DASAR TEORI
b. Tahanan Nominal
Untuk mementukan tahanan nominal, ada tiga macam yang harus
diperiksa yaitu :
- Leleh dari luas penampang kotor, di daerah yang jauh dari sambungan.
- Fraktur dari luas penampang efektif pada daerah sambungan
- Geser blok pada sambungan
Menurut SNI 03-1729-2002 pasal 10.1 dinyatakan bahwa semua
komponen struktur yang memikul gaya tarik aksial terfaktor sebesar Tu
maka harus memenuhi :
Tu ≤ ϕ.Tn
Tn = Ag . fy
Dengan ;
Tn = Ae . fu
Dengan ;
U = koefisien reduksi
c. Luas Netto
Menurut SNI 03-1729-2002 pasal 17.3.5 mengenai peerlubangan
untuk baut, dinyatakan bahwa suaru lubang bulat untuk baut harus
dipotong dengan mesin pemotong dengan api, atau dibor ukuran penuh,
atau dipons 3 mm lebih kecil dan kemudian diperbesar, atau dipons penuh.
TASYA OKTAVIAN NUR AYUNDA (202010340311178)
ACHMAD DHANI FERDIAN PRATAMA (202010340311187)
FREA FATIMAH DAMAYANTY (202010340311194)
Selain itu, dinyatakan pula bahwa suatu lubang yang dipons hanya
diijinkan pada material dengan tegangan leleh (fy) tidak lebih dari 360 MPa
dan ketebalannya tidak melebihi 5600/ fy mm.
Selanjutnya dalam pasal 17.3.6 diatur pula mengenai ukuran
lubang suatu baut, dinyatakan bahwa diameter nominal dari suatu lubang
yang sudah jadi, harus 2 mrn lebih besar dari diameter nominal baut untuk
suatu baut yang diameternya tidak lebih dari 24 mm. Untuk baut yang
diameterya lebih dari 24 mm, maka ukuran lubang harus diambil 3 mm
lebih besar. Luas nerto penampang batang tarik tidak boleh diambil lebih
besar daripada 85% luas brutonya. An ≤ 0,85 Ag.
Dengan ;
t = tebal penampang
Ae = U.An
Dengan ;
U = koefisien reduksi
x
x = eksentrisitas sambungan = 1 - ≤ 0,9
L
Dengan :
U = 1,00 untuk l ≥ 2w
l = panjang las
f. Geser Blok
Sebuah elemen plat tipis menerima beban tarik, dan disambungkan
dengan alat pengencang, tahanan dari komponen tarik tersebut kadang
ditentukan oleh kondisi batas sobek, atau sering disebut geser blok. Dalam
gambar 1.10 profil siku degan beban tarik, yang dihubungkan dengan alat
pengencang, dapat mengalami keruntuhan geser blok sepanjang potongan
a-b-c. bagian yang terarsir dalam gambar akan terlepas atau sobek.
Keruntuhan geser blok diberikan persamaan :
1. Geser leleh – Tarik fraktur (fu . Ant ≥ 0,6 . fu . Anv)
Tn = 0,6 . fy . Agv + fu . Ant
2. Geser Fraktur – Tarik Leleh (fu . Ant < 0,6 . fu . Anv)
Tn = 0,6 . fu . Anv + fy . Agt
TASYA OKTAVIAN NUR AYUNDA (202010340311178)
ACHMAD DHANI FERDIAN PRATAMA (202010340311187)
FREA FATIMAH DAMAYANTY (202010340311194)
Dengan ;
fu = kuat tarik
fu = kuat leleh
b. Kekuatan Kolom
TASYA OKTAVIAN NUR AYUNDA (202010340311178)
ACHMAD DHANI FERDIAN PRATAMA (202010340311187)
FREA FATIMAH DAMAYANTY (202010340311194)
Kolom ideal yang memenuhi persamaan euler, harus memenuhi
anggapan-anggapan berikut :
1. kurva hubungan tegangan-regangan tekan yang sama diseluruh
penampang
2. tak ada tegangan sisa
3. kolom benar-benar lurus dan prismatic
4. beban bekerja pada titik berat penampang, hingga batang melentur
5. kondisi tumpuan harus ditentukan secara pasti
6. berlakunya teori lendutan kecil
7. tak ada puntir pada penampag, selama terjadi lentur
π 2 Et
Ag
Pcr = L 2 = fcr . Ag
( )
r
Dengan :
L = panjang batang
r = jari-jari girasi
Sehingga λ c = λ
π √ fy
E
fy
Nn = Ag . fcr = Ag .
ω
d. Panjang Tekuk
Besar beban yang dapat diterima oleh suatu komponen struktur
tekan juga tergantung dari panjang efektifnya. Semakin kecil panjang
efektif suatu komponen struktur tekan, maka semakin kecil pula resikonya
terhadap masalah tekuk.
TASYA OKTAVIAN NUR AYUNDA (202010340311178)
ACHMAD DHANI FERDIAN PRATAMA (202010340311187)
FREA FATIMAH DAMAYANTY (202010340311194)
Gambar 1.11 Panjang Tekuk untuk Beberapa Kondisi Perletakan
Panjang efektif suatu kolom secara sederhana dapat didefinisikan
sebagai jarak di anrara dua titik pada kolom tersebut yang mempunyai
momen sama dengan nol. Dalam perhitungan kelangsingan komponen
struktur tekan (λ = L/r), panjang komponen struktur yang digunakan harus
dikalikan suatu faktor panjang tekuk k untuk rnemperoleh panjang efektif
dari kolom tersebut. Besarnya faktor panjang efektif sangat tergantung dari
kondisi perletakan pada ujung-ujung komponen struktur tersebut.
Nilai k untuk komponen struktur tekan dengan dengan kondisi-
kondisi tumpuan ujung yang ideal seperti dalam Gambar 1.11 dapat
ditentukan secara mudah dengan menggunakan ketentuan-ketentuan di
atas, namun untuk suatu komponen struktur tekan yang merupakan bagian
dari suatu struktur portal kaku seperti dalam Gambar 1.12, maka nilai k
harus dihitung berdasarkan suatu nomogram.
Gambar 1.11 (a) Portal Kaku Begoyang dan (b) Portal Kaku Tanpa
Goyangan
Nilai k untuk masing-masing sistem portal tersebut dapat dicari
dari nomogram dalam Gambar 1.13. Terlihat dalam Gambar 1.13 bahwa
nilai k merupakan fungsi dari GA dan GB yang merupakan perbandingan
antara kekakuan komponen struktur yang dominan terhadap tekan (kolom)
dengan kekakuan komponen struktur yang relatif bebas terhadap gaya
tekan (balok). Nilai G ditetapkan berdasarkan persamaan :
TASYA OKTAVIAN NUR AYUNDA (202010340311178)
ACHMAD DHANI FERDIAN PRATAMA (202010340311187)
FREA FATIMAH DAMAYANTY (202010340311194)
∑ ( LI )
c
G=
∑ ( LI )
b
√
λ iy= λ y +
2 m 2
2
λ1
Dan
k .Ly L1
λ y= dan λ 1=
ry r min
Dengan :
Lx, Ly = panjang komponen struktur tekan arah x dan arah
y
k = factor panjang tekuk
rx, ry, rmin = jari-jari girasi komponen struktur
m = konstanta yang besarnya ditentukan dalam
peraturan
L1 = jarak antar pelat kopel pada arah komponen
struktur tekan
b/2 I
≥ 10
tf L
Dengan
λx ≥ 1,2 λ 1
λx ≥ 1,2 λ 1
λx ≤ 50
Pelat kopel harus dihitung dengan menganggap bahwa pada seluruh
panjang komponen struktur tersebut bekerja gaya lintang yang besarnya :
Du = 0,02 Nu
Dengan:
fub = kuat tarik baut (MPa)
Ab = luas bruto penampang baut pada daerah tak berulir
- Tahanan Tumpu Baut
Tahanan tumpu nominal rergantung kondisi yang terlemah dari baut
atau komponen pelat yang disambung. Besarnya ditentukan sebagai
berikut:
Rn = 2,4.db.tp.fu
Dengan:
db = diameter baut pada daerah tak berulir
tp = tebal pelat
fu = kuat tarik putus terendah dari bauta tau pelat
Untuk lubang baut selot panjang tegak lurus arah gaya berlaku :
Rn = 2,0.db.tp.fu
Tata letak baut diatur dalam SNI pasal 13.4, jarak antar pusat baut
harus di ambil tidak kurang dari 3 kali diameter nominal baut, dan
jarak antara baut tepi dengan ujung pelat harus sekurang-kurangnya
1,5 diameter nominal baut. Dan jarak maksimum antar pusat lubang
baut tak boleh melebihi 15tp atau 200 mm, sedangkan jarak tepi
maksimum harus tidak melebihi (4tp + 100 mm) atau 200 mm.
TASYA OKTAVIAN NUR AYUNDA (202010340311178)
ACHMAD DHANI FERDIAN PRATAMA (202010340311187)
FREA FATIMAH DAMAYANTY (202010340311194)
c. Geser Eksentris
Dalam mendesain sambungan, dapat dilakukan dua macam
pendekatan yaitu :
- Analisa elastic, yang mengasumsikan taka da gesekan antara pelat
yang kaku dan alay pengencang yang elastik.
- Analisa plastis, yang mengasumsikan bahwa kelompok alat
pengencang dengan beban eksentris P berputar terhadap pusat rotasi
sesaat dan deformasi di setiap alat penyambung sebanding dengan
jaraknya dari pusat rotasi.
b. Jenis-jenis Sambungan
- Sambungan sebidang (butt joint), umumnya dipakai untuk pelat-pelat
datar dengan ketebalan sama atau hamper sama.
- Sambungan lewatan (lap joint), paling banyak dijumpai karena cocok
untuk tebal pelat yang berlainan.
TASYA OKTAVIAN NUR AYUNDA (202010340311178)
ACHMAD DHANI FERDIAN PRATAMA (202010340311187)
FREA FATIMAH DAMAYANTY (202010340311194)
- Sambungan tegak (tee joint), banyak dipakai untuk membuat
penampang tersusun seperti bentuk I, pelat girder, stiffener.
- Sambungan sudut (corner joint), dipakai untuk penampang tersusun
berbentuk kotak.
- Sambungan sisi (edge joint), sambungan ini bukan jenis structural dan
digunakan untuk menjaga agar dua atau lebih pelat tidak bergeser satu
dengan lainnya.
c. Jeni-jenis Las
- Las tumpul (groover welds), dipakai untuk menyambung batang-
batang sebidang.
- Las sudut (fillet welds), 80% sambungan las menggunakan tipe las
sudut karena tidak memerlukan presisi tinggi dalam pengerjaannya.
- Las baji dan pasak (slot and plug welds), biasanya digunakan bersama-
sama sambungan dengan las sudut. Manfaat utamanya adalah
menyalurkan gaya geser pada sambungan lewatan bila ukuran panjang
las terbatas oleh panjang yang tersedia untuk las sudut.
TASYA OKTAVIAN NUR AYUNDA (202010340311178)
ACHMAD DHANI FERDIAN PRATAMA (202010340311187)
FREA FATIMAH DAMAYANTY (202010340311194)
ϕ = factor tahanan
DIAGRAM ALIR