Anda di halaman 1dari 24

PERSIAPAN PENCABUTAN GIGI

PADA PASIEN POST STROKE,


HIPERTENSI,
ANGINA PEKTORIS DAN DIABETES
MILITUS
PEMBIMBING OLEH :
DRG.MEISKE.E.PAOKI,SP LUSIA N.YARRU
.BM NIM
0110840201
PENDAHULUAN
PENCABUTAN GIGI (EKSTRAKSI
GIGI) adalah suatu prosedur
dental mengeluarkan gigi dari
soketnya. Pencabutan gigi
dikatakan ideal jika dalam
pelaksaannya tidak disertai
rasa sakit, trauma yang terjadi
pada jaringan sekitar gigi
seminimal mungkin, luka
pencabutan dapat sembuh
secara normal dan tidak
menimbulkan permasalahan
pasca pencabutan.
INDIKASI PENCABUTAN GIGI
Persistensi gigi sulung dan supernumerary teeth/crowding
teeth
 Penyakit periodontal yang parah
Gigi dengan karies yang dalam
Gigi yang terletak pada garis fraktur
Gigi impaksi
Tujuan ortodontik
Tujuan prostetik
Sebelum perawatan radioterapi
Pencabutan profilaksis
KONTRAINDIKASI RELATIF
PENCABUTAN GIGI
LOKAL SISTEMIK
Penyakit periapikal terlokalisir  Diabetes
Keberadaan infeksi oral  Hipertensi

Perikoronitis akut Penyakit jantung


 Pasien terapi steroid
Penyakit ganas
Kehamilan
Pencabutan gigi pada pasien
terapi radiasi  Diskrasia darah
Pasien terapi antikoagulan
Hepatitis
KONTRAINDIKASI MUTLAK
PENCABUTAN GIGI
LOKAL SISTEMIK
Gigi yang terlibat Leukimia
dalam malformasi  Gagal ginjal
arterio-vena
 Sirosis hati
 Gagal jantung
ANASTESI LOKAL

3 MACAM ANASTESI LOKAL


Anastesi Topikal
Anastesi Infiltrasi
Anastesi Blok
PENCABUTAN GIGI PADA
PASIEN POST STROKE
STROKE adalah manifestasi klinik dari gangguan fungsi serebral,
baik fokal maupun menyeluruh, yang timbul mendadak,
berlangsung lebih dari 24 jam (atau terkadang berakhir dengan
kematian sebelum 24 jam), yang disebabkan oleh gangguan
peredaran darah otak (WHO, 2013)
FAKTORSTROKE
RESIKO : Genetik, Riwayat
ISKEMIK penyakit
STROKE kardiovaskular,
HEMORAGIK
hipertensi
Disebabkan, merokok, obesitas,
oleh oklusi arteri diotakkondisi inflamasi
Disebabkan dan infeksi
oleh ruptur arteri , baik
yang dapat disebabkan trombus intracerebral maupun subarakhnoid.
dan emboli Hematom yang terbentuk akibat
Trombus -> obrstuksi aliran darah perdarhan intracerebral akan
akibat lumen PD atau sumbatan menyebabkan peningkatan TIK.
Emboli-> sumbatan PD dari tempat Perdarahan subarakhoid disebabkan
yang lebih proksimal oleh pecahnya aneurisma atau
malformasi arteri yang
perdarahannya masuk dalam
TANDA DAN GEJALA : pusing, vertigo, sakit
kepala yang parah, keringat berlebihan, dan
pucat, bernafas dengan lambat, nadi yang cepat,
kelumpuhan parsial atau seluruhnya dari salah
satu bagian atau seluruh tubuh, kesulitan
menelan
MANIFESTASI DALAM RONGGA MULUT :
atropi unilateral
PASIEN POST STROKE:
Gangguan mobilisasi
Perawatan diri
Komunikasi
Kemampuan kognisi dan sosialisasi
MEKANISME KESEMBUHAN
SARAF
1. Diduga ada perbaikan saraf antara 6-12 bln pertama,
meliputi proses resolusi oedema,resorbsi bahan-bahan
toksik, meningkatnya aliran darah setempat dan
sembuhnya sel saraf.
2. Neuroplastisitas adalah kemampuan sistem saraf
memodifikasi struktur dan fungsinya.
3. Dua hipotesa umum yg dianut adalah sprouting
(timbulnya juluran 2x saraf baru dari saraf yg hidup
ke saraf lesi)
dan unmasking (digunakannya juluran2x saraf laten).
PENGGUNAAN ANASTESI PADA PASIEN
POST STROKE :
Menunda perawatan dental selama enam bulan
karena pada masa tersebut rawan terjadi stroke
berulang
Setelah 6 bulan post stroke :
Menghentikan obat-obat anti-platelet seperti CP6 dan
aspelet 10-14 hari sebelum pencabutan gigi untuk
mengurangi efek perdarahan
 saat pencabutan penggunaan anastesi lokal yang
mengandung vasokonstriktor dengan dosis yang minimal
PENCABUTAN GIGI PADA
PASIEN HIPERTENSI
HIPERTENSI adalah peningkatan tekanan
darah persisten pada pembuluh darah arteri
dimana tekanan darah ≥140/90 mmHg
KLASIFIKASI TEKANAN DARAH TEKANAN DARAH
( WHO,2013 )
TEKANAN DARAH SISTOLIK (mmHg) DIASTOLIK (mmHg)
Normal <120 Dan <80
Prehipertensi 120-139 Atau 80-89
Hipertensi stage 1 140-159 Atau 90-99
Hipertensi Stage 2 ≥160 ≥100
Hipertensi Krisis >180 >110
American Hearth Asociation (AHA,2013)
GEJALA DAN TANDA Hipertensi biasanya
asimtomatik, Fase hipertensi yang berbahaya
biasa ditandai oleh nyeri kepala dan hilangnya
penglihatan
MANIFESTASI DALAM RONGGA MULUT
obat anti hipertensi dapat menimbulkan efek
xerostomia, adanya reaksi lichenoid(lesi
heterogen), sensasi mulut terbakar, hilangnya
sensasi rasa pada lidah, hyperplasia gingiva
sedangkan manifestasinya pada ekstraoral
biasanya timbul sialadenosis
PENGGUNAAN ANASTESI PADA PASIEN
HIPERTENSI :
dosis diberikan seminimal mungkin dengan injeksi yang
perlahan (Dosis maksimal epineprin 0,04 mg )
satu hingga dua kartrid 1,8 ml anestesi lokal yang
mengandung vasokonstriktor efektif digunakan pada pasien
dengan hipertensi atau gangguan kardiovaskular lainnya
Beberapa anastesi tanpa epineprin juga dapat diberikan:
mepivakain 3% atau prilokain 4%+vasokonstriktor minimal
bila anastesi belum kuat.
Obat-obat anti hipertensi beta-adrenergik, seperti
propranolol,
memiliki resiko terbesar terjadinya interaksi yang
merugikan
HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN
UNTUK PASIEN DENGAN HIPERTENSI
Apabila tekanan darah pasien 142/92-
200/110mmHg, tergantung pada prosedur
dental yang akan diberikan dan tingkat rasa
cemas dari pasien, perawatan dapat ditunda
sampai tekanan darah dapat terkontrol.
Apabila tekanan darah pasien diatas
200/110 mmHg, perawatan harus ditunda
sampai tekanan darah dapat terkontrol.
PENCABUTAN GIGI PADA
PASIEN ANGINA PEKTORIS
ANGINA adalah nyeri yang berat atau rasa tidak
enak di daerah retrosternal, yang bisa menjalar
ke leher, dan sering disertai rasa berat pada
lengan kiri
TANDA DAN GEJALA Sedangkan nyeri paling
sering dirasakan pada dada kiri atau di bawah
payudara. Pada angina murni, dimana pun
lokasinya, nyeri biasanya muncul saat aktivitas,
dan berkurang dengan istirahat kurang dari 5
menit
PATOFISIOLOGI ANGINA PEKTORIS
A. KORONER
BEBAN KERJA KEBUTUHAN O2 MENGALAMI
KEKAKUAN/
PENYEMPITAN

ISKEMIA
MENGGUNAKAN (KEKURANGAN
A. KORONER
GLIKOLISIS SUPLAI O2 DAN
TIDAK DAPAT
ANAEROB DARAH) MIOKARD BERDILATASI
DAN SEL”
MIOKARDIUM

HASIL AKHIR
NYERI DADA
MET.ANAEROB
PH SEL (ANGINA
(AS.LAKTAT AKAN
PEKTORIS)
TERTIMBUN)
KLASIFIKASI KLINIK DARI ANGINA
PEKTORIS
 

Angina Tipikal. (pasti)



Rasa tidak enak (“discomfort”) substernal dengan
kualitas dan lama yang karakterisrik dan dicetuskan
oleh aktivitas fisik atau stress emosi dan nyeri hilang
dengan istirahat atau nitrogliserin.

Angina Atipikal. (mungkin)


 Memenuhi 2 dari keluhan karakteristik diatas.

Nyeri dada Nonkardiak .



Memenuhi satu atau kurang dari angina tipikal
karakteristik diatas.
MANIFESTASI ANGINA PEKTORIS DALAM RONGGA MULUT
: obat-obatan dapat menyebabkan xerostomia,
hilangnya sensasi rasa pada lidah, dan stomatitis
PENGGUNAAN ANESTESI LOKAL PADA PASIEN DENGAN
ANGINA PEKTORIS
Penggunaan anestesi lokal dengan vasokonstriktor
diberikan seminimal mungkin sekitar 1-2 kartrid dengan
perbandingan 1:100.000 (mengandung 0.016-0.032
epinefrin).
Untuk pasien dengan riwayat angina yang tidak stabil
dan infark miokard (dalam 6 bulan terakhir), perawatan
yang diberikan harus ditunda terlebih dulu
PENCABUTAN GIGI PADA
PASIEN DIABETES MILITUS
DIABETES MIITUS : adalah suatu penyakit
atau gangguan metabolisme kronis dengan
multi etiologi yang ditandai dengan tingginya
kadar gula darah disertai dengan gangguan
metabolisme karbohidrat, lipid dan protein
sebagai akibat dari insufisiensi fungsi insulin
(WHO,1999)
KLASIFIKASI DIABETES MILITUS ( American diabetes
association, 2010)
GEJALA KHAS
Poliuri
Polidipsi
Polifagi GEJALA TIDAK KHAS
Lemah
Kesemutan
Gatal
mata kabur
disfungsi ereksi
pada pria
pruritus vulva pada
wanita.
KRITERIA DIAGNOSIS DIABETES MILITUS (WHO,
1999)
Mengalami gejala klasik DM dan kadar glukosa
plasma sewaktu ≥200 mg/dL.
Mengalami gejala klasik DM dan kadar glukosa
plasma puasa ≥126 mg/dL
Kadar gula
MANIFESTASI plasma 2MILITUS
DIABETES jam setelah
PADATes Toleransi
RONGGA MULUT
AbnormalitasGlukosa Oral (TTGO)
pada jaringan ≥200 mg/dL glossitis
benignmigratory
lunak dalam rongga mulut. fissured tongue
Penyakit periodontal ulser traumatic
(periodontitis dan gingivitis) lichen planus
Disfungsi pada kelenjar saliva  reaksi linchenoid(lesi
Disfungsi pada fungsi heterogen)
pengecapan angular cheilitis
PENGGUNAAN ANESTESI LOKAL PADA PASIEN DENGAN
DIABETES MILITUS

Pasien dengan diabetes tipe 1 atau tipe 2 secara umum dapat


menerima anestesi lokal apabila diabetesnya terkontrol dengan
baik.
Perhatian khusus harus diberikan pada pasien dengan diabetes
tipe 1 yang mendapatkan perawatan dengan dosis insulin yang
besar penggunaan vasokonstri harus diminimalisir untuk
mengurangi resiko terjadinya hipoglikemik.
Kandungan epinefrin yang terdapat pada satu hingga tiga
ampul anastetikum (0.018-0.054 mg) dianggap cukup untuk
meningkatkan resiko terjadinya komplikasi pada pasien dengan
diabetes tidak terkontrol (misalnya ketoasidosis dan
hiperglikemik), sehingga epinefrin tidak boleh diberikan hingga
diabetesnya terkontrol
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai