Anda di halaman 1dari 125

KEWAJIBAN PEMERINTAH/PEMDA

DALAM PELAKSANAAN PENGAWASAN


PENGELOLAAN LB3

Disampaikan oleh:
Dra. Euis Ekawati, MAS
Kabid Prasarana Jasa dan Non Institusi
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Bandung, 24 Pebruari 2015
Topik Bahasan
1. Kewajiban Pemerintah/Pemda dalam
Pelaksanaan Pengawasan Pengelolaan LB3
2. Persiapan Pengawasan
3. Hal-Hal Yang Harus Diawasi dalam Pengelolaan
LB3
4. Hal-Hal yang Wajib Dilakukan PPLH/Pengawas
Lapangan
5. Tindak Lanjut Pengawasan (dari
Pemerintah/Pemda kepada Penanggung Jawab
Usaha dan/atau Kegiatan)
6. Konsekuensi Jika Pengawasan Tidak Dilakukan
1
Kewajiban Pemerintah/Pemda
dalam Pelaksanaan
Pengawasan Pengelolaan LB3
SKEMA KEWAJIBAN STAKEHOLDER DALAM KONTEKS PENGAWASAN DAN PENAATAN
KETENTUAN DI BIDANG PPLH
PEMERINTAH

1. Menyediakan regulasi umum (UU, PP) PEMERINTAH DAERAH


2. Menyediakan juknis dan juklak/NSPK
(PERMEN, KEPMEN, KEPKABAPEDAL, dll)
3. Melayani perizinan
4. Meningkatkan kapasitas stakeholder 1. Menyediakan NSPK lokal
5. Melakukan pengawasan atas ketaatan 2. Melayani perizinan
penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan 3. Meningkatkan kapasitas stakeholder
yang merupakan kewenangannya atau 4. Melakukan pengawasan atas ketaatan
menggunakan skema second line penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan
enforcement yang merupakan kewenangannya

PENANGGUNG JAWAB USAHA DAN/ATAU KEGIATAN


1. Menaati seluruh persyaratan, kewajiban dan larangan yang tercantum dalam
regulasi (PUU), izin lingkungan dan izin PPLH
2. Melakukan pelaporan atas penaatan persyaratan, kewajiban dan larangan
3. Menerima pengawas untuk melakukan pengawasan

LINGKUNGAN HIDUP YANG BAIK DAN SEHAT


Pengawasan Lingkungan Hidup
Menteri/ dapat mendelegasikan
a Pengawasan
Gubernur/
kewenangannya dalam
melakukan pengawasan
kepada pejabat/instansi
Bupati/Walikota teknis yang bertanggung
(sesuai kewenangannya) jawab di bidang
b perlindungan dan
PENANGGUNG JAWAB pengelolaan lingkungan
hidup
USAHA dan/atau KEGIATAN

Tingkat
Ketaatan

• PUU Bidang
PPLH
c Menetapkan • Izin Lingkungan
Pejabat Pengawas Sumber: Pasal 71 – 75
Lingkungan Hidup UU 32/2009 tentang
PPLH
Tujuan, Sasaran dan Ruang Lingkup Pengawasan Penaatan LH
Keputusan MENLH No. 56 Tahun 2002
Memantau
Data dan
informasi Mengevaluasi
secara umum
berupa fakta- Menetapkan Status
fakta  Ketaatan
kinerja atau
status Penanggungjawab
ketaatan Usaha dan atau 1. Kewajiban yang tercantum
Kegiatan dalam PUU PPLH.
2. Kewajiban untuk melakukan
pengelolaan lingkungan dan
Ruang Lingkup Pengawasan pemantauan lingkungan
• Aspek PUU PPLH sebagaimana tercantum
dalam dokumen AMDAL atau
• Aspek Perizinan
UKL-UPL atau persyaratan
• Aspek Kesiagaan dan Tanggap lingkungan yang tercantum
Darurat, dalam izin yang terkait
Dasar Hukum Pengawasan dan
Pengelolaan Limbah B3
UU 32/2009 ttg Perlindungan & Pengelolaan LH
PP 101/2014 ttg Pengelolaan Limbah B3
PP 27/2012 ttg Izin Lingkungan
Kepmen LH 56/2002 ttg Pedoman umum Pengawasan
Penaatan LH bagi Pejabat Pengawas;
Kepmen LH 57/2002 ttg Tata kerja Pejabat Pengawas
LH di Kementerian Lingkungan Hidup;
Kepmen LH 58/2002 ttg Tata kerja Pejabat Pengawas
LH di Provinsi/Kab/Kota;
Kepmen LH 07/2001 ttg Pejabat Pengawas LH dan
Pejabat Pengawas LH Daerah;
PP 38/2007 ttg Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah,
Pemda Prov & Pemda Kab/Kota;
Permen LH 30/2009 ttg Tata Laksana Perizinan & Pengawasan
Pengelolaan LB3 serta Pengawasan Pemulihan akibat Pencemaran
LB3 oleh Pemda
1
Dasar Hukum Pengawasan dan
Pengelolaan Limbah B3 (Lanjutan)
PermenLH No. 18/2009 ttg Tata Cara Perizinan PLB3;
Kepdal 01/BAPEDAL/09/1995 ttg Tata Cara & Persyaratan Teknis
Penyimpanan & Pengumpulan LB3;
Kepdal 02/BAPEDAL/09/1995 ttg Dokumen LB3;
Kepdal 03/BAPEDAL/09/1995 ttg Persyaratan Teknis Pengolahan
Limbah B3;
Kepdal 04/BAPEDAL/09/1995 ttg Tata Cara Penimbunan Hasil
Pengolahan, Persyaratan Lokasi Bekas Pengolahan & Lokasi
Penimbunan LB3;
Permen LH No. 14/2013 ttg Simbol & Label Limbah B3
Kepdal 255/BAPEDAL/08/1996 ttg Tata cara & persyaratan
penyimp & pengumpulan minyak pelumas bekas.
Kepmen LH No. 128/2003 ttg Tata Cara dan Persyaratan Teknis
Pengelolaan Limbah Minyak Bumi Secara Biologis;
Dasar Hukum Pengawasan dan
Pengelolaan Limbah B3 (Lanjutan)
Keppres 61/1993 ttg Pengesahan Basel convention on the control
of transboundary Movement of Hazardous Waste and Their
Disposal
Permen LH No 05/2009 ttg Pengelolaan Limbah di
Pelabuhan;
Permen LH No 33/2009 tentang Tata Laksana Pemulihan Lahan
terkontaminasi LB3
Permen LH No. 02/2008 ttg Pemanfaatan Limbah B3;
Permen LH No 05/2012 ttg Usaha dan/atau Kegiatan yang
wajib AMDAL
Ketentuan-Ketentuan Dalam
Pengelolaan Limbah B3
KETENTUAN PENGELOLAAN LIMBAH B3
Pasal 59 Ayat 1 s/d 6 UU 32/2009
1) Setiap orang yang menghasilkan limbah B3 wajib melakukan
pengelolaan limbah B3 yang dihasilkan.
2) Dalam hal B3 yang telah kadaluarsa, pengelolaannya mengikuti
ketentuan pengelolaan limbah B3.
3) Dalam hal setiap orang tidak mampu melakukan sendiri pengelolaan
limbah B3, pengelolaannya diserahkan kepada pihak lain.
4) Pengelolaan limbah B3 wajib mendapat izin dari Menteri, Gubernur,
atau Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangannya.
5) Menteri, Gubernur, atau Bupati/Walikota wajib mencantumkan
persyaratan lingkungan hidup yang harus dipenuhi dan kewajiban yang
harus dipatuhi pengelola limbah B3 dlm izin.
6) Keputusan pemberian izin wajib diumumkan
LARANGAN DALAM PENGELOLAAN B3 DAN LIMBAH B3
Pasal 69 Ayat 1 UU 32/2009
Setiap orang dilarang :
butir b. Memasukkan B3 yang dilarang menurut per-UU ke
dalam wilayah NKRI
butir c. Memasukkan limbah yang berasal dari luar wilayah
NKRI ke media lingkungan hidup NKRI (Pasal
penjelasan : kecuali bagi yg diatur dalam peraturan
per-uu)
butir d. Memasukkan limbah B3 ke dalam wilayah NKRI
butir e. Membuang limbah ke media lingkungan hidup
butir f. Membuang B3 dan limbah B3 ke media lingkungan
hidup
Definisi Pengelolaan Limbah B3
(Pasal 1 butir 23 UU 32/2009)

Pengelolaan Limbah B3 adalah kegiatan yang


meliputi pengurangan, penyimpanan,
pengumpulan, pengangkutan, pemanfaatan,
pengolahan dan/atau penimbunan limbah B3.
Pengelolaan Limbah B3
CRADLE TO GRAVE

PENGHASIL LIMBAH B3 PENGELOLAAN LANJUTAN


(Generator)
DIMANFAATKAN/DIOLAH/
Identifikasi LB3 yg dihasilkan DITIMBUN SENDIRI
DIDALAM PABRIK (izin)
PENYIMPANAN SEMENTARA LB3
1) Izin TPS-LB3 PENGUMPUL LIMBAH B3 yg
2) Persetujuan Penyimpanan > 90 hari telah memiliki izin
apabila :
 LB3 dihasilkan < 50kg/hari
3) Pencatatan LB3 dan Pelaporan Kegiatan
penyimpanan serta pengelolaan LB3
lebih lanjut
PEMANFAAT/PENGOLAH/PENIMB
UN LIMBAH B3 yg telah memiliki
izin

Jumlah LB3 yg
Jumlah LB3 yang dimanfaatkan/
dihasilkan Sistem Manifest diolah/ditimbun
DASAR HUKUM
PERIZINAN DAN KEWAJIBAN PENGELOLAAN LIMBAH B3

Undang-undang RI No. 32 / 2009 Tentang


Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup :
- Setiap orang yang menghasilkan limbah B3 wajib
melakukan pengelolaan limbah B3 yang dihasilkan
(Pasal 59 ayat 1);
- Pengelolaan limbah B3 wajib mendapat izin dari Menteri,
Gubernur, Bupati/Walikota sesuai dengan kewenangannya
(Pasal 59 ayat 4)

PP No. 101 Tahun 2014 Ttg Pengelolaan Limbah B3 :


- Pasal 12 s/d Pasal 190 : pelaku pengelola limbah B3
(penghasil,pengumpul, pengangkut, pemanfaat, pengolah
dan/atau penimbun limbah B3) wajib melakukan pengelolaan
limbah B3 sesuai ketentuan yang berlaku;
Kewenangan dalam Perizinan dan
Pengawasan PLB3
Pengelolaan Perizinan Pengawasan
Limbah B3

Pusat Provinsi Kab/Kota Pusat Provinsi Kab/Kota

Penyimpanan
v v v v
Pengumpulan
v v v v v v
Pengangkutan
v v v v
Pemanfaatan
v v v v
Pengolahan
v v v v
Penimbunan
v v v v
Mekanisme Pengelolaan Limbah B3
Yang wajib Asuransi dan dlm Recovery
akte notaris tertera bid atau
sub bidang pengelolaan LB3 Pemanfaat SNI/SAE/dll
(2), (3), (4), (5), (6) (3) Recycle

Dapat sebagai : Pemanfaat Reuse


dan/atau Pengolah
Pengangkut
dan/atau Penimbun
(2) Pengguna
(7)

Penghasil Pengangkut Pengangkut


Pengumpul (2)
(1) (2) Skala Nas
(4)
Keterangan :
Pengangkutan LB3 hanya Penimbun/
diperkenankan apabila Landfiller
penghasil telah melaksanakan Pengangkut (6)
kontrak kerjasama dengan
pihak pengelola Limbah B3 (2)
Pengangkut
Kegiatan Pengumpulan LB3
(2)
hanya diperkenankan apabila :
- telah tersedia teknologi
pemanfaatan LB3 dan/atau
- telah memiliki kontrak
kerjasama dengan pihak Pengolah
pengolah dan/atau (5)
penimbun limbah B3.
Kegiatan Pengelolaan Limbah B3 yang Wajib AMDAL (Permen
LH No : 5/2012)
1. Industri jasa pengelolaan LB3 yang melakukan kombinasi 2 atau lebih
kegiatan meliputi pemanfaatan, pengolahan, dan/atau penimbunan LB3
2. Pemanfaatan LB3
a. Pemanfaatan LB3 sebagai bahan bakar sintetis pada kiln industri
semen, kecuali pemanfaatan LB3 yang dihasilkan sendiri dan berasal
dari 1 lokasi kegiatan.
b. Pembuatan bahan bakar sintetis
c. Sebagai alternatif material semen, kecuali pemanfaatan yang hanya
dari fly ash
d. Pemanfaatan oli bekas sebagai lubrikan termasuk base oil
e. Daur ulang aki bekas (Pb)
f. Pemanfaatan baterai/aki kering bekas untuk ingot
g. Pemanfaatan katalis bekas
Kegiatan Pengelolaan Limbah B3 yang Wajib AMDAL (Permen
LH No : 5/2012) lanjutan

3. Pengolahan Limbah B3

a. Pengolahan limbah B3 secara termal menggunakan insinerator, kecuali


mengolah limbah B3 yang dihasilkan sendiri dan berasal dari 1 (satu)
lokasi kegiatan
b. Pengolahan limbah B3 secara biologis (composting, biopile,
landfarming, bioventing, biosparging, bioslurping, alternate electron
acceptors, dan/atau fitoremediasi), sebagai kegiatan utama (jasa
pengolahan limbah B3)
c. Injeksi dan/atau Reinjeksi limbah B3 ke dalam formasi

4. Penimbunan Limbah B3 dengan landfill kelas 1,


kelas 2, dan/atau kelas 3
2
Persiapan Pengawasan
Pengelolaan LB3
2a
Prinsip Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3) Bagi
PPLH
APAKAH PPLH/PPLHD ?
(KepMen LH No. 7 Tahun 2001 ttg PPLH/PPLHD)

Pejabat pengawas lingkungan hidup adalah


pegawai negeri sipil yang berada pada
Instansi yang bertanggung jawab yang
memenuhi persyaratan tertentu dan
diangkat oleh Menteri;

;
Pejabat pengawas lingkungan hidup
daerah adalah pegawai negeri sipil yang
berada pada Instansi yang bertanggung
jawab di daerah yang memenuhi
persyaratan tertentu dan diangkat oleh
Gubernur/Bupati/Walikota
Apa sajakah resiko kerja
PPLH / PPLHD?

• Bagaimana kegiatan pengawasan ?


• Apa resikonya didalam dan diluar lokasi?
• Mekanisme perlindungan K3 ?

Bagaimana mengantisipasi dan menghindari


resiko kerja PPLH/PPLHD ?
UU 32/2009 Pasal 74 ayat 1 : wewenang PPLH

•Melakukan pemantauan
•meminta keterangan,
•membuat salinan /catatan/dokumen
•memasuki tempat tertentu,
•Memotret, membuat rekaman audio visual
•mengambil contoh,
•memeriksa peralatan, instalasi, dan atau alat transportasi

•Menghentikan pelanggaran tertentu

Poin terakhir adalah ketentuan tambahan pada UU 32


MEMASUKI TEMPAT TERTENTU

Apakah kegiatan-kegiatan tsb membahayakan


kesehatan / keselamatan PPLH ?
MEMOTRET/MEMBUAT REKAMAN AUDIO
VISUAL/ MENGAMBIL CONTOH

CONTOH TAILING

CONTOH B3

CONTOH UDARA

Apakah kegiatan-kegiatan tsb membahayakan


Sumber: Hermin Roosita
kesehatan / keselamatan PPLH ?
MEMERIKSA PERALATAN/ INSTALASI ATAU ALAT
TRANSPORTASI

Apakah kegiatan-kegiatan tsb membahayakan


Sumber: UNEP,BASEL
kesehatan / keselamatan PPLH ? CONVENTION
BAHAYA BAGI PPLH
• Sebelum melakukan inspeksi dilapangan PPLH harus mengenal
dan mengetahui jenis dan kondisi fasilitas yang akan diinspeksi.
• Tugas PPLH umumnya mempunyai potensi bahaya.
PRINSIP DASAR K3
• Bahaya dapat dikurangi melalui perencanaan yang baik dengan
motto ‘safety first ‘

5 KATEGORI BAHAYA

Kimia Fisik

Api & Biologi


Ledakan
Radiologi
• Paparan bahan kimia (padat, cair, dan gas )
langsung atau tidak langsung
• Dampak terhadap kesehatan : akut dan
kronik, kumulatif atau tidak
Bahay PRINSIP DASAR K3
• Reaksi : segera atau perlu waktu lama
misalnya efek carcinogen ;
a • Efek kumulatif dari campuran bermacam
paparan
Bahan
•  Inspektur perlu informasi dan
Kimia : perencanaan yang baik untuk melengkapi
dirinya dgn APD yang tepat dan peringatan
thd bahan kimia sebelum memasuki area
potensial berbahaya
• Api dan bahaya ledakan
mungkin berasal dari reaksi
kimia misal asam nitrit dgn
Api dan kayu, sodium dgn air, bubuk
alumunium dgn oksidasi besi
bahaya • Pembakaran dapat terjadi
ledakan karena 3 hal sbb:
• Bahan bakar,
: • Sumber panas dan
• sumber penyalaan sebagai
starter
• Secara umum bahaya radiology berasal
Bahaya dari peralatan medis, limbah radioaktif,
peralatan x ray, beberapa peralatan
Radiolog elektronik dan detector
• Peralataan yang memancarkan radioaktif
i yang tinggi harus diberi label.

• Bahaya biologi terdiri dari sumber


makro dan mikro
• Sumber makro seperti anjing, ular,
Bahaya nyamuk dan binatang lainnya,
tanaman yang mengeluarkan racun,
biologi pollen dsb
• Sumber mikro seperti : virus, bakteri
dan parasit
• Tempat-tempat yang
bertemperatur sangat tinggi
atau sangat rendah
• Tempat yang licin
PRINSIP DASAR K3
• Tempat yang tinggi
• Tempat yang kurang cahaya
Bahaya • Tempat yang sangat bising dan
mengganggu pendengaran
Fisik • Tempat gelap, suram, dan
mengganggu penglihatan
• Ukuran APD yang terlalu kecil,
besar, berat dan panas
Paparan asam/ basa kuat pada kulit
Paparan mercuri/Hg (Penyakit MINAMATA)
Mengenali Bahaya Bahan Kimia

Penandaan LB3

(simbol & label) ?


Mengenali Bahaya di lokasi yg tercemar
2b
Rambu K3
--PENCEGAHAN BAGI PPLH --
 Pencegahan Kecelakaan Kerja Secara
Teknis: Kepekaan dalam mengenali
tempat-tempat dan kondisi yang
potensial bahaya pada saat bertugas

 Pencegahan Kecelakaan Kerja Secara


Administratif: pengaturan waktu di
tempat bahaya, dll.
 Pencegahan Kecelakaan Secara
Individu: melengkapi diri dengan Alat
Pelindung Diri, waspada terhadap
rambu-rambu di tempat kerja, dll.
PENCEGAHAN BAHAYA DENGAN
MENGENALI DAN MENGIDENTIFIKASI
RAMBU-RAMBU

Garis Demarkasi

Simbol-simbol

Penggunaan Warna pengenal


fasilitas K3
SNI (Standar Nasional Indonesia)
13-6350 TAHUN 2000

Tentang :
Demarkasi di lorong, jalan lintas, daerah
bebas rintangan, dan tempat penyimpanan
barang
GARIS DEMARKASI :
tanda batas berupa garis yang terdapat di lantai dan ditandai
dengan perbedaan warna sesuai dengan kegunaannya
Warna Keterangan
Jalan lintas merah tua dengan lebar 75 mm
Penyimpanan alat K3 Latar putih dengan garis miring hijau
dengan jarak antara 75 mm
Lorong Kuning terang dengan lebar 75 mm
Bebas tumpukan barang Hijau selebar 75 mm (minimum 800 mm)
(dekat panel listrik)
Tempat Penyimpanan Garis Abu-abu dengan lebar 75mm di
Barang bagian dalam dan berdampingan dengan
garis warna kuning selebar 75 mm

Warna Garis demarkasi tidak boleh pudar


Garis Demarkasi tidak boleh terhalang oleh apapun
PENGGUNAAN WARNA STANDAR K3
CONTOH APLIKASI STANDAR WARNA K3
CONTOH APLIKASI STANDAR WARNA K3

RAMBU PERINGATAN /
WASPADA

RAMBU LARANGAN
CONTOH APLIKASI STANDAR WARNA K3

RAMBU PERINTAH/
KEWAJIBAN / ANJURAN

RAMBU PETUNJUK
SIMBOL HAZARD (BAHAN
BERBAHAYA )
SIMBOL LIMBAH B3 SESUAI PERMEN LH
14/2013 TENTANG SIMBOL DAN LABEL
LIMBAH B3
2c
Alat Pelindung Diri (APD)
PENCEGAHAN KECELAKAAN
PRIBADI
DENGAN ALAT
 Menjaga PELINDUNG
Keselamatan dan KesehatanDIRI
PPLH selama
melaksanakan inspeksi di lapangan
 Alat Pelindung Diri (Personal Protective Equipment)
/APD: peralatan keselamatan yang harus digunakan oleh
PPLH selama melaksanakan inspeksi di lapangan di kawasan
yang berbahaya.
 Sebagian besar APD yang diperlukan PPLH secara standar
telah tersedia di perusahaan (untuk karyawan dan tamu
perusahaan tersebut), namun ada beberapa alat yang perlu
disiapkan oleh PPLH.

 APD standar: Pelindung Kepala, Pelindung Mata,


pelindung wajah, pelindung tangan, pelindung kaki, dan
pelindung telinga.
 Jenis masing-masing APD disesuaikan dengan tingkat
bahaya di kawasan tersebut.
JENIS/KATEGORI ALAT PELINDUNG DIRI (APD)
NO. JENIS/KATEGORI KEADAAN YANG MENGHARUSKAN MEMAKAI PERALATAN YANG
APD APD JENIS/KATEGORI TERSEBUT DIGUNAKAN

• Full face breathing apparatus


1. LEVEL A Diperlukan pada saat terdapat potensi
(alat bantu napas seluruh
paparan bahaya tertinggi di lapangan, dan muka) dengan tekanan positif
diperlukan tingkat tertinggi dari alat • baju pelindung anti bahan
pelindung kulit, pernapasan dan mata kimia dan uap berbahaya
yang melapisi seluruh tubuh
• sarung tangan anti bahan
kimia luar-dalam
• baju pelindung, sarung
tangan dan boot yang bisa
dibuang

• Full face breathing apparatus


2. LEVEL B diperlukan dalam keadaan yang
membutuhkan tingkat perlindungan (alat bantu napas seluruh
muka) dengan tekanan positif
tertinggi pernapasan, dengan tingkat yang • sarung tangan anti bahan
lebih rendah dari perlindungan kulit. Pada kimia luar-dalam
lokasi luar ruangan yang berupa • Pelindung wajah
• Baju bertudung kepala anti
penempatan limbah berbahaya yang bahan kimia
ditinggalkan, konsentrasi gas atau uap • Coverall
berbahaya belum mendekati konsentrasi • Sepatu bot dengan kulit luar
tahan bahan kimia
yang cukup tinggi untuk mengharuskan
menggunakan APD level A

Sumber: US EPA http://www2.epa.gov/emergency-response/personal-protective-equipment


JENIS/KATEGORI ALAT PELINDUNG DIRI (APD) ..
lanjutan
NO. JENIS/KATEGORI KEADAAN YANG MENGHARUSKAN MEMAKAI PERALATAN YANG
APD APD JENIS/KATEGORI TERSEBUT DIGUNAKAN
• Respirator penyaring udara
3. LEVEL C Diperlukan bila konsentrasi dan jenis zat
udara telah diketahui dan kriteria untuk seluruh wajah (Full-face air
purifying respirators);\
menggunakan respirator pemurni udara • sarung tangan anti bahan
telah terpenuhi kimia luar-dalam;
• Topi keras (hard hat);
• masker; and
• boot dengan kulit luar anti
bahan kimia yang bisa
dibuang.

