ORTHOGONAL
• Pembandingan orthogonal merupakan
penguraian Jumlah Kuadrat (JK) perlakuan ke
dalam komponen-komponen yang dikehendaki.
Jumlah komponen yang mungkin dari t buah
perlakuan adalah t -1, yaitu sama dengan derajat
bebas (db) perlakuan. Oleh kerena itu akan
diperoleh JK dengan db tunggal sebanyak t – 1.
• Tiap komponen merupakan satu pembandingan.
Apabila komponen-komponen tersebut
merupakan komponen yang saling orthogonal
sesamanya, maka pembandingan tersebut
dinamakan pembandingan orthogonal.
• Melalui ilustrasi berikut akan mudah dipahami
apa itu kontras dan apa itu orthogonal.
• Misalnya diketahui sebuah persamaan L1 yang merupakan kombinasi linier
dari nilai-nilai peubah X, katakanlah X1, X2 dan X3, dengan persamaan :
• L1 = b1X1 + b2X2 + b3X3
• 3
• Demikian pula untuk L2, misalnya dalam bentuk : L2 = c1X1 + c2X2 + c3X3
• 3
• Jika Σcj = c1 + c2 + c3 = 0, maka c1, c2 dan c3 disebut kontras.
• J=1
• L1 dan L2 dinamakan orthogonal sesamanya jika dan hanya jika :
•
• Σ bj cj = b1 c1 + b2 c2 + b3 c3 = 0.
•
• Demikian juga jika X1, X2 dan X3 masing-masing merupakan hasil n kali
penjumlahan.
• Pemilihan kontras disesuaikan dengan tujuan dari penguraian perlakuan
ke dalam komponen. Pada dasarnya dapat dipertimbangkan sifat
perlakuan yaitu kualitatif atau kuantitatif. Untuk perlakuan yang
kuantitatif biasanya digunakan Polynomial Orthogonal, sedangkan untuk
perlakuan yang kualitatif digunakan Kontras Orthogonal.
• Polynomial orthogonal dirancang untuk
mengevaluasi hubungan fungsi antara respon
dengan perlakuan.
• Oleh karena itu, ini hanya berlaku untuk perlakuan
yang kuantitatif, seperti level PK dalam ransum, level
pupuk untuk pertanaman rumput, umur tanaman,
jarak tanam, lama fermentasi dan lain-lain.
Polynomial • Jumlah level yang dievaluasi bisa tak terbatas tetapi
Orthogonal yang dapat dilakukan dalam percobaan sangat
terbatas.
• Jadi untuk peneliti yang ingin mendapatkan informasi
yang mengcover seluruh level perlakuan (the whole
range of treatments), maka polynomial orthogonal
yang paling tepat digunakan dan uji lanjut yang fokus
pada spesifik perlakuan tidak relevan.
Contoh kasus
• Dalam percobaan dimana umur tanaman sawit 4, 8, 12 dan 16 tahun
merupakan perlakuan dan produksi biomasa mikroba dari fermentasi
pelepah sawit tersebut di dalam rumen sebagai respon variabel.
Peneliti tidak tertarik dengan informasi tentang produksi mikroba
pelepah dari sawit umur 4 tahun lebih tinggi dibandingkan dengan 8
tahun atau 16 tahun lebih tinggi dibandingkan dengan 12 tahun, dan
sebagainya. Tetapi peneliti tertarik untuk mendapatkan gambaran
pengaruh seluruh range umur mulai dari 4 hingga 16 tahun. Ini hanya
dapat diperoleh jika dilakukan analisis PO. Bahkan dengan analisis PO,
umur yang tidak dievaluasi pun, misalnya umur 6 tahun, dapat diduga
dari hasil yang diperoleh dalam percobaan.
• Suatu derajat polynomial menggambarkan hubungan antara dependent
variable Y (respons variabel) dan independent variabel X (level perlakuan),
yang dapat ditulis dalam persamaan sebagai berikut.
•
• Y = α + β1x + β2X2 + ….. + bnXn, dimana
•
• α = intercept
•
• βi (i=1, 2, …., n) = partial koefisien regresi yang berasosiasi dengan tingkat
polynomial ke i.
• Bentuk hubungan antara respons variabel dan level perlakuan
tergantung pada jumlah perlakuan. Jika jumlah perlakuan 2, maka
kemungkinan bentuk hubungan hanya linier, kalau jumlah pelakuan 3,
bentuk hubungan dapat berupa linier atau kuadratik. Bentuk
hubungan linier, kuadratik atau kubik akan diperoleh jika level
perlakuan sebanyak 4 buah. Beberapa bentuk hubungan dari
beberapa perlakuan ditampilkan dalam Tabel 5.
• Untuk mencapai tujuan di atas, perlakuan (t) dibagi ke dalam t-1
komponen-komponen pembandingan. Koefisien dari komponen-
komponen tersebut orthogonal dan kontras sesamanya (Tabel 1).
Tabel 1. Koefisien orthogonal polynomial
Koefisien (c)
Jumlah Derajat
perlakuan polynomial T1 T2 T3 T4 T5 Σc2
2 Linier -1 1 2
3 Linier -1 0 1 2
Kuadratik 1 -2 1 6
4 Linier -3 -1 1 3 20
Kuadratik 1 -1 -1 1 4
Kubik -1 3 -3 1 20
5 Linier -2 -1 0 1 2 10
Kuadratik 2 -1 -2 -1 2 14
Kubik -1 2 0 -2 1 10
Kuartik 1 -4 6 -4 1 70
Langkah-langkah analisis PO :
• Step 1. Set-up kontras orthogonal dengan db tunggal
o Kontras ke 1 mewakili polynomial tingkat 1 (linear)
o Kontras ke 2 mewakili polynomial tingkat 2 (kuadratik)
o Kontras ke 3 mewakili polynomial tingkat 3 (kubik)
Ulangan
Umur sawit Jumlah
(tahun) 1 2 3
4 0.1255 0.1764 0.1514 0.4533
8 0.0437 0.0492 0.0538 0.1467
12 0.0421 0.0441 0.0432 0.1294
16 0.0199 0.0279 0.0357 0.0835
Analisis PO untuk kasus di • Step 1. Set-up koefisien polynomial orthogonal untuk masing-
atas dapat dilakukan masing derajat polynomial dari percobaan dengan 4 perlakuan.
Kemudian hitung jumlah kuadrat koefisien tersebut
sebagai berikut :
JK untuk
masing-masing JK Kuadratik = {(1x0.45) + ... + (1 x 0.08)}2/3x4 = 0.0052
derajat
polynomial. JK Kubik = {(-1x0.45) + ... + (1 x 0.08)}2/3x20 = 0.0016
Ftabel
Sumber db JK KT Fhitung
Keragaman 0.05 0.01
Perlakuan 3 0.0281 0.0094 53.52** 4.07 7.59
- Linier 1 0.0213 0.0213 121.71** 5.32 11.26
- Kuadratik 1 0.0052 0.0052 29.71** 5.32 11.26
- Kubik 1 0.0016 0.0016 9.14* 5.32 11.26
Galat 8 0.0014 0.0002
Total 11 0.0295
• Dalam pengambilan kesimpulan, nilai Fhitung
dari masing-masing komponen dibandingkan
nilai Ftabel untuk db dan alpha 0.05 dan 0.01.
Step 3. • Dari tabel di atas terlihat bahwa Fhitung dari
komponen Linier dan Kudratik > Ftabel 0.01
Pengambilan dan komponen kubik > dari Ftabel 0.05 tapi
lebih kecil dari Ftabel 0.01.
kesimpulan • Dari hasil tersebut dapat disimpulkan baha
hubungan antara produksi biomasa mikroba
dari inkubasi pelepah sawit dan umur
tanaman sawit adalah kuadratik
• Dikaitkan dengan jumlah kuadrat
perlakuan ke dalam komponen-
Orthogonal komponen yang sesuai
contrast • Banyaknya komponen yang mungkin
dari t buah perlakuan adalah t-1, yaitu
(perlakuan sama dengan derajat bebas
• Tiap komponen merupakan suatu
kualitatif) perbandingan
• Suatu percobaan dilakukan untuk menevaluasi
produktivitas (produksi biji jagung) dari beberapa varietas
jagung.
• Varietas lokal : V1 dan V2
• Varietas unggul : V3, V4 dan V5
• Varietas introduksi: V6 dan V7
Contoh
1. Apakah varietas unggul dan introduksi mampu bersaing
dengan varietas lokal?
2. Apakah ada perbedaan diantara varietas lokal itu
sendiri?
3. Apakah varietas introduksi mampu bersaing dengan
varietas unggul?
4. Apakah ada perbedaan kemampuan diantara varietas
unggul?
5. Apakah ada perbedaan kemampuan diantara varietas
introduksi?
Untuk menjawab pertanyaan di atas, maka :
Ulangan
Varietas Total
1 2 3 4
V1 2.78 2.51 2.92 3.08 11.29
V2 2.88 3.40 2.80 2.08 11.16
• Contoh data
V3 5.29 6.10 6.00 5.17 22.56
• Hasil biji jagung (ton/ha) dari 7 varietas
V4 3.92 4.54 2.46 3.09 14.01
V5 3.50 3.19 2.88 1.94 11.51
V6 4.75 3.79 3.80 3.50 15.84
V7 3.13 2.88 1.84 3.09 10.94
• Komponen 1 : (1,2) vs (3,4,5,6,7)
•
• JK komponen 1 = (∑jbjTj)2/r(∑c2)
• = {(-5)x11.29 + (-5)x11.16 + 2x22.56 + …. 2x10.94} 2/4 x 70 =
•
• JK komponen 2 = ...
•
• dst
• JK komponen 6
•
•
• Kemudian dihitung KT dan Fhitung untuk masing-masing komponen. Hasil dari perhitungan
tersebut dihimpun dalam suatu tabel berikut ini.
Hasil analisis Kontras Orthogonal
Sumber Ftab
Db JK KT Fhit
Keragaman
0.05 0.01
Perlakuan 6 28.6032 4.7672 12.81** 2.57 3.81