Anda di halaman 1dari 8

ANGINA LUDWIG(LUDWIG’S

ANGINA)
DEWANTO BARI’IZZUDDIN/21801101081
ANGINA LUDWIG

• Angina Ludwig adalah selulitis progresif berpotensi fulminan yang


melibatkan rongga sublingual, submental, dan submandibular pada dasar
mulut. Infeksi ini dapat menyebar ke daerah mediastinum.
• Patofisiologi Angina Ludwig dimulai dari infeksi jaringan lunak (selulitis)
yang menyebar ke rongga submandibular. Infeksi yang menyebar ke rongga
submandibular ini terjadi biasanya akibat infeksi pada molar kedua atau
ketiga rahang bawah. Hal ini terjadi karena akar gigi tersebut memanjang
secara inferior pada insersi mandibular otot milohioid. Infeksi pada kedua
gigi ini dapat menyebabkan perforasi pada mandibula dan meluas hingga
rongga submandibular
ANGINA LUDWIG (SUBYEKTIF)

• Anamnesis
• Pasien Angina Ludwig biasanya datang dengan keluhan bengkak di leher
yang bilateral atau “bull neck”. Bengkak dapat disertai dengan nyeri pada
leher, demam, dan menggigil. Beberapa pasien mengeluhkan odinofagia dan
disfagia. Pada beberapa kasus yang lebih jarang, pasien mengeluhkan nyeri
pada mulut.
• Suara serak, mengeces, pembengkakan lidah, kekakuan leher dan nyeri
tenggorokan juga merupakan keluhan yang umum. Pasien juga dapat
mengeluhkan gejala tidak spesifik yang berkaitan dengan respons inflamasi
seperti demam, malaise, dan kelemahan.
ANGINA LUDWIG(OBYEKTIF)

• Pada pemeriksaan fisik pasien dengan Angina Ludwig dapat ditemukan


pembengkakan leher bagian atas dan kekakuan leher. Selain itu, dapat juga
ditemukan indurasi bilateral karena pembengkakan pada daerah
submanbdibular dan krepitus. Biasanya tidak ditemukan limfadenopati.
• Pada pemeriksaan rongga oral dapat ditemukan adanya pembengkakan dasar
mulut dan bengkak pada gigi yang mengalami infeksi. Dapat pula ditemukan
trismus bila infeksi meluas pada rongga parafaringeal.
• Bila terjadi obstruksi jalan napas dapat ditemukan adanya stridor, dispnea
dan takipnea. Pada kasus dengan hipoksia yang berkepanjangan dapat
menyebabkan kebingungan dan perubahan kesadaran.
ANGINA LUDWIG(OBYEKTIF)
• Pemeriksaan Penunjang
• Diagnosis Angina Ludwig umumnya dapat ditegakkan secara klinis. Pemeriksaan
penunjang jarang diperlukan.
• Pada kasus dengan septikemia dapat dilakukan kultur darah untuk menentukan
agen penyebab. Pemeriksaan kultur langsung untuk menentukan agen penyebab
Angina Ludwig sulit untuk dilakukan karena pada Angina Ludwig jarang
terbentuk abses yang dapat diaspirasi dan dikultur.
• CT scan dengan kontras dapat dilakukan untuk mengetahui keparahan infeksi
termasuk untuk menentukan apakah terbentuk abses dan lokasinya. Tujuannya
adalah untuk menentukan pendekatan operatif apabila diperlukan. Selain itu, CT
scan juga dilakukan untuk menilai beratnya obstruksi jalan napas yang terjadi. 
Namun, lakukan penilaian jalan napas terlebih dulu karena posisi supinasi saat
melakukan CT scan dapat merubah obstruksi parsial menjadi obstruksi komplit.
ANGINA LUDWIG(ASSESSMENT)
• Diagnosis Banding
• Angina Ludwig dapat didiagnosis banding dengan abses rongga mulut, epiglotitis dan
angioedema atau hematoma submandibular.
• Abses Rongga Mulut
• Abses peritonsilar, abses retrofaringeal, dan abses submandibular dapat dibedakan dari Angina
Ludwig berdasarkan lokasi pembengkakan yang terjadi. Selain itu, Angina Ludwig juga
biasanya tidak membentuk abses.
• Diagnosis Banding Lain
• Angina Ludwig juga dapat didiagnosis banding dengan epiglotitis dan angioedema atau
hematoma submandibular. Pada epiglotitis akan didapatkan tanda peradangan pada epiglotis.
Angioedema umumnya dipicu reaksi alergi, sedangkan hematoma submandibula dapat
disebabkan trauma.
• Diagnosis banding lain yang perlu dipikirkan adalah keganasan oral. Keganasan dapat
disingkirkan melalui biopsi.
ANGINA LUDWIG(PLANNING)
• Penatalaksanaan Angina Ludwig terdiri atas pemberian antibiotik intravena yang adekuat, menjaga patensi
jalan napas, dan tindakan pembedahan sesuai indikasi.

• Antibiotik
• Penatalaksanaan Angina Ludwig yang paling utama adalah pemberian antibiotik spektrum
luas yang dapat mengatasi infeksi bakteri gram positif dan gram negatif, juga bakteri
anaerob.
• Beberapa pilihan antibiotik yang dapat diberikan adalah:
• Benzylpenicillin 1,2 gram 4 kali sehari
• Metronidazole 400 mg intravena 3 kali sehari
• Apabila pasien alergi penicillin, berikan clindamycin 1,2 gram 4 kali sehari
• Antibiotik umumnya diberikan selama 7 hari. Pada pasien imunokompromais dapat
ditambahkan antibiotik untuk Pseudomonas seperti cefepime, meropenem,,
atau piperacillin-tazobactam. Lakukan pemantauan klinis pasien dan jika diperlukan
lakukan pemeriksaan darah lengkap serial.
ANGINA LUDWIG(PLANNING)
• Tata Laksana Jalan Napas
• Seperti yang disebutkan sebelumnya, pasien dengan Angina Ludwig seringnya membutuhkan bantuan
untuk menjaga patensi jalan napas. Pada beberapa kasus harus dilakukan intubasi.
• Terapi Suportif
• Pada kasus Angina Ludwig yang terjadi akibat infeksi odontogenik, ekstraksi gigi direkomendasikan
menjadi bagian dari penatalaksanaan pasien. Beberapa kasus melaporkan penggunaan steroid intravena
dapat mengurangi edema jalan napas yang terjadi. Namun, penggunaan steroid ini masih kontroversial.
• Pasien dengan abses atau pasien yang tidak respons dengan pemberian antibiotik, dapat dipertimbangkan
untuk menjalani tindakan pembedahan dan drainase abses. Tindakan pembedahan dilakukan oleh dokter
bedah mulut atau dokter THT.
• Tindakan pembedahan yang dilakukan segera di awal terapi dilaporkan tidak memberi hasil lebih baik,
sehingga hal ini tidak disarankan. Pembedahan sebaiknya hanya dilakukan pada pasien yang tidak membaik
dengan terapi konservatif.

Anda mungkin juga menyukai