Anda di halaman 1dari 56

KARYA TULIS ILMIAH

IDENTIFIKASI DAN ISOLASI BAKTERI PENYEBAB


PENDERITA DENGAN GEJALA DEMAM TYPHOID DI
RUMAH SAKIT IBNU SINA MAKASSAR TAHUN
2016
OLEH:
Andi Azizah Noor 110 213 0120
Andi Nurul Fasty Batari 110 213 0136
PEMBIMBING:
dr. Yusriani Mangerangi, M.Kes Fakultas Kedokteran
dr. Achmad Harun
Universitas Muslim Indonesia
2016
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 RUMUSAN MASALAH

Bakteri apakah penyebab penderita dengan


gejala demam typhoid di RS. Ibnu Sina
Makassar tahun 2016. ?
1.3. TUJUAN
TUJUAN UMUM
PENELITIAN
Mengetahui kuman penyebab TUJUAN KHUSUS
demam typhoid dengan cara 1. Mengetahui prevalensi angka kejadian
pasien bergejala demam Tifoid di RS.
mengisolasi dan Ibnu Sina Makassar bulan Juli-Agustus
2016.
mengidentifikasi kuman
2. Mengetahui prevalensi pasien gejala
penyebab pasien gejala demam demam typhoid berdasarkan jenis
kelamin di RS.Ibnu Sina Makassar.
typhoid di RS.Ibnu Sina 3. Mengetahui prevalensi pasien gejala
Makassar tahun 2016. demam typhoid berdasarkan usia di
RS.Ibnu Sina Makassar.
4. Isolasi dan Identifikasi bakteri dari
sampel darah pada medium agar
penderita gejala Demam Typhoid di
RS.Ibnu Sina Makassar.
MANFAAT PENELITIAN
1. Bagi Instansi terkait
Informasi seberapa tingginya prevalensi dan kuman penyebab penyakit
demam typhoid di RS. Ibnu Sina Makassar.
2. Bagi peneliti:
Mengetahui kuman penyebab demam typhoid.
3. Bagi institusi:
Dasar bukti medis secara ilmiah tentang kuman penyebab penyakit
demam typhoid.
4. Bagi masyarakat:
Meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai demam typhoid
sehingga dapat dilakukan pencegahan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. DEMAM TIFOID

A. DEFINISI
Penyakit yang disebabkan oleh bakteri Salmonella yang
menyerang bagian saluran pencernaan, bermultiplikasi dalam sel
fagositik mononuklear dan dilepaskan ke aliran darah (Algerina,
2008; Darmowandowo, 2006).

Demam typhoid termasuk penyakit menular, sebagian besar


melalui minuman/makanan yang tercemar oleh kuman dan
biasanya keluar bersama-sama dengan tinja. Transmisi juga
dapat terjadi secara transplasenta(Soedarno et al, 2008).
B. EPIDEMIOLOGI
C. ETIOLOGI DEMAM TYPHOID
D. PATOGENESIS PENYAKIT
Respon Antibodi Terhadap Infeksi S.Typhii
E. GEJALA KLINIK
1. Demam
2. Gangguan pencernaan
3. Gangguan kesadaran
(somnolen/apati)
F. KOMPLIKASI
1. Komplikasi Intestinal
a. Perdarahan Usus
b. Perforasi Usus
2. Komplikasi Ekstraintestinal
c. Komplikasi kardiovaskuler
d. Komplikasi darah
e. Komplikasi paru
f. Komplikasi hepar dan kandung kemih
g. Komplikasi ginjal
h. Komplikasi tulang
i. Komplikasi neuropsikiatrik
G. PEMERIKSAAN
PENUNJANG
1. Kultur darah
2. Pemeriksaan darah tepi
3. Pemeriksaan bakteriologis dan isolasi
bakteri
H. PATOFISIOLOGI PENYAKIT
Time frame

Masa inkubasi dapat berlangsung 7-21 hari, walaupun pada umumnya adalah 10-12 hari. Pada awal

penyakit keluhan dan gejala penyakit tidaklah khas, berupa : anoreksia, sakit kepala, nyeri otot, lidah

kotor, gangguan saluran pencernaan. (Ranjan L, dkk, 2001)

