Mekanika Bahan 5,6
Mekanika Bahan 5,6
PERTEMUAN 7
HUBUNGANTEGANGAN DAN
REGANGAN
G
tegangan
E
C
B F
A D
O regangan
Grafik hubungan tegangan dan regangan pada salah satu material yaitu baja
σ σ σ
U ●P
B
Y ●
● P
P
ε ε ε
O O O
Y
●
ε ε
O ε1 O
O’
Gb. 4 Gb. 5
Gambar 1 adalah kurva tegangan regangan untuk baja karbon-
medium, Gb. 2 untuk baja campuran, dan Gb.3 untuk baja
karbon-tinggi dengan campuran bahan nonferrous. Untuk
campuran nonferrous dengan besi kasar diagramnya ditunjukkan
pada Gb. 4, sementara untuk karet ditunjukkan pada Gb. 5.
Proportional Limit
Titik O hingga A dinamakan
daerah proporsional limit. Pada
area ini regangan yang terbentuk
proporsional dengan tegangan
yang bekerja.
Definisi: tegangan yang
membentuk kurva tegangan
regangan mulai terdeviasi dari
garis lurus.
Elastic Limit
Titik A hingga B dinamakan
daerah elastic limit. Pada area
ini material akan kembali
kebentuk semula ketika
tegangan dihilangkan.
Definisi: tegangan yang
bekerja pada material tanpa
menyebabkan deformasi
permanen.
Yield Point
Jika material terus diberikan
tegangan hingga di atas titik B,
keadaan plastis akan tercapai, dan
pada titik ini ketika beban
dihilangkan material tidak akan
bisa kembali ke bentuk semula.
Diatas titik B, regangan yang
terjadi akan bertambah dengan
cepat, sedangkan pertambahan
tegangannya kecil hingga tercapai
titik C, dan terjadi penurunan
kecil tegangan pada titik D, segera
setelah proses peluluhan
berhenti. Sehingga ada dua titik
luluh, yaitu titik C (titik luluh atas)
dan titik D (titik luluh bawah).
Tegangan yang bekerja pada titik
luluh ini dinamakan tegangan
luluh (yield stress)
Ultimate stress
Kondisi Elastis
Kondisi Strain Hardening
Kondisi Plastis
Hancur
Jenis perilaku ini sangat penting dalam bidang rekayasa karena alasan yang jelas, yaitu
dengan cara merancang struktur berfungsi pada wilayah tersebut, dan menghindari
keadaan di mana struktur berdeformasi permanen akibat leleh.
HUKUM HOOKE
• Beberapa material struktur memiliki perilaku elastis linier. Dengan mendesain struktur agar berfungsi pada
daerah elastis linier, maka deformasi permanen akibat luluh dapat dihindari
• Hubungan linier antara tegangan aksial σ dan regangan aksial ε akibat gaya tarik atau tekan aksial
sederhana :
σ = E. ε
• σ = tegangan normal (MPa)
• E = modulus elastisitas (MPa) dan merupakan kemiringan garis OA dalam daerah elastis linier pada
hubungan tegangan-regangan
• ε = regangan normal
• Persamaan di atas dikenal sebagai Hukum Hooke, untuk mengenang ilmuan Inggris Robert Hooke (1635-
1703), sering disebut juga modulus Young
hukum hooke
• Hubungan linear seperti yang dinyatakan dalam hukum hooke
tidaklah selamanya terjadi.
• Hubungan yang linear terjadi hanya pada saat kondisi material masih
dalam kondisi elastis.
• Kondisi Elastis adalah adalah kondisi bahwa jika beban yang bekerja
dihapuskan maka tidak akan meninggalkan regangan sisa yang
permanen. Dan sifat material masih seperti semula saat belum ada
beban bekerja.
• Hukum Hooke tidak berlaku untuk kondisi diluar kondisi elastis.
Modulus Elastisitas
• Nilai modulus Elastisitas tiap material berbeda-beda, beberapa nilai E
untuk material yang sering dipakai untuk struktur antara lain:
• • Baja : 190.000 – 210.000 MPa
• • Beton : 17.000 – 31.000 MPa
• • Kayu : 11.000 – 14.000 MPa
Poisson Ratio
• Apabila suatu batang prismatis dibebani gaya aksial tarik, maka
perpanjangan aksial-nya akan diikuti oleh kontraksi dalam arah lateral
REGANGAN LATERAL
• Regangan Lateral Merupakan jenis deformasi pada arah lateral ( tegak lurus sb batang) yang muncul akibat gaya
normal tekan.
• Akibat adanya regangan lateral Tarik bahan akan mengalami penipisan dan akibat adanya regangan lateral tekan bahan
akan mengalami penebalan.
L’
P P
h h’
L
Regangan lateral dalam bahasan di atas, di setiap titik pada batang akan
sebanding dengan regangan aksialnya apabila material bersifat elastis linier. Untuk
itu ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi agar Angka Poisson dapat
dianggap konstan :
gaya aksial harus konstan
bahan harus homogen
Modulus Elastisitas yang sama di semua arah (material isotropik)
Bahan yang memiliki besaran elastis berbeda di semua arah disebut material anisotropik (atau aleotropik)
o Bahan yang memiliki besaran elastis sama pada arah tertentu, namun berbeda dalam arah tegak
lurusnya disebut material orthotropik
Poisson Ratio
• Rasio regangan lateral e/ terhadap regangan aksial e, dikenal dengan istilah Angka
Poisson dan dinyatakan :
n = Angka Poisson
ε’ = regangan lateral
ε = regangan normal/aksial
• Angka Poisson material baja berkisar 0,27-0,30, dan beton antara 0,1 hingga 0,2
Tabel Poison Ratio
Tabel 2.1: Harga rasio Poisson dari berbagai material.
No. Material Rasio poisson, µ
1. Baja 0,25 – 0,33
2. Besi tuang 0,23 – 0,27
3. Tembaga 0,31 – 0,34
4. Perunggu 0,32 – 0,42
5. Aluminium 0,32 – 0,36
6. Beton 0,08 – 0,18
7. Karet 0,45 – 0,50
• Poisson Ratio sangat berguna di beberapa bidang. Salah satu bidang
yang membutuhkanpengaplikasian poisson ratio adalah pipa
bertekanan tinggi. Air atau udara yang diberitekanan tinggi akan
mengembang ke segala arah dan memberikan gaya pada bagian
dalampipa. Gaya tersebut akan menimbulkan tegangan radial pada
material penyusun pipa danmenyebabkan perubahan pada panjang
pipa. Apabila material yang digunakan tidakmemiliki poisson ratio
yang cukup besar untuk pipa agar berdeformasi menyamai
tekananyang diterima, akan terjadi kegagalan pada susunan pipa. Pipa
akan memendek danmerusak susunan pipa secara keseluruhan.
DEFORMASI BENDA KARENA GAYA
YANG BEKERJA
•• Misalkan
P = Beban atau gaya yang bekerja pada benda
• l = Panjang benda
• A = Luas penampang benda
• σ = Tegangan yang timbul pada benda
• E = Modulus Elastisitas material benda
• ε = Regangan
• δl = Deformasi benda
Jawab :
= = -85,11MPa
ε = = -0,4255.10 -3