Anda di halaman 1dari 70

Reduksi Tertutup, Tehnik

Traksi, Bidai dan Casting

Dr. H. Hermansyah, SpOT


SMF Bedah RSUD Lubuk Basung
Kabupaten Agam
Prinsip reduksi tertutup
• Semua fraktur yang bertikai, harus
direduksi untuk megurangi kerusakan
jaringan lunak, termasuk jika diperlukan
pemasangan ORIF (Open reduction internal
fixation)
• Gunakan bidai pada keadaan awal
Prinsip reduksi tertutup
• Keberhasilan reduksi tergantung pada
Analgesik yang memadai dan pelemas otot
• Cara reduksi tergantung dari jenis fraktur
dan lokasinya
• Koreksi panjang, rotasi dan angulasi
• Immobilisasi sendi diatas dan dibawahnya
Prisip Reduksi Tertutup
• Reduksi dilakukan sesuai dengan dari mekanisme
traumanya, terutama pada anak, dg periosteum yang
masih baik
• Jika terjadi patah tulang karena bengkokan, jaringan
lunak akan rusak pada daerah konvek, dan utuh pada
dearah konkav

Figure from Chapman’s Orthopaedic Surgery 3rd Ed.


(Redrawn from Charnley J. The Closed Treatment of
Common Fractures, 3rd ed. Baltimore: Williams &
Wilkins, 1963.)
Prinsip reduksi tertutup
• Traksi Longitudinal tidak bisa mengembalikan posisi
fraktur, apalagi dg periosteum yang intak pada satu
sisi dan kuat (Khas pada anak-anak)

Figure from Chapman’s Orthopaedic Surgery 3rd Ed.


(Redrawn from Charnley J. The Closed Treatment of
Common Fractures, 3rd ed. Baltimore: Williams &
Wilkins, 1963.)
Prinsip reduksi tertutup
• Maka untuk mempertemukan ujung fraktur dilakukan
refrakturasi , sesuai dg mekanisme fraktur sebelumnya,
• Biasanya sampai 90°

Figure from Chapman’s Orthopaedic Surgery 3rd Ed.


(Redrawn from Charnley J. The Closed Treatment of
Common Fractures, 3rd ed. Baltimore: Williams &
Wilkins, 1963.)
Prinsip reduksi tertutup

Penting untuk
mempertahankan reduksi
dg bantuan Three point
contact (mold)

Figure from: Rockwood and Green: Fractures


in Adults, 4th ed, Lippincott, 1996.
Reduksi tertutup yang sering
Distal Radius
• Traksi Longitudinal
• Blok lokal atau regional
• Chinnese finger trap traction

Figure from: Rockwood and Green: Fractures in


Adults, 4th ed, Lippincott, 1996.
Reduksi tertutup yang sering
• Dislokasi Elbow – Traksi, fleksi, dan
penekanan langsung.

Figures from Rockwood and Green, 5th ed.


Reduksi tertutup yang sering
• Dislokasi Shoulder – Relaksasi, traksi, dan
rotasi secara gentel kalau diperlukan

Traksi dan counter raksi


Metode gravitasi
Reduksi tertutup yang sering
Dislokasi Hip
• Relaksasi, Fleksi, dan
traksi
• Adduksi, dan rotasi
internal
• Gentle dan atraumatik
• Traksi 2 minggu

Relocation should be palpable and permit significantly


improved ROM. This often requires very deep sedation.
Figures from Rockwood and Green, 5th ed.
Pembidaian.
• Pengertian :
Memasang alat untuk mempertahankan kedudukan tulang.

• Indikasi :
– Patah tulang terbuka / tertutup

• Tujuan :
– Mencegah pergerakan tulang yang patah.
– Mengurangi nyeri.
– Mencegah cedera lebih lanjut.
– Mengistirahatkan daerah patah tulang.
– Mengurangi perdarahan.
• Prinsip pembidaian :
– Pastikan ABC aman.
– Kontrol perdarahan.
– Pasien sadar : informasikan adanya
nyeri.
– Buka daerah yg akan dibidai.
– Periksa dan catat PMS (pulse, motor,
sensasi) sebelum dan sesudah.
– Pada angulasi yang besar dan pulsasi (nadi
di perifer) hilang lakukan penarikan secara
gentle.
– Luka terbuka tutup dgn kasa steril.
– Bidai mencakup sendi atas dan bawah
cedera.
– Berikan bantalan yang lunak.
– Bila ragu-ragu apakah ada fraktur/tdk
sebaiknya lakukan bidai untuk pencegahan.
BIDAI
Alat yang dipakai untuk
mempertahankan kedudukan atau
letak tulang yang patah.

Berupa sepotong tongkat, bilah papan,


keras, tidak mudah bengkok ataupun
patah.
SYARAT-SYARAT
PEMBIDAIAN
• Lebar dan panjangnya sesuai dengan kebutuhan
• Panjang bidai melampaui dua sendi untuk
mempertahankan kedudukan tulang yang patah
• Beri bidai dengan lapisan empuk agar tidak
nyeri
• Bidai tidak boleh terlalu kencang atau ketat
1

3
Bidai
• Tidak sirkumferensial, memungkinkan
terjadinya pembengkakn lebih lanjut
• Bisa digunakan gips atau bidai fiberplastik,
dan ini lebih baik, karena bisa dibentuk
Tehnik bidai yang sering
• “Bulky” Jones
• Sugar-tong
• Coaptation
• Ulnar gutter
• Volar / Dorsal hand
• Thumb spica
• Posterior slab (ankle) +/- U splint
• Posterior slab (kruris)
Sugar Tong Splint

• Bidai sampai
mengelilingi humerus
distal untuk mencegah
rotasi
• Padding paling kurang 3-
4 lapis, dan pada bagian
siku agak dilebihkan
Fraktur Humerus (Coaptation Splint)

• Bagian medial bidai


sampai di ketiak, daan
bantalan harus cukup
sehingga mengurangi
iritasi
• Bagian lateral sampai
deltoid

Figure from Rockwood and Green, 4th ed.


Fracture Bracing
• Dibolehkan untuk menggerakkan sendi, dan
bisa diberikan beban
• Panjang dan kelurusan tulang dijaga oleh
jaringan lunak dan otot yang berfungsi
sebagai amplop
• Paling sering untuk patah tulang batang
humerus dan tibia
• # Humerus dapat diganti dg
humeral brace, kalau tak nyeri
lagi setelah 7-10 hari(tak nyeri
lagi kalu ditekan).
• Memungkinkan gerakan aktif
sendi siku

Figure from Rockwood and Green, 4th ed.


Casting (Gips)
• Tujuannya adalah immobilisasi tulang semi
kaku, dengan mencegah penekanan pada
kulit dan komplikasinya
• Hati-hati pada kalau pada fraktur
baru,karena edema, dan komplikasi
neurovaskular
Prinsip reduksi tertutup
• Casting harus dibentuk sesuai dangan bentuk
tungkai
• “Straight casts lead to crooked bones”
• “Crooked casts lead to straight bones”
Tehnik Casting
• Pemasangan stokinet

Figure from Chapman’s Orthopaedic


Surgery 3rd Ed.
Tehnik Casting
• Padding atau bantaan
– Distal ke proksimal
– 50 % overlap
– Minimum 2 lapis
– Extra padding pada
fibular head, malleoli,
Figure from Chapman’s Orthopaedic
patella, and olecranon Surgery 3rd Ed.
Plaster vs. Fiberglass
• Plaster
– Gunakan air dingin untuk memudahkan
pembentukannya
• Fiberglass
– Lebih sulit dibentuk, namun lebih ringan dan kuat
– Cukup 2-3 lapis
Ukuran
– 6 inch untuk diatas paha
– 3 - 4 inch tungkai bawah
– 3 - 4 inch tungkai atas
– 2 - 4 inch ante brachii
Cast Molding
• Gunakan selalu tangan
untuk molding pressure
points
• Molding dilakukan unutk
memperoleh “three point
fixation”

Figure from Chapman’s Orthopaedic


Surgery 3rd Ed.
Below Knee Cast
• Memegang head metatarsal
• Ankle posisi neutral – flex lutut u relaksasi
gastroc
• Jari harus bebas
Padding untuk fibular head and plantar pedis
Flexed lutut

Padded head fibular

Ankle
Posisi Neutra Jari Bebas

Asisiten mempertahankan posisi kaki


Figure from: Browner and Jupiter: Skeletal Trauma, 2nd ed, Saunders, 1998.
Short Leg Cast
• Kalau sendirian, bisa
pasien yang
mempertahankan
posisi kaki

Figure from Chapman’s Orthopaedic


Surgery 3rd Ed.
Above Knee Cast
• Buat dulu below knee (tipis pada
proksimalnya)
• Lutut flkesi 5 - 20 derajat
• Molding pada distal femur untuk mencegah
rotasi
• Extra padding anterior patella
Anterior padding

Support lower
leg / cast

Sedikit dibawah
lipatan paha
Forearm Casts & Splints
(Ante brachii)
• Sendi MCP harus bebas
– Jangan melewati palmar crease
• Jempol harus bebas setinggi MCP
– Jempol harus bisa menjangkau telunjuk
x
x
Cast Wedging
• Post casting harus segera di x ray,
untuk menilai hasil reduksi
• Casting bisa di wedging, untuk
koreski reduksi
• Deformitas digambar pada casting,
dan arah koreski
• Casting dipotong sesuai kebutuhan
untuk koreksi , dan di lapis ulang
Example of cast wedging to correct
loss of reduction of a pediatric
distal both bone forearm fracture.
From Halanski M, Noonan KJ. J
Am Acad Orthop Surg. 2008.
Komplikasi Casting dan Bidai
• Reduksi terganggu
• Nekrosis akibat penekanan, dapat terjadi
dalam 24 jam
• Casting terlalu ketat  compartment
syndrome
– Univalving = tekanan turun 30%
– Bivalving = tekanan turun 60%
– Juga perlu untuk memotong padding
Komplikasi bidai dan casting
• Trauma panas jangan lebih 10 lapis, suhu air
>24°C, Jarang kalau dengan fiberglass
• Luka bakar akibat casting atau pemotongan

Keloid formation as a result of an injury


during cast removal. From Halanski M,
Noonan KJ. J Am Acad Orthop Surg. 2008.
Komplikasi Casting dan Bidai
• DVT/PE (penyumbatan vena)– meningkat pada
fraktur ektr bawah
– Riwayat DVT atau keluarga
– Pemakaian Pil KB
– Berikan profilaksis kalau ada resiko
• Kaku Sendi
– Bebaskan sendi sebisa mungkin(contoh MCP untuk
below elbow cast)
– Letakkan sendi pada posisi fungsional
Traksi
• Memberikan tarikan yang tetap pada saat
stabilisasi awal fraktur ataupun saat
tindakan operasi

• Bisa secara skeletal dan kulit


Traksi Kulit
• Beban terbatas, umumnya tidak lebih dari
Lebih sering pada pasien anak-anak
• Bisa juga pada paseien tua dg RA
• Tidak cukup kuat untuk operasi, baik untuk
mempertahankan rotasi atau panjang tulang
• Secara umum dipasang pada sisi lateral dan
media,
• Adhesive dan non adhesive
• Hati-hati pada orang tua lecet pada kulit
Traksi kulit - “Bucks”
• Biasanya untuk terapi sementara # hip,
• Berat beban maksimal  7kg
• Kontrol ketat komplikasi pada kulit,
terutama orang tua dan dg penyakit RA, dan
DM
• Dipasang Posterolateral dan anteromedial
Traksi Skeletal
• Lebih kuat dari traksi kulit
• Bisa menarik beban sampai 20% BB
• Lokal anestesi u insersi pin
• Bagus untuk # tulang panjang, pelvic, and
acetabular fractures, atau persiapan sebelum
operasi
Jenis pin traksi
• Mempergunakan wire atau st. pin
• Wire kecil lebih sulit kalau dg hand drill, dan
memerlukan “tension traction bow”

Standard Bow Tension Bow


Tipe traksi pin
• Steinmann pin, bisa dg atau tanpa ulir
– Tanpa ulir, kuat, namun mudah bergeser
– Ulir, lebih lunak, namun jarang bergeser
– Diameter 5 or 6 mm untuk dewasa
Pemasangan Pin
• Tindakan steril
• Local anesthesia + sedasi
• Masukkan pin dari daerah yang strutkrur
neurovaskulernya jelas
– Distal femur: Medial  Lateral
– Proximal Tibial: Lateral  Medial
– Calcaneus: Medial  Lateral
• Kasa steril sekitar pin
• Lindungi ujung pin
Traksi Distal Femoral
• Metoda terpilih untuk # acetabular dan proximal
femur
• Kalau ada injuri ligament lutut, gunakan traksi
distal femur
Distal Femoral Traction
• Insersi pin dari medial
ke lateral pada
adductor tubercle,
sedikit proximal dari
epicondyle

Figures from Althausen PL, Hak DJ. Am J Orthop. 2002.


Balanced Skeletal Traksi
• Mempergunakan sistim suspensi dg traksi
longitudinal
• Memerlukan trapeze bar, traction cord, and
pulleys
• Lebih nyaman dan mudah digerakkan
• Memudahkan manipulasi untuk
memaksimalkan reduksi
Figure from: Rockwood and Green: Fractures in Adults, 4 th ed, Lippincott, 1996.
Traksi Proximal Tibial
• Insersi pin, 2 cm posterior
dan 1 cm distal tubercle
• Pin dari lateral ke medial

Figures from Althausen PL, Hak DJ. Am J Orthop. 2002.


Traksi Calcaneal
• Sering digunakan unutk
kombinasi pada“travelling
traction” atau dg Bohler-
Medial Structures
Braun frame
• Insersi pin medial ke lateral
2 - 2.5 cm posterior and
inferior medial malleolus

Figures from Althausen PL, Hak DJ. Am J Orthop. 2002. Lateral Structures
Traksi Olecranon
• Jarang digunakan
• Pin kecil atau menengah,
dimasukkan dari medial ke
lateral proksimal olekranon.
• Sangga ante brachii dg skin
traksi, dg siku posisi 90 derajat

Figure from Chapman’s Orthopaedic


Surgery 3rd Ed.
Gardner Wells Tongs
• Digunakan untuk reduksi dan traksi tulang
servikal
• Insersi Pins 1 jari diatas pinna, dan sedikit
posterior dari meatus akustikus ekternus
• Traksi dimulai dg 2,5kg, dan ditambah 1kg
dg kontrol radiography dan klinis
Traksi Halo
• Digunakan pada terapi definitiv # servikal
atau terapi tambahan pada fiksasi internal
• Kerugian
– Pin problems
– Gangguan pernafasan
Left: “Safe zone” for halo pins. Place anterior pins about 1 cm above orbital rim,
over lateral two thirds of the orbit, and below skull equator (widest circumference).
Right: “Safe zone” avoids temporalis muscle and fossa laterally, and supraorbital
and supatrochlear nerves and frontal sinus medially.
Posterior pin placement is much less critical because the lack of neuromuscular
structures and uniform thickness of the posterior skull.
Figure from: Botte MJ, et al. J Amer Acad Orthop Surg. 4(1): 44 – 53, 1996.
Tarimo
kasih

Anda mungkin juga menyukai