Askep Perioperatif 2

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 77

PROSEDUR

KHUSUS
PRE, INTRA DAN POST OPERATIF
(PERIOPERATIF)

By :
Mei Ahmadi, S. Kep., Ns
KONSEP DASAR PERIOPERATIF
 Keperawatan perioperatif merupakan istilah yang
digunakan untuk menggambarkan keragaman fungsi
keperawatan yang berkaitan dengan pengalaman
pembedahan pasien.
 Istilah perioperatif adalah suatu istilah gabungan yang
mencakup tiga fase pengalaman pembedahan, yaitu
preoperative phase, intraoperative phase dan post
operative phase.
 Masing- masing fase di mulai pada waktu tertentu dan
berakhir pada waktu tertentu pula dengan urutan peristiwa
yang membentuk pengalaman bedah dan masing-masing
mencakup rentang perilaku dan aktivitas keperawatan yang
luas yan dilakukan oleh perawat dengan menggunakan
proses keperawatan dan standar praktik keperawatan.
GAMBARAN UMUM TAHAP DALAM
KEPERAWATAN PERIOPERATIF
 Fase pra operatif dimulai ketika ada
keputusan untuk dilakukan intervensi bedah
dan diakhiri ketika pasien dikirim ke meja
operasi
 Contoh Lingkup aktivitas keperawatan
selama waktu tersebut mencakup :
penetapan pengkajian dasar pasien di
tatanan klinik atau pun rumah, wawancara
pra operatif dan menyiapkan pasien untuk
anstesi yang diberikan dan pembedahan
TINDAKAN PADA FASE PREOPERATIF
 Pengkajian kondisi klien
 Identifikasi masalah yang potensial

 Mempersiapkan pemberian anastesi

 Merencanakan perawatan yang spesifik


berdasarkan kebutuhan individu
 Memberikan pendidikan preoperatif

 Mempersiapkan klien/keluarga klien untuk


penandatanganan inform consent
LANJUTAN..
 Fase intra operatif dimulai ketika pasien
masuk atau dipindah ke instalasi bedah dan
berakhir saat pasien dipindahkan ke ruang
pemulihan.
 Pada fase ini lingkup aktivitas keperawatan
mencakup : pemasangan IV cath / infus,
pemberian medikasi intaravena, melakukan
pemantauan kondisi fisiologis menyeluruh
sepanjang prosedur pembedahan dan
menjaga keselamatan pasien.
CONTOH FASE INTRA OPERATIF
 memberikan dukungan psikologis
selama induksi anstesi
 bertindak sebagai perawat scrub
atau membantu mengatur posisi
pasien di atas meja operasi
dengan menggunakan prinsip-
prinsip dasar kesimetrisan tubuh.
LANJUTAN..
 Fase pasca operatif dimulai
dengan masuknya pasien ke
ruang pemulihan (recovery room)
dan berakhir dengan evaluasi
tindak lanjut pada tatanan klinik
atau di rumah.
 Lingkup aktivitas keperawaan
mencakup rentang aktivitas yang
luas selama periode ini.
LANJUTAN..
 Pada fase ini fokus pengkajian meliputi
:
efek agen anstesi, memantau fungsi
vital (TTV), mencegah komplikasi.
 Fokus Aktivitas keperawatan :
peningkatan penyembuhan pasien,
melakukan penyuluhan, perawatan
tindak lanjut dan rujukan yang penting
untuk penyembuhan dan rehabilitasi
serta persiapan pemulangan pasien
AKTIVITAS KEPERAWATAN
DALAM PERAN PERAWAT
PERIOPERATIF
Pengkajian :
 Rumah / Klinik:
1. Melakukan pengkajian perioperatif awal
2. Merencanakan metode penyuluhan yang
sesuai dengan kebutuhan pasien
3. Melibatkan keluarga dalam wawancara
4. Memastikan kelengkapan pemeriksaan
pra operatif
5. Mengkaji kebutuhan klien terhadap
transportasi dan perawatan pasca
operatif
LANJUTAN..
 Unit Bedah :
1. Melengkapi pengkajian pra operatif
2. Koordianasi penyuluhan terhadap pasien
dengan staf keperawatan lain.
3. Menjelaskan fase-fase dalam periode
peri operatif dan hal-hal yang
diperkirakan terjadi.
4. Membuat rencana asuhan keperawatan
5. Mengkoordinasi pelayanan dan sumber-
sumber yang sesuai (contoh: Tim
Operasi)
LANJUTAN..
 Ruang operasi :
1. Mengkaji tingkat kesadaran
klien.
2. Menelaah ulang lembar
observasi pasien (rekam medis)
3. Mengidentifikasi pasien
4. Memastikan daerah
pembedahan
PEMBEDAHAN :
INDIKASI DAN KLASIFIKASI
 Diagnostik : biopsi atau laparotomi
eksplorasi
 Kuratif : Eksisi tumor atau mengangakat
apendiks yang mengalami inflamasi
 Reparatif : Memperbaiki luka multipel

 Rekonstruktif/Kosmetik : mammoplasty,
atau bedah plastik
 Palliatif : seperti menghilangkan nyeri atau
memperbaiki masalah, contoh : pemasangan
selang gastrostomi yang dipasang untuk
mengkomponsasi terhadap ketidakmampuan
menelan makanan.
TUGAS :
 CARILAH ISTILAH2 DI
BAWAH INI :
 14. Apendicitis
 1. Diagnostik  15. Herniotomy
 2. Biopsi  16. Uretrolitiasis
 3. Laparotomi
 17. Hemmoroidektomy
 4. Inflamasi
 18. Fraktur
 5. Reparatif /repair

 6. Rekonstruktif  19. Kontraktur


 7. Mammoplasty  20. Decubitus
 8. Palliatif
 21. Flatus
 9. Insisi

 10. Obstruksi

 11. Reseksi

 12. Anuria

 13. Oliguria
MENURUT URGENSI TINDAKAN
PEMBEDAHAN DAPAT DIKLASIFIKASIKAN
MENJADI 5 TINGKATAN, YAITU

1. Kedaruratan/Emergency :
Pasien membutuhkan perhatian
segera, gangguan mungkin
mengancam jiwa. Indikasi dilakukan
pembedahan tanpa di tunda.
 Contoh : perdarahan hebat, obstruksi
kandung kemih atau usus, fraktur
tulang tengkorak, luka tembak atau
tusuk, luka bakar sangat luas.
LANJUTAN..
2. Urgen :
Pasien membutuhkan perhatian segera.
Pembedahan dapat dilakukan dalam 24-30
jam.
 Contoh : infeksi kandung kemih akut, batu
ginjal atau batu pada uretra.
3. Diperlukan :
Pasien harus menjalani pembedahan.
Pembedahan dapat direncanakan dalam
beberapa minggu atau bulan.
 Contoh : Hiperplasia prostat tanpa obstruksi
kandung kemih, Gangguan tyroid, katarak.
LANJUTAN..
4. Elektif :
Pasien harus dioperasi ketika diperlukan.
Indikasi pembedahan, bila tidak dilakukan
pembedahan maka tidak terlalu
membahayakan.
 Contoh : perbaikan Scar, hernia sederhana,
perbaikan vaginal.
5. Pilihan :
Keputusan tentang dilakukan pembedahan
diserahkan sepenuhnya pada pasien. Indikasi
pembedahan merupakan pilihan pribadi dan
biasanya terkait dengan estetika.
 Contoh : bedah kosmetik
SEDANGKAN MENURUT FAKTOR
RESIKONYA, TINDAKAN
PEMBEDAHAN DI BAGI MENJADI :

1. Minor
Menimbulkan trauma fisik yang minimal
dengan resiko kerusakan yang minim. Contoh :
incisi dan drainage kandung kemih, sirkumsisi
2. Mayor
Menimbulkan trauma fisik yang luas, resiko
kematian sangat serius. Contoh : Total
abdominal histerektomi, reseksi colon, dll.
KEPERAWATAN PRE OPERATIF
 Keperawatan pre operatif merupakan tahapan
awal dari keperawatan perioperatif.
 Kesuksesan tindakan pembedahan secara
keseluruhan sangat tergantung pada fase ini.
 Hal ini disebabkan fase ini merupakan awalan
yang menjadi landasan untuk kesuksesan
tahapan-tahapan berikutnya.
 Kesalahan yang dilakukan pada tahap ini akan
berakibat fatal pada tahap berikutnya.
 Pengakajian secara integral dari fungsi pasien
meliputi fungsi fisik biologis dan psikologis
sangat diperlukan untuk keberhasilan dan
kesuksesan suatu operasi.
PERSIAPAN KLIEN DI UNIT
PERAWATAN
1.Status kesehatan fisik secara umum
Sebelum dilakukan pembedahan, penting
dilakukan pemeriksaan status kesehatan
secara umum, meliputi :
 Identitas klien

 Riwayat penyakit seperti kesehatan masa lalu

 Riwayat kesehatan keluarga

 Pemeriksaan fisik lengkap, antara lain : status


hemodinamika, status kardiovaskuler, status
pernafasan, fungsi ginjal dan hepatik, fungsi
endokrin, fungsi imunologi, dan lain-lain.
LANJUTAN…
 Selain itu pasien harus istirahat yang cukup,
karena dengan istirahat dan tidur yang cukup
pasien tidak akan mengalami :
 stres fisik

 tubuh lebih rileks sehingga bagi pasien yang


memiliki riwayat hipertensi, tekanan
darahnya dapat stabil dan bagi pasien wanita
tidak akan memicu terjadinya haid lebih
awal.
LANJUTAN..
2.Status Nutrisi, yang di tentukan dengan
 Mengukur tinggi badan dan berat badan

 Lipat kulit trisep

 Lingkar lengan atas

 Kadar protein darah (albumin dan globulin) dan


keseimbangan nitrogen.
 Segala bentuk defisiensi nutrisi harus di koreksi
sebelum pembedahan untuk memberikan protein
yang cukup untuk perbaikan jaringan.
 Kondisi gizi buruk dapat mengakibatkan pasien
mengalami berbagai komplikasi pasca operasi
dan mengakibatkan pasien menjadi lebih lama
dirawat di rumah sakit
KOMPLIKASI YANG PALING SERING TERJADI ADALAH :

 infeksi pasca operasi dehiscensie


(terlepasnya jahitan sehingga luka tidak bisa
menyatu)
 demam dan penyembuhan luka yang lama

 Pada kondisi yang serius pasien dapat


mengalami sepsis yang bisa mengakibatkan
kematian.
LANJUTAN..
3.Keseimbangan cairan dan elektrolit
Balance cairan perlu diperhatikan dalam
kaitannya dengan input dan output cairan.
Demikaian juga kadar elektrolit serum harus
berada dalam rentang normal.
 Kadar elektrolit yang biasanya dilakukan
pemeriksaan diantaranya adalah kadar
natrium serum (normal : 135 -145 mmol/l),
kadar kalium serum (normal : 3,5 – 5 mmol/l)
dan kadar kreatinin serum (0,70 – 1,50
mg/dl).
LANJUTAN..
 Keseimbangan cairan dan elektrolit terkait
erat dengan fungsi ginjal. Dimana ginjal
berfungsi mengatur mekanisme asam basa
dan ekskresi metabolit obat-obatan anastesi.
Jika fungsi ginjal baik maka operasi dapat
dilakukan dengan baik.
 Namun jika ginjal mengalami gangguan
seperti oliguri/anuria, insufisiensi renal akut,
nefritis akut maka operasi harus ditunda
menunggu perbaikan fungsi ginjal. Kecuali
pada kasus-kasus yang mengancam jiwa.
LANJUTAN..
4.Kebersihan lambung dan kolon
Lambung dan kolon harus di bersihkan
terlebih dahulu.
 Intervensi keperawatan yang bisa diberikan
diantaranya adalah : pasien dipuasakan dan
dilakukan tindakan pengosongan lambung
dan kolon dengan tindakan, huknah,
enema/lavement.
 Lamanya puasa berkisar antara 7 sampai 8
jam (biasanya puasa dilakukan mulai pukul
24.00 WIB).
LANJUTAN..
 Tujuan dari pengosongan lambung dan kolon
adalah untuk menghindari aspirasi
(masuknya cairan lambung ke paru-paru)
dan menghindari kontaminasi feses ke area
pembedahan sehingga menghindarkan
terjadinya infeksi pasca pembedahan.
 Khusus pada pasien yang menbutuhkan
operasi CITO (segera), seperti pada pasien
kecelakaan lalu lintas. Maka pengosongan
lambung dapat dilakukan dengan cara
pemasangan NGT (naso gastric tube).
LANJUTAN..
5) Pencukuran (scheren) daerah operasi
ditujukan untuk :
 menghindari terjadinya infeksi pada daerah yang dilakukan
pembedahan karena rambut yang tidak dicukur dapat
menjadi tempat bersembunyi kuman dan juga
mengganggu/menghambat proses penyembuhan dan
perawatan luka.
 Meskipun demikian ada beberapa kondisi tertentu yang
tidak memerlukan pencukuran sebelum operasi, misalnya
pada pasien luka incisi pada lengan.
 Tindakan pencukuran (scheren) harus dilakukan dengan
hati-hati jangan sampai menimbulkan luka pada daerah
yang dicukur. Sering kali pasien di berikan kesempatan
untuk mencukur sendiri agar pasien merasa lebih nyaman.
LANJUTAN..
 Daeran yang dilakukan pencukuran
tergantung pada jenis operasi dan daerah
yang akan dioperasi.
 Biasanya daerah sekitar alat kelamin (pubis)
dilakukan pencukuran jika yang dilakukan
operasi pada daerah sekitar perut dan paha.
Misalnya : apendiktomi, herniotomi,
uretrolithiasis, operasi pemasangan plate
pada fraktur femur, hemmoroidektomi.
 Selain terkait daerah pembedahan,
pencukuran pada lengan juga dilakukan pada
pemasangan infus sebelum pembedahan.
LANJUTAN..
6) Personal Hygine
 Kebersihan tubuh pasien sangat penting untuk
persiapan operasi karena tubuh yang kotor
dapat merupakan sumber kuman dan dapat
mengakibatkan infeksi pada daerah yang
dioperasi.
 Pada pasien yang kondisi fisiknya kuat diajurkan
untuk mandi sendiri dan membersihkan daerah
operasi dengan lebih seksama.
 Sebaliknya jika pasien tidak mampu memenuhi
kebutuhan personal hygiene secara mandiri
maka perawat akan memeberikan bantuan
pemenuhan kebutuhan personal hygiene.
LANJUTAN..
7)Pengosongan kandung kemih
 Pengosongan kandung kemih dilakukan
dengan melakukan pemasangan kateter.
 Selain untuk pengongan isi bladder tindakan
kateterisasi juga diperlukan untuk
mengobservasi balance cairan.
LANJUTAN..
8) Latihan Pra Operasi
 Berbagai latihan sangat diperlukan pada
pasien sebelum operasi, hal ini sangat
penting sebagai persiapan pasien dalam
menghadapi kondisi pasca operasi, seperti :
nyeri daerah operasi, batuk dan banyak
lendir pada tenggorokan.
LATIHAN YANG DIBERIKAN
PADA PASIEN SEBELUM
OPERASI
1. LATIHAN NAFAS DALAM
Latihan nafas dalam sangat bermanfaat bagi pasien
untuk:
 Mengurangi nyeri setelah operasi dan dapat
membantu pasien relaksasi sehingga pasien lebih
mampu beradaptasi dengan nyeri
 Dapat meningkatkan kualitas tidur

 Dapat meningkatkan ventilasi paru dan oksigenasi


darah setelah anastesi umum.
Dengan melakukan latihan tarik nafas dalam
secara efektif dan benar maka pasien dapat segera
mempraktekkan hal ini segera setelah operasi
sesuai dengan kondisi dan kebutuhan pasien.
LATIHAN NAFAS DALAM DAPAT DILAKUKAN
DENGAN CARA SEBAGAI BERIKUT :
 Pasien tidur dengan posisi duduk atau
setengah duduk (semifowler) dengan lutut
ditekuk dan perut tidak boleh tegang.
 Letakkan tangan diatas perut

 Hirup udara sebanyak-banyaknya dengan


menggunakan hidung dalam kondisi mulut
tertutup rapat.
 Tahan nafas beberapa saat (3-5 detik)
kemudian secara perlahan-lahan, udara
dikeluarkan sedikit demi sedikit melalui mulut.
 Lakukan hal ini berulang kali (15 kali)

 Lakukan latihan dua kali sehari pra operatif.


2.LATIHAN BATUK EFEKTIF
 Latihan batuk efektif juga sangat diperlukan
bagi klien terutama klien yang mengalami
operasi dengan anstesi general. Karena
pasien akan mengalami pemasangan alat
bantu nafas selama dalam kondisi teranstesi,
Sehingga ketika sadar pasien akan
mengalami rasa tidak nyaman pada
tenggorokan.
 Dengan terasa banyak lendir kental di
tenggorokan, Latihan batuk efektif sangat
bermanfaat bagi pasien setalah operasi untuk
mengeluarkan lendir atau sekret tersebut
PASIEN DAPAT DILATIH MELAKUKAN TEKNIK BATUK EFEKTIF DENGAN CARA :

1. Pasien condong ke depan dari posisi semi


fowler
2. jalinkan jari-jari tangan dan letakkan melintang
diatas incisi sebagai bebat ketika batuk.
3. Kemudian pasien nafas dalam seperti cara
nafas dalam (3-5 kali)
4. Segera lakukan batuk spontan
5. pastikan rongga pernafasan terbuka dan tidak
hanya batuk dengan mengadalkan kekuatan
tenggorokan saja karena bisa terjadi luka pada
tenggorokan. Hal ini bisa menimbulkan
ketidaknyamanan, namun tidak berbahaya
terhadap incisi.
LANJUTAN..
6. Ulangi lagi sesuai kebutuhan
7. Jika selama batuk daerah operasi terasa
nyeri, pasien bisa menambahkan dengan
menggunakan bantal kecil atau gulungan
handuk yang lembut untuk menahan
daerah operasi dengan hati-hati sehingga
dapat mengurangi guncangan tubuh saat
batuk.
3. LATIHAN GERAK SENDI
 Latihan gerak sendi merupakan hal sangat
penting bagi pasien sehingga setelah
operasi, pasien dapat segera melakukan
berbagai pergerakan yang diperlukan untuk
mempercepat proses penyembuhan.
 Pasien/keluarga pasien seringkali mempunyai
pandangan yang keliru tentang pergerakan
pasien setalah operasi.
 Banyak pasien yang tidak berani
menggerakkan tubuh karena takut jahitan
operasi sobek atau takut luka operasinya
lama sembuh.
LANJUTAN..
 Pandangan seperti ini jelas keliru karena
justru jika pasien selesai operasi dan segera
bergerak maka pasien akan lebih cepat
merangsang usus (peristaltik usus) sehingga
pasien akan lebih cepat flatus
 Keuntungan lain adalah menghindarkan
penumpukan lendir pada saluran pernafasan
dan terhindar dari kontraktur sendi dan
terjadinya dekubitus.
LANJUTAN..
 Tujuan lainnya adalah memperlancar sirkulasi
untuk mencegah stasis vena dan menunjang
fungsi pernafasan optimal.
 Intervensi ditujukan pada perubahan posisi
tubuh dan juga Range of Motion (ROM).
 Latihan perpindahan posisi dan ROM ini pada
awalnya dilakukan secara pasif namun
kemudian seiring dengan bertambahnya
kekuatan tonus otot maka pasien diminta
melakukan secara mandiri.
PEMERIKSAAN STATUS ANASTESI

 Sebelum dilakukan anastesi demi


kepentingan pembedahan, pasien akan
mengalami pemeriksaan status fisik yang
diperlukan untuk menilai sejauh mana resiko
pembiusan terhadap diri pasien.
 Pemeriksaan yang biasa digunakan adalah
pemeriksaan dengan menggunakan metode
ASA (American Society of Anasthesiologist).
Pemeriksaan ini dilakukan karena obat dan
teknik anastesi pada umumnya akan
mengganggu fungsi pernafasan, peredaran
darah dan sistem saraf.
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
1)Pemeriksaan Radiologi dan diagnostik, seperti :
 Foto thoraks, abdomen, foto tulang (daerah fraktur)

 USG (Ultra Sono Grafi),

 CT scan (Computerized Tomography Scan)

 MRI (Magnetic Resonance Imagine)

 BNO-IVP (Intra Venous Pressure)

 Renogram

 Cystoscopy

 Mammografi

 CIL (Colon in Loop)

 EKG/ECG (Electro Cardio Grafi),

 EEG (Electro Enchephalo Grafi)


LANJUTAN..
2. Pemeriksaan Laboratorium( berupa
pemeriksaan darah) :
 Hemoglobin, angka leukosit, limfosit, LED
(laju enap darah), jumlah trombosit, protein
total (albumin dan globulin), elektrolit
(kalium, natrium, dan chlorida), ureum
kretinin, BUN, dll.
 Bisa juga dilakukan pemeriksaan pada
sumsun tulang jika penyakit terkait dengan
kelainan darah
3. Biopsi:
 tindakan sebelum operasi berupa pengambilan
bahan jaringan tubuh untuk memastikan penyakit
pasien sebelum operasi.
 Biopsi biasanya dilakukan untuk memastikan
apakah ada tumor ganas/jinak atau hanya berupa
infeksi kronis saja.
4. Pemeriksaan Kadar Gula Darah (KGD)
 Pemeriksaan KGD dilakukan untuk mengetahui
apakah kadar gula darah pasien dalan rentang
normal atau tidak.
 Uji KGD biasanya dilakukan dengan puasa 10 jam
(puasa jam 10 malam dan diambil darahnya jam 8
pagi) dan juga dilakukan pemeriksaan KGD 2 jam
PP (post prandial).
INFORM CONSENT
 Selain dilakukannya berbagai macam
pemeriksaan penunjang terhadap pasien, hal
lain yang sangat penting terkait dengan aspek
hukum dan tanggung jawab dan tanggung
gugat, yaitu Inform Consent.
 Baik pasien maupun keluarganya harus
menyadari bahwa tindakan medis, operasi
sekecil apapun mempunyai resiko.
 Oleh karena itu setiap pasien yang akan
menjalani tindakan medis, wajib menuliskan
surat pernyataan persetujuan dilakukan
tindakan medis (pembedahan dan anastesi).
PERSIAPAN MENTAL / PSIKIS
 Persiapan mental merupakan hal yang tidak
kalah pentingnya dalam proses persiapan
operasi karena mental pasien yang tidak siap
atau labil dapat berpengaruh terhadap
kondisi fisiknya
 Tindakan pembedahan merupakan ancaman
potensial maupun aktual pada integeritas
seseorang yang dapat membangkitkan reaksi
stres fisiologis maupun psikologis (Barbara C.
Long).
OBAT-OBATAN PRE MEDIKASI
 Sebelum operasi dilakukan pada esok harinya, Pasien
akan diberikan obat-obatan premedikasi untuk
memberikan kesempatan pasien mendapatkan waktu
istirahat yang cukup.
 Obat-obatan premedikasi yang diberikan biasanya
adalah valium atau diazepam.
 Antibiotik profilaksis biasanya di berikan sebelum pasien
di operasi, Antibiotik profilaksis yang diberikan dengan
tujuan : untuk mencegah terjadinya infeksi selama
tindakan operasi
 antibiotika profilaksis biasanya di berikan 1-2 jam
sebelum operasi dimulai dan dilanjutkan pasca bedah 2-
3 kali. Antibiotik yang dapat diberikan adalah
ceftriakson 1 gram dan lain-lain sesuai indikasi pasien
ASUHAN KEPERAWATAN
PRE, INTRA DAN POST OPERATIF
(PERIOPERATIF)
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
(TAHAP PRA BEDAH)
 Pengetahuan tentang persiapan pra
pembedahan, pengalaman di masa lalu
 Kesiapan psikologis

 Pengobatan yang mempengaruhi obat


anastesi, ex : AB yang berpotensi dlm
istirahat otot, antikoagulan yg dpt
meningkatkan perdarahan, anti hipertensi yg
dapat menyebabkan hipotensi, diuretik yg
dpt mempengaruhi pd keseimbangan
potassium
 Riwayat alergi obat
 Status nutrisi

 Ada atau tidaknya protesa, ex : gigi palsu

 Pemeriksaan yang di anjurkan pre op : radiografi


thorax, kapasitas vital, fungsi paru, BGA (analisa
gas darah) pd pemantauan respirasi, EKG (elektro
kardio gram / rekam jantung), DL (darah lengkap,
ex : leukosit, eritrosit, hematokrit, elektrolit),
urine, BUN (blood ureum natrium), kreatinin untuk
menentukan gangguan sistem renal, kadar gula
untuk mendeteksi gangguan metabolisme
 Dukungan Psikologis :
1. Memberitahukan pada klien apa yang terjadi

2. Menentukan status psikologis

3. Memberikan isyarat sebelumnya tentang


rangsangan yang merugikan, seperti : nyeri.
4. Mengkomunikasikan status emosional pasien
pada anggota tim kesehatan yang lain yang
berkaitan.
MANAJEMEN KEPERAWATAN

 Pengkajian pasien Pre operatif menurut


(Marilynn E. Doenges, 1999) meliputi :
 Sirkulasi
Gejala : riwayat masalah jantung, GJK (gagal
jantung kronis), edema pulmonal, penyakit
vascular perifer, atau stasis vascular
(peningkatan risiko pembentukan trombus.
 Integritas ego
Gejala : perasaan cemas, takut, marah, apatis ;
factor-faktor stress multiple, misalnya financial,
hubungan, gaya hidup.
Tanda : tidak dapat istirahat, peningkatan
ketegangan/peka rangsang ; stimulasi simpatis.

 Makanan / cairan
Gejala : insufisiensi pancreas/DM, (predisposisi
untuk hipoglikemia/ketoasidosis) ; malnutrisi
(termasuk obesitas) ; membrane mukosa yang
kering (pembatasan pemasukkan / periode puasa
pra operasi).
 Pernapasan
Gejala : infeksi, kondisi yang kronis/batuk,
merokok.
 Keamanan
Gejala : alergi/sensitive terhadap obat, makanan,
plester, dan larutan , Defisiensi immune
(peningkatan risiko infeksi sitemik dan penundaan
penyembuhan) , Munculnya kanker / terapi kanker
terbaru , Riwayat keluarga tentang hipertermia
malignant/reaksi anestesi , Riwayat penyakit
hepatic (efek dari detoksifikasi obat-obatan dan
dapat mengubah koagulasi) , Riwayat transfuse
darah / reaksi transfuse.
Tanda : munculnya proses infeksi yang
melelahkan , demam.
 Penyuluhan / Pembelajaran
 Gejala : penggunaan antikoagulasi, steroid,
antibiotic, anti hipertensi, kardiotonik glokosid,
anti disritmia, bronchodilator, diuretic,
dekongestan, analgesic, anti inflamasi, anti
konvulsan atau tranquilizer dan juga obat yang
dijual bebas, atau obat-obatan rekreasional.
Penggunaan alcohol (risiko akan kerusakan ginjal,
yang mempengaruhi koagulasi dan pilihan
anastesia, dan juga potensial bagi penarikan diri
pasca operasi).
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
1. Ansietas b/d ancaman terhadap konsep
diri,ancaman terhadap perubahan status
kesehatan, ancaman terhadap pola interaksi
dengan orang yang berarti, krisis situasi atau krisis
maturasi
2. Gangguan citra tubuh b/d pembedahan, efek
samping penanganan, factor budaya atau spiritual
yang berpengaruh pada perubahan penampilan.
3. Koping individu, ketidak efektifan b/d perubahan
penampilan, keluhan terhadap reaksi orang lain,
kehilangan fungsi, diagnosis kanker.
.
LANJUTAN..
4.Proses keluarga, perubahan b/d terapi yang
kompleks, hospitalisasi/perubahan
lingkungan, reaksi orang lain terhadap
perubahan penampilan
5.Ketakutan b/d proses penyakit/prognosis
(misalnya kanker), ketidak berdayaan.
6.Mobilitas fisik, hambatan b/d penurunan
rentang gerak, kerusakan saraf/otot, dan
nyeri.
INTERVENSI &
IMPLEMENTASI
DIAGNOSA 1

1. Ansietas adalah suatu keresahan, perasaan


ketidaknyamanan yang tidak mudah yang disertai
dengan respons autonomis, perasaan khawatir yang
disebabkan oleh antisipasi terhadap bahaya
 Tujuan : ansietas berkurang/terkontrol.

 Kriteria hasil :

1. klien mampu merencanakan strategi koping untuk


situasi-situasi yang membuat stress.
2. klien mampu mempertahankan penampilan peran.
3. klien melaporkan tidak ada gangguan persepsi
sensori.
4. klien melaporkan tidak ada manifestasi kecemasan
secara fisik.
5. tidak ada manifestasi perilaku akibat kecemasan.
INTERVENSI DAN IMPLEMENTASI
1. Kaji dan dokumentasikan tingkat kecemasan pasien.
R : memudahkan intervensi.
2. Kaji mekanisme koping yang digunakan pasien untuk
mengatasi ansietas di masa lalu.
R : mempertahankan mekanisme koping adaptif,
meningkatkan kemampuan mengontrol ansietas.
3. Lakukan pendekatan dan berikan motivasi kepada pasien
untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan.
R : pendekatan dan motivasi membantu pasien untuk
4. mengeksternalisasikan kecemasan yang dirasakan, Motivasi
pasien untuk memfokuskan diri pada realita yang ada saat ini,
harapan-harapan yang positif terhadap terapy yang di jalani.
R : alat untuk mengidentifikasi mekanisme koping yang
dibutuhkan untuk mengurangi kecemasan.
LANJUTAN..
5. Berikan penguatan yang positif untuk meneruskan
aktivitas sehari-hari meskipun dalam keadaan cemas.
R : menciptakan rasa percaya dalam diri pasien bahwa
dirinya mampu mengatasi masalahnya dan memberi
keyakinan pada diri sendri yang dibuktikan dengan
pengakuan orang lain atas kemampuannya.
6. Anjurkan pasien untuk menggunakan teknik relaksasi.
R : menciptakan perasaan yang tenang dan nyaman.
7. Sediakan informasi factual (nyata dan benar) kepada
pasien dan keluarga menyangkut diagnosis, perawatan
dan prognosis.
R : meningkatkan pengetahuan, mengurangi kecemasan.
8. Kolaborasi pemberian obat anti ansietas.
R : mengurangi ansietas sesuai kebutuhan.
DIAGNOSA 2
2. Gangguan citra tubuh adalah konfusi pada
gambaran mental dari fisik seseorang.
 Tujuan : pasien memiliki persepsi yang positif
terhadap penampilan dan fungsi tubuh.
 Kriteria hasil :

1. pasien melaporkan kepuasan terhadap


penampilan dan fungsi tubuh.
2. memiliki keinginan untuk menyentuh
bagian tubuh yang mengalami gangguan.
3. menggambarkan perubahan actual pada
fungsi tubuh.
INTERVENSI DAN IMPLEMENTASI
1. Kaji dan dokumentasikan respons verbal dan non verbal
pasien tentang tubuhnya.
R : factor yang mengidentifikasikan adanya gangguan
persepsi pada citra tubuh.
2. Kaji harapan pasien tentang gambaran tubuh.
R : mungkin realita saat ini berbeda dengan yang diharapkan
pasien sehingga pasien tidak menyukai keadaan fisiknya.
3. Dengarkan pasien dan keluarga secara aktif, dan akui
realitas adanya perhatian terhadap perawatan, kemajuan
dan prognosis.
R : meningkatkan perasaan berarti, memudahkan saran
koping, mengurangi kecemasan.
4. Berikan perawatan dengan cara yang tidak menghakimi, jaga
privasi dan martabat pasien.
R : menciptakan suasana saling percaya, meningkatkan
harga diri dan perasaan berarti dalam diri pasien.
DIAGNOSA 3
3. Koping individu, ketidakefektifan adalah ketidakmampuan
membuat penilaian yang tepat terhadap stressor, pilihan
respons untuk bertindak secara tidak adekuat, dan atau
ketidakmampuan untuk menggunakan sumber yang
tersedia.
 Tujuan : pasien menunjukkan koping yang efektif.

 Kriteria hasil :

1. pasien akan menunjukkan minat terhadap aktivitas


untuk mengisi waktu luang.
2. mengidentifikasikan kekuatan personal yang dapat
mengembangkan koping yang efektif.
3. menimbang serta memilih diantara alternative dan
konsekuensinya.
4. berpartisipasi dalam aktivitas kehidupan sehari-hari
(AKS
INTERVENSI DAN IMPLEMENTASI
1. Kaji pandangan pasien terhadap kondisinya dan kesesuaiannya
dengan pandangan pemberi pelayanan kesehatan.
R : mengidentifikasi persepsi pasien terhadap kondisinya.
2. Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan.
R : menghindari ketakutan dan menciptakan hubungan saling
percaya, memudahkan intervensi
3. Anjurkan pasien untuk mengidentifikasi gambaran perubahan
peran yang realitas.
R : memberikan arahan pada persepsi pasien tentang kondisi
nyata yang ada saat ini
4. Bantu pasien dalam mengidentifikasi respons positif dari orang
lain.
R : meningkatkan perasaan berarti, memberikan penguatan yang
positif.
5. Libatkan sumber-sumber yang ada di rumah sakit dalam
memberikan dukungan emosional untuk pasien dan keluarga.
R : menciptakan suasana saling percaya, perasaan berarti, dan
mengurangi kecemasan
DIAGNOSA 4
4.Proses keluarga, perubahan adalah suatu
perubahan dalam hubungan dan /atau fungsi
keluarga.
 Tujuan : pasien dan keluarga memahami
perubahan perubahan dalam peran keluarga.
 Kriteria hasil :

1. Pasien / keluarga mampu mengidentifikasi


koping.
2. Pasien / keluarga berpartisipasi dalam
proses membuat keputusan berhubungan
dengan perawatan setelah rawat inap.
INTERVENSI DAN IMPLEMENTASI

1. Kaji interaksi antara pasien dan keluarga.


R : mengidentifikasi masalah, memudahkan intervensi.
2. Bantu keluarga dalam mengidentifikasi perilaku yang
mungkin menghambat pengobatan.
R : mempengaruhi pilihan intervensi.
3. Diskusikan dengan anggota keluarga tentang tambahan
ketrampilan koping yang digunakan.
R : membantu keluarga dalam memilih mekanisme
koping adaptif yang tepat .
4. Dukung kesempatan untuk mendapatkan pengalaman
masa anak-anak yang normal pada anak yang
berpenyakit kronis atau tidak mampu.
R : memudahkan keluarga dalam
menciptakan/memelihara fungsi anggota keluarga
DIAGNOSA 5
5.Ketakutan adalah ansietas yang disebabkan oleh
sesuatu yang dikenali secara sadar dan bahaya
nyata dan dipersepsikan sebagai bahaya yang
nyata.
 Tujuan : pasien akan memperlihatkan
pengendalian ketakutan.
 Kriteria hasil :

1. mencari informasi untuk menurunkan


ketakutan.
2. menggunakan teknik relaksasi untuk
menurnkan ketakutan.
3. mempertahankan penampilan peran dan
hubungan social
INTERVENSI DAN IMPLEMENTASI
1. Kaji respons takut subjektif dan objektif pasien.
R : mengidentifikasi masalah, memudahkan intervensi.
2. Berikan penguatan positif bila pasien
mendemonstrasikan perilaku yang dapat menurunkan
atau mengurangi takut.
R : mempertahankan perilaku koping yang efektif.
3. Lakukan pendekatan dan berikan motivasi kepada
pasien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan.
R : pendekatan dan motivasi membantu pasien untuk
mengeksternalisasikan kecemasan yang dirasakan.
4. Motivasi pasien untuk memfokuskan diri pada realita
yang ada saat ini, harapan-harapan yang positif
terhadap terapy yang di jalani.
R : alat untuk mengidentifikasi mekanisme koping yang
dibutuhkan untuk mengurangi kecemasan.
DIAGNOSA 6
6.Mobilitas fisik, hambatan adalah suatu
keterbatasan dalam kemandirian,
pergerakkan fisik yang bermanfaat dari
tubuh atau satu ekstremitas atau lebih.
 Tujuan : pasien akan menunjukkan tingkat
mobilitas optimal.
 Kriteria hasil :

1. penampilan yang seimbang..

2. melakukan pergerakkan dan perpindahan.

3. mempertahankan mobilitas optimal yang


dapat di toleransi, dengan karakteristik :
KARAKTERISTIK MOBILISASI
 0 = mandiri penuh
 1 = memerlukan alat Bantu.

 2 = memerlukan bantuan dari orang lain


untuk bantuan, pengawasan, dan
pengajaran.
 3 =membutuhkan bantuan dari orang lain
dan alat Bantu.
 4 = ketergantungan, tidak berpartisipasi
dalam aktivitas.
INTERVENSI DAN IMPLEMENTASI
1. Kaji kebutuhan akan pelayanan kesehatan dan kebutuhan akan
peralatan.
R : mengidentifikasi masalah, memudahkan intervensi.
2. Tentukan tingkat motivasi pasien dalam melakukan aktivitas.
R : mempengaruhi penilaian terhadap kemampuan aktivitas
apakah karena ketidakmampuan ataukah ketidakmauan.
3. Ajarkan dan pantau pasien dalam hal penggunaan alat bantu.
R : menilai batasan kemampuan aktivitas optimal.
4. Ajarkan dan dukung pasien dalam latihan ROM aktif dan pasif.
R : mempertahankan /meningkatkan kekuatan dan ketahanan
otot.
5. Kolaborasi dengan ahli terapi fisik atau okupasi.
R : sebagai suaatu sumber untuk mengembangkan
perencanaan dan mempertahankan/meningkatkan mobilitas
pasien.
EVALUASI
 Evaluasi adalah stadium pada proses keperawatan dimana
taraf keberhasilan dalam pencapaian tujuan keperawatan
dinilai dan kebutuhan untuk memodifikasi tujuan atau
intervensi keperawatan ditetapkan (Brooker, Christine. 2001).
 Evaluasi yang diharapkan pada pasien dengan Pre Operasi
adalah :
1. Ansietas berkurang / terkontrol.

2. Pasien memiliki persepsi yang positif terhadap penampilan


dan fungsi tubuh.
3. Pasien menunjukkan koping yang efektif.

4. Pasien dan keluarga memahami perubahan perubahan


dalam peran keluarga.
5. Pasien akan memperlihatkan pengendalian ketakutan.

6. Pasien akan menunjukkan tingkat mobilitas optimal


Selamat belajar

Anda mungkin juga menyukai