• Sarung tangan
4. LEVEL D Adalah minimum perlindungan yang
• Coveral
diperlukan. Proteksi tingkat D mungkin • Kacamata Safety
cukup bila tidak ada kontaminan yang hadir • pelindung muka
atau operasi kerja menghalangi cipratan, • Boot anti bahan kimia dan
berujung baja
perendaman, atau potensi untuk inhalasi
atau kontak dengan tingkat berbahaya
bahan kimia yang tak terduga

Sumber: US EPA http://www2.epa.gov/emergency-response/personal-protective-equipment


PERALATAN STANDAR PELINDUNG DIRI
• Pemilihan PPE (personal Baju Pelindung Diri (Personal
protective equipment) atau Protective Clothing)
Alat Pelindung diri (APD)
adalah peralatan yang
digunakan untuk mencegah Pelindung Kepala
dan melindungi diri dari
kecelakaan kerja. Pelindung Mata
• Jenis alat tergantung dari
bahaya yang dihadapi :
Menghirup bahan kimia Pelindung Tangan
(dihirup, kontak kulit)
Mekanikal (benda-benda
Pelindung Kaki
jatuh, moving parts)
Fisik (bising, radiasi)
Themal (panas, dingin), Pelindung Pendegaran
Elektrikal
ALAT PELINDUNG DIRI (APD) STANDAR
APD RADIASI
APD AREA KEBISINGAN > 85 DB
APD LOKASI TINGGI/DALAM
PERALATAN STANDAR PELINDUNG
DIRI
--CONTOH BAJU PELINDUNG DIRI--

Contoh baju pengaman yang tahan


panas

Sumber:http://www.personal-protective-
safetyequipment.co.uk/safety_clothing/hiviz.htm

Contoh baju pengaman sesuai


digunakan untuk pengawasan
“PCB’s Clean Up”, dan “Clean Up”
Bahan Kimia lainnya.
Sumber: WS Safety Solution,
(http://www.websoft-
solutions.net/coveralls_s/112.htm)
LANJUTAN…
Baju pengaman terhadap bahan
kimia asam, basa dan bahan
kimia berbahaya lainnya.

Sumber:
http://www.seton.co.uk/setoneurope/catalog/0/20/1
00007-1%20200120-2%20300847-3.html

Beberapa contoh Jas Hujan

Jaket ini waterproof, windproof,


dan di buat dengan menggunakan
bahan “crethable polyester”.

Sumber:
http://www.personal-protective-
safetyequipment.co.uk/safety_clothing/hiviz.htm
Baju pengaman untuk
anti radiasi kimia dan
virus menular. BAJU ANTI API,
DAPAT DI CUCI
SEBANYAK 100X
BAJU TAHAN
PANAS
PERALATAN STANDAR PELINDUNG
DIRI KEPALA--
--CONTOH PELINDUNG

Hard Hat Kelas C:


Hard Hat Kelas A : Melindungi kepala dari
Melindungi kepala dari benda jatuh tetapi tidak
benda yang terjatuh dan melindunginya dari
sengatan listrik arus sengatan listrik dan bahan
2.200volt korosif

Bump Cap: dari plastik tidak


bersuspensi: melindungi kepala
dari tabrakan dengan benda yang
menonjol. Tidak melindungi
Hard Hat Kelas B:
kepala dari benda jatuh dan
Melindungi kepala dari sengatan listrik. Tidak boleh
benda jatuh dan sengatan digunakan sebagai pengganti
arus listrik 20.000 volt Hard Hat apapun.
CONTOH PELINDUNG MATA DAN
WAJAH
Google yang digunakan untuk mengamankan
penglihatan atau mata dari debu, tetesan bahan atau
logam yang meleleh.
Sumber: http://www.personal-protective-safety-equipment.co.uk/safety-
equipment/safetygoggless-jup.htm

Kacamata yang terbuat dari bahan polycarbonate, antigores,


ringan, dan dapat untuk pelindung cahaya matahari, kilatan
cahaya, tetapi tidak dapat digunakan sebagai pengaman mata
dari kegiatan pengelasan.
Sumber: http://www.personal-protective-safety-equipment.co.uk/

Welding Helmet (Topeng Las): Melindungi wajah dan mata, menggunakan


lensa absorpsi khusus untuk menyaring cahaya yang terang dan energi radiasi
yang dihasilkan selama pengelasan.
Sumber: Cahyono, Budi, Achadi, 2004
PELINDUNG PERNAFASAN
RPPA PELINDUNG PERNAFASAN

SCBA-Closed Circuit
CONTOH PELINDUNG PERNAFASAN
1. Respirator Purifying Powered Air (RPPA)
Recomendasi penggunaan: laboratorium, pharmaceuticals,
agriculture, dan industri umum.
2. Respirator Canister (RC) yang juga menyediakan fasilitas
pengaman mata dan wajah.
3. SCBA- Self – Contained Breathing Apparatus dengan positive
pressure. Respirator ini bekerja dengan mensirkulasi nafas yang
dikelurakan oleh pengguna. Peralatan ini dilengkapi dengan
silinder oksigen kecil untuk bernafas. Peralatan ini dilengkapi
dengan carbon dioxide absorbent dan breathing chamber yang
dapat digunakan untuk menyaring carbondioxide yang
dihembuskan dan menambah oxygen segar sehingga udara yang
dihembuskan pengguna dapat dihirup kembali.
Recommendation: Remidiasi bahan berbahaya dan beracun,
penyelamatan pada kegiatan penambangan, penyelamatan di
terowongan/saluran.
--CONTOH PELINDUNG TANGAN--

Metal Mash: Sarung Tangan Vinyl dan Sarung Tangan Kulit :


