Anda di halaman 1dari 31

Kompetensi perkuliahan

• Memahami sediaan obat guttae


• Mampu menyiapkan sediaan guttae
GUTTAE
• Guttae atau obat tetes adalah sediaan cair berupa larutan, emulsi atau suspense
yang jika tidak dinyatakan lain, dimaksudkan untuk obat dalam.

• Digunakan dengan cara meneteskan larutan tersebut dengan menggunakan


penetes yang menghasilkan tetesan yang setaara dengan tetesan yang
dihasilkaan penates baku yang disebutkan dalam farmakope Indonesia (47,5-
52,5mg air suling pada suhu 20oC).

• biasanya obat diteteskan ke dalam makanan atau minuman atau dapat


langsung diteteskan ke dalam mulut. dalam perdagangan dikenal sediaan
pediatric drop yaitu obat tetes yang digunakan untuk anak – anak atau bayi.

• Obat tetes yang digunakan untuk obat luar, biasanya disebutkan tujuan
pemakaiannya, misalnya eye drop untuk mata, ear drop untuk telinga, dan lain
– lain.
Tetes mata
Larutan obat mata adalah larutan steril, bebas partikel asing,
merupakan sediaan yang dibuat dan dikemas sedemikian
rupa hingga sesuai digunakan pada mata. (FI IV hal 13)

PENGGUNAAN OBAT TETES MATA


miotik, midriatik, anti-inflamatory agent, anti infeksi, anti
galukoma, senyawa diagnostik dan anestetik lokal. (Codex
hal 160).
FORMULA UMUM

• R/ Zat aktif
Bahan pembantu : pelarut atau pembawa,
Pengawet Pendapar Surfaktan,
Pengisotonis Peningkat
viskositas Anti oksidan, Pensuspensi
PENGAWET

• Larutan obat mata dapat dikemas dalam wadah


takaran ganda bila digunakan secara perorangan
pada pasien dan bila tidak terdapat kerusakan pada
permukaan mata.
• Wadah larutan obat mata harus tertutup rapat dan
disegel untuk menjamin sterilitas pada pemakaian
pertama. Sedangkan untuk penggunaan
pembedahan, disamping steril, larutan obat mata
tidak boleh mengandung antibakteri karena dapat
mengiritasi jaringan mata
Jenis Konsentrasi Inkompatibilitas
Keterangan
  Sabun, surfaktan anionik, salisilat,
Senyawa amonium   nitrat, fluorescein natrium.  Paling banyak dipakai untuk
0,004 – 0,02 %
kuartener : (biasanya 0,01%) sediaan optalmik.
Benzalkonium klorida  Efektivitasnya ditingkatkan
dengan penambahan EDTA
0,02%.
  Halida tertentu dengan Biasanya digunakan sebagai
Senyawa merkur nitrat : 0,01 – 0,005% fenilmerkuri asetat pengawet dari zat aktif yang OTT
0,005% dengan benzalkonium klorida
 Fenil merkuri nitrat

 Thiomersal
Nipagin 0,18% + Ddiadsorpsi oleh makromolekul, Jarang digunakan; banyak digunakan
Parahidroksi benzoat : Nipasol 0,02% interaksi dengan surfaktan untuk mencegah pertumbuhan
nonionik jamur, dalam dosis tinggi
Nipagin, Nipasol mempunyai sifat antimikroba yang
lemah.
  Stabilitasnya pH dependent; Akan berdifusi melalui kemasan
Fenol : 0,5 – 0,7% aktivitasnya tercapai pada polietilen low-density
konsentrasi dekat kelarutan max  
Klorobutanol  
 
  Kelarutan dalam air rendah Akan berdifusi melalui kemasan
Alkohol aromatik : 0,5 - 0,9% or 0,5% polietilen low-density, kadang2
digunakan dalam kombinasi dengan
Feniletil alkohol pengawet lain.
PENGISOTONIS
• Pengisotonis yang dapat digunakan adalah NaCl,
KCl, glukosa, gliserol dan dapar (Codex, 161-
165). Rentang tonisitas yang masih dapat
diterima oleh mata :
• FI IV : 0,6 – 2,0% RPS dan RPP : 0,5 – 1,8%
• AOC : 0,9 – 1,4% Codex dan Husa : 0,7 – 1,5%
• Tapi usahakan berada pada rentang 0,6 – 1,5%

• Hati-hati kalau bentuk garam zat aktif adalah


garam klorida (Cl) karena jka pengisotonis yang
digunakan adalah NaCl dapat terjadi kompetisi
dan salting out.
PENDAPAR
• Secara ideal, larutan obat mata mempunyai pH dan
isotonisitas yang sama dengan air mata. Hal ini tidak
selalu dapat dilakukan karena pada pH 7,4 banyak obat
yang tidak cukup larut dalam air. sebagian besar garam
alkaloid mengendap sebagai alkaloid bebas pada pH ini.
• Selain itu banyak obat tidak stabil secara kimia pada pH
mendekati 7,4 (FI III, 13).
• larutan tanpa dapar antara pH 3,5 – 10,5 masih dapat
ditoleransi walaupun terasa kurang nyaman. Di luar
rentang pH ini dapat terjadi iritasi sehingga (Codex, 161-
165).
• Rentang pH yang masih dapat ditoleransi oleh mata
menurut beberapa pustaka : 4,5 – 9,0 menurut AOC; 3,5
– 8,5 menurut FI IV
• Menurut Codex, dapar yang dapat dipakai
adalah dapar borat, fosfat dan sitrat. Tapi
berdasarkan Suarat Edaran Dirjen POM tgl 12
Oktober 1999, asam borat tidak boleh
digunakan untuk pemakaian topikal/lokal
karena resiko toksisitasnya lebih besar
dibandingkan khasiatnya untuk penggunaan
topikal. Jadi, dapar yang boleh digunakan untuk
sediaan optalmik hanya dapar fosfat dan sitrat.
• Dapar yang digunakan sebaiknya adalah dapar
yang telah dimodifikasi dengan penambahan
NaCl yang berfungsi untuk menurunkan
kapasitas daparnya.
Peningkat viskositas
• Viskositas untuk larutan obat mata dipandang
optimal jika berkisar antara 15-25 centipoise (cps).
• Peningkat viskositas yang biasa dipakai adalah
metilselulosa 4000 cps sebanyak 0,25% atau 25 cps
sebanyak 1%, HPMC, atau polivinil alkohol (Ansel,
548-552). Menurut Codex, dapat digunakan turunan
metil selulosa, polivinil alkohol, PVP, dekstran and
makrogol.
• Na CMC jarang digunakan karena tidak tahan
terhadap elektrolit sehingga kekentalan menurun;
kadang tidak tercampurkan dengan zat aktif
ANTI OKSIDAN

• Beberapa zat aktif untuk sediaan mata dapat


teroksidasi oleh udara. Untuk itu dibutuhkan
antioksidan.
• Antioksidan yang sering digunakan adalah Na
metabisulfit atau Na sulfit dengan konsentrasi
sampai 0,3%. Vitamin C (asam askorbat) dan
asetilsistein pun dapat dipakai terutama untuk
sediaan fenilefrin.
SURFAKTAN
Pemakaian surfaktan dalam obat tetes mata harus memenuhui berbagai
aspek :

• Sebagai antimikroba (Surfaktan golongan kationik seperti


benzalkonium klorida, setil piridinium klorida, dll).
• Menurunkan tegangan permukaan antara obat mata dan kornea
sehingga meningkatkan akti terapeutik zat aktif.
• Meningkatkan ketercampuran antara obat tetes mata dengan cairan
lakrimal, meningkatkan kontak zat aktif dengan kornea dan
konjungtiva sehingga meningkatkan penembusan dan penyerapan
obat.
• Tidak boleh meningkatkan pengeluaran air mata, tidak boleh iritan dan
merusak kormea.
• Surfaktan golongan non ionik lebih dapat diterima dibandingkan
dengan surfaktan golongan lainnya.
4.1 EVALUASI SEDIAAN
4.1.1. Evaluasi Fisik
» Uji kejernihan (FI IV hal 998)
» Penentuan bobot jenis (FI IV <981>, hal 1030)
» Penentuan pH (FI IV <1071>, hal 1039)
» Penentuan bahan partikulat (FI IV <751>, hal 981)
» Penentuan volume terpindahkan (FI IV <1261>, hal 1089)
» Penentuan viskositas dan aliran
» Volume sedimentasi (sediaan suspensi)
» Kemampuan redispersi (sediaan suspensi)
» Penentuan homogenitas (sediaan suspensi)
» Penentuan distribusi ukuran partikel (suspensi)
4.1.2. Evaluasi Kimia
• Identifikasi, Penetapan kadar dan Penentuan potensi (untuk antibiotik)
 
4.1.3. Evaluasi Biologi
• Uji sterilitas (sediaan injeksi)
• Uji efektivitas pengawet (FI IV <61>, hal 854-855).
Wadah
• Saat ini wadah untuk larutan mata yang berupa gelas telah digantikan
oleh wadah plastik feksibel terbuat dari polietilen atau polipropilen
dengan built-in dropper.
• Keuntungan wadah plastik :
• Murah, ringan, relatif tidak mudah pecah
• Mudah digunakan dan lebih tahan kontaminasi karena menggunakan
built-in dropper.
• Wadah polietilen tidak tahan autoklaf sehingga disterilkan dengan
iradiasi atau etilen oksida sebelum dimasukkan produk secara aseptik.
• Kekurangan wadah plastik :
• Dapat menyerap pengawet dan mungkin permeabel terhadap senyawa
volatil, uap air dan oksigen.
• Jika disimpan dalam waktu lama, dapat terjadi hilangnya pengawet,
produk menjadi kering (terutama wadah dosis tunggal) dan produk
teroksidasi.
Tetes telinga
obat tetes yang digun
akan untuk telinga
dengan cara menetes
kan obat ke dalam
telinga. Kecuali diny
atakan lain, tetes
telinga dibuat mengg
unakan cairan
pembawa bukan air.
Penggunaan
• Melepaskan/melunakkan kotoran telinga
• Anti infeksi ringan
• Antiseptik dan anestesi
• Anti radang
• Membersihkan telinga setelah pengobatan
• Mengeringkan permukaan dalam telinga yang
berair
FORMULA UMUM
• R/ Zat aktif
• Bahan tambahan :
• Pelarut/ cairan pembawa
• - pengental
• - pensuspensi (untuk bentuk sediaan suspensi)
• - pengawet
• - antioksidan
• - dll
Cairan pembawa/pelarut
• Digunakan cairan yang mempunyai kekentalan yang cocok agar mudah
menempel pada dinding telinga.
• Umumnya digunakan propilenglikol atau gliserin. Keuntungan pelarut ini
adalah karena viskositas yang cukup tinggi hingga kontak dengan
permukaan mukosa telinga akan lebih lama. Sifat higroskopis dari
pelarut ini menyebabkan terjadinya proses penarikan lembab sehingga
mengurangi pembengkakan jaringan dan pertumbuhan mikroorganisme
dengan cara membuang lembab yang tersedia untuk proses kehidupan
mikroorganisme yang ada.
• Selain itu dapat juga dipakai etanol 90%, heksilen glikol, dan minyak
lemak nabati (Ansel him 569).
• Ex : kloramfenikol (kelarutan dalam air 1 : 400 dan dalam propilenglikol 1
: 7),
• maka dipakai pelarut propilenglikol untuk memperoleh larutan obat
tetes telinga yang efektif dan cukup kental.
Pensuspensi (FI III, hal 10)
• Dapat digunakan sorbitan (Span), polisorbat
(Tween) atau surfaktan lain yang cocok
Pengental
• Dapat ditambahkan pengental agar viskositas
larutan cukup kental.
• Viskositas larutan yang meninggi membantu
memperkuat kontak antara sediaan dengan
permukaan yang terkena infeksi/mukosa
telinga.
Pengawet (The Pharmaceutical Codex; Ansel, 569)
• Pengawet umumnya ditambahkan ke dalam sediaan
tetes telinga, kecuali sediaan itu sendiri memiliki aktivitas
antimikroba (The Pharmaceutieal Codex hlm 158).
• Pengawet yang biasanya digunakan adalah klorobutanol
(0,5%), timerosal (0,01%), dan kombinasi paraben-
paraben (Ansel him 569). Bila aktivitas antinikroba
didapat dari Zat Aktif, harus tetap digunakan
pengawet,kecuali aktivitas antimikroba didapat dari
eksipient yang lain.
Antioksidan (Ansel hal. 569)
• Jika diperlukan antioksidan dapat ditambahkan ke dalam
sediaan tetes telinga, misalnya Na-disulfida/Na-bisulfit.
EVALUASI DAN
PENYIMPANAN
• Evaluasi untuk sediaan obat tetes telinga
disesuaikan dengan bentuk sediaannya,
apakah larutan,suspensi, atau emulsi.
• Untuk itu dapat dilihat pada evaluasi sediaan
larutan, suspensi, atau emulsi. Jika
dipersyaratkan steril,maka dilakukan juga uji
sterilitas (FI IV hal. 855)
Contoh sediaan tetes telinga
Tetes telinga Hidrokortison Oksitetrasiklin Polimiksina
(Fornas, hal 154)
• Oksitetrasiklin hidroklorida 50 mg
• Polimiksin B sulfat 100.000 UI
• Hidrokortison asetas 150 mg
• Pembawa yang cocok secukupnya
Tetes telinga Kanamisin (Fornas, hal 171)
• Kanamisina Sulfas 200 mg
• Pembawa yang cocok hingga 10 mL
Tetes hidung
• Sediaan hidung adalah cairan berisi satu bahan obat
atau lebih yang digunakan pada rongga hidung

• efek sistemik atau lokal

• Sediaan hidung sebisa mungkin tidak mengiritasi


dan tidak memberi pengaruh yang negatif pada
fungsi mukosa hidung dan silianya.

• Sediaan hidung mengandung air pada umumnya


Penggunaan OTH :

• Pada umumnya mengandung


zat aktif seperti antibiotik,
sulfonamide, vasokonstriktor,
germisid atau antiseptika dan
lokal anestetika.
Formula
Bentuk larutan Bentuk suspensi
Zat aktif Zat aktif
Antioksidan (bila perlu) Pensuspensi
Pendapar Pengental
Pengisotonis Pendapar
Pelarut Pembawa
Pengental  
Bahan pembantu

1. Cairan pembawa
• Umumnya digunakan air. Cairan pembawa
sedapat mungkin mempunyai pH antara 5,5 –
7,5; kapasitas dapar sedang, isotonis atau
hampir isotonis.
• Minyak lemak atau minyak mineral tidak boleh
digunakan sebagai cairan pembawa obat tetes
hidung (FI III, hal 10)
2. Pensuspensi (FI III hlm 10)
• Dapat digunakan sorbtan (span), polisorbat
(tween) atau surfaktan lain yang cocok, kadar
tidak boleh melebihi 0,01 % b/v.

3. Pengental (repetitorium, fornas)


• Untuk menghasilkan viskositas larutan yang
seimbang dengan viskositas mucus hidung (agar
aksi cilia tidak terganggu) sering digunakan :
• metil selulosa (tylosa) = 0,1 – 0,5 %
• CMC-Na = 0,5 – 2 %
• Larutan yang sangat encer/kental menyebabkan
iritasi mukosa hidung
4. Pengawet (FI III, Fornas)
• Pengawet antimikroba digunakan sama
dengan yang digunakan dalam pengawet pada
larutan obat tetes mata.
• Umumnya digunakan :
• benzolkonium klorida = 0,01 – 0,1 % b/v
• klorbutanol = 0,5 – 0,7 % b/v

5. Tonisitas
• Larutan sebaiknya dibuat isotonis (0,9 % NaCl)
atau sedikit hipertonis dengan memakai NaCl
atau dekstrosa.
EVALUASI

• Evaluasi sediaan mengacu pada evaluasi OTM.


• Keseragaman bobot dilakukan untuk sediaan
tetes hidung berupa larutan :
• Timbanglah masa sediaan tetes hidung secara
individu sepuluh wadah dan tentukan rata-rata
bobotnya. Tidak lebih dari dua bobot individu
menyimpang dengan lebih dari 10 % dari rata-
ratabobot dan sama sekali tidak menyimpang
lebih dari 20%.
• Keseragaman isi dilakukan untuk sediaan tetes
hidung berupa emulsi atau suspensi.
WADAH DAN PENYIMPANAN

• Penyimpanan dilakukan di dalam suatu wadah


yang tertutup baik, jika sediaan steril
simpanlah didalam wadah steril yang kedap
udara.
• Label sediaan tetes hidung harus mengandung
hal-hal berikut (BP 2001) :
• nama dan jumlah bahan aktif
• isntruksi penggunaan sediaan tetes hidung
• tanggal kadaluarsa
• kondisi penyimpanan sediaan tetes hidung.
Sediaan tetes hidung
Tetes hidung Efedrin (Fornas, hal 118)
• Efedrin HCl ............................. 100 mg
• NaCl........................................ 50 mg
• Klorbutanol.............................. 50 mg
• Propilenglikol........................... 500 µL
• Aqua destiata hingga.............. 10 mL
•  
Tetes hidung Antazolin-Nafazolin (Fornas, hal 29)
• Antazolin HCl............................... 50 mg
• Nafazolin Nitrat............................ 2,5 mg
• Aqua destilata.............................. 3 mL
• Pelarut hingga 10 mL terdiri dari :
• Klorbutanol................................... 60 mg
• HPMC-200 cP............................... 140 mg
• NaCl............................................. 130 mg
• Aqua hingga................................. 10 mL

Anda mungkin juga menyukai