusahaan tersebut
biasanya lebih senang untuk
menahan earning nya daripada dibayarkan
sebagai dividen kepada para pemegang saham
dengan mengingat batasan-batasan biayanya.
4. Keadaan Pemegang Saham
 Jika perusahaan itu kepemilikan sahamnya relatif tertutup, manajemen

biasanya mengetahui dividen yang diharapkan oleh pemegang saham


dan dapat bertindak dengan tepat. Jika hampir semua pemegang saham
berada dalam golonganhigh tax dan lebih suka memperoleh capital
gains, maka perusahaan dapat mempertahankan dividend payout
ratioyang rendah. Dengan dividend payout ratio yang rendah tentunya
dapat diperkirakan apakah perusahaan akan menahan laba untuk
kesempaan investasi yang profitable. Untuk perusahaan yang jumlah
pemegang sahamnya besar hanya dapat menilai dividen yang
diharapkan pemegang saham dalam konteks pasar.
5. Pembatasan Hukum
Pembatasan hukum tertentu bisa membatasi jumlah dividen yang bisa
dibayarkan perusahaan.
 Menurut Arthur J Keown, at al menyatakan bahwa batasan hukum

yaitu  Pembatasan menurut Undang-Undang, dapat mengahalangi


perusahaan dalam membayar dividen.
6. Pengawasan Terhadap Perusahaan
 Ada perusahaan yang mempunyai kebijakan hanya

membiayai ekspansinya dengan dana yang berasal dari


sumber interen saja. Kebijakan tersebut dijalankan atas
dasar pertimbangan bahwa kalau ekspansi dibiayai
dengan dana yang berasal dari hasil penjualan saham
baru akan melemahkan control dari kelompok dominan
di dalam perusahaan. Demikian pula kalau membiayai
ekspansi dengan uang akan memperbesar risiko
financialnya. Mempercayakan pada pembelanjaan
interen dalam usaha mempertahankan control terhadap
perusahaan, berarti mengurangi dividen payout
ratio nya.
Stock Dividend (Dividen Saham)
 Stock dividend adalah dividend yang
dibayar dalam bentuk lembar saham
sehingga jumlah saham beredar akan
meningkat sejumlah dividend saham.
Perusahaan memberi stock dividend
dikarenakan tidak cukup uang kas
pada periode tersebut.
Contoh Stock Dividend
 Pada tanggal 06 Juli, PT Blimbing mengumumkan membagikan
dividen saham sebeasr 25 % dari saham PT Blimbing yang beredar.
Dividen saham akan diterbitkan pada tanggal 15 Agustus kepada
para pemegang saham perusahaan.

 Nilai pasar saham perusahaan saat tanggal pengumuman (06 Juli)


adalah Rp 2.000 perlembar saham. PT Blimbing memiliki saham
yang beredar sebanyak 60.000 lembar saham. Nilai nominal
saham PT Blimbing Rp 1.500 perlembar saham.

 Penyelesaian :
Pencatatan Dividen Saham Sebesar NILAI NOMINAL
 Keterangan :
 Utang Dividen Saham Biasa = persentase
pembagian dividen X nominal saham X
saham beredar
 Utang Dividen Saham Biasa = 25% X Rp
1.500 X 60.000 = Rp 22.500.000
 Laba Ditahan = persentase pembagian
dividen X nominal saham X saham beredar
 Laba Ditahan = 25 % X Rp 1.500 X 60.000
= Rp 22.500.000
Stock Split (Pemecahan Saham)
 Stock split adalah pemecahan jumlah
lembar saham menjadi jumlah
lembar yang lebih banyak dengan
menggunakan nilai nominal yang
lebih rendah per lembar sahamnya
secara proporsional.
Contoh Stock Split
 Diketahui:
 Perusahaan PT Mayora Indah Tbk dengan kode saham MYOR akan melakukan pemecahan saham
pada 3 Agustus 2016 dengan rasio pemecahan unit saham 1 : 25
 Adapun Nilai Nominal lama saham MYOR adalah Rp500 per lembar, dan harga pasar saat
Akhir (Cum) perdagangan saham dengan nilai nominal Rp500 adalah berada di kisaran
Rp39.700-an

 Pertanyaannya:
 Berapakah nilai nominal baru saham MYOR setelah stock split?
 Berada di kisaran berapakah harga saham MYOR setelah melakukan pemecahan saham?

 Jawabannya (rumus):
 1. Nilai Nominal Baru
 = Nilai Nominal Lama/ Rasio Pemecahan Unit Saham
 = Rp500 / 25
 = Rp20
 Jadi nilai nominal baru saham MYOR ada Rp20 per lembar

 2. Kisaran Harga Saham


 = Harga Pasar Saham / Rasio Pemecahan Unit Saham
 = Rp39.700 / 25
 = Rp1.588
 Jadi kisaran harga MYOR setelah melakukan stock split adalah sekitar Rp1.588 per lembar.
Stock Repurchases
(pembelian kembali saham)
 Stock Repurchase Merupakan alternatif dari pembayaran dividen kas
pembelian kembali saham oleh perusahaan Pembelian dilakukan lewat
pasar sekunder Bursa Efek Saham yang dibeli masuk dalam rekening
treasury stock
 Keuntungan pembelian kembali saham:

1. Penghematan pajak
2. Pengumuman merupakan inyal positif
3. Pembayaran dividen umumnya dilakukan dengan pola stabil
4. Pemegang saham mempunyai pilihan (kas saham dijual, tidak investasi
saham kembali)
 Kerugian pembelian kembali saham

