Anda di halaman 1dari 10

file no jurnal tahun volume no

EFEKTIFITAS TUBEX SEBAGAI METODE


1 1 2016 2 1
DIAGNOSIS CEPAT DEMAM TIFOID

Gambaran pemeriksaan IgM anti-Salmonella


thypi
2 3 09 pada penderita demam dan gangguan 2019 10 3
pencernaan, dengan atau tanpa gangguan
kesadaran di Puskesmas Denpasar Timur I

IDENTIFIKASI DAN ISOLASI BAKTERI PENYEBAB


PENDERITA DENGAN GEJALA SUSPEK DEMAM
TYPHOID DI RUMAH SAKIT IBNU SINA MAKASSAR
3 TAHUN 2016. 2016

IDENTIFIKASI SALMONELLA TYPHI PADA


PENDERITA DEMAM
4 1 TIFOID DI PUSKESMAS MALILI 2018 8 1
PATOGENESIS DAN DIAGNOSA
LABORATORIUM DEMAM
5 2 TIFOID 2020 8 2

PERBANDINGAN METODE DIAGNOSIS


DEMAM TIFOID
COMPARISON OF METHODS FOR
6 1 DIAGNOSIS OF TYPHOID FEVER 14 1

PERBANDINGAN PEMERIKSAAN IgM ANTI


SALMONELLA TYPHI DENGAN METODE ICT
7 DAN ELISA PADA PASIEN WIDAL POSITIF 2015 17

Pemeriksaan Laboratorium untuk


Penunjang Diagnostik Demam
8 3 Tifoid 1 3
author jenis penelitian Metode penelitian subjek penelitian

I Gede Krisna Yoga


Pratama1
Deskriptif deskriptif Demam tifoid
, A.A. Wiradewi
Lestari2

I Gusti Agung Ayu deskriptif IgM anti-Salmonella


Deskriptif
Ratih Pradnyadewi observasional thypi 09

pasien yang menderita


demam typhoid dan
observasional observasional dirawat di Rumah Sakit
Yusriani Mangarengi, deskriptif deskriptif. Ibnu Sina

observasional S.typhi menggunakan


dengan kuantitatif analitik PCR dan meningkatkan
pendekatan dengan pendekatan jumlah sampel darah
Marhan analitik cross-sectiona yang diuji.
Dian Nurmansyah1
, Normaidah Deskriptif demam tifoid

metode-metode
diagnosis demam
tifoid, termasuk uji
Ghaida Putri Setiana widal, tes tubex, PCR,
dan Angga Prawira biakan darah, dan
Kautsar tinjauan pustaka tinjauan pustaka sistem pakar.

Alpian Jayadi Deskriptif deskriftip paien positif typoid

iagnosis laboratorium
Cut Murzalina Deskriptif deskriftip demam tifoid
topik perlakuan

pemberian antibiotik kloramfenikol


Penelitian ini berfokus pada metode diagnosis sebanyak 4x500 mg per hari secara oral
cepat demam tifoid menggunakan Tes TUBEX atau intravena selama maksimal 7 hari
untuk mengatasi infeksi

penelitian ini adalah gambaran pemeriksaan pemeriksaan menggunakan metode Tubex


IgM anti-Salmonella thypi 09 pada penderita untuk mendeteksi antibodi IgM anti-
demam dan gangguan pencernaan Salmonella thypi 09 pada serum pasien.

pengambilan sampel darah dari pasien yang


diduga menderita demam typhoid, isolasi
bakteri dari sampel darah menggunakan
identifikasi dan isolasi bakteri penyebab medium Nutrient Agar dan Mac Conkey,
demam typhoid pada pasien yang dirawat di serta identifikasi bakteri penyebab demam
Rumah Sakit Ibnu Sina Makassar tahun 2016 typhoid melalui tes biokimia

identifikasi bakteri Salmonella typhi pada pengambilan sampel darah dari pasien
pasien demam tifoid di Malili dan evaluasi demam tifoid di Malili yang telah
tingkat keberhasilan identifikasi serta faktor- didiagnosa ,metode ELISA digunakan untuk
faktor yang mempengaruhinya melacak antibodi terhadap antigen S.typhi
meliputi pengambilan sampel darah atau
feses dari pasien, isolasi bakteri Salmonella
Topik penelitian yang dibahas dalam konteks typhi, pemeriksaan kultur bakteri,
pemeriksaan laboratorium untuk demam pemeriksaan molekuler menggunakan
tifoid meliputi patogenesis infeksi Salmonella metode PCR, pemeriksaan serologi seperti
typhi Widal Test dan Tubex TF

Metode Diagnosis Demam Tifoid: melakukan tinjauan pustaka terhadap


Perbandingan dan Efektivitas Metode Uji berbagai metode diagnosis demam tifoid,
Widal, Tes Tubex, PCR, Biakan Darah, dan termasuk uji widal, tes tubex, PCR, biakan
Sistem Pakar darah, dan sistem pakar.

perbandingan hasil pemeriksaan IgM anti yaitu Immunochromatography Test (ICT)


Salmonella typhi menggunakan metode dan Enzyme-linked Immunosorbent Assay
Immunochromatography Test (ICT) dan (ELISA), dan hasilnya dibandingkan untuk
Enzyme-linked Immunosorbent Assay (ELISA) melihat kecocokan dan keakuratan metode
pada pasien yang terdiagnosis positif dengan tersebut dalam mendeteksi infeksi
uji Widal untuk demam tifoid. Salmonella typhi.

Evaluasi Metode Laboratorium untuk


Diagnosis Demam Tifoid." Jurnal tersebut
membahas tentang berbagai metode
laboratorium yang digunakan dalam diagnosis
demam tifoid, serta membandingkan
keakuratan, kecepatan, dan efektivitas
masing-masing metode tersebut.
instrumen analisis data

tabung berbentuk V,reagen A


yang berisi partikel
membandingkan sensitivitas dan
bermagnetik yang diselimuti
spesifisitas Tes TUBEX dengan tes
antigen S.typhi O9, reagen B
serologi lain seperti Typhidot, SD Bioline
yang berisi partikel lateks
Typhoid, dan Mega Salmonella.
berwarna biru yang diselimuti
antibodi spesifik antigen O9

Dari hasil penelitian, ditemukan bahwa


dari total 33 sampel yang diperiksa, 3
sampel (9,1%) menunjukkan hasil positif
IgM anti-Salmonella thypi 09, sedangkan
30 sampel lainnya (90,9%) menunjukkan
hasil negatif

ditemukan bahwa bakteri penyebab


demam typhoid yang paling banyak
dijumpai adalah TAP (Tidak Ada
Pertumbuhan) sebanyak 16 pasien
(55,2%), diikuti oleh Alkaligenes Faecalis
sebanyak 4 pasien (13,8%), dan
Salmonella Typhi juga sebanyak 4 pasien
(13,8%)

Analisis data dilakukan dengan


menggunakan data laboratorium yang
dilaporkan dalam tabel pengamatan,
gambar pertumbuhan koloni S. typhi,
dan isolat S. typhi positif dengan
menggunakan uji biokimia TSIA
pemeriksaan laboratorium untuk
demam tifoid melibatkan pengolahan
hasil pemeriksaan kultur bakteri,
pemeriksaan molekuler, dan
pemeriksaan serologi.

dilakukan analisis data mengenai


berbagai metode diagnosis demam
tifoid, termasuk uji Widal, tes Tubex,
PCR, biakan darah, dan sistem pakar.

membandingkan hasil uji ICT dan ELISA


untuk mendeteksi IgM anti Salmonella
typhi pada sampel pasien yang diduga
terinfeksi. Data yang diperoleh
kemudian dianalisis secara statistik
Immunochromatography Test untuk mengevaluasi keakuratan kedua
(ICT) dan Enzyme-linked metode tersebut dalam mendiagnosis
Immunosorbent Assay (ELISA) infeksi.

Widal test, pengujian


molekuler seperti PCR
(Polymerase Chain Reaction)
temuan/hasil Penilaian

Tes TUBEX memiliki sensitivitas


sebesar 94,7% dan spesifisitas sebesar
80,4%, yang menunjukkan kualitas
yang lebih baik dibandingkan dengan
tes serologi lainnya seperti Typhidot,
SD Bioline Typhoid, dan Mega
Salmonella

Penelitian ini memberikan gambaran


yang berguna dalam memahami
prevalensi IgM anti-Salmonella thypi
09 pada populasi yang diteliti,
meskipun perlu diingat bahwa
penelitian ini memiliki keterbatasan
dalam hal desain penelitian dan
jumlah sampel yang terbatas

TAP (Tidak Ada Pertumbuhan)


sebanyak 16 pasien (55,2%), diikuti
oleh Alkaligenes Faecalis sebanyak 4
pasien (13,8%), dan Salmonella Typhi
juga sebanyak 4 pasien (13,8%) .
Selain itu, ditemukan pula Klebsiella
Aerogenes pada 3 pasien (10,3%),

98 sampel darah penderita demam


tifoid di Puskesmas Malili, sebanyak
20 sampel (20,4%) ditemukan positif
mengandung bakteri Salmonella typhi
Pemeriksaan molekuler menggunakan
PCR memiliki sensitivitas yang baik,
mencapai 90% dalam mendeteksi
asam nukleat bakteri Salmonella typhi

Berdasarkan analisis data yang


dilakukan, temuan hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa metode
Polymerase Chain Reaction (PCR)
memiliki sensitivitas dan spesifisitas
yang lebih tinggi daripada metode
biakan darah, uji Widal, dan tes Tubex

perbandingan antara uji ICT dan ELISA


dalam mendeteksi IgM anti
Salmonella typhi pada pasien yang
dicurigai terinfeksi

Anda mungkin juga menyukai