First-Stage Typhoid Fever

Setelah melewati masa inkubasi 10-14 hari, demam tinggi berpanjangan yaitu setinggi 39C hingga

40C, sakit kepala, pusing, pegal-pegal, anoreksia, mual, muntah, batuk, dengan nadi antara 80-100

kali permenit, denyut lemah, pernapasan semakin cepat dengan gambaran bronkitis kataral, perut

kembung . Pada akhir minggu pertama,diare lebih sering terjadi, Lidah kotor dan tremor, epistaksis,

tenggorokan terasa kering dan beradang. Ruam kulit (rash) umumnya terjadi pada hari ketujuh dan

terbatas pada abdomen disalah satu sisi dan tidak merata, bercak-bercak ros (roseola) berlangsung

3-5 hari, kemudian hilang dengan sempurna. (Ranjan L, dkk, 2001)


Minggu Kedua
Suhu tubuh terus menerus meninggi, penurunan sedikit pada pagi hari,
bradikardi relative, tekanan darah menurun, diare kadang berwarna gelap
akibat terjadi perdarahan. Pembesaran hati dan limpa. Perut kembung dan
sering berbunyi. Gangguan kesadaran. (Ranjan L, dkk, 2001)

Minggu Ketiga
Suhu tubuh berangsung-angsur turun dan normal, bila tanpa komplikasi akan
membaik dan gejala-gejala akan berkurang, bila ada komplikasi perdarahan dan
perforasi cender menunjukkan gejala delirium atau stupor, inkontinensia alvi dan
inkontinensia urin denyut nadi sangat meningkat disertai oleh peritonitis lokal
maupun umum, keringat dingin, gelisah, sukar bernapas dan kolaps dari nadi
yang teraba denyutnya memberi gambaran adanya perdarahan. (Ranjan L, dkk,
2001)
Minggu Empat

Stadium penyembuhan,namun dapat dijumpai adanya pneumonia lobar.

Relaps

Pada mereka yang mendapatkan infeksi ringan dengan demikian juga hanya

menghasilkan kekebalan yang lemah, kekambuhan dapat terjadi dan berlangsung dalam

waktu yang pendek. Sepuluh persen dari demam typhoid yang tidak diobati akan

mengakibatkan timbulnya relaps. (Ranjan L, dkk, 2001).


J. FAKTOR RESIKO

Standar hidup dan kebersihan rendah


Daerah endemis
Air ataupun makanan yang tercemar
walaupun non endemik
Kebersihan perorangan dan lingkungan
2.1.KERANGKA TEORI
2.2. KERANGKA KONSEP
2.3. DEFISIT OPERASIONAL
2.3. DEFISIT OPERASIONAL
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian secara


eksperimental deskriptif.

.2. Lokasi dan Waktu Penelitian


Bagian rawat jalan dan rawat inap RS. Ibnu
Sina Makassar, waktu penelitian adalah bulan
Juni Agustus tahun 2016.
3.3. POPULASI DAN SAMPEL
3.3.1. Populasi dan sampel yang diteliti
Populasi penelitian ini adalah data yang diperoleh
dari bag. rekam medik pasien penderita bergejala
demam typhoid di RS. Ibnu Sina Makassar pada
bulan Juni Agustus tahun 2016.
Sampel yang diteliti dari laboratorium Patologi
Klinik dan laboratorium Mikrobiologi RS. Ibnu Sina
3.3.2.1. Kriteria inklusi :
Mendapat persetujuan 3.3.2.3 Kriteria
rumah sakit Pengeluaran
Data pasien dengan gejala 3.3.2.2. Kriteria eksklusi : Petugas bagian rekam
dan susp.demam typhoid
Data pasien yang tidak medik tidak memberi izin
yang diperoleh dari rekam
menderita gejala demam untuk melakukan
medik
typhoid penelitian.
Data pasien demam typhoid
yang menjalani rawat jalan Data pasien tercantum
Pasien yang sudah
tidak lengkap pada rekam bersedia tiba-tiba
Data pasien demam typhoid
medik membatalkan.
yang menjalani rawat inap
Penelitian dihentikan tiba-
Data pasien yang memenuhi Pasien yang tidak bersedia
data umur, jenis kelamin dan ikut penelitian tiba ketika sedang
bulan kunjungan. berlangsung.

3.3.2. KRITERIA SAMPEL


3.4. MANAGEMEN DATA

3. 4. 1. Pengumpulan Data
Data diperoleh dari bagian rekam medik, laboratorium patologi klinik, dan
laboratorium mikrobiologi RS.Ibnu Sina Makassar.
3. 4. 2. Pengolahan dan Penyajian Data
Penelitian eksperimental di Laboratorium FK UMI
3. 4. 3. Interpretasi Data
Secara deskriptif
3. 4. 4. Pelaporan Hasil Penelitian
Pelaporan hasil penelitian disusun dalam bentuk laporan penelitian ilmiah.
3.5. TEKNIK PENGAMBILAN
SAMPEL
Pengambilan sampel untuk penelitian ini menggunakan teknik
Purposive Sampling.
Dengan perhitungan besarnya sampel, berdasarkan rumus Slovin:


Keterangan:
n = Besar sampel
N = Jumlah populasi
d = Presisi absolut atau margin of error (0,1)
Dalam hal ini, populasi pasien bergejala demam typhoid di
RS. Ibnu Sina Makassar pada bulan Juli dan Agustus 2016
berjumlah 40 orang, maka dapat dihitung besar sampel
sebagai berikut:

n pasien
3.6. CARA KERJA PENELITIAN
3.6.1. Izin Pengambilan Data Sekunder
penelitian
Data sekunder penelitian berupa rekam medik
pasien yang bergejala demam typhoid dari RS.
Ibnu Sina Makassar dan mendapat izin dari rumah
sakit.
3.6.2. Pengumpulan Sampel
Pengumpulan sampel dilakukan di Laboratorium
Patologi Klinik dan Mikrobiologi RS. Ibnu Shina
Makassar.

3.6.3. Pengumpulan Sampel


Isolasi dan identifikasi sampel penelitian dilakukan
secara eksperimental di Laboratorium Mikrobiologi
Fakultas Kedokteran UMI didampingi oleh dokter
pembimbing dan laboran.
3.6.4. Penyajian Data
Menurut data usia, jenis kelamin, dan jenis bakteri
penyebab gejala pada sampel penelitian.
3.7. ALAT DAN BAHAN
BAHAN:
Handschoen
ALAT: Masker
Petri dish Alkohol 70 %
Aquades
Tabung reaksi
Kapas/Gauze
Rak tabung Spiritus
Jarum Ose Tabung vacum
Inkubator
Korek api
Bunsen
Medium Transport Baccelor
Pemanas
Medium Mac Conkey
Laminar Air Flow
Medium Tes Biokimia (Methyl Red,
Kulkas
Sitrat, Urea, SIM< Peragian gula-gula,
Senkelit TSIA)
3.8. ETIKA PENELITIAN

1. Sebelum melakukan penelitian, peneliti terlebih


dahulu meminta izin kepada instansi dan pihak
terkait.
2. Setiap subjek yang dijadikan penelitian akan
dijamin kerahasiaan informasi yang diberikan ke
peneliti.
3.9. ALUR PENELITIAN
BAB IV
GAMBARAN UMUM LOKASI
PENELITIAN
4.1. SEJARAH RUMAH SAKIT
IBNU SINA MAKASSAR
Rumah Sakit IBNU SINA UMI adalah salah satu Rumah
Sakit Swasta di Kota Makassar, dahulunya dikenal
sebagai Rumah Sakit 45 . Pada hari senin tanggal 16
Juni 2003 telah dilakukan penandatanganan alih
kepemilikan dari Yayasan Andi Sose kepada oleh Ketua
Yayasan Wakaf UMI pada saat itu Bapak Almarhum Prof.
Dr. H. Abdurahman A. Basalamah SE, M.Si dari pihak
Yayasan Wakaf UMI dengan Bapak Dr. H. Andi Sose dari
pihak Yayasan Andi Sose.

Rumah Sakit IBNU SINA UMI mulai beroperasi pada


tahun 2003 berdasarkan surat Kepala Dinas Kesehatan
Propinsi Sulawesi Selatan izin uji coba penyelenggaraan
operasional Rumah Sakit Ibnu Sina YW-UMI pada
tanggal , 23 September 2003 No. 6703A/DK-IV/PTS-
TK/2/IX/2003 selanjutnya pada hari senin, tanggal 17 Mei
2004 dilakukan peresmian oleh Gubernur sulawesi
Selatan bapak H.M. Amin Syam
4.2. VISI DAN MISI RS IBNU SINA
MAKASSAR
Visi :
Menjadi Rumah Sakit Pendidikan dengan Pelayanan yang Islami, unggul dan
Terkemuka di Indonesia

Misi :
Melaksanakan dan mengembangkan pelayanan kesehatan unggul yang
menjunjung tinggi moral dan etika (Misi Pelayanan Kesehatan)
Melaksanakan dan mengembangkan pendidikan kedokteran dan profesional
kesehatan lainnya (Misi Pendidikan)
Melangsungkan Pelayanan dakwah dan bimbingan spritual kepada penderita dan
pengelola Rumah Sakit (Misi Dakwah)
Mengupayakan perolehan Finansial dari berbagai kegiatan Rumah Sakit (Misi
Finansial)
Meningkatkan Kesejahteraan pegawai (Misi Kesejahteraan)
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
5.1. HASIL PENELITIAN
TABEL KARAKTERISTIK SAMPEL PENELITIAN
BERDASARKAN JENIS KELAMIN (N=29)
5.1. HASIL PENELITIAN
TABEL KARAKTERISTIK SAMPEL PENELITIAN BERDASARKAN UMUR (N=29)
5.1. HASIL PENELITIAN
TABEL HASIL ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SAMPEL (N=29)
5.2. PEMBAHASAN
Penelitian Yulinda Novita
2008 di RS. UIN Syraif
PREVALENSI Hidayatullah Jakarta (54%)
JENIS KELAMIN
TERBANYAK:

LAKI-LAKI 17 ORG Penelitian Musnelina di RS


(58,6 %) Fatmawati Jakarta 2002
(55,49 %)

5.2.1. JENIS KELAMIN


PREVALENSI
GOLONGAN
USIA
TERTINGGI

19-27 thn:
11 orang
(37,9%)

5.2.2. USIA
Penelitian di Kenya thn 2000 mengenai Penelitian Agus S. bag. Mikrobiologi FK UI thn
demam tifoid menyatakan bahwa 2003 menunjukkan bahwa klinis awal
penyakit demam tifoid sangat menyerupai
munculnya persepsi penyebab umum klinis peny. Infeksi lain.
demam adalah Tifoid dikarenakan
tingginya profil wabah. TES WIDAL (+)
- Salmonella typhii 13,8 %
- Salmonella paratyphii 3,4%
- TAP 55,2 %
Penelitian pada anak-anak -di perdesaan
Bakteri lain 27,5 %
Afrika thn 2000 menunjukkan peran diagnosis Penelitian Punjabi thn 2003: kerugian RI untuk
klinis dan tes widal pada anak dg suspek pengobatan demam enteric hingga 120jt
tifoid 100-250 x umumnya JARANG, justru dollar USA/thn.
penyebabnya dikarenakan infeksi Resistensi antibiotic meningkat (kloramfenikol
Haemophilus Influenza, Streptococcus 28%) & resiko bakteremi pun meningkat.
Pneumonia, dll

5.2.3. HASIL ISOLASI DAN IDENTIFIKASI


SAMPEL
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. KESIMPULAN

1. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pada kasus 29


pasien bergejala Demam Tifoid di Rumah Sakit Ibnu Sina Juli-
Agustus 2016 prevalensi pada laki- laki > perempuan [laki-laki 17
orang (58,6%) & perempuan 12 orang (41,4%) ].
2. Prevalensi usia tertinggi pada golongan 19-27 tahun sebanyak 11
orang (37,9 %).
3. Menurut hasil isolasi dan identifikasi sampel darah pasien yang
keseluruhan memiliki hasil tes widal positif, tidak hanya tumbuh
bakteri Salmonella typhii / Salmonella paratyphii ( Salmonella
typhii 13,8 %; Salmonella paratyphii A 3,4 %, bukan disebabkan
bakteri 55,2 %; dan bakteri lain 27,5% ).
6.2. SARAN
1. Bagi Instansi terkait:
Menjadi informasi agar dilakukan pemeriksaan mikrobiologi bagi
pasien bergejala Demam Tifoid selain pemeriksaan klinis dan widal
sehingga terapi lebih spesifik dan mengurangi resiko resistensi
ataupun bakteremia.
2. Bagi peneliti selanjutnya:
Menjadi dasar penelitian mengenai Demam Tifoid atau penyakit lain
yang bergejala klinis serupa.
3. Bagi masyarakat:
Dapat dilakukan pencegahan terhadap resistensi antibiotik ataupun
resiko bacteremia.
SYUKRON
DAFTAR PUSTAKA
Julius, E.S. 1990 Mikrobiologi Dasar. Jakarta: Binarupa Aksara Latar
Jawetz E, etc.2012. Mikrobiologi Kedokteran. Ed 25. Jakarta:EGC
Widoyono. 2008. Penyakit Tropis, Epidemiologi, Penularan, Pencegahan, dan
Pemberantannya. Jakarta; Erlangga
Nasronudin. 2011. Demam Tifoid. In: Nasronudin, Usman H, MV, Astha TE,
Bramantono, Suharto, et al., editors Penyakit Infeksi di Indonesia Solusi Kini dan
Mendatang Ed 2. P. 187-9. Surabaya: Pusat Penerbitan dan Percetakan UNAIR
Widodo J. 2009. Demam Tifoid. In: Sudoyo AW, Hadi BS, Alwi I, Simadribrataka M,
Setiati S, editors. Nuku Ajar Ilmu Penyakit Dalam ed.5 . P.2798-2802. Jakarta Pusat:
Interna Publishing Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam
Muliawan, S.Y dan Julius E.J, 1999. Tinjauan Ulang Peranan Uji Widal sebagai Alat
Diagnostik Penyakit Demam Tifoid di Rumah Sakit. Jakarta: Cermin Dunia Kedokteran
no.124
Algerini, A. 2008. Demam Tifoid dan Infeksi lain dari Bakteri Salmonella. [online].
[diakses tanggal 5 Mei 2016 http://medicastore.com/penyakit/10/demam tifoid.html ]
Darmowandowo, T. 2006. Demam Tifoid: Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak: Infeksi & Penyakit
Tropis, edisi 1. Jakarta: BP FK UI
Sudoyo, A.W.etc. 2007. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: FK UI
Soedarmo. Dkk. 2008. Buku Ajar infeksi dan penyakit tropis edisi kedua, Jakarta: Ikatan
Dokter Anak Indonesia
Putra, A. 2012. Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Demam Tifoid Terhadap
Kebiasaan Jajan Anak Sekolah Dasar.Semarang. FK UNDIP
Nainggolan, R.N.F. 2009. Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap Di Rumah Sakit
Tentara TK-IV 01.07.01 Pematangsiantar Tahun 2008. Medan: FK USU
Crump JA dan Luby SP. 2004. The Global Burden of Typhoid Fever. Bull WHO Organ 82:346-
353
Rahayu E. 2013. Sensitivitas Uji Widal dan Tubex untuk Diagnosis Demam Tifoid
Berdasarkan Kuktur Darah. Semarang : Universitas Muhammadiyah Semarang
Brooks, G.F.dkk.2001. Mycobacteriaceae in Jawetz Medical Microbiologi, 22ed. Newyork:
McGraw-Hill Companies
Salyers A dan Whitt D. 2002. Bacterial Pathogenesis: A Molecular Approach 2 nd Edition.
Wahington DC: ASM Press
Rustandi D dan Melda S. 2010. Demam Tifoid. Bandung: Universitas Padjajaran
Marleni M. 2012. Ketepatan Uji Tubex TF Dibandingkan Nested-PCR dalam Mendiagnosisi Demam Tifoid
pada Anak Demam Hari Ke-4. Palembang: FK UNSRI
Hoffman,SL. 2002. Typhoid Fever. In: Strickland GT/ Editor. Haunters Tropical Medicine. 7 th ed
Philadephia: WB Saunders Co.
WHO (World Health Organization). Background Doc: The Diagnosis, Treatment and Prevention of
Typhoid Fever 2003. Genewa, Switzerland
Hardi, S. Dkk. 2002. The Diagnostic Value of The Widal Test in Typhoid Fever Patients. In: Typhoid Fever:
Profil, Diagnostic, and Treatment in 2001. 1st ISAC International Symposium: Acta Medica Indonesia
Wain J, Hosoglu S. 2008. The Laboratory Dignosis of Enteric Fever. Journal of Infection in Developing
Countries 2 (4): 260-266
Handoyo,I. 2004. Diagnosis Laboratorium Demam Tifoid. Jurnal Kimia Klinik Indonesia
Braunwald. 2005. Harrison's Principles of. Internal Medicine. 16th Edition. New York: Mc Graw Hill
Soewondo ES. 2002. Demam tifoid deteksi dini dan tatalaksana. Makalah lengkap: Seminar
Kewaspadaan terhadap demam pada penyakit typhus Abdominalis, DBD dan Malaria Serta Penggunaan
Tes Diagnostik Laboratorium untuk Deteksi Dini. Surabaya:Tropical Diseases Centre UNAIR.
Novita, Yulinda. 2009. Prevalensi Demam Typhoid Berdasarkan Jenis Kelamin Pada Pasien Rawat Jalan di
Rumah Sakit UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Dari Bulan Juli 2008 Sampai Juli 2009. [dikutip 1 September
2016]. Available from: http://
repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26430/1/YULINDA%20NOVITA-FKIK.pdf
Musnelina, Lili,dkk. Juni 2004. Pola Pemnerian Antibiotika Pengobatan Demam Tifoid Anak di RS
Fatmawati Jakarta Tahun 2001-2002. Makara Kesehatan vol 8 no 1 hal 27-31
Rohman. 2000. Distribusi Penderita Demam Tifoid Menurut Umur dan Gejala di RS Roemani tahun
2000. [dikutip 1 September 2016]. Available form:
http://jurnal.unimus.ac.id/index.php/psn12012010/article/view/51
Nadyah. 2013. Hubungan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Insiden Penyakit Demam Tifoid di
Kelurahan Samata Kecamatan Somba Opu Kabupaten Gowa Tahun 2013.[dikutip 1 September
2016]. Available form: http://journal.uin-alauddin.ac.id/index.php/kesehatan/article/view/948
Gandasubrata, R. 2004. Penuntun Laboratorium Klinik. Jakarta: DianRakyat
Herawati, Iis. Dkk. 2013. Modul penuntun prkatikum mikrobiologi II (edisikedua). Cimahi:
StikesJenderal AchmadYani
Mangarengi, Yusriani dan Madjid, Baedah. 2015. Penuntun Praktikum Mikrobiologi Sistem
Urogenital. Makassar: Bagian Mikrobiologi FK UMI
Mweu, Evanson dan English, Mike. 2000. Typhoid Fever in Children in Kenya. [dikutip 4 September
2016]. Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2660514/
Sjahrurachman, Agus, dkk. Mei 2003. Profil Respon Imun Humoral terhadap Flagel Salmonella
pada Kelinci. Jakarta: Bagian Mikrobiologi FK UI.
Sjahrurachman, Agus. Juli 2004. Profil Etiologi Bakteremi dan Resistensinya terhadap Antibiotik di
RS Cipto Mangunkusumo Jakarta tahun 1999-2002. Jakarta: Bagian Mikrobiologi FK UI

Anda mungkin juga menyukai