1. Pemegang saham mungkin memiliki preferensi berbeda antara dividen


kas dengan pembelian kembali saham
2. Perusahaan mungkin membayar harga pembelian kembali terlalu mahal
3. Pemegang saham yang menjual sahamnya barangkali tidak mengetahui
persis implikasi dan efek program pembelian saham kembali
Contoh Stock Repurchases
 PT ABC memiliki EAT tahun 2009 sebesar 200 juta dan 50% akan
didistribusikan kepada pemegang saham. Jumlah saham beredar
lembar. PT ABC dihadapkan pada pilihan untuk membeli kembali
lembar saham perusahaan lewat tender dengan harga Rp ,00/
lembar atau membagikannya sebagai dividen. Harga saham saat ini
adalah Rp ,00/ lembar. Alternatif 1 (pembayaran dividen)
Dividen/lembar saham = 100 juta/ = Rp2.000,00/lembar Alternatif 2
(pembelian kembali saham) EPS sekarang = 200 juta/ = Rp4.000,00/
lembar
 21 Stock Repurchase (Lanj.) PER sekarang = / = 5 x (PER dianggap
konstan) EPS setelah stock repurchase = 200 juta/ Harga saham
setelah stock repurchase Capital gains JADI: = Rp4.400,00/ lembar =
PER x EPS = 5 x = Rp22.000,00/ lembar = Rp2.000,00/lembar
Investor akan menerima hasil sama dari pembayaran dividen tunai
maupun pembelian kembali saham. Hal ini dipengaruhi oleh: 1.
Harga pembelian kembali saham 2. PER
Teori Kebijakan Deviden
Ada beberapa teori kebijakan dividen diantaranya yaitu:

1. Dividend Irrelevance Theory


Teori ini menyatakan bahwa kebijakan dividen perusahaan tidak
berpengaruh terhadap nilai perusahaan maupun biaya
modalnya. Peningkatan pembayaran dividen hanya
dimungkinkan jika laba yang diperoleh perusahaan juga
meningkat. Keuntungan yang diperoleh atas kenaikan harga
saham akibat pembayaran dividen akan diimbangi dengan
penurunan harga saham karena adanya penjualan saham baru.
Untuk itu, pemegang saham bisa menerima kas dari
perusahaan saat ini dalam bentuk pembayaran dividen atau
menerimanya dalam bentuk capital gain. Dijelaskan kembali
bahwa kemakmuran pemegang saham tidak dipengaruhi oleh
kebijakan dividen saat ini maupun di masa datang.
2. The Bird in Hand Theory
Teori ini menyatakan bahwa investor lebih merasa aman
untuk mendapatkan pendapatan berupa dividen dibanding
menunggu capital gain. Dividen lebih baik dari saldo laba
karena pada akhirnya saldo laba memungkinkan tidak akan
pernah terwujud sebagai dividen di masa depan. Biaya
ekuitas akan naik jika dividen dikurangi, karena pemegang
saham akan membayarkan keuntungan yang lebih tinggi
dan pertimbangan risiko dan kepastian akan reinvestasinya.
Sebaliknya, biaya ekuitas akan mengalami penurunan
seiring dengan peningkatan pembayaran dividen karena
investor kurang yakin akan penerimaan dari keuntungan
modal yang seharusnya berasal dari saldo laba ditahan
dibandingkan dengan penerimaan dividen.
3. Teori Clientele Effect
Teori ini menyatakan bahwa kelompok (clientele)
pemegang saham yang berbeda akan memiliki preferensi
yang berbeda terhadap kebijakan dividen perusahaan.
Kelompok pemegang saham yang membutuhkan penghasilan
pada saat ini lebih menyukai suatu Dividend payout Ratio
yang tinggi. Sebaliknya kelompok pemegang saham yang
tidak begitu membutuhkan uang saat ini lebih senang jika
perusahaan menahan sebagian besar laba bersih perusahaan.
Bukti empiris menunjukkan bahwa efek dari Clientele ini
ada. Tapi menurut MM hal ini tidak menunjukkan bahwa
lebih baik dari dividen kecil, demikian s ebaliknya. Efek
Clientele ini hanya mengatakan bahwa bagi sekelompok
pemegang saham, kebijakan dividen tertentu lebih
menguntungkan mereka.
4. Teori Perbedaan Pajak
Teori ini diajukan oleh Litzenberger dan Ramaswamy.
Menyatakan bahwa karena adanya pajak terhadap
keuntungan dividen dan capital gains, para investor lebih
menyukai capital gains karena dapat menunda pembayaran
pajak. Oleh karena itu investor mensyaratkan suatu tingkat
keuntungan yang lebih tinggi pada saham yang memberikan
dividend yield tinggi, capital gains yield rendah dari pada
saham dengan dividend yield rendah, capital gains yield
tinggi. Jika pajak atas dividend lebih besar dari pajak atas
capital gains, perbedaan ini akan makin terasa.
5. Teori Signaling Hypothesis
teori ini juga sulit dibuktikan secara empiris. Adalah nyata bahwa
perubahan dividen mengandung beberapa informasi. Tapi sulit
dikatakan apakah kenaikan dan penurunan harga setelah
adanya kenaikan dan penurunan dividen semata-mata
disebabkan oleh efek sinyal atau disebabkan karena efek
sinyal dan preferensi terhadap dividen.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai