Anda di halaman 1dari 17

FRAKTUR MAKSILOFASIAL

MELIPUTI LE FORT I, II DAN III


PENDAHULUAN
 Wajah merupakan bagian tubuh yang sangat penting, karena
wajah adalah area yang paling terlihat di tubuh manusia

 Fraktur maxillofacial dapat terjadi akibat berbagai penyebab

 kecacatan dan kematian pada orang dewasa secara umum


dibawah usia 50 tahun dan angka terbesar biasanya mengenai
batas usia 21-30 tahun

 72% kematian oleh trauma maksilofasial paling banyak


disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas

 Fraktur maksila juga dapat terjadi pada anak-anak

 Kedaruratan trauma maksilofasial merupakan suatu


penatalaksanaan tindakan darurat
ANATOMI DAN FISIOLOGI DIAGNOSIS

DEFINISI KLASIFIKASI

FRAKTUR
EPIDEMIOLOGI PENATALAKSANAAN
MAKSILOFAS
IAL
ETIOLOGI KOMPLIKASI

MANIFESTASI KLINIS LAPORAN KASUS


ANATOMI DAN FISIOLOGI
MAXILA
ANATOMI DAN FISIOLOGI MAXILA
Maksila terbentuk dari dua bagian komponen piramidal iregular yang
berkontribusi terhadap pembentukan bagian tengah wajah dan bagian orbit,
hidung, dan palatum.

Maksila berlubang pada aspek anteriornya untuk menyediakan celah bagi sinus
maksila sehingga membentuk bagian besar dari orbit, nasal fossa, oral cavity, dan
sebagian besar palatum, nasal cavity, serta apertura piriformis.

Maksila terdiri dari badan dan empat prosesus; frontal, zygomatic, palatina, adan
alveolar.

Badan maksila mengandung sinus maksila yang besar

Pada masa anak-anak, ukuran sinus ini masih kecil, tapi pada saat dewasa ukuran
akan mebesar dan menembus sebagian besar struktur sentral pada wajah.
DEFINISI

DEFINISI
Fraktur → Hilang kontinuitas jaringan keras tubuh

Fraktur adalah suatu keadaan dimana tulang retak,


pecah, atau patah, baik tulang maupun tulang rawan.
Bentuk dari patah tulang bisa hanya retakan saja,
sampai hancur berkeping-keping

Fraktur maxilofacial → Fraktur yang terjadi di daerah


maxilofacial

Fraktur maksilofasial atau fraktur wajah adalah


putusnya kontinuitas tulang, tulang epifisis atau tulang
rawan sendi
EPIDEMIOLOGI
42.6%
kecelakan EPIDEMIOLOGI
bermotor
19 orang, 21.5%
kekerasan
dalam rumah akibat • Fraktur pada maksilofasial seringkali
tangga. terjatuh terjadi dengan berbagai macam akibat
Di University of
• Insiden terbanyak terjadi akibat
45 pasien
Kentucky
akibat kecelakan kendaraan bermotor
Medical Centre,
korban kekerasan
kekerasan
dari 326 pasien
dewasa dengan
13.8%, • Osteoporosis ternyata juga
facial trauma berpengaruh terhadap insiden fraktur
maksilofasial termasuk maksila
luka tembak
serta akibat
kecelakan
cedera saat
berolahraga • Pada anak-anak prevalensi fraktur
kerja 0.12%.
akibat
7,7%,
tulang wajah secara keseluruhan jauh
kecelakaan
lainnya lebih rendah dibandingkan pada
2,4%
dewasa.
ETIOLOGI

ETIOLOGI
 Kecelakaan Lalu lintas
 Kecelakaan Kerja
 Kecelakaan Akibat olah raga ETIOLOGI
 Kecelakaan akibat peperangan  Kecelakaan lalu lintas adalah
 Tindakan kekerasan penyebab utama trauma maksilof asial
 Kecacatan pada orang dewasa secara
umum dibawah usia 50 tahun dan
angka terbesar biasanya terjadi pada
pria dengan batas usia 21 - 30 tahun
KLASIFIKASI

 Fraktur maksila pada umumnya bilateral terjadi pada


trauma lokal langsung.