Melindungi tangan dari Neoprene: melindungi melindungi tangan dari
benda berujung lancip dan
tangan dari bahan kimia permukaan kasar
menjaga dari terpotong
beracun

Sarung Tangan Heat Sarung Tangan Latex Sarung Tangan Padded Cloth:
Resistant: Disposale (sekali pakai): melindungi tangan dari
Melindungi tangan dari melindungi tangan dari pecahan kaca/gelas, vibrasi
panas dan Api germ/bakteri
--CONTOH ALAT PELINDUNG KAKI--
Sepatu dari kulit berwarna hitam ini dibuat dengan sol dari
campuran Rubber Nitrile yang tahan terhadap minyak
(tidak licin), bahan kimia asam, basa, tahan panas sampai
300 oC, dan pengaman jari sampai tekanan 200 joules
Sumber: http://www.personal-protective-safety-equipment.co.uk/safety-
footwear/safetyboots.htm

Boot ini mempunyai bantalan pergelangan kaki yang dapat


mengamankan pergelangan kaki seperti kemungkinan
terluka atau keseleo. Boot ini juga dilengkapi pengaman
dbagian jari kaki
Sumber: http://www.personal-protective-safety-equipment.co.uk/safety-
footwear/safetyboots.htm

Sepatu pengaman yang ringan, mempunyai pengaman


jari kaki sampai tekanan 200 joules, antistatic,
menggunakan sol yang tahan minyak dan bahan
kimia, serta tahan panas sampai 200oC
Sumber: http://www.personal-protective-safety-equipment.co.uk/safety-
footwear/safetyshoesladies.htm
3
Hal-Hal Yang Harus Diawasi
dalam Pengelolaan LB3
Tolok Ukur Penaatan

Kata kunci tolok-ukur ketaatan dalam peraturan adalah


kata- kata:
larang, wajib, syarat, izin, dan/atau sanksi, yang
berlaku bagi penanggungjawab usaha/kegiatan:
 Pada Peraturan Perundangan (UU, PP, PERMEN,
KEPMEN, KEPKA BAPEDAL, dll)
 Pada Izin Lingkungan
 Pada Izin PPLH terkait PLB3 (Izin Penyimpanan
Sementara, Izin Pengumpulan, Izin Pemanfaatan, Izin
Pengolahan, Izin Penimbunan, Rekomendasi
Pengangkutan)
Identifikasi Limbah B3
Jenis dan Sumber Limbah B3 pada Kegiatan industri
Tujuan Identifikasi Jenis dan
Karakteristik Limbah B3
1. Mengklasifikasikan limbah
2. Mengetahui sifat limbah B3
3. Menentukan sifat limbah B3
4. Mengetahui potensi dampak limbah B3
5. Delisting limbah B3
 
Limbah B3 berdasarkan sumbernya:
 Berdasarkan sumber:
Limbah B3 dari sumber tidak spesifik
Limbah B3 dari sumber spesifik:
Sumber spesifik umum
Sumber spesifik khusus
Limbah B3 dari bahan kimia kadaluwarsa, tumpahan, bekas kemasan, dan
buangan produk yang tidak memenuhi spesifikasi

72
PENGELOLAAN LIMBAH B3 BERDASARKAN RISIKO

RISIKO CONTOH KELOLA


Berdampak secara • Asam, basa,
LB3 KATEGORI langsung terhadap garam kimia B3
1 kesehatan manusia • PCBs,dll

BERBEDA-BEDA
BERBEDA-BEDA
PENGELOLAAN
PENGELOLAAN
(akut)

TATA
TATA CARA
 Dapat berdampak • Steel slag, copper

CARA
secara langsung slag
LB3 KATEGORI terhadap • Karbon aktif
kesehatan bekas
2 manusia • Aki bekas
 Berdampak
• Filter bekas, dll
terhadap
lingkungan
(kronis)

73
TATA CARA PENETAPAN LIMBAH B3

Apakah limbah B3 YA LIMBAH B3


memiliki kategori
KATEGORI 1
YA bahaya 1?

Apakah ada
dalam Tabel 1, TIDAK LIMBAH B3
LIMBAH 2, 3, 4,
Lampiran I ?
KATEGORI 2

TIDAK LIMBAH
NONB3

74
TATA CARA PENETAPAN LIMBAH B3 (DI LUAR
DAFTAR LIMBAH B3) OLEH PEMERINTAH

LIMBAH B3
KATEGORI 1
> TCLP Nilai LD50 < 50
YA TIDAK kolom A mg/kg BB
Apakah limbah hewan uji
eksplosif, mudah TCLP (toxicity < TCLP
menyala, reaktif, characteristic kolom B LD50 (lethal Nilai LD50 > Beracun sub- Limbah
LIMBAH infeksius, dan/atau leaching
50
dose-50)? 5000 mg/kg BB kronis? nonB3
korosif? hewan uji
procedure)?
Nilai LD50 > 50
< TCLP kolom mg/kg dan <
A dan > TCLP 5000 mg/kg BB YA TIDAK
kolom B hewan uji

LIMBAH B3
KATEGORI 2

75
4
Hal-Hal yang Wajib Dilakukan
PPLH/Pengawas Lapangan
Tujuan Pengawasan
Pengawasan pengelolaan limbah B3 bertujuan
untuk memantau, mengevaluasi, mengetahui
dan menetapkan status penaatan penanggung
jawab usaha dan/atau kegiatan terhadap:
A. Kewajiban yang tercantum dalam peraturan
perundang-undangan di bidang pengelolaan
limbah B3.
B. Kewajiban untuk melakukan pengelolaan
limbah B3 sebagaimana tercantum dalam
dokumen perizinan
Sasaran:

Mendapatkan data dan informasi secara umum berupa fakta-fakta


yang menggambarkan kinerja atau status penaatan suatu usaha
dan/atau kegiatan terhadap peraturan perundang-undangan di bidang
pengelolaan limbah B3.
Sasaran Usaha/Kegiatan yg Diawasi
(Target Operasi)
Penanggung Jawab
Usaha dan/atau Kegiatan

1. Penghasil Limbah B3 (Generator)


2. Pemegang izin pengelola Limbah B3 (Pengumpul, Pengangkut, Pemanfaat,
Pengolah dan Penimbun Limbah B3)
Lingkup Kegiatan Pengawasan
1. Persiapan
2. Proses dan prosedur masuk industri
3. Pertemuan pembukaan
4. Review dokumen teknis
5. Pemeriksaan fasilitas unit proses produksi
6. Pemeriksaan fasilitas dan pengelolaan limbah B3
7. Pengambilan contoh uji (jika diperlukan)
8. Pembuatan Berita Acara
9. Pertemuan penutup
10. Pelaporan
Tahap Persiapan
1. Menyiapkan kelengkapan administrasi, yaitu;
a.Surat penugasan;
b.Tanda pengenal;
c.Formulir berita acara yang diperlukan dalam pelaksanaan
pengawasan.
2. Mempelajari Peraturan/Dokumen/Referensi yang terkait
dengan pengelolaan limbah B3, antara lain:
a. Riwayat ketaatan usaha dan atau kegiatan dalam pengelolaan
limbah B3;
b. Izin yang terkait dengan pengelolaan limbah B3;
c. Peraturan/ referensi yang terkait dengan obyek pengawasan;
d. Dokumen lain yang terkait dengan status ketaatan kegiatan
yang bersangkutan;
e. Menyusun rencana kerja yang akan dilakukan dalam
pelaksanaan pengawasan.
3. Menyiapkan Perlengkapan, antara lain: kamera, alat sampling,
peralatan pelindung diri, dll.
Lingkup Pengawasan PLB3
I. Administrasi/Dokumentasi:
– Perizinan PLB3
– Pelaporan PLB3:
– MoU
– Manifest

II. Teknis
– Penyimpanan
– Pemanfaatan
– Pengiriman/Pengangkutan
– Pengumpulan
– Pengolahan
– Penimbunan
I. Pengawasan
Administrasi/Dokumentasi

–Perizinan PLB3
–Pelaporan PLB3
–Manifes dari Pengangkut
–MoU antara penghasil dan
Pengelola Limbah B3
Peta Rekapitulasi Jumlah Sebaran PLB3 di Indonesia

 Pemanfaatan Limbah B3
 Pengolahan Limbah B3
 Pengumpulan Limbah B3
 Penimbunan Limbah B3
 Pengangkutan Limbah B3

Data Rekapitulasi dan Sebaran Pengelolaan limbah B3 di Indonesia


dapat diunduh di :
http://pelayananterpadu.menlh.go.id/pengumuman/rekapitulasi-
izin/pengelolaan-limbah-b3/
II. Pengawasan Teknis pengelolaan LB3
– Penyimpanan
– Pengumpulan
– Pengangkutan
– Pemanfaatan
– Pengolahan
– Penimbunan
1. Penyimpanan Limbah B3
Permasalahan Penyimpanan LB3
1 3
2

5 1. Penyimpanan tidak per jenis LB3


2. Tatacara cara penyimpanan LB3
tidak benar.
3. Kapasitas TPS LB3 tidak sesuai
degan jumlah LB3 yang dihasilkan
4. Penyimpanan sludge IPAL di luar
TPS LB3
5. Permasalahan jumlah LB3 skala
besar dll.
89
Contoh Penyimpanan LB3 yg tidak memenuhi persyaratan
PENGAWASAN PENYIMPANAN SEMENTARA LB3

 Pengecekan izin penyimpanan sementara limbah B3 dan


persetujuan penyimpanan 365 hari (jika LB3 < 50 kg per hari)
 Pengecekan jenis limbah B3 yang disimpan (sesuai dengan izin
yang diberikan)
 Pengecekan kondisi bangunan TPS, sistem penyimpanan,
kemasan yang digunakan, sistem pelabelan, sarana penunjang
 Evaluasi jumlah limbah B3 yang dihasilkan dan kapasitas TPS
yang ada
 Pengecekan catatan penyimpanan limbah B3 (jumlah Limbah yg
dihasilkan, dikelola dan sisa yang tersimpan di TPS)
 Pengecekan pengelolaan lanjutan LB3 yang
dihasilