Anda di halaman 1dari 20

BERSAMA MEMBINA REMAJA MELALUI

PENGELOLAAN ROHIS
• Secara psikologi, remaja masih dalam
masa pertumbuhan (sedang mencari
identitas diri) sehingga emosionalnya
masih labil.
• Remaja muslim diharapkan memiliki
akidah Islam yang kuat dengan
mencintai agamanya. Hal itu bisa
diraih dengan cara mempelajari
agama Islam secara komprehensif.
• Urgensi penguatan sikap dan paham
toleran terhadap multikultur pada
remaja sangat perlu dilakukan agar
mereka memiliki sikap positif dan
hormat terhadap keragaman agama.
• Menanamkan kebencian dan kurang
toleransi kepada orang lain yang
berbeda hanya akan membuat
pemeluk agama terjebak pada fanatik
buta, sehingga dapat memicu
munculnya disharmoni di masyarakat.
• Ragam paham keagamaan marak
seiring dengan era reformasi yang
berasal dari luar, sehingga
mempengaruhi cara pandang
• Paham kurang toleran dapat
dipengaruhi oleh beberapa hal, Informasi Tidak
Benar Kurang Toleran
salah satunya ialah pesatnya
perkembangan media sosial.
Berbagai informasi sangat mudah
diakses melalui media sosial, baik
berita yang benar atau berita Paham
Media Sosial
Keagamaan
Rohis
bohong (hoaxs). Hal ini akan sangat
berpengaruh terhadap pola pikir
• Penyebab lain ialah adanya
pemahaman ilmu keagamaan yang
kurang, ketika menerima sebuah Konten Agama
paham yang kurang toleran akan Yang Keliru Filter
mudah masuk karena tidak
mempunyai cukup modal untuk
memfilternya

• Jalur pendidikan merupakan sarana strategis untuk penyebaran Toleran


paham keagamaan, melalui sarana kegiatan keagamaan.
• Penguatan sikap toleransi bagi remaja di sekolah merupakan
amanat dari Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
(PERMENDIKNAS) RI No. 39 Tahun 2008 tentang Pembinaan Amanat dari Peraturan Menteri Pendidikan
Kesiswaan. Pasal 3 ayat 2 tentang materi pembinaan kesiswaan Nasional (PERMENDIKNAS) RI No. 39 Tahun
pada poin e menyatakan bahwa di antara pembinaan kesiswaan 2008 tentang Pembinaan Kesiswaan. Pasal 3
adalah demokrasi, hak asasi manusia, pendidikan politik, ayat 2 tentang materi pembinaan kesiswaan
lingkungan hidup, kepekaan dan toleransi sosial dalam konteks pada poin e menyatakan bahwa di antara
masyarakat plural. pembinaan kesiswaan adalah demokrasi, hak
• Dalam konteks ini, kegiatan Kerohanian Islam (Rohis) memiliki asasi manusia, pendidikan politik, lingkungan
peran penting dalam pembinaan di bidang agama dan toleransi hidup, kepekaan dan toleransi sosial dalam
sosial. Sehingga berpengaruh positif terhadap remaja. konteks masyarakat plural.
Dalam rangka mencegah masuknya paham kurang toleran di
kalangan remaja ini Kementerian Agama bisa melibatkan
penyuluh agama sebagai salah satu mentor. Tugas dan fungsi
penyuluh agama ialah pejabat yang diberi tugas, tanggung
jawab, dan wewenang untuk melakukan kegiatan bimbingan
keagamaan dan pembangunan melalui bahasa agama.

Berdasarkan hal diatas, maka Balai Litbang Agama Semarang pada tahun
2018 melakukan workshop yang meghasilkan produk buku panduan
Bersama Membina Remaja (Buku Panduan Pengelolaan Kerohanian Islam).
Dalam buku tersebut berisi tentang pentingnya menjaga remaja sebagai aset
bangsa dari penyebaran paham kurang toleran; pengenalan tentang
Kerohanian Islam (Rohis); pembinaan terhadap kegiatan Kerohanian Islam
(Rohis); mencegah dan menangani pengaruh paham kurang toleran di
kalangan remaja yang melibatkan Penyuluh Agama Islam
Mengenal Kerohanian Islam (Rohis)
Kerohanian Islam (Rohis) adalah wadah yang menampung siswa-siswi muslim yang
memiliki tujuan tertentu dalam rangka memasyarakatkan ajaran Islam. Kegiatan
Kerohanian Islam (Rohis) ini berfungsi memperkuat keislaman siswa-siswi, yang dikemas
dalam bentuk ekstrakurikuler. Kegiatan ini dijalankan di luar jam pelajaran, sebagai
penunjang keberhasilan pembinaan intrakurikuler. Secara struktural, Rohis berada di
bawah Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) sehingga kegiatan ini harus tetap tunduk pada
peraturan sekolah yang berlaku. (Koesmarwanti, 2000: 52)

Kementerian Agama telah menyusun buku Panduan Ekstrakurikuler Rohani Islam (Rohis)
pada tahun 2015, yang di dalamnya memuat tentang tujuan normatif, tujuan praktis,
prinsip-prinsip dasar kegiatan, dan kompetensi dasar yang akan diraih.

• Tujuan Normatif, yaitu sebagai sarana pembinaan dan pelatihan PAI yang belum
diperoleh dalam pemebelajaran dikelas; bisa mengkomunikasi nilai-nilai ajaran agama
dalam membentuk akhak berkepribadian muslim yang mampu melaksanakan perintah
dan larangan agama, serta mampu menyaring budaya yang tidak sesuai dengan nilai-
nilai spiritual Islam.
• Tujuan Praktis yang ingin dicapai adalah peningkatan kompetensi, menambah wawasan,
pengembangan diri, semarak syiar Islam, peningkatan kualitas pengetahuan Islam, dan
membentuk kader da’i disekolah.
Prinsip-Prinsip Dasar Rohis

• Prinsip keyakinan/akidah (ideologis), merupakan kualitas seorang muslim


terhadap kebenaran ajaran agamanya.
• Prinsip pengetahuan (intelektual) merupakan perwujudan tingkat pemahaman
seorang muslim terhadap ajaran agamanya.
• Prinsip Penghayatan (experiensial) merupakan perwujudan tingkat penghayatan
yang mendalam dalam melaksanakan perintah agama.
• Prinsip peribadatan (ritualistik) merupakan perwujudan tingkat kepatuhan
seorang manusia dalam menjalankan perintah atau amaliah ritual.
• Prinsip pengamalan (konsekuensial), merupakan cerminan dari keyakinan
(dimensi ideologis), dan kepatuhan menjalankan perintah (dimensi ritualistik).
• Prinsip pembiasaan (habitualistik) merupakan perwujudan tingkat pembiasaan
diri dalam mengamalkan ajaran agama secara komitmen, konsekuen, dan
kontinyu.
• Prinsip keteladanan (providing model) merupakan contoh dari keteladanan
dalam mengamalkan ajaran agama seperti perkataan, sikap, dan perbuatan
secara komperhensif (syumuliyah).
Mengenal Kerohanian
Islam (Rohis)
Tujuan Kompetensi

• Pengetahuan dan wawasan keagamaan;


Umum: Khusus: • Kesadaran beribadah;
Menyiapkan generasi masa menambah wawasan • Akhlak yang mulia
depan yang memiliki keagamaan, membentuk • Kesadaran berorganisasi;
keimanan dan ketaatan sikap spiritual, sosial, moral • Kemampuan mengorganisir tugas
kepada Allah SWT, serta yang menggugah kesadaran sehari-hari;
memiliki rasa nasionalisme untuk mengamalkan nilai- • Ketrampilan berbahasa yang santun
yang tinggi terhadap negara nilai islam yang • Kesadaran mentaati peraturan;
dan bangsanya. rahmatallilalamin • Sikap toleran, humanis, dan demokratis;
• Ketrampilan pengendalian diri
• memililki keyakinan yang kuat terhadap agama • (Kemenag, 2015: 12)
Islam;
• melaksanakan ibadah dengan sungguh-sungguh
serta memiliki sikap toleran terhadap
perbedaan; MENTORING
• menampilkan diri sebagai pribadi yang mampu
Indikator
memecahkan masalah yang dihadapi dengan Ketercapaian
sikap kritis, kreatif, humanis, toleran, tawadhu’, Proses pengasuhan atau pembimbingan terhadap rohis.
dan demokratis; Pelaksana mentoring ini adalah guru-guru agama Islam,
• menampilkan diri sebagai pemimpin teladan penyuluh agama Islam, dan orang-orang yang kompeten
yang dapat menciptakan lingkungan yang dalam bidang agama Islam. Prinsip-prinsip dalam mentoring
religius, demokratis, dan toleran; ini adalah bersifat interaktif, berbagi, didasarkan pada sikap
• memiliki empati dan rasa persaudaraan kepada saling menghormati, percaya, mendidik, mencerahkan,
sesama serta saling tolong-menolong dan menguatkan persaudaraan, mengembangkan sikap toleran,
gotong-royong. memanusiakan dan tidak indoktrinasi
Pembinaan Rohis

Objek pembinaan Rohis ini adalah siswa SMA/SMK yang memiliki rentang usia
antara 15— 18 tahun.

Karakteristik umum remaja :

• Perkembangan fisik remaja berada pada fase peralihan dari masa anak-anak menuju
dewasa;
• Perkembangan kognitif remaja ialah mampu berfikir logis tentang gagasan abstrak
dan mampu menyelesaikan masalah;
• Perkembangan emosi remaja masih labil sehingga bersifat meledak-ledak, mudah
tersinggung, sedih, marah, dsb;
• Perkembangan moral remaja , mulai mencapai tahapan berpikir operasional formal
yaitu berpikir abstrak, sudah mampu berperilaku yang tidak hanya mengejar
kepuasan fisik saja, tetapi meningkat pada tatanan psikologis (rasa diterima, dihargai,
dan penilaian positif dari orang lain)
• Remaja telah mengalami perkembangan kemampuan untuk memahami orang lain
(social cognition) dan menjalin persahabatan;
• Perkembangan spiritual remaja menunjukkan adanya kemampuan memahami akan
arti dan tujuan hidup.
Pembinaan Rohis
Pembina Rohis

Dewan Penasehat Dewan Pembina

Dewan Pembina Rohis terdiri atas


Tugasnya untuk memberikan Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah
arahan, bimbingan, dan Bidang Kesiswaan, guru Pendidikan
pertimbangan dalam pengelolaan Agama Islam atau guru mata
Rohis kepada pengurus harian pelajaran lain yang beragama Islam
dengan melibatkan unsur Komite yang memiliki kepedulian terhadap
Sekolah dan stakeholder yang dapat mutu atau kualitas pembinaan
memberikan kontribusi dalam Pendidikan Agama Islam. Dewan
mengembangkan kegiatan Rohis Pembina memiliki tugas antara lain
untuk membina dan memberikan
saran/nasihat bagi pengurus harian
sehingga tercapai kemajuan Rohis.
Pembinaan Rohis
Standar penyelenggaraan kegiatan Rohis :
• Memastikan bahwa seluruh kegiatan ekstrakurikuler merupakan sarana mencapai tujuan pendidikan
nasional, yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Pasal 3 UU Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional);
• Menjamin bahwa kegiatan ekstrakurikuler dapat memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik
melalui pengembangan bakat, minat, dan kreativitas serta kemampuan berkomunikasi dan bekerja
sama dengan orang lain, sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Nomor 62 Tahun 2014 tentang Kegiatan Ekstrakurikuler pada Pendidikan Dasar dan Menengah.
Selain itu juga berdasarkan Peraturan Dirjen Pendidikan Islam Kementerian Agama Nomor: Dj.I/12A
Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan Kegiatan Ekstrakurikuler Pendidikan Agama Islam di Sekolah;
• Membina dan mendampingi kegiatan Rohis, baik isi maupun tata caranya yang sesuai dengan ajaran
Islam yang moderat;
• Kepala sekolah merupakan penanggung jawab kegiatan ekstrakurikuler Rohis di satuan pendidikan.
Artinya, apabila terjadi penyalahgunaan kegiatan Rohis—baik oleh peserta, alumni, maupun
narasumber atau mentor—yang bertentangan dengan tujuan pendidikan nasional, peraturan yang
berlaku atau ajaran Islam, kepala sekolah sebaiknya mengambil kebijakan untuk meluruskan.
Sebaiknya pendampingan terhadap Rohis dilakukan baik yang kegiatannya dilaksakanan di sekolah
maupun di luar sekolah.
• Tenaga pendidik (guru PAI atau guru lain yang memiliki kepedulian terhadap PAI dan yang ditunjuk
oleh kepala sekolah), tenaga kependidikan, dan instruktur (narasumber, kiai, ustaz, baik alumni Rohis
atau bukan) merupakan pengembang dan pembina Kegiatan Ekstrakurikuler. Mereka bertanggung
jawab untuk membina kegiatan Rohis agar tujuannya tercapai.
Pembinaan Rohis
• Komite sekolah/madrasah merupakan mitra sekolah yang mewakili orang tua remaja
didik dalam pengembangan dan pelaksanaan program ekstrakurikuler Rohis. Karena itu,
komite sekolah wajib memberikan dukungan, saran, dan masukan agar kegiatan Rohis
dapat berjalan dengan baik.
• Apabila Rohis akan menyelenggarakan kegiatan, baik di dalam maupun di luar sekolah,
pengurus Rohis dengan didampingi pengurus OSIS wajib melaporkan rencana
kegiatannya kepada kepala sekolah dengan melampirkan proposal kegiatan (di dalamnya
memuat judul kegiatan, latar belakang kegiatan, pelaksanaan kegiatan, isi kegiatan,
narasumber kegiatan, tempat kegiatan dan lain-lain). Kepala sekolah dapat memberikan
saran dan masukan terkait kegiatan tersebut, termasuk menunjuk guru pembina untuk
memantau pelaksanaan kegiatan tersebut.
• Kepala sekolah memiliki kewenangan mengizinkan atau tidak mengizinkan, serta
membatalkan atau mengusulkan suatu kegiatan.
• Setiap kegiatan yang dilaksanakan oleh Rohis, baik isi dan metodenya, tidak boleh
bertentangan dengan ajaran Islam dan peraturan yang berlaku.
• Kepala sekolah dapat membangun jaringan dan bekerja sama dengan banyak pihak
(organisasi masyarakat Islam, pesantren, lembaga pendidikan Islam), terutama dengan
Kementerian Agama—khususnya para penyuluh agama untuk berkontribusi dalam
membimbing dan membina Rohis di kalangan remaja agar terhindar dari paham yang
kurang toleran.
Pembinaan Rohis
Pengalaman Pembinaan oleh guru dan penyuluh
Pengalaman Positif agama :
• Beberapa pengalaman pembinaan rohis yang dilakukan oleh guru maupun penyuluh agama
menunjukkan bahwa kegiatan rohis memiliki banyak nilai positif bagi remaja dan membantu
kepentingan sekolah dalam mencapai tujuan pendidikan. Organisasi rohis yang secara khusus
berkegiatan dalam bidang keagamaan membangun sikap keberagamaan para remaja yang lebih
intens, baik, dan komitmen tinggi terhadap ajaran-ajaran agama Islam, misalnya keaktifannya dalam
menjalankan ibadah-ibadah sunah seperti puasa sunah, salat tahajud, dan salat duha, serta baca
Alquran. Dalam hal ini kegiatan Rohis sangat mendukung kegiatan pembelajaran pendidikan agama
Islam di sekolah. Seperti yang kita ketahui, jumlah jam pelajaran pendidikan agama Islam di SMA
sangat terbatas. Oleh karena itu, guru dan siswa menganggap pendidikan agama Islam masih
kurang. Dengan demikian, kegiatan Rohis menjadi salah satu solusi untuk meningkatkan
pengetahuan agama Islam siswa melalui berbagai kegiatan yang diselenggarakan oleh Rohis.
• Manfaat ini tidak hanya dalam kegiatan keagamaan. Beberapa SMA di Yogyakarta juga merasakan
manfaat yang besar dengan kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh Rohis. Para remaja yang
bergabung di Rohis memiliki kegiatan yang positif dan bermanfaat. Oleh karena itu, remaja yang aktif
di Rohis dapat membangun kemandirian, mengembangkan kemampuan berorganisasi, membangun
sikap sosial, dan bahkan juga meningkatkan prestasi akademik. Pada beberapa SMA di Yogyakarta,
Rohis juga menyelenggarakan pendalaman pelajaran-pelajaran umum terutama yang diujikan secara
nasional. Dengan demikian, para remaja ini tidak saja menonjol dalam bidang keagamaan tetapi juga
menonjol dalam akademik dan organisasi. Sebagai contoh ialah salah satu SMA di Sleman
Yogyakarta yang memiliki Rohis dengan kegiatannya berupa Latihan Dasar Kepemimpinan (LDK) bagi
anggotanya. Kegiatannya membantu remaja dalam menumbuhkan sikap kepemimpinan.
Pembinaan Rohis
Pengalaman Pembinaan oleh guru dan penyuluh agama :
Pengalaman yang perlu diperhatikan:
• Namun demikian, ada pula pengalaman-pengalaman yang perlu mendapat perhatian dalam pembinaan Rohis di
sekolah. Salah satu pengalaman adalah pada beberapa tahun lalu, ada siswa di salah satu sekolah ada yang
menolak pelajaran kesenian karena dilarang oleh mentor Rohisnya. Menurut mentor tersebut, pelajaran kesenian
seperti seni lukis dan seni tari melanggar ajaran Islam. Akibatnya hal ini menimbulkan keresahan bagi orang tua.
• Ada pula penyuluh yang mendapatkan keluhan dari orang tua. Awalnya, orang tua merasa senang anaknya ikut
kegiatan yang positif di Rohis, tetapi kemudian merasa khawatir karena si anak tiba-tiba berubah sikap dan
perilakunya menjadi “ekslusif”.
• Kasus lainnya pada rohis sebuah SMA mengundang penyuluh dan tokoh agama mengisi kegiatan Rohis. Namun,
setelah kegiatan selesai, foto kegiatan tersebut diedit sedemikian rupa sehingga gambar latar kegiatan diubah
menjadi gambar bendera kelompok tertentu yang sudah dibubarkan oleh negara. Karena para tokoh agama yang
terlibat merupakan dari ormas moderat dan tidak mendukung organisasi tersebutI, ternyata hal ini dilakukan oleh
salah satu oknum di rohis tersebut karena mentornya adalah alumni yang aktif didalamnya.
• Pengalaman lain terkait aktivitas remaja, para remaja ini tidak saja mengikuti kegiatan Rohis di lingkungan
sekolahnya, tetapi juga mengikuti kegiatan lain di luar sekolah yang bisa berpengaruh negatif pada siswa.
Sementara pihak sekolah seringkali tidak peduli dengan kegiatan siswa di luar seolah. Akibatnya, ketika siswa
terpengaruh paham negatif, sekolah yang akan mendapatkan akibatnya selain siswa itu sendiri.
• Pengalaman lainnya ialah terjadi pada suatu sekolah di mana pihak sekolah merasa ada hal yang kurang baik dalam
pembinaan Rohis oleh mentornya. Sekolah kemudian mengambil kebijakan kegiatan mentoring ditiadakan dan
diganti oleh guru agama dan penyuluh. Ternyata respons dari siswa kurang baik dan cenderung menolak. Hal ini
dikarenakan pendekatan yang dilakukan oleh guru dan penyuluh agama kurang menarik, kurang mengena, dan
tidak sesuai dengan psikologi remaja. Oleh karena itu, perlu bagi pendamping dan pembina Rohis menguasai
berbagai metode dan pendekatan yang sesuai dengan kondisi psikologi remaja.
Pembinaan Rohis
Usulan-Usulan Terkait Pengalaman Pembinaan
oleh guru dan penyuluh agama :

• Kegiatan Rohis memiliki manfaat yang positif bagi remaja dan pihak sekolah. Oleh karena
itu, kegiatan Rohis ini harus didukung, difasilitasi, dan dibina dengan baik oleh pihak
sekolah;
• Guna meningkatkan rasa kebangsaan anak didik, tiap sekolah perlu membudayakan secara
rutin menyanyikan lagu “Indonesia Raya” sebelum pembelajaran dan menyanyikan lagu
“Padamu Negeri” atau lagu nasional lainnya pada akhir pembelajaran.
• Perlu menyelenggarakan tradisi tilawah/ membaca Alquran dalam waktu tertentu bagi
siswa, misalnya 15 menit sebelum pembelajaran, sementara siswa yang beragama non-
Islam dapat melaksanakan pembacaan kitab suci atau kajian keagamaannya di ruang
berbeda.
• Perlu adanya pemberitahuan kepada orang tua siswa mengenai kegiatan yang dilakukan
dalam Rohis. Bahkan, sekali waktu orang tua anggota Rohis dapat diundang dan dilibatkan
untuk mengikuti kegiatan Rohis supaya menumbuhkan kepercayaan orang tua.
• Perlu adanya kajian rutin keagamaan yang dilakukan oleh Rohis yang didampingi oleh guru
agama.
• Perlu meningkatkan kegiatan-kegiatan keagamaan yang mendorong sikap sosial dan
religius siswa, misalnya kegiatan membersihkan masjid/musala sekolah secara rutin;
gerakan infaq; membuat majalah dinding (madding) keagamaan di masjid/musala sekolah.
Pembinaan Rohis
Usulan-Usulan Terkait Pengalaman Pembinaan
oleh guru dan penyuluh agama :

• Sekolah perlu membuat kotak saran untuk memberi saran/kritik terhadap kegiatan Rohis.
• Mendukung, menfasilitasi, dan mendampingi kegiatan Temu Rohis (farohis) antarsekolah
• Untuk menjaga agar kegiatan Rohis tidak keluar dari tujuannya, guru agama dan pihak sekolah
perlu “mengontrol” kegiatan Rohis dengan menyeleksi kegiatan, pihak yang akan melakukan
mentoring, dan materi mentoring.
• Pihak sekolah juga perlu melakukan pengawasan terhadap kegiatan-kegiatan remaja/siswa
disekolahnya apabila mengikuti kegiatan-kegiatan di luar sekolah agar si anak tidak terlibat
kegiatan yang terlarang dan negatif.
• Perlu dilakukan pelatihan bagi guru dan penyuluh agama yang akan teribat dalam pembinaan
Rohis untuk penguasaan metode pembelajaran yang efektif dan sesuai dengan psikolgi remaja.
• Perlu dilibatkan penyuluh agama dalam pembinaan Rohis di sekolah secara berkala. Untuk itu,
diperlukan adanya kesepakatan antara pihak sekolah dengan penyuluh agama atau kementerian
agama.
• Perlu dilakukan pelatihan pada siswa-siswa senior yang dilakukan oleh guru dan penyuluh
agama untuk mengader mentor-mentor baru yang nantinya akan menjadi mentor bagi adik-adik
kelasnya.
• Pihak sekolah perlu melakukan evaluasi rutin terhadap kegiatan Rohis, yang melibatkan kepala
sekolah, bidang kesiswaan, dan guru-guru agama. Hal ini diperlukan untuk meningkatkan dan
menjaga kualitas kegiatan Rohis agar kegiatan rohis tidak keluar dari tujuan pendidikan.
Pembinaan Rohis
Penyuluh Agama Islam:
• Keppres Nomor 87 Tahun 1999 tentang Rumpun Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil,
yang di dalamnya mengatur salah satu jabatan fungsional Penyuluh Agama menjadi jabatan
fungsional dalam rumpun kegamaan
• Keputusan Menteri Agama RI Nomor 516 Tahun 2003 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan
Jabatan Fungsional Penyuluh Agama Islam dan Angka Kreditnya.
• Petunjuk teknis jabatan fungsional penyuluh yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal
Bimbingan Masyarakat Islam, Direktorat Penerangan Agama Islam Tahun 2012, merupakan
lampiran dari Keputusan Menteri Agama RI Nomor 516 Tahun 2003 tentang Petunjuk Teknis
Pelaksanaan Jabatan Fungsional Penyuluh Agama Islam dan Angka Kreditnya, menyebutkan
bahwa salah satu sasaran penyuluhan adalah kalangan generasi muda yang terdiri dari
kelompok remaja, pemuda masjid, karang taruna, dan pramuka. Remaja yang yang
tergabung dalam Kerohanian Islam (Rohis) dalam hal ini merupakan salah satu sasaran
penyuluhan agama.
• Dalam rangka mencegah masuknya paham kurang toleran di kalangan remaja ini melibatkan
penyuluh agama sebagai salah satu mentor. Tugas dan fungsi penyuluh agama ialah pejabat
yang diberi tugas, tanggung jawab, dan wewenang untuk melakukan kegiatan bimbingan
keagamaan dan pembangunan melalui bahasa agama.
• Tujuannya adalah mengembangkan sikap keberagamaan remaja yang inklusif, moderat, dan
toleran di kalangan remaja di tengah keanekaragaman masyarakat baik etnis, keyakinan,
maupun agama.
Pembinaan Rohis
• Untuk penanganan dan penanggulangan perkembangan paham intoleran di kalangan remaja agar
dapat berjalan efektif, perlu bersinergi dan bekerja sama yang erat antara pengelola lembaga
pendidikan, pemerintah (Kementerian Agama dan Kementerian Pendidikan Nasional), dan
masyarakat. Sinergi dan kerja sama ini merupakan forum tempat orang tua, kepala sekolah, guru
pembimbing, tokoh agama dan penyuluh agama dapat bertemu dan bertukar pikiran untuk
menangkal paham intoleran di kalangan remaja.
• Melalui kerjasama beberapa pihak seperti pembimbing Rohis di suatu sekolah dengan pembimbing
Rohis di sekolah lain, mereka dapat bertukar informasi, bergantian menjadi narasumber, bertukar
informasi tentang kegiatan yang positif dan lain sebagainya. Jika pihak sekolah kesulitan
mendapatkan narasumber yang berkompeten, mereka dapat menghubungi penyuluh agama atau
tokoh agama setempat yang berhaluan moderat.

Contoh Model Kerja Sama Dalam Mendampingi Rohis :


• Kerja sama dapat dilakukan dengan melibatkan berbagai kelompok profesi di lingkup Kantor
Kementerian Agama Kabupaten/Kota. Beberapa kelompok profesi tersebut adalah KKG PAI
(Kelompok Kerja Guru Pelajaran Agama Islam), Pokjawas PAI (Kelompok Kerja Pengawas Pelajaran
Agama Islam), dan Pokjaluh (Kelompok Kerja Penyuluh) Agama Islam. KKG PAI dan Pokjawas PAI
merupakan kelompok kerja yang mempunyai wilayah kerja meliputi sekolah di bawah Kementerian
Agama (madrasah) dan Dinas Pendidikan (sekolah umum).
• Hal ini diharapkan memudahkan koordinasi lintas satuan kerja, serta terbangunnya sebuah
pemahaman bersama bahwa perlu bersma-sama untuk berperan serta dalam pendampingan
kegiatan Rohis. Upaya ini untuk memantau kegiatan Rohis agar tidak terpengaruh paham kurang
toleran.
Pembinaan Rohis
SINERGI DAN KERJA SAMA INI
MERUPAKAN FORUM DI MANA ORANG
PEMERINTAH TUA REMAJA, KEPALA SEKOLAH, GURU
SINERGI/ TOKOH AGAMA PEMBIMBING, TOKOH AGAMA DAN
KERJASAMA TOKOH MASYARAKAT PENYULUH AGAMA DAPAT BERTEMU
ORMAS DAN BERTUKAR PIKIRAN UNTUK
MENANGKAL PAHAM KURANG
TOLERAN DI KALANGAN REMAJA

KERJASAMA BISA MELIBATKAN BERBAGAI


KELOMPOK PROFESI YANG TERDAPAT DI
DALAM LINGKUP KANTOR KEMENTERIAN • SEKOLAH
AGAMA KAB/KOTA. BEBERAPA KELOMPOK • TOKOH
CONTOH PROFESI TERSEBUT ADALAH KKG PAI AGAMA
SINERGI (KELOMPOK KERJA GURU PELAJARAN • TOKOH
AGAMA ISLAM), POKJAWAS PAI (KELOMPOK MASYARAKAT
KERJA PENGAWAS PELAJARAN AGAMA • ORMAS
ISLAM), DAN POKJALUH (KELOMPOK KERJA
PENYULUH) AGAMA ISLAM.
REKOMENDASI
• Ditjen Pendis perlu mendistribusikan dan mensosialisasi buku panduan
Rohis SMA/SMK yang berjudul buku Panduan Ekstrakurikuler Rohani Islam
(Rohis), tahun 2015 ke sekolah-sekolah
• Ditjen Pendis menjalin kerja sama dengan tokoh-tokoh agama yang
moderat untuk menyelengarakan program moderasi Islam dikalangan
remaja.
• Ditjen Pendis perlu membuat program penguatan nilai nilai kebangsaan
terhadap guru-guru PAI (workshop, diklat, seminar, dll)
• Ditjen Pendis perlu menambah tugas dan fungsi terhadap kementerian
agama kabupaten/kota cq Seksi Pendidikan Agama Islam dalam
pembinaan Kerohanian Islam (Rohis)
• Ditjen Pendis bekerja sama dengan Ditjen Bimas Islam untuk membentuk
kerjasama antara Pengawas Pendidikan Agama Islam, MGMP Pendidikan
Agama Islam, dan Penyuluh Agama Islam, dalam hal pendampingan
penyelenggaraan Rohis. Penyuluh Agama Islam perlu menambahkan salah
satu sasaran penyuluhan yaitu kegiatan Rohis dalam rangka sebagai
mentor.
• Badan Litbang dan Diklat, menyelenggarakan diklat terhadap para
Penyuluh Agama Islam tentang teknik penyuluhan dikalangan remaja

Anda mungkin juga menyukai