Anda di halaman 1dari 15

Bagian Ilmu Bedah

Fakultas Kedokteran
Universitas Muslim Indonesia

Fraktur Maxilla
Oleh:
Bambang Sukoco
11120192091

Pembimbing:
dr. Mahyuddin Rasyid,Sp.B,FINACS,FICS

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK PADA BAGIAN ILMU BEDAH
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASAR
2020
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
Tulang nasal, orbitozigomatikus, frontal, maksila, dan mandibu
merupakan tulang-tulang pembentuk wajah, sehingga apabila terjadi
pada daerah tersebut dapat mengakibatkan suatu kelainan pada bentu
yang menyebabkan wajah tersebut tidak terlihat estetis serta terjadiny
gangguan pada proses pengunyahan makanan dan gangguan fonetik.
banyak factor etiologi yang menyebabkan fraktur maksilofasial itu d
te/rjadi, seperti kecelakaan lalu lintas, kecelakaan kerja, kecelakaan a
olahraga, kecelakaan akibat peperangan dan juga sebagai akibat dari
kekerasan. Tetapi penyebab terbanyak adalah karena kecelakaan lalu
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
Fraktur adalah hilangnya atau putusnya kontinuitas dari jaringan keras tubuh.
Fraktur maksilofasial adalah fraktur yang terjadi pada tulang-tulang wajah yaitu tulang
frontal, temporal, orbitozigomatikus, nasal, maksila dan mandibular.
Anatomi tulang maksila
EPIDEMIOLOGI
Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Rowe dan Killey tahun 1995, rasio antara fraktur
mandibula dan maksila melebihi 4:1. Data lainnya juga melaporkan dari trauma centre level 1,
bahwa diantara 663 pasien fraktur tulang wajah, hanya 2,5% berupa fraktur maksila.

Di University of Kentucky Medical Centre, dari 326 pasien wanita dewasa dengan facial
trauma :
• 42.6% Trauma terjadi akibat kecelakaan bermotor,
• 21.5% Akibat terjatuh, akibat kekerasan
• 13.8%, Penyebab yang tidak diungkapkan pasien
• 22.1%, Penyebab Lain.
ETIOLOGI
Fraktur maxilla dapat disebabkan oleh :
1. Traumatic Fracture
2. Pathologic Fracture
 Penyakit tulang setempat
- Kista
- Timor tulang jinak atau ganas
 Penyakit umum yang mengenai tulang sehingga tulang mudah patah
- Osteomalacia
- Osteoporosis
- Atrofi tulang secara umum
Klasifikasi Fraktur Maxilla
1. Dento Alveolar Fracture
2. Le Fort I
3. Le Fort II
4. Le Fort III

5. Zygomaticus Complex Fracture


MANIFESTASI KLINIS

 Mobilitas dan maloklusi merupakan hallmark adanya fraktur maksila. Namun, kurang
dari 10% fraktur Le Fort dapat terjadi tanpa mobilitas maksila.
 Gangguan oklusal biasanya bersifat subtle, ekimosis kelopak mata bilateral biasanya
merupakan satu-satunya temuan fisik. Hal ini dapat terjadi pada Le Fort II dan III
dimana disrupsi periosteum tidak cukup untuk menimbulkan mobilitas maksila
DIAGNOSIS

 Anamnesis
 Pemeriksaan Fisik
• Inspeksi
• Palpasi
 Pemeriksaan Penunjang
• Pemeriksaan Radiologi
TATALAKSANA

Prinsip penanganan fraktur maksila pada


langkah awal adaalah penanganan bersifat
kedaruratan seperti airway, breathing, circulation,
penanganan luka jaringan lunak, dan imobilisasi
sementara serta evaluasi terhadap kemungkinan
cedera otak.

 Fiksasi Maksilomandibular
 Akses fiksasi
 Reduksi fraktur
 Stabilitas Plat dan Sekrup
 Cangkok tulang primer
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Fraktur maksila merupakan salah satu bentuk trauma pada wajah yang
diakibatkan kecelakan kendaraan bermotor sebagai penyebab utama. Penanganan
fraktur maksila tidak hanya mempertimbangkan masalah fungsional tetapi juga estetik.
Pola fraktur yang terjadi tidak selalu mengikuti pola Le Fort I, II, dan III secara teoritis,
namun lebih sering merupakan kombinasi klasifikasi tersebut. Pemeriksaan radiologi
berupa foto polos dan CT scan diperlukan untuk mengkonfirmasi diagnosis, namun CT
scan merupakan pilihan utama. Prognosis umumnya cukup baik apabuila dilakukan
penanganan cepat dan tepat, namun dapat timbul kompliasi yang menimbulkan
kecacatan maupun kematian apabila tidak tertangani dengan baik.
Syukron Jazakumullahu Khoir

Anda mungkin juga menyukai