PENGELOLAAN ROHIS
• Secara psikologi, remaja masih dalam
masa pertumbuhan (sedang mencari
identitas diri) sehingga emosionalnya
masih labil.
• Remaja muslim diharapkan memiliki
akidah Islam yang kuat dengan
mencintai agamanya. Hal itu bisa
diraih dengan cara mempelajari
agama Islam secara komprehensif.
• Urgensi penguatan sikap dan paham
toleran terhadap multikultur pada
remaja sangat perlu dilakukan agar
mereka memiliki sikap positif dan
hormat terhadap keragaman agama.
• Menanamkan kebencian dan kurang
toleransi kepada orang lain yang
berbeda hanya akan membuat
pemeluk agama terjebak pada fanatik
buta, sehingga dapat memicu
munculnya disharmoni di masyarakat.
• Ragam paham keagamaan marak
seiring dengan era reformasi yang
berasal dari luar, sehingga
mempengaruhi cara pandang
• Paham kurang toleran dapat
dipengaruhi oleh beberapa hal, Informasi Tidak
Benar Kurang Toleran
salah satunya ialah pesatnya
perkembangan media sosial.
Berbagai informasi sangat mudah
diakses melalui media sosial, baik
berita yang benar atau berita Paham
Media Sosial
Keagamaan
Rohis
bohong (hoaxs). Hal ini akan sangat
berpengaruh terhadap pola pikir
• Penyebab lain ialah adanya
pemahaman ilmu keagamaan yang
kurang, ketika menerima sebuah Konten Agama
paham yang kurang toleran akan Yang Keliru Filter
mudah masuk karena tidak
mempunyai cukup modal untuk
memfilternya
Berdasarkan hal diatas, maka Balai Litbang Agama Semarang pada tahun
2018 melakukan workshop yang meghasilkan produk buku panduan
Bersama Membina Remaja (Buku Panduan Pengelolaan Kerohanian Islam).
Dalam buku tersebut berisi tentang pentingnya menjaga remaja sebagai aset
bangsa dari penyebaran paham kurang toleran; pengenalan tentang
Kerohanian Islam (Rohis); pembinaan terhadap kegiatan Kerohanian Islam
(Rohis); mencegah dan menangani pengaruh paham kurang toleran di
kalangan remaja yang melibatkan Penyuluh Agama Islam
Mengenal Kerohanian Islam (Rohis)
Kerohanian Islam (Rohis) adalah wadah yang menampung siswa-siswi muslim yang
memiliki tujuan tertentu dalam rangka memasyarakatkan ajaran Islam. Kegiatan
Kerohanian Islam (Rohis) ini berfungsi memperkuat keislaman siswa-siswi, yang dikemas
dalam bentuk ekstrakurikuler. Kegiatan ini dijalankan di luar jam pelajaran, sebagai
penunjang keberhasilan pembinaan intrakurikuler. Secara struktural, Rohis berada di
bawah Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) sehingga kegiatan ini harus tetap tunduk pada
peraturan sekolah yang berlaku. (Koesmarwanti, 2000: 52)
Kementerian Agama telah menyusun buku Panduan Ekstrakurikuler Rohani Islam (Rohis)
pada tahun 2015, yang di dalamnya memuat tentang tujuan normatif, tujuan praktis,
prinsip-prinsip dasar kegiatan, dan kompetensi dasar yang akan diraih.
• Tujuan Normatif, yaitu sebagai sarana pembinaan dan pelatihan PAI yang belum
diperoleh dalam pemebelajaran dikelas; bisa mengkomunikasi nilai-nilai ajaran agama
dalam membentuk akhak berkepribadian muslim yang mampu melaksanakan perintah
dan larangan agama, serta mampu menyaring budaya yang tidak sesuai dengan nilai-
nilai spiritual Islam.
• Tujuan Praktis yang ingin dicapai adalah peningkatan kompetensi, menambah wawasan,
pengembangan diri, semarak syiar Islam, peningkatan kualitas pengetahuan Islam, dan
membentuk kader da’i disekolah.
Prinsip-Prinsip Dasar Rohis
Objek pembinaan Rohis ini adalah siswa SMA/SMK yang memiliki rentang usia
antara 15— 18 tahun.
• Perkembangan fisik remaja berada pada fase peralihan dari masa anak-anak menuju
dewasa;
• Perkembangan kognitif remaja ialah mampu berfikir logis tentang gagasan abstrak
dan mampu menyelesaikan masalah;
• Perkembangan emosi remaja masih labil sehingga bersifat meledak-ledak, mudah
tersinggung, sedih, marah, dsb;
• Perkembangan moral remaja , mulai mencapai tahapan berpikir operasional formal
yaitu berpikir abstrak, sudah mampu berperilaku yang tidak hanya mengejar
kepuasan fisik saja, tetapi meningkat pada tatanan psikologis (rasa diterima, dihargai,
dan penilaian positif dari orang lain)
• Remaja telah mengalami perkembangan kemampuan untuk memahami orang lain
(social cognition) dan menjalin persahabatan;
• Perkembangan spiritual remaja menunjukkan adanya kemampuan memahami akan
arti dan tujuan hidup.
Pembinaan Rohis
Pembina Rohis
• Kegiatan Rohis memiliki manfaat yang positif bagi remaja dan pihak sekolah. Oleh karena
itu, kegiatan Rohis ini harus didukung, difasilitasi, dan dibina dengan baik oleh pihak
sekolah;
• Guna meningkatkan rasa kebangsaan anak didik, tiap sekolah perlu membudayakan secara
rutin menyanyikan lagu “Indonesia Raya” sebelum pembelajaran dan menyanyikan lagu
“Padamu Negeri” atau lagu nasional lainnya pada akhir pembelajaran.
• Perlu menyelenggarakan tradisi tilawah/ membaca Alquran dalam waktu tertentu bagi
siswa, misalnya 15 menit sebelum pembelajaran, sementara siswa yang beragama non-
Islam dapat melaksanakan pembacaan kitab suci atau kajian keagamaannya di ruang
berbeda.
• Perlu adanya pemberitahuan kepada orang tua siswa mengenai kegiatan yang dilakukan
dalam Rohis. Bahkan, sekali waktu orang tua anggota Rohis dapat diundang dan dilibatkan
untuk mengikuti kegiatan Rohis supaya menumbuhkan kepercayaan orang tua.
• Perlu adanya kajian rutin keagamaan yang dilakukan oleh Rohis yang didampingi oleh guru
agama.
• Perlu meningkatkan kegiatan-kegiatan keagamaan yang mendorong sikap sosial dan
religius siswa, misalnya kegiatan membersihkan masjid/musala sekolah secara rutin;
gerakan infaq; membuat majalah dinding (madding) keagamaan di masjid/musala sekolah.
Pembinaan Rohis
Usulan-Usulan Terkait Pengalaman Pembinaan
oleh guru dan penyuluh agama :
• Sekolah perlu membuat kotak saran untuk memberi saran/kritik terhadap kegiatan Rohis.
• Mendukung, menfasilitasi, dan mendampingi kegiatan Temu Rohis (farohis) antarsekolah
• Untuk menjaga agar kegiatan Rohis tidak keluar dari tujuannya, guru agama dan pihak sekolah
perlu “mengontrol” kegiatan Rohis dengan menyeleksi kegiatan, pihak yang akan melakukan
mentoring, dan materi mentoring.
• Pihak sekolah juga perlu melakukan pengawasan terhadap kegiatan-kegiatan remaja/siswa
disekolahnya apabila mengikuti kegiatan-kegiatan di luar sekolah agar si anak tidak terlibat
kegiatan yang terlarang dan negatif.
• Perlu dilakukan pelatihan bagi guru dan penyuluh agama yang akan teribat dalam pembinaan
Rohis untuk penguasaan metode pembelajaran yang efektif dan sesuai dengan psikolgi remaja.
• Perlu dilibatkan penyuluh agama dalam pembinaan Rohis di sekolah secara berkala. Untuk itu,
diperlukan adanya kesepakatan antara pihak sekolah dengan penyuluh agama atau kementerian
agama.
• Perlu dilakukan pelatihan pada siswa-siswa senior yang dilakukan oleh guru dan penyuluh
agama untuk mengader mentor-mentor baru yang nantinya akan menjadi mentor bagi adik-adik
kelasnya.
• Pihak sekolah perlu melakukan evaluasi rutin terhadap kegiatan Rohis, yang melibatkan kepala
sekolah, bidang kesiswaan, dan guru-guru agama. Hal ini diperlukan untuk meningkatkan dan
menjaga kualitas kegiatan Rohis agar kegiatan rohis tidak keluar dari tujuan pendidikan.
Pembinaan Rohis
Penyuluh Agama Islam:
• Keppres Nomor 87 Tahun 1999 tentang Rumpun Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil,
yang di dalamnya mengatur salah satu jabatan fungsional Penyuluh Agama menjadi jabatan
fungsional dalam rumpun kegamaan
• Keputusan Menteri Agama RI Nomor 516 Tahun 2003 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan
Jabatan Fungsional Penyuluh Agama Islam dan Angka Kreditnya.
• Petunjuk teknis jabatan fungsional penyuluh yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal
Bimbingan Masyarakat Islam, Direktorat Penerangan Agama Islam Tahun 2012, merupakan
lampiran dari Keputusan Menteri Agama RI Nomor 516 Tahun 2003 tentang Petunjuk Teknis
Pelaksanaan Jabatan Fungsional Penyuluh Agama Islam dan Angka Kreditnya, menyebutkan
bahwa salah satu sasaran penyuluhan adalah kalangan generasi muda yang terdiri dari
kelompok remaja, pemuda masjid, karang taruna, dan pramuka. Remaja yang yang
tergabung dalam Kerohanian Islam (Rohis) dalam hal ini merupakan salah satu sasaran
penyuluhan agama.
• Dalam rangka mencegah masuknya paham kurang toleran di kalangan remaja ini melibatkan
penyuluh agama sebagai salah satu mentor. Tugas dan fungsi penyuluh agama ialah pejabat
yang diberi tugas, tanggung jawab, dan wewenang untuk melakukan kegiatan bimbingan
keagamaan dan pembangunan melalui bahasa agama.
• Tujuannya adalah mengembangkan sikap keberagamaan remaja yang inklusif, moderat, dan
toleran di kalangan remaja di tengah keanekaragaman masyarakat baik etnis, keyakinan,
maupun agama.
Pembinaan Rohis
• Untuk penanganan dan penanggulangan perkembangan paham intoleran di kalangan remaja agar
dapat berjalan efektif, perlu bersinergi dan bekerja sama yang erat antara pengelola lembaga
pendidikan, pemerintah (Kementerian Agama dan Kementerian Pendidikan Nasional), dan
masyarakat. Sinergi dan kerja sama ini merupakan forum tempat orang tua, kepala sekolah, guru
pembimbing, tokoh agama dan penyuluh agama dapat bertemu dan bertukar pikiran untuk
menangkal paham intoleran di kalangan remaja.
• Melalui kerjasama beberapa pihak seperti pembimbing Rohis di suatu sekolah dengan pembimbing
Rohis di sekolah lain, mereka dapat bertukar informasi, bergantian menjadi narasumber, bertukar
informasi tentang kegiatan yang positif dan lain sebagainya. Jika pihak sekolah kesulitan
mendapatkan narasumber yang berkompeten, mereka dapat menghubungi penyuluh agama atau
tokoh agama setempat yang berhaluan moderat.