Anda di halaman 1dari 20

KRISTALOID

Indrawati Z. Malotes
N 111 15 035
Pembimbing Klinik : Dr. Amsyar Praja. Sp.A
BAB I PENDAHULUAN

Air merupakan bagian terbesar pada tubuh manusia,


presentasenya dapat berubah tergantung pada umur, jenis
kelamin, dan derajat obesitas seseorang. Kandungan air
pada saat bayi baru lahir sekitar 80% berat badan,

Perubahan jumlah dan komposisi cairan tubuh yang dapat


terjadi pada perdarahan, luka bakar, dehidrasi, muntah, diare, dapat
menyebabkan gangguan fisiologis yang berat
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Selain air, cairan tubuh mengandung dua jenis zat yaitu
elektrolit dan non elektrolit.
1. Elektrolit
Merupakan zat yang terdisosiasi dalam cairan dan
menghantarkan arus listrik.
kation utama ekstraseluler : Na+
kation utama intraseluler : K+
anion utama ekstraseluler : clorida (cl-) &
bikarbonat(HCO3-)
anion utama intraseluler : ion fosfat (PO43-).

2. Non-Elektrolit
 Merupakan zat seperti glukosa dan urea yang tidak
terdisosiasi dalam cairan. Zat lainya termasuk penting
adalah kreatinin dan bilirubin.
TERAPI CAIRAN INTRAVENA
• cairan yang mengandung air, elektrolit,
dan atau gula dengan berbagai
Cairan campuran. BM (<8000dalton) tekanan
onkotik rendah sehingga cepat
kristaloid terdistribusi keruang ekstraseluler

• cairan yang berat molekulnya


tinggi.>8000dalton tekanan
Cairan onkotik tinggi sehingga
sebagian besar tetap tinggal
koloid diruang intravaskular.
CAIRAN KRISTALOID

Cairan hipotonik

Cairan isotonik

Cairan hipertonik
CAIRAN HIPOTONIK

Osmolaritasnya lebih rendah dibandingkan


serum (konsentrasi ion Na+ lebih rendah
dibandingkan serum), sehingga larut dalam serum,
dan menurunkan osmolaritas serum.
Maka cairan “ditarik” dari dalam pembuluh
darah keluar ke jaringan sekitarnya Digunakan
pada keadaan sel “mengalami” dehidrasi.
Contohnya dextrosa 2,5 %.
CAIRAN ISOTONIK

Osmolaritas (tingkat kepekatan)


cairannya mendekati serum (bagian
cair dari komponen darah), sehingga
terus berada di dalam pembuluh darah.

Contohnya adalah cairan Ringer-Laktat


(RL), dan normal saline/larutan garam
fisiologis (NaCl 0,9%).
CAIRAN HIPERTONIK

osmolaritasnya lebih tinggi


dibandingkan serum, sehingga
“menarik” cairan dan elektrolit dari
jaringan dan sel ke dalam
pembuluh darah.

Misalnya Dextrose 5%, NaCl 45%


hipertonik.
Ringer laktat

RL merupakan cairan
komposisi elektrolit Na+
yang paling fisiologis yang
(130 mEq/L), Cl- (109
dapat diberikan pada
mEq/L), Ca+ (3 mEq/L),
kebutuhan volume dalam
dan laktat (28 mEq/L).
jumlah besar.
RL digunakan sebagai
Osmolaritas : 273 mOsm/L.
replacement therapy, antara
Sediaannya : 500 ml
lain untuk syok hipovolemik,
1.000 ml.
diare, trauma, dan luka bakar.
Dextrosa

cairan maintenance pada


pasien dengan pembatasan
intake natrium.
Komposisi : glukosa = 50 gr/l
Glukosa 5% digunakan pada (5%), 100 gr/l (10%), 200 gr/l
keaadaan gagal jantung (20%).
sedang 10% dan 20% Kemasan : 100, 250, 500 ml.
digunakan pada keadaan
hipoglikemia, gagal ginjal
akut dengan oligouria.
NACL 0,9%

NaCl 0,9% (normal saline) komposisi elektrolit Na+


dapat dipakai sebagai cairan (154 mEq/L) dan Cl- (154
resusitasi (replacement mEq/L), dengan
therapy), terutama pada kasus
seperti kadar Na+ yang
rendah, osmolaritas : 300 mOsm/L.
Sediaannya : 500 ml dan
Misalnya diare , resusitasi, dan 1.000 ml.
luka bakar
RINGER ASETAT

komposisi elektrolit mirip


Larutan RA berbeda dari RL dengan plasma, RA dan RL
(Ringer Laktat) dimana laktat efektif sebagai terapi
terutama dimetabolisme di resusitasi pasien dengan
hati, sementara asetat dehidrasi berat dan syok,
dimetabolisme terutama di terlebih pada kondisi yang
otot disertai asidosis.
EFEK KRISTALOID
Kristaloid hanya berada sebentar didalam ruang
intravaskular dan 1/4 bagian cairan intravaskular akan
mengisi ruang interstisial

hanya sekitar 20% elektrolit yang diberikan akan tinggal


di ruang intravaskuler

Ekspansi cairan dari ruang intravaskuler ke interstital


berlangsung selama 30-60 menit sesudah infus dan akan
keluar dalam 24-48 jam sebagai urine
DAFTAR PUSTAKA

1. Guyton AC, Hall JE. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11.
EGC; Jakarta 2008
2. Latief SA, Suryadi KA, Dachlan MR. Petunjuk Parktis
Anestesiologi, Edisi Kedua. Bagian Anestesiologi dan Terapi
Intensif, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta 2001.
3. Leksana E. Terapi Cairan dan Elektrolit. SMF/Bagian Anestesi dan
Terapi Intensif, Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro
Semarang.
4. Heitz U, Horne MM. Fluid, Electrolyte and Acid Base Balance. 5th
ed. Missouri: Elsevier-Mosby; 2005
5. Bektiwibowo, S. Bogor Pediatric update 2015. Ikatan Dokter Anak
cabang jawa barat. Maret 2015
6. Leksana E. Terapi Cairan dan Darah. SMF/Bagian Anestesi dan
Terapi Intensif, Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro
Semarang. 2000 Mei.
7. Novara T, Perbandingan antara laktat hipertonik dan Nacl
0,9% sebagai pengganti perdarahan .Universitas
Diponegoro. 2009. Semarang.
8. Rudi M, pengaruh pemberian cairan Ringer laktat
dibandingkan Nacl 0,9% terhadap keseimbangan asam
basa pada pasien caesar section dengan anestesi regional.
Universitas Diponegoro. 2006. Semarang.
9. Alfanti E. Pengaruh pemberian infus dextrosa 2,5% dan
Nacl 45% terhadap kadar glukosa perioperatif pada pasien
pediatri. Universitas Diponegoro. 2007. Semarang.
10. Pudjiaji A, latief A, Budiwardana. Buku Ajar Pediatri
Gawat Darurat. Ikatan Dokter Anak Indonesia.2013.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai