Anda di halaman 1dari 18

ASUHAN

KEPERAWATAN
IMPETIGO PADA ANAK
Nama : Nurhayati
NIM : 3018041100
Kelas : 2A
Definisi
 Impetigo adalah salah satu contoh pioderma, yang
menyerang lapisan epidermis kulit (Djuanda, 56:2005).

 Daerah-daerah tubuh, wajah, tangan dan leher dan


ekstremitas yang terbuka merupakan bagian yang paling
sering terkena. Impetigo merupakan penyakit menular dan
kerap kali terjadi sekunder akibat dari Pediculosis capitis,
Skabies, herpes simpleks, gigitan serangga, getah tanaman
yang beracun (poison ivy) atau ekzema (Beheshti, 2:2007).
Etiologi
 Impetigo disebabkan oleh Staphylococcus aureus (yang paling sering
tipe 71), Streptococcus beta hemolytic grup A (Streptococcus pyogenes
tipe 49, 52, 53, 55-57, 59, dan 61) atau kombinasi keduanya.
Staphylococcus dominan ditemukan pada awal lesi. Jika kedua kuman
ditemukan bersamaan, maka infeksi streptococcus merupakan infeksi
penyerta, Staphylococcus aureus merupakan pathogen primer pada
impetigo bulosa (Beheshti, 2:2007).
 Adapun faktor resiko dari impetigo antara lain usia (anak 2-6 tahun)
namun tidak menutup kemungkinan untuk semua umur dimana
frekuensi laki-laki dan wanita sama, tempat tinggal yang padat, cuaca
yang hangat dan lembab, kegiatan olahraga tertentu yang melibatkan
kontak kulit dengan kulit (seperti sepak bola atau gulat), dan adanya
kerusakan kulit.
Klasifikasi
 Jenis impetigo yaitu :
 Impetigo krustosa (tanpa gelembung cairan, dengan
krusta/keropeng/koreng)
 Impetigo Bulosa (gelembung berisi cairan)
Impetigo krustosa (tanpa gelembung cairan, dengan
krusta/keropeng/koreng)

Sebagian besar terdapat pada anak usia 2-5 tahun, karena sistem imun
anak yang belum berkembang sempurna, terutama anak yang tinggal di
iklim panas dan lembab. Gejala timbul 1-3 hari setelah infeksi. Kelainan
kulit diawali oleh kemerahan mendatar pada kulit paling sering muncul di
muka, yaitu di sekitar hidung dan mulut. Kelainan kulit berupa eritema dan
vesikel yang cepat memecah sehingga penderita datang berobat yang
terlihat adalah krusta tebal berwarna kuning seperti madu. Jika
dilepaskan tampak erosi dibawahnya. Luka ini bisa saja terasa gatal tapi
tak terasa sakit. Impetigo jenis ini juga jarang menimbulkan demam pada
anak, tapi ada kemungkinan menyebabkan pembengkakan kelenjar getah
bening pada area yang terinfeksi. Dan karena impetigo sangat mudah
menular, makanya jangan menyentuh atau menggaruk luka karena dapat
menyebarkan infeksi ke bagian tubuh lainnya.
Impetigo Bulosa (gelembung berisi cairan)

Merupakan infeksi superfisial kulit akibat staphylococcus aureus, ditandai oleh


pembentukan bula dari vesikel asalnya. Kelainan kulit berupa benjolan kecil yang
dengan cepat membesar menjadi benjolan besar berisi cairan (bula). Pada
awalanya cairan berwarna jernih, kemudian menjadi keabu-abuan dan akhirnya
menjadi kuning gelap seperti nanah (bula hipopion). Permukaan benjolan ini datar
dan di sekitarnya tidak terdapat kemerahan, umumnya berukuran kurang dari 3 cm.
Benjolan besar ini sangat rapuh sehingga mudah pecah, mengeluarkan nanah
kekuningan dan meninggalkan luka dangkal dengan sisik di tepinya (collarette).
Impetigo jenis ini umumnya ditemukan di daerah lipatan kulit, seperti di leher, ketiak,
dan lipat paha. Kelainan kulit dapat menyebar ke daerah kulit lain akibat garukan
penderita. Berbeda dengan impetigo krustosa, pada impetigo bulosa jarang terdapat
kemerahan dan pembengkakan kelenjar getah bening. Selain itu, impetigo jenis ini
tidak terlalu menular seperti tipe krustosa dan dapat sembuh dengan spontan dalam
beberapa minggu tanpa bekas. Pada bayi, dapat disertai gejala umum seperti
demam, lemas, dan diare.
Patofisiologi
 Infeksi Staphylococcus aureus atau Group A Beta Hemolitik
Streptococcus dimana kita ketahui bakteri-bakteri tersebut dapat
menyebabkan penyakit akibat kemampuannya mengadakan
pembelahan dan menyebar luas ke dalam jaringan dan melalui
produksi beberapa bahan ekstraseluler. Beberapa dari bahan tersebut
adalah enzim dan yang lain berupa toksin meskipun fungsinya adalah
sebagai enzim. Staphylococcus dapat menghasilkan katalase,
koagulase, hyaluronidase, eksotoksin, lekosidin, toksin eksfoliatif,
toksik sindrom syok toksik, dan enterotoksin. Bakteri staphylococus
menghasilkan racun yang dapat menyebabkan impetigo menyebar ke
area lainnya. Toxin ini menyerang protein yang membantu mengikat
sel-sel kulit. Ketika protein ini rusak, bakteri akan sangat cepat
menyebar.
Lanjutan…
 Enzim yang dikeluarkan oleh Stapylococus akan merusak struktur kulit dan adanya rasa
gatal dapat menyebabkan terbentuknya lesi pada kulit. Rasa gatal dengan lesi awal
berupa makula eritematosa berukuran 1-2 mm, kemudian berubah menjadi bula atau
vesikel. Pada Impetigo kruktosa awalnya berupa warna kemerahan pada kulit (makula)
atau papul (penonjolan padat dengan diameter <0,5cm) yang berukuran 2-5 mm. Lesi
papul segera menjadi vesikel atau pustul (papula yang berwarna keruh/mengandung
nanah/pus) yang mudah pecah dan menjadi papul dengan keropeng/koreng berwarna
kunig madu dan lengket yang berukuran < 2 cm dengan kemerahan minimal atau tidak
ada kemerahan disekelilingnya, sekret seropurulen kuning kecoklatan yang kemudian
mengering membentuk krusta yang berlapis-lapis. Krusta mudah dilepaskan, di bawah
krusta terdapat daerah erosif yang mengeluarkan sekret, sehingga krusta akan kembali
mene impetigo bulosa bula yang timbul secara tiba tiba pada kulit yang sehat dari plak
(penonjolan datar di atas permukaan kulit) merah, berdiameter 1-5cm, pada daerah
dalam dari alat gerak (daerah ekstensor), bervariasi dari miliar sampai lentikular dengan
dinding yang tebal, dapat bertahan selama 2 sampai 3 hari. Bila pecah, dapat
menimbulkan krusta yang berwarna coklat, datar dan tipis.
Predisposisi adanya kontak
dengan penderita impetigo,
Invasi Bakteri Piogenik
kesehatan yang buruk, higiene
yang buruk, dan malnutrisi
Makula yang ruptur
menjadi krusta

Respons Respons Inflamasi Respons


Inflamasi Lokal Sistemik Psikologis

Peningkatan Kondisi
Kerusakan Kerusakan Suhu Tubuh kerusakan
Saraf Perifer Integritas jaringan
jaringan kulit
Hipertermi
Nyeri Gangguan
gambaran diri
Manifestasi klinik
1. Impetigo Krustosa
 Lesi dimulai dengan vesikel atau pustula kecil, bila pecah
akan terbentuk krusta berwarna kuning Tanda khas dari
impetigo krustosa ini adalah warna seperti madu atau kuning
keemasan ’honey-colored’.
 biasanya diameter < 2 cm.
 Rash didaerah terbuka seperti muka dan ekstremitas
 Lesi biasanya asimptomatik, terkadang pruritus.
 Eritema atau edema sedikit atau tidak ada sama sekali.
 Ditemukan pembesaran kelenjar limfe regional.
Lanjutan…
2. Impetigo Bulosa
Manifestasi klinis impetigo bulosa sebagai berikut (Lewis dkk,
2010) :
a.    Bula dengan atap tipis dan mudah pecah.
b.    Predileksi biasanya di muka, badan, ekstremitas, bokong,
dan perineal.
c.    Eritema minimal atau tidak ada sama sekali.
d.    Tidak ditemukan pembesaran kelenjar limfe regional.
e. Pada bayi, dapat disertai gejala umum seperti demam,
lemas, dan diare.
Pemeriksaan Penunjang

 Laboratorium
 Pemeriksaan mikrobiologis
 Pemeriksaan imunologis
Komplikasi
 Sebenarnya impetigo tidaklah berbahaya, tapi kadang infeksi ini menyebabkan
komplikasi serius meski jarang terjadi, Impetigo biasanya sembuh tanpa penyulit
dalam 2 minggu. Komplikasi berupa radang ginjal/ Poststreptococcal
glomerulonephritis (PSGN) pasca infeksi Streptococcus terjadi pada 1-5% pasien
terutama usia 2-6 tahun dan hal ini tidak dipengaruhi oleh pengobatan antibiotic.
Gejala berupa bengkak dan kenaikan tekanan darah, pada sepertiga terdapat urine
seperti warna teh. Keadaan ini umumnya sembuh secara spontan walaupun gejala-
gejala tadi muncul (Yayasan Orang Tua Peduli, 4:2008).
 Komplikasi lainnya yang jarang terjadi adalah infeksi tulang (osteomielitis), radang
paru-paru (pneumonia), selulitis (merupakan infeksi serius yang menyerang jaringan
di bawah kulit dan dapat menyebar ke kelenjar getah bening serta memasuki aliran
darah, Jika tak ditangani, cellulitis dapat mengancam jiwa), psoriasis,
Staphylococcal scalded skin syndrome, radang pembuluh limfe atau kelenjar getah
bening (Yayasan Orang Tua Peduli, 4:2008) serta Infeksi methicillin-resistant
Staphylococcus aureus (MRSA), kulit parut berubah warna terang atau gelap.
Penatalaksanaan
 Perawatan Umum
 Perawatan Lesi
 Terapi Farmakologi
Perawatan Umum
 Memperbaiki hygiene dengan membiasakan membersihkan
tubuh dengan sabun, Tidak saling tukar menukar dalam
menggunakan peralatan pribadi (handuk, pakaian, dan alat
cukur, menjaga kuku tetap pendek dan bersih, dan
senantiasa mengganti pakaian, Memperkuat daya tahan
tubuh, seperti mengonsumsi buah-buahan, multivitamin, dan
beristirahat cukup
Perawatan Lesi
 Rendam bagian kulit yang sakit dalam air sabun antiseptik selama 15-
20 menit. Lakukan 2-3 kali sehari untuk melunturkan kerak pada kulit
dan untuk menghilangkan pusat pertumbuhan bakteri dan memberi
kesempatan pada antibiotik topikal untuk mencapai area yang terinfeksi.
 Oleskan antibiotik topikal pada kulit yang sakit. Pakai sarung tangan
ketika akan memberikan perawatan pada pasien impetigo dan saat
mengoleskan antibiotik topikal di tempat yang terinfeksi dan cuci tangan
dengan menggunakan air mengalir bila habis kontak dengan pasien
 Tutup kulit yang sakit dengan perban yang bersih. Jangan biarkan
pasien menyentuh atau menggaruknya.
Terapi Farmakologi
a. Terapi antibiotik topikal
 antibiotik yang direkomendasikan adalah mupirosin dan
retapamulin. Antibiotik lainnya yang dapat digunakan adalah
klindamisin, gentamisin, hidrogen peroksida 1%, dan tetrasiklin
b. Antibiotik sistemik
 Antibiotik yang direkomendasikan antibiotic seperti golongan
cefalosporin, amoxicillin-clavulanat, cloxacillin, dan dicloxacillin. Bila
sudah terjadi Methicillin Resistant Staphylococcus aureus (MRSA)
dapat menggunakan antibiotik alternatif seperti vancomisin,
trimetropim/sulfametoxason, dan klindamisin. Eritromisin dan
klindamisin juga dapat digunakan bila alergi terhadap penisilin.
Kasus
Pasien Anak laki-laki, usia 2 tahun dibawa oleh ibunya ke poli
kulit Rumah Sakit Abdoel Moeloek (RSAM) dengan keluhan
gatal-gatal dan timbul gelembung berisi cairan hampir di
seluruh tubuh sejak 3 hari yang lalu. Awalnya keluhan timbul di
perut yang lama kelamaan menjalar ke daerah punggung,
tangan, kaki dan wajah. Keluhan berupa kemerahan yang
terasa gatal dan agak perih lalu lama kelamaan menjadi
gelembung berisi cairan, sebagian gelembung pecah dan
mengering hingga berwarna kehitaman.

Anda mungkin juga menyukai