 Secara klinis wajah tampak bengkak, mata tertutup


karena hematoma, ingus berdarah, dan seringkali disertai
dengan gangguan kesadaran.

 Penggolongan diagnosis menurut LeFort sangat penting


dalam penanganan.

 LeFort membedakan fraktur maksilofasial atas tiga


macam
FRAKTUR LE FORT I
 Merupakan jenis fraktur yang paling
sering terjadi
 Fraktur Le Fort I meliputi fraktur
horizontal bagian bawah antara maxilla
dan palatum
 Menyebabkan terpisahnya prosesus
alveolaris dan palatum durum.
 Garis fraktur berjalan ke belakang melalui
lamina pterigoid.
 Fraktur ini menyebabkan rahang atas
mengalami pergerakan yang disebut
floating jaw.
 Edema pada wajah → Hipoestesia
FRAKTUR LE FORT II
 Fraktur Le Fort tipe II = fraktur piramidal

 Berjalan melalui tulang hidung dan diteruskan ke


tulang lakrimalis, dasar orbita, pinggir infraorbita
dan menyebrang ke bagian atas dari sinus maksila
juga ke arah lamina pterigoid sampai ke arah fossa
pterigopalatina.

 Fraktur pada lamina kribriformis dan atap sel sel


etmoid dapat merusak sistem lakrimalis. Karena
sangat mudah digerakkan maka disebut juga
fraktur ini sebagai “floating maxilla (maksila yang
melayang) ”.
FRAKTUR LE FORT III

Garis Fraktur melalui sutura nasofrontal


diteruskan sepanjang ethmoid junction melalui
fissure orbitalis superior melintang kearah
dinding lateral ke orbita, sutura zigomatico-
frontal dan sutura temporo-zigomatikum.

Disebut juga sebagai “cranio-facial


disjunction”. Merupakan fraktur yang
memisahkan secara lengkap sutura tulang dan
tulang cranial.
DIAGNOSIS DAN MANIFESTASI KLINIS FRAKTUR MAXILLOFACIAL

DIAGNOSIS
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Anamnesis
• Inspeksi

1. Pemeriksaan Radiografis
Palpasi
• Manipulasi Digital 2. Pemeriksaan Laboratorium
• Cerebrospinal Rhinorrhea atau Otorrhea
• Maloklusi Gigi
PENATALAKSANAAN
• Perawatan Elektif

• Perawatan Fraktur Maksilofasial


1. Closed Reduction
Ligatur Dental Splin
Arch Bar
Protesa

2. Open Reduction
KOMPLIKASI
Komplikasi awal

Komplikasi Akhir
KESIMPULAN
Fraktur maksila merupakan salah satu bentuk trauma pada wajah yang cukup sering terjadi dimana
kecelakaan kendaraan bermotor merupakan penyebab utama. Penanganan fraktur maksila tidak hanya
mempertimbangkan masalah fungsional tapi juga estetika. Pola fraktur yang terjadi tidak selalu mengikuti
pola Le Fort I, II, maupun III secara teoritis, namun lebih sering merupakan kombinasi klasifikasi tersebut.

1. Untuk terjadinya fraktur maksila baik itu Le Fort I, II, maupun III, prosesus pterigoid harus mengalami
disrupsi.
2. Adanya mobilitas dan maloklusi pada pemeriksaan fisik merupakan hallmark dari fraktur maksila
walaupun tidak semua fraktur maksila menimbulkan mobilitas.
3. Pemerikasaan radiologi baik itu foto polos maupun CT scan diperlukan untuk mengkonfirmasi
diagnosis, namun CT scan merupakan pilihan utama.
4. Faktur maksila umumnya memiliki prognosis yang cukup baik apabila penanganan dilakukan dengan
cepat dan tepat, namun dapat timbul komplikasi yang dapat menimbulkan kecacatan maupun kematian
apabila tidak tertangani dengan baik.
5. Fraktur maksila pada anak berbeda dengan dewasa karena adanya pertumbuhan dan perkembangan
yang lebih menonjol pada anak.

Anda mungkin juga menyukai