Anda di halaman 1dari 38

SEDIAAN OBAT

TETES MATA (OTM)


APT. YESI GUSNELTI, S.FARM., M.S.FARM
Definisi
 Larutan obat mata adalah larutan steril, bebas partikel asing,
merupakan sediaan yang dibuat dan dikemas sedemikian rupa
hingga sesuai digunakan pada mata. (FI V hal 48)
 Sediaan mata merupakan produk steril, tidak mengandung partikel
asing, dalam campuran dan wadah yang cocok untuk digunakan
pada mata.
 Suspensi obat mata adalah sediaan cair steril yang mengandung
partikel-partikel yang terdispersi dalam cairan pembawa untuk
pemakaian pada mata seperti yang tertera pada Suspensi. (FI V hal
49)
 Obat tetes mata adalah larutan dengan pembawa air atau minyak,
emulsi, atau suspensi yang mengandung satu atau lebih zat aktif
yang ditujukan untuk pemakaian ke dalam mata (BP 2009)
 Obat tetes mata adalah larutan atau suspensi dengan pembawa air
atau minyak steril yang mengandung satu atau lebih zat aktif yang
dibutuhkan untuk digunakan pada mata. (Codex, 161)
Penggunaan obat tetes
mata
Obat-obat yang digunakan pada produk
optalmik dapat dikategorikan menjadi :
miotik, midriatik, siklopegik, anti-inflamatory
agent, anti infeksi, anti galukoma, senyawa
diagnostik dan anestetik lokal.
TEORI UMUM
 Pembuatan larutan obat mata membutuhkan perhatian khusus
dalam hal toksisitas bahan obat, nilai isotonisitas, kebutuhan akan
dasar, kebutuhan akan pengawet (dan jika perlu pemilihan
pengawet), sterilisasi, dan kemasan yang tepat. (FI V, hal 48)
Keuntungan & Kerugian

Keuntungan
 Memberikan efek lokal yang baik pada mata
 Kelebihan suspensi dibandingkan larutan mata :
Suspensi mata memiliki kelebihan dimana adanya
partikel zat aktif dapat memperpanjang waktu tinggal
pada mata sehingga meningkatkan waktu terdisolusinya
oleh air mata, sehingga terjadi peningkatan
bioavailabilitas dan efek terapinya
Kerugian
 Waktu kontak sediaan dengan permukaan mata singkat
sehingga administrasi perlu dilakukan berulang. Retensi sangat
dipengaruhi oleh viskositas, konsentrasi ion hidrogen, dan volume
yang diberikan.
 Bioavaibilitas rendah karena dapat dipengaruhi oleh nasolacrimal
drainage, daya tampung mata yang rendah, dan efek kedipan
mata.
 Volume larutan yang dapat ditampung oleh mata sangat
terbatas (7-8 L), maka larutan yang berlebih dapat masuk ke
nasal cavity menghasilkan absorpsi sistemik yang tidak diinginkan.
Mis. -bloker untuk perawatan glaukoma dapat menjadi masalah
bagi pasien gangguan jantung atau asma bronkhial.
 Kornea dan rongga mata sangat kurang tervaskularisasi, selain itu
kapiler pada retina dan iris relatif non permeabel sehingga
menyebabkan terbatasnya difusi obat dari darah ke aqueous
and vitreous humours. Umumnya sediaan untuk mata adalah
efeknya lokal/topikal
Syarat-syarat sediaan OTM
 Steril
 Isotonis dengan air mata.
 Isotonis = 0,9% b/v NaCl, rentang yang diterima = 0,6 – 2,0% b/v
(FI V hal 48) atau 0,7 – 1,5 % b/v
 Bila memungkinkan, isohidris dengan pH air mata
pH air mata = 7,4 dengan rentang pH sediaan 3,5-8,5 (FI V hal
48)
pH air mata = 7,2 dengan rentang pH sediaan 3,5-10,5 (Codex,
hal 163)
 Bebas partikel asing (FI IV hal 13)
 Jernih dan bebas partikulat (Ansel edisi 9, 540)
 Untuk suspensi, obat harus dalam bentuk termikronisasi agar
tidak menimbulkan iritasi dan atau goresan pada kornea (FI V
hal 49)
 Isotonis ????
 Isohidris????
SUSPENSI MATA
 Suspensi obat mata adalah sediaan cair steril yang mengandung
partikel-partikel yang terdispersi dalam cairan pembawa untuk
pemakaian pada mata seperti yang tertera pada Suspensi. (FI V hal
49)
 Obat dalam suspense harus dalam bentuk termikronisasi agar tidak
menimbulkan iritasi atau goresan pada kornea.
 Suspensi obat mata tidak boleh digunakan bila terjadi massa yang
mengeras dan menggumpal
Suspensi dapat dipakai untuk meningkatkan waktu kontak zat
aktif dengan kornea sehingga meningkatkan bioavaibilitas dan
efek terapetik

Kenapa bentuk suspensi ?


 Bioavailabilitas zat aktif yang rendah (karena
kelarutan rendah) dalam bentuk larutannya
 Ketidakstabilan zat aktif dalam bentuk larutan
sehingga dapat menghasilkan hasil urai yang toksik
Karena mata adalah organ yang sangat sensitif, maka
partikel-partikel dalam suspensi dapat mengiritasi /
menggores kornea dan meningkatkan laju lakrimasi dan
kedipan. Maka solusinya, digunakan partikel yang sangat
kecil yaitu dengan memakai zat aktif yang dimikronisasi
FORMULASI OTM
R/ ZAT AKTIF
BAHAN PEMBANTU
 Pengawet
 Pendapar
 Pengisotonis
 Peningkat viskositas
 Stabilizer, yaitu antioksidan,
pengkhelat
 Pensuspensi untuk suspensi
 Surfaktan
 Pembawa
ZAT AKTIF
 Sebagian besar zat aktif yang digunakan untuk sediaan mata
bersifat larut air atau dipilih bentuk garamnya yang larut air
karena bentuk sediaan obat tetes mata yang umum berupa
larutan
 Juga terdapat bentuk sediaan larutan minyak ataupun suspensi
yang mengandung obat yang sukar larut dalam air

Sifat-sifat fisikokimia yang harus diperhatikan dalam memilih


garam untuk formulasi larutan optalmik yaitu :
a. Kelarutan
b. Stabilitas
c. pH stabilitas dan kapasitas dapar
d. Kompatibilitas dengan bahan lain dalam formula
PENGAWET
Pengawet yang sesuai untuk larutan obat tetes mata hendaknya
memiliki sifat sebagai berikut :
 Bersifat bakteriostatik dan fungistatik
 Non iritan terhadap mata (jaringan okuler yaitu kornea dan
konjungtiva).
 Stabil, kompatibel terhadap bahan aktif, zat tambahan lain
yang dipakai, dan wadah.
 Tidak memiliki sifat alergen dan mensensitisasi.
 Dapat mempertahankan aktivitasnya pada kondisi normal
penggunaan sediaan.
Golongan pengawet pada sediaan tetes
mata
Jenis Konsentrasi Inkompatibilitas Keterangan
Senyawa amonium 0.01-0.02% (HOPE Aluminium, sitrat,  Paling banyak dipakai
kuartener : 6 hal 56) iodida, kaolin, lanolin, untuk sediaan optalmik.
Benzalkonium klorida 0,004-0.01% surfaktan anionik,  Efektivitasnya
(Ansel 9th, 533) salisilat, nitrat, ditingkatkan dengan
fluorescein, hidrogen penambahan
peroksida, polymyxin B sulfat
hipermelosa, (1,000 USP U/mL) atau
surfaktan non-ionik EDTA 0,02-0,1%. (Ansel 9
konsentrasi tinggi, hal 533, Codex hal 165
dsb (HOPE 6 hal 57) dan HOPE 6 hal 56)
Senyawa merkuri Biasanya digunakan
nitrat : sebagai pengawet dari zat
 Fenil merkuri nitrat 0,001 – 0,002% Halida, agen aktif yang inkompatibel
(efektif: 0.004%) pengemulsi dan dengan benzalkonium
 Fenil merkuri 0,001-0,002% suspending anionik, klorida.
asetat (efektif: 0.004%) dsb (HOPE 6 hal 493).
0,001 – 0,15% utk Al, logam, Konsentrasi efektif: dari
 Thiomerosal solution; 0,001- pengoksidasi kuat, Ansel 9th, 533
0,004% utk dsb (HOPE 6 hal 737)
suspensi
Parahidroksi benzoat Nipagin 0,18% Surfaktan nonionik Aktivitas lebih efektif
: +Nipasol 0,02% (HOPE 6 hal 443) untuk mencegah
Nipagin (metil pertumbuhan jamur
paraben), Nipasol dibandingkan bakteri.
(propil paraben)
Fenol : Vial plastik, penutup Tidak dapat diautoklaf
Klorobutanol 0,5 % (HOPE 6 karet, bentonit, dsb karena dapat
hal 166) (HOPE 6 hal 167) terdekomposisi menjadi
HCl pada pemanasan
moderate.

Alkohol aromatik : Agen pengoksidasi biasanya digunakan


Feniletil alkohol 0,25-0,5% dan protein (HOPE 6 dalam kombinasi dengan
hal 491) pengawet lain.
Kombinasi pengawet yang biasanya digunakan
adalah :
 Benzalkonium klorida + EDTA
 Klorobutanol + pengawet lain
 Feniletilakohol + klorheksidin/benzalkonium
klorida/fenil merkuri nitrat
PENGISOTONIS
 Pengisotonis yang dapat digunakan adalah NaCl, KCl,
dextrosa, gliserol dan dapar serta asam borat 1.9% (Ansel edisi
9, 534). Rentang tonisitas yang masih dapat diterima oleh mata
 FI V (hal 48): 0,6 – 2,0 % b/v atau 0,7 – 1,5 % b/v (Codex hal
163)
 Hati-hati untuk zat aktif dengan bentuk garam klorida (Cl) yang
akan menggunakan pengisotonis berupa NaCl, dapat terjadi
kompetisi dan salting out.
PENDAPAR
Syarat dapar :
 Dapat menstabilkan pH selama penyimpanan
 Konsentrasinya tidak cukup tinggi karena konsentrasi yang
tinggi dapat mengubah pH air mata.

Sistem dapar yang dipilih harus sedekat mungkin dengan pH 7,4.


(FI V hal 48)
Menurut Codex, dapar yang dapat dipakai adalah dapar borat,
fosfat dan sitrat. Tapi berdasarkan Surat Edaran Dirjen POM tgl 12
Oktober 1999, asam borat tidak boleh digunakan untuk
pemakaian topikal/lokal karena resiko toksisitasnya lebih besar
dibandingkan khasiatnya untuk penggunaan topikal. Jadi, dapar
yang boleh digunakan untuk sediaan optalmik hanya dapar
fosfat dan sitrat.
Rentang pH yang masih dapat ditoleransi oleh mata menurut
beberapa pustaka : 3,5 – 10,5 (Codex, hal 163); 3,5-8,5 (FI V hal
48)
PENINGKAT VISKOSITAS
Tujuan : untuk memperpanjang waktu kontak antara sediaan dengan
kornea sehingga jumlah bahan aktif yang berpenetrasi dalam mata akan
semakin tinggi sehingga menambah efektivitas terapinya

Yang harus diperhatikan :


1. Sifat bahan peningkat viskositas itu sendiri. Misal Polimer
mukoadhesif (asam hyaluronat dan turunannya; atau
carbomer) secara signifikan lebih efektif daripada polimer non
mukoadhesif pada konsentrasi equiviscous.
2. Perubahan pH dapat mempengaruhi aktivitas bahan peningkat
viskositas.
3. Penggunaan produk dengan viskositas tinggi kadang tidak
ditoleransi baik oleh mata dan menyebabkan terbentuknya
deposit pada kelopak mata; sulit bercampur dengan air mata;
atau mengganggu difusi obat.
 Viskositas untuk larutan obat mata dipandang optimal
jika berkisar antara 15-25 centipoise (cps)
 Pengental yang sering dipakai adalah : Metilselulosa,
HPMC dan PVP.
 metilselulosa 4000 cps sebanyak 0,25% atau tipe 25
cps sebanyak 1%
 HPMC 0,45-1,0%
 PVP 2-10%
STABILIZER

 Zat aktif untuk sediaan mata ada yang dapat


teroksidasi oleh udara – Butuh penambahan
antioksidan
 Antioksidan yg sering digunakan :
1. Asam askorbat (0,01-0,1%)
2. EDTA 0,005-0,1% sebagai antioksidan
(sendiri/kombinasi); 0,01-0,1% sebagai sinergis
pengawet
3. Na metabisulfit 0,01 - 1,0 %
4. Na sulfit 0,01-1,0 %
SURFAKTAN
Aspek yg harus dipenuhi :
1. Sebagai antimikroba (Surfaktan golongan kationik seperti
benzalkonium klorida, setil piridinium klorida, dll).
2. Menurunkan tegangan permukaan antara obat mata dan
kornea sehingga meningkatkan aktivitas terapeutik zat aktif.
3. Meningkatkan ketercampuran antara obat tetes mata dengan
cairan lakrimal, meningkatkan kontak zat aktif dengan kornea
dan konjungtiva sehingga meningkatkan penembusan dan
penyerapan obat.
4. Tidak boleh meningkatkan pengeluaran air mata, tidak boleh
iritan dan merusak kornea Surfaktan golongan non ionik lebih
dapat diterima dibandingkan dengan surfaktan golongan
lainnya.
 Penggunaan surfaktan dalam sediaan optalmik terbatas
karena bisa melarutkan bagian lipofil dari mata.
 Surfaktan non ionik, yang paling tidak toksik dibandingkan
golongan lain, digunakan dalam konsentrasi yang rendah
dalam suspensi steroid dan sebagai pembantu untuk
membentuk larutan yang jernih.
Menurut Codex, surfaktan non ionik lebih tidak toksik daripada
surfaktan kationik dan anionik. Surfaktan non-ionik yang sering
dipakai adalah Polisorbat 80 (Tween 80), Tween 20, benzetonium
klorida, miristil-gamma-picolinium klorida, polioxil 40-stearat, alkil-
aril-polietil alkohol, dioktil sodium sulfosuksinat, dll.
METODE PEMBUATAN OTM

1. CARA STERILISASI AKHIR


2. CARA ASEPTIK
Prosedur pembuatan

Pembuatan
Pembuatan
bahan pengental
sediaan
dan pensuspensi
Pembuatan bahan
pengental
a. HPMC
HPMC didispersikan dan dihidrasi seluruhnya dalam air yang telah
dipanaskan hingga 80-90oC sebanyak 20-30% dari total jumlah air
yang dibutuhkan. Sumber panas dapat dimatikan apabila HPMC
telah terdispersi seluruhnya ke dalam air panas.Ketika HPMC sudah
dikembangkan, maka dapat ditambahkan air dingin untuk
mencapai volume sediaan yang diinginkan. (HOPE 6 hal 327)

b. Metilselulosa
Dalam air dingin metilselulosa akan mengembang dan berdispersi
perlahan membentuk dispersi koloid yang opalesence dan
kental.(HOPE 6 hal 439)
Pembuatan OTM dengan Metode
Sterilisasi Akhir
No Prosedur Pembuatan
.
1. Sterilisasi peralatan dan wadah yang akan digunakan sesuai dengan cara
sterilisasi masing-masing, lalu dimasukkan ke dalam transfer box.
2. Timbang semua bahan. Bahan serbuk ditimbang dengan kaca arloji, bahan
cair ditimbang dengan cawan penguap, lalu tutup dengan aluminium foil. (tulis
nama bahan, jumlah, serta jenis timbangannya mg atau gram)
3. Larutkan masing-masing bahan, baik zat aktif maupun eksipien di gelas kimia
yang berbeda, sesuai dengan kelarutan zat tersebut.
4. Campur semua bahan (zat aktif, eksipien) yang telah terlarut ke dalam gelas
kimia yang telah ditara, aduk hingga homogen.
5. Tambahkan aqua pro injection hingga 90% dari volume akhir.
6. Lakukan IPC. Jika diperlukan adjust pH dengan HCl/NaOH 0,1 N hingga dicapai
pH target sediaan.
7. Tambahkan aqua pro injection hingga batas tara.
8. Saring dengan membran filter 0,45 μm.
9. Cara sterilisasi ruahan dengan autoklaf :Masukkan larutan ke dalam flakon,
tutup flakon dengan penutup karet. Ikat dengan simpul champagne, lalu
dikeluarkan melalui transfer box.
Cara sterilisasi filtrasi membran : transfer larutan ke ruang LAF
10. Cara sterilisasi ruahan dengan autoklaf: Sterilisasi dengan autoklaf. Transfer
larutan steril ke ruang LAF
Cara sterilisasi filtrasi membran : filtrasi larutan dengan membran filter 0,22 µm
11. Bilas buret dengan larutan yang telah disterilkan. Larutan yang telah disterilkan
dimasukkan ke dalam buret dan diisikan ke dalam botol OTM, lalu botol ditutup
dan dikeluarkan melalui transfer box.
12. Botol dikemas dalam dus dan diberi etiket luar.
13. Lakukan evaluasi mutu terhadap sediaan.
Pembuatan OTM dengan Metode Filtrasi
membran
No. ProsedurPembuatan
1. Sterilisasi peralatan dan wadah sesuai dengan cara sterilisasi masing-
masing, lalu dimasukkan ke dalam transfer box.
2. Timbang semua bahan. Bahan serbuk ditimbang dengan kaca arloji, bahan
cair ditimbang dengan cawan penguap, lalu tutup dengan aluminium foil.
(tulis nama bahan, jumlah, serta jenis timbangannya mg atau gram)
3 Sterilisasi masing-masing bahan dengan cara yang sesuai (pilih metode
sterilisasi yang sesuai dengan kestabilannya).
- Bahan yang akan disterilisasi awal dengan UV, diratakan di atas cawan
petri lalu dimasukkan ke dalam transfer box di ruang penimbangan.
Sterilisasi dengan sinar gamma. (?)
- Untuk bahan yang akan disterilisasi awal dengan autoklaf, dilarutkan
dengan sejumlah air yang dibutuhkan, dimasukkan ke dalam flakon lalu
ditutup rapat.
Bahan yang telah steril kemudian dimasukkan ke dalam transfer box.
4. Larutkan masing-masing bahan, baik zat aktif maupun eksipien, di
gelas kimia yang berbeda, sesuai dengan kelarutan zat tersebut.

5. Campur semua bahan (zat aktif, eksipien) yang telah terlarut, ke


dalam gelas kimia yang telah ditara, aduk homogen.

6. Tambahkan aqua pro injection hingga 90% dari volume akhir.

7. Lakukan IPC. Jika diperlukan adjust pH hingga dicapai pH target


sediaan.
8. Tambahkan aqua pro injection hingga batas tara.
9. Saring dengan membran filter 0,45 μm, lalu dengan filtrasi
membran bakteri 0.22 μm
10. Bilas buret dengan larutan. Larutan kemudian dimasukkan ke
dalam buret dan diisikan ke dalam botol OTM, lalu botol ditutup
dan dikeluarkan melalui transfer box.

11. Botol dikemas dalam dus dan diberi etiket luar.


12. Lakukan evaluasi mutu terhadap sediaan.
SUSPENSI (sediaan suspensi OTM harus menggunakan metode
sterilisasi awal)

No. ProsedurPembuatan
1. Sterilisasi alat-alat dan wadah sesuai dengan cara sterilisasi masing-masing,
lalu dimasukkan ke dalam transfer box.
2. Timbang semua bahan. Bahan serbuk ditimbang dengan kaca arloji,
bahan cair ditimbang dengan cawan penguap, lalu tutup dengan
aluminium foil. (tulis nama bahan, jumlah, serta jenis timbangannya mg
atau gram)
3. Sterilisasi zat berkhasiat (bahan aktif) dan eksipien dengan cara yang
sesuai (pilih metode sterilisasi yang sesuai dengan kestabilannya).
4. Dikembangkan suspending agent yang akan digunakan di dalam wadah.
Campurkan wetting agent dengan bahan aktif yang telah digerus
sebelumnya di wadah lain. Suspending agent yang telah dikembangkan
dicampurkan ke campuran bahan aktif tersebut. Kemudian campurkan
bahan pengawet, dan bahan pembantu lainnya, dan tambahkan aqua
pro injection secukupnya hingga larut di wadah terpisah. Campurkan
campuran eksipien ke dalam campuran bahan aktif dan diaduk hingga
terbentuk suspensi.
5. Tuang suspensi ke dalam gelas kimia yang telah ditara.

6. Tambahkan aqua pro injection hingga 90% dari volume akhir.

7. Lakukan IPC. Jika diperlukan adjust pH hingga dicapai pH


target sediaan.

8. Tambahkan aqua pro injection hingga batas tara.

9. Bilas buret dengan larutan yang telah disterilkan. Larutan


yang telah disterilkan dimasukkan ke dalam buret dan
diisikan ke dalam botol OTM, lalu botol ditutup dan
dikeluarkan melalui transfer box.

10. Botol dikemas dalam dus dan diberi etiket luar.

11. Lakukan evaluasi mutu terhadap sediaan.


EVALUASI SEDIAAN
Evaluasi Fisik (FI IV)

1. Uji kejernihan
2. Penentuan pH
3. Penentuan volume terpindahkan
4. Uji viskositas
5. Uji kebocoran
Tambahan untuk sediaan suspensi
 Penentuan viskositas dan aliran
 Penentuan bobot
 Volume sedimentasi
 Kemampuan redispersi
 Penentuan homogenitas
Evaluasi Kimia
1. Identifikasi
2. Penetapan kadar
3. Keseragaman kandungan

Evaluasi Biologi
1. Uji sterilitas
2. Uji efektivitas pengawet
3. Penentuan potensi (untuk antibiotik)
WADAH
Saat ini wadah untuk larutan mata yang berupa gelas telah
digantikan oleh wadah plastik fleksibel terbuat dari polietilen atau
polipropilen dengan built-in dropper.

Keuntungan wadah plastik :


 Murah, ringan, relatif tidak mudah pecah
 Mudah digunakan dan lebih tahan kontaminasi karena
menggunakan built-in dropper.
 Wadah polietilen tidak tahan autoklaf sehingga disterilkan
dengan iradiasi atau etilen oksida sebelum diisi dengan produk
secara aseptik.
Kekurangan wadah plastik :
 Dapat menyerap pengawet dan mungkin permeabel terhadap
senyawa volatil, uap air dan oksigen.
 Jika disimpan dalam waktu lama, dapat terjadi hilangnya
pengawet, produk menjadi kering (terutama wadah dosis
tunggal) dan teroksidasi pada obat yang tidak stabil.
Persyaratan kompendial :

 Farmakope Eropa dan BP mensyaratkan wadah untuk tetes


mata terbuat dari bahan yang tidak menguraikan/merusak
sediaan akibat difusi obat ke dalam bahan wadah atau
karena wadah melepaskan zat asing ke dalam sediaan.
 Wadah terbuat dari bahan gelas atau bahan lain yang
cocok.
 Wadah sediaan dosis tunggal harus mampu menjaga
sterilitas sediaan saat penyimpanan hingga waktu
penggunaan.
 Wadah untuk tetes mata dosis ganda harus dilengkapi
dengan penetes langsung atau dengan penetes dengan
penutup berulir yang steril yang dilengkapi pipet
karet/plastik
Farmakope Eropa dan BP mengkhususkan persyaratan berikut pada
pelabelan sediaan tetes mata.
 Label harus mencantumkan nama dan konsentrasi pengawet
antimikroba atau senyawa lain yang ditambahkan dalam sediaan.
Untuk wadah dosis ganda harus mencantumkan batas waktu sediaan
tersebut tidak boleh digunakan lagi terhitung mulai wadah pertama
kali dibuka (waktu yang menyatakan sediaan masih dapat digunakan
setelah wadah dibuka).
 Kecuali dinyatakan lain lama waktunya tidak boleh lebih dari 4 minggu
Wadah dosis tunggal karena ukurannya kecil tidak dapat memuat
indikasi dan konsentrasi bahan aktif.
 Label harus mencantumkan nama dan konsentrasi zat aktif, kadaluarsa
dan kondisi penyimpanan.
 Untuk wadah dosis tunggal, karena ukurannya kecil hanya memuat
satu indikasi bahan aktif dan kekuatan/potensi sediaan dengan
menggunakan kode yang dianjurkan, bersama dengan
persentasenya. Jika digunakan kode pada wadah, maka pada
kemasan juga harus diberi kode
 Untuk wadah sediaan dosis ganda, label harus menyatakan perlakuan
yang harus dilakukan untuk menghindari kontaminasi isi selama
penggunaan
Contoh formula OTM

Povidone-Iodine Ophthalmic Solution (0.4%)


PVP-Iodine 30/06 0.40 g
Potassium iodide 0.20 g
Potassium iodate 44.8 mg
Sodium chloride 1.74 g
Sodium hydroxide solution, 0.01 molar 0.05 g
Water 97.56 g

Anda mungkin juga menyukai