Anda di halaman 1dari 6

Notulensi Kelompok 9

LEARNING ISSUE 3

Tujuan Instruksional Umum : Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan tentang


Trauma Maksilofasial Judul Skenario : Kevin dan fraktur

Kevin remaja 16 tahun, siswa SMA di Kota Nganjuk. Demi mengikuti gaya hidup kekinian,
Kevin tidak segan meminta motor balap pada orang tuanya. Karena Kevin adalah anak
tunggal sehingga orang tuanya selalu menuruti permintaan anaknya. Suatu ketika waktu
Kevin bertemu teman-teman sebayanya, Kevin diajak untuk balap motor oleh salah satu
temannya. Ajakan itu diterima oleh Kevin dan pada saat balap motor, Kevin kehilangan
keseimbangan sehingga motornya menabrak tembok warga. Pada saat kejadian kepala Kevin
bagian muka terbentur tembok, sampai beberapa giginya patah dan lepas. Kemudian Kevin
dibawa oleh warga ke IGD Rumah Sakit terdekat. Dokter kemudian melakukan tindakan
kegawat daruratan dan melakukan untuk rujukan CT scan terdapat fraktur horizontal bagian
bawah antara maxilla dan palatum/arkus alveolar kompleks. Pada pemeriksaan klinis
didapatkan floating jaw pada maxilla. Silahkan dilanjutkan untuk kata sulit ketua, terimakasih

Kata Sulit

1. fraktur

Syifa Amalatun Nisa 10617111.Fraktur adalah pemisahan atau patahnya tulang atau setiap
retak atau patah pada tulang yang utuh. Kebanyakan fraktur adalah akibat dari trauma

Igresia Mawardika 10617051. menurut kamus kedokteran gigi fraktur adalah suatu patahan.
Fraktur tulang bisa berupa fraktur sederhana, kompleks atau remuk (comminuted).
Terimakasih

atika 10617020. fraktur adalah patahnya bahan yang rapuh baik sebagian maupun total,
misalnya gigi dan tulang. terima kasih

2. floating jaw

Adita Kiara 10617003 ijin berpendapat. Floating jaw adalah dimana kondisi terpisahnya
prosesus alveolaris dan palatum durum dan menyebabkan rahang atas mengalami pergerakan

3. fraktur horizontal

fraktur horizontal merupakan suatu fraktur akar horizontal karena disebabkan trauma yang
paling sering terjadi

izin menjawab ketua, saya Ida Ayu Mas 10617050, fraktur horisontal adalah ketika garis
fraktur tegak lurus atau miring terhadap sumbu panjang gigi. Ini dapat terjadi pada bagian
apikal, tengah atau koronal akar.terimkasih ketua
4. arcus alveolar

saya ajeng saskia 10617005 izin menjawab ketua alveolar arcus adalah batas lengkung yang
dibentuk oleh batas bebas procesus alveolaris terimakasih

5. maxilla dan palatum

Terimakasih ketua. Izin dokter. Nama saya Puteri Nazmy nim 10617088. maxilla adalah
tulang rahang atas pada manusia dan diketahui memiliki fungsi dalam menyokong gigi-gigi
yang berada dibagian atas mulut. sedangkan Palatum adalah sebutan pada bagian langit-langit
mulut. Palatum juga merupakan nama tulang dari bagian langit-langit mulut. Palatum dibagi
menjadi 3 yaitu Palatum molle, Palatum durum, Raphe palati. Terimakasih

Maksila adalah rahang atas dan Palatum adalah atap rongga mulut, secara anatomi palatum
terbagi menjadi palatum durum dan palatum mole. Terimakasih

Identifikasi Masalah

1. Anatomi Maksilofasial

2. Desinisi fraktur maksilofasialos

3. Fraktur Maksilofasial

4. Epidemiologi Trauma Maksilofasial

5. Etiologi

6. Manifestasi klinis

7.Klasifikasi

8. Pemeriksaan Penunjang Diagnostik Pada Fraktur Maksilofasial

9. Tatalaksana

Pembahasan Identifikasi masalah

Syifa Amalatun Nisa 10617111. Berdasarkan anatominya wajah atau maksilofasial dibagi
menjadi tiga bagian, ialah sepertiga atas wajah, sepertiga tengah wajah, dan sepertiga bawah
wajah. Bagian yang termasuk sepertiga atas wajah ialah tulang frontalis, regio supra orbita,
rima orbita dan sinus frontalis. Maksila, zigomatikus, lakrimal, nasal, palatinus, nasal konka
inferior, dan tulang vomer termasuk ke dalam sepertiga tengah wajah sedangkan mandibula
termasuk ke dalam bagian sepertiga bawah wajah

Adita Kiara 10617003, Regio maksilofasial dapat dibagi menjadi 3 bagian : 1. The upper face
; tulang frontal dan sinus frontal 2. The midface ; tulang hidung, etmoid, zygomaticum dan
maksila 3. The lower face ; mandibula
Igresia Mawardika 10617051. Definisi Fraktur maksilofasial adalah fraktur yang terjadi pada
tulang-tulang wajah yaitu tulang nasoorbitoetmoid, tulang zigomatikomaksila, tulang nasal,
tulang maksila, dan juga tulang mandibula.terimakasih

ajeng saskia putri 10617005 izin menjawab Trauma maksilofasial berarti cedera pada wajah
atau tulang maksilofasial. Trauma wajah termasuk luka pada kulit, tulang kepala, hidung dan
sinus, rongga mata, atau gigi dan bagian lain dari mulut. Trauma wajah sering ditandai oleh
pembengkakan atau luka (robek di kulit). Tulang-tulang tersebut antara lain: tulang
nasoorbitoetmoid, tulang zigomatikomaksila, tulang nasal, tulang maksila, tulang mandibular.
Tanda-tanda patah tulang meliputi memar di sekitar mata, pelebaran jarak antara mata,
pergerakan rahang atas ketika kepala stabil, sensasi abnormal pada wajah, dan perdarahan
dari hidung, mulut, atau telinga

ajeng saskia 10617005 Pada tahun 2003, Motamedi melaporkan distribusi patah tulang wajah
yaitu 72,9% mandibula, 13,9% rahang atas, 13,5% zygomatic, 24,0% zygomatico- orbital,
2,1% kranial, 2,1% hidung, dan 1,6% cedera frontal. Penyebab cedera maksilofasial ini
adalah mobil (30,8%) dan sepeda motor (23,2%), olahraga (6,3%), dan peperangan (9,7%) .
Distribusi patah tulang maksila adalah 54,6% Le Fort II, 24,2% Le Fort I, 12,1% Le Fort III,
dan 9,1% alveolar. Menurut Cook and Rowe, luka midfasial paling sering terjadi pada
individu yang berusia 21-30 tahun (43%). Usia 11-20 tahun dan 31-40 tahun kelompok umur
masing-masing menyumbang 20% , terimakasih

saya Yopi bahtyar a10616098, izin berpendapat, Dari data penelitian itu menunjukan bah¬wa
kejadian trauma maksilofasial sekitar 6% dari seluruh trauma yang ditangani oleh SMF Ilmu
Bedah RS Dr. Soetomo. Kejadian fraktur mandibula dan maksila terbanyak diantara 2 tulang
lainnya, yaitu masing-masing sebesar 29,85%, disusul fraktur zigoma 27,64% dan fraktur
nasal 12,66%. Penderita fraktur maksilofacial ini terbanyak pada laki-laki usia produktif,
yaitu usia 21-30 tahun, sekitar 64,38% disertai cedera di tempat lain, dan trauma penyerta
terbanyak adalah cedera otak ringan sampai berat, sekitar 56%. Penyebab terbanyak adalah
kecelakaan lalu lintas dan sebagian besar adalah pengendara sepeda motor.. Trimakasi ketua

Ida Ayu Mas Harinam 10617050, fraktur maksila itu sendiri merupakan bagian dari trauma
maxillofacial yang cukup sering ditemui, yang biasanya disebabkan oleh kecelakaan
kendaraan bermotor. terimkaksih ketua

SYIFA AMALATUN NISA 10617111 Terimakasih ketua. Penyebab trauma maksilofasial


bervariasi, mencakup kecelakaan lalu lintas, kekerasan fisik, terjatuh, olah raga dan trauma
akibat senjata api. Kecelakaan lalu lintas adalah penyebab utama trauma maksilofasial yang
dapat membawa kematian dan kecacatan pada orang dewasa secara umum dibawah usia 50
tahun dan angka terbesar biasanya terjadi pada pria dengan batas usia 21-30 tahun

Igresia Mawardika 10617051 penyebab pada anak-anak penyebab paling sering adalah
olahraga seperti naik sepeda, yang lainnya adalah kecelakaan lalu lintas, penganiayaan atau
berkelahi, dan jatuh. terimakasih

atika 10617020 izin berpendapat. • Manifestasi klinik dari fraktur maksilofasial adalah edema
periorbital bilateral yang pada saat bersamaan dengan ekimosis sehingga menimbulkan tanda
racccon sign. Hipoestesia dari nervus infra orbital juga sering terjadi karena trauma yang
langsung atau terjadinya edema yang cepat. Maloklusi yang sering terjadi adalah open bite.
Step yang terjadi bisa diraba pada dasar orbita dan sutura nasofrontal. Fraktur blow out pada
dasar orbita sering menyertai fraktur ini, selain rhinorrhorea bisa terjad akibat sobeknya
selaput duramater, epistaksis juga sering ditemukan. terima kasih

Anjasmara Tirta Adi Kencana, 10617018 Berdasarkan eksperimen yang dilakukan oleh Rene
Le Fort, terdapat tiga pola fraktur maksila, yaitu Le Fort I, II, dan III. Selain fraktur Le Fort,
terdapat pula fraktur alveolar, dan vertikal atau sagital maupun parasagital 1. Le Fort I,
dikenal juga dengan fraktur Guerin yang terjadi di atas level gigi yang menyentuh palatum,
meliputi keseluruhan prosesus alveolar dari maksila, kubah palatum, dan prosesus pterigoid
dalam blok tunggal. 2. Le Fort II, Pukulan pada maksila atas atau pukulan yang berasal dari
arah frontal menimbulkan fraktur dengan segmen maksilari sentral yang berbentuk piramida.
3.Le Fort III, Selain pada pterygomaxillary buttress, fraktur terjadi pada zygomatic arch
berjalan ke sutura zygomaticofrontal membelah lantai orbital sampai ke sutura nasofrontal
4.Fraktur Alveolar, Bagian dentoalveolar dari maksila dapat mengalami fraktur akibat
pukulan langsung maupun secara tidak tidak langsung pada mandibula. 5.Fraktur sagital
biasanya dihubungkan dengan fraktur maksila lainnya

Puteri Nazmy nim 10617088. Manifestasi klinis trauma maksilofasial dapat berupa : •
Dislokasi, berupa perubahan posisi yg menyebabkan maloklusi terutama pada fraktur
mandibula. • Pergerakan yang abnormal pada sisi fraktur. • Rasa nyeri pada sisi fraktur. •
Perdarahan pada daerah fraktur yang dapat menyumbat saluran napas. • Pembengkakan dan
memar pada sisi fraktur sehingga dapat menentukan lokasi daerah fraktur. • Krepitasi berupa
suara pada saat pemeriksaan akibat pergeseran. • Laserasi yg terjadi pada daerah gusi,
mukosa mulut dan daerah sekitar fraktur. • Diskolorisasi perubahan warna pada daerah
fraktur akibat pembengkakan. • Numbness, kelumpuhan dari bibir bawah, biasanya bila
fraktur terjadi dibawah nervus alveolaris. • Pada fraktur orbita dapat dijumpai penglihatan
kabur atau ganda, penurunan pergerakan bola mata dan penurunan visus. Terimakasih

Puteri Nazmy nim 10617088. Manifestasi klinis trauma maksilofasial dapat berupa : •
Dislokasi, berupa perubahan posisi yg menyebabkan maloklusi terutama pada fraktur
mandibula. • Pergerakan yang abnormal pada sisi fraktur. • Rasa nyeri pada sisi fraktur. •
Perdarahan pada daerah fraktur yang dapat menyumbat saluran napas. • Pembengkakan dan
memar pada sisi fraktur sehingga dapat menentukan lokasi daerah fraktur. • Krepitasi berupa
suara pada saat pemeriksaan akibat pergeseran. • Laserasi yg terjadi pada daerah gusi,
mukosa mulut dan daerah sekitar fraktur. • Diskolorisasi perubahan warna pada daerah
fraktur akibat pembengkakan. • Numbness, kelumpuhan dari bibir bawah, biasanya bila
fraktur terjadi dibawah nervus alveolaris. • Pada fraktur orbita dapat dijumpai penglihatan
kabur atau ganda, penurunan pergerakan bola mata dan penurunan visus.Terimakasih

Tabita rahardjanti: PEMERIKSAAN PENUNJANG 1. Pemeriksaan Radiografis Pada pasien


dengan trauma wajah, pemeriksaan radiografis diperlukan untuk memperjelas suatu diagnosa
klinis serta untuk mengetahui letak fraktur. Pemeriksaan radiografis juga dapat
memperlihatkan fraktur dari sudut dan perspektif yang berbeda. Pemeriksaan radiografis pada
mandibula biasanya memerlukan foto radiografis panoramic view, open-mouth Towne’s
view, postero-anterior view, lateral oblique view. Biasanya bila foto-foto diatas kurang
memberikan informasi yang cukup, dapat juga digunakan foto oklusal dan periapikal.
Computed Tomography (CT) scans dapat juga memberi informasi bila terjadi trauma yang
dapat menyebabkan tidak memungkinkannya dilakukan teknik foto radiografis biasa. Banyak
pasien dengan trauma wajah sering menerima atau mendapatkan CT-scan untuk menilai
gangguan neurologi, selain itu CT- scan dapat juga digunakan sebagai tambahan penilaian
radiografi. Pemeriksaan radiografis untuk fraktur sepertiga tengah wajah dapat menggunakan
Water’s view, lateral skull view, posteroanterior skull view, dan submental vertex view
[18:52, 6/15/2020] Tabita rahardjanti: Pemeriksaan Radiografis Indikasi 1. Foto dental
Trauma dan fraktur dental 2. Foto oklusal - Fraktur sagital rahang atas - Luksasi benda asing
(pecahan gigi, bahan tambalan dan gigi palsu) ke jaringan lunak 3. Ortopantomogram/OPG -
Trauma dental - Fraktur dentoalveolar - Fraktur rahang bawah, termasuk fraktur kondilus -
Fraktur rahang atas. 4. Subokzipitofrontal dengan mulut terbuka (Clementschitsch) atau
Mandibula PA - Fraktur rahang bawah - Fraktur kondilus - Pada dugaan terdapat fraktur
rahang bawah dan atau fraktur kondilus, maka pembuatan foto clemi wajib dilakukan 5.
Waters/sinus maksilaris oksipitonasal - Fraktur wajah - Fraktur orbita 6.
Submentobregmatikal (Henkeltopf) - Fraktur arkus zigomatikus 7. Tomografi Komputer
(scan CT), termasuk Cranial Computer Tomografi (CCT) dan juga scan CT dengan
rekonstruksi 3D - Politrauma - Fraktur wajah - Fraktur orbita (potongan koronal) - Fraktur
rahang atas kompleks - Fraktur rahang bawah kompleks - Fraktur dasar tengkorak, sinus
frontalis - Trauma cranium 8. MRI - Politrauma - Trauma saraf dan jaringan lunak (misalnya
n.opticus diskus artikularis).Mohon maaf bila ada kesalahan dokter.

09:17 SALSABILA NUR ALISA WIBISONO 10616077 Perawatan Fraktur Maksilofasial


Sebelum dilakukan debridement, diberikan antibiotik profilaks yang dilakukan di ruangan
emergency. Yang terbaik adalah golongan sefalosforin. Biasanya dipakai sefalosforin
golongan pertama. Pada fraktur terbuka, diberikan tambahan berupa golongan
aminoglikosida, seperti tobramicin atau gentamicin. Golongan sefalosforin golongan ketiga
dipertimbangkan di sini. Sedangkan pada fraktur yang dicurigai terkontaminasi kuman
clostridia, diberikan penicillin. Peralatan proteksi diri yang dibutuhkan saat operasi adalah
google, boot dan sarung tangan tambahan. Sebelum dilakukan operasi, dilakukan pencucian
dengan povine iodine, lalu drapping area operasi. Perawatan fraktur dapat dibedakan menjadi
perawatan fraktur secara tertutup (closed) atau terbuka (open). Perawatan fraktur dengan
menggunakan intermaxillary fixation (IMF) disebut juga reduksi tertutup karena tidak adanya
pembukaan dan manipulasi terhadap area fraktur secara langsung. Teknik IMF yang biasanya
paling banyak digunakan ialah penggunaan arch bar. Terima kasih

Terima kasih ketua. Perawatan Fraktur Maksilofasial Sebelum dilakukan debridement,


diberikan antibiotik profilaks yang dilakukan di ruangan emergency. Yang terbaik adalah
golongan sefalosforin. Biasanya dipakai sefalosforin golongan pertama. Pada fraktur terbuka,
diberikan tambahan berupa golongan aminoglikosida, seperti tobramicin atau gentamicin.
Golongan sefalosforin golongan ketiga dipertimbangkan di sini. Sedangkan pada fraktur yang
dicurigai terkontaminasi kuman clostridia, diberikan penicillin. Peralatan proteksi diri yang
dibutuhkan saat operasi adalah google, boot dan sarung tangan tambahan. Sebelum dilakukan
operasi, dilakukan pencucian dengan povine iodine, lalu drapping area operasi. Perawatan
fraktur dapat dibedakan menjadi perawatan fraktur secara tertutup (closed) atau terbuka
(open). Perawatan fraktur dengan menggunakan intermaxillary fixation (IMF) disebut juga
reduksi tertutup karena tidak adanya pembukaan dan manipulasi terhadap area fraktur secara
langsung. Teknik IMF yang biasanya paling banyak digunakan ialah penggunaan arch bar.
Terima kasih

Melati Wira 10617070 Penatalaksanaan Fraktur Maxilofacial. Prinsip dasar dalam


penatalaksanaan fraktur terdiri atas tiga yaitu reduction, fixation, dan immobilization yang
bertujuan untuk mengembalikan bentuk, fungsi, dan oklusi .
Evaluasi dari drg Febry Ramadhani Saboe

Saya singkat saja, jadi untuk LO kalian belum membahas tanda dan gejala fraktur
maksilofasial, patofisiologi, gambaran klinis, diagnosa dan diagnosis banding fraktur
maksilofasia Berikut untuk tatalaksana ditambahkan juga KIE pada pasien ya

Anda mungkin juga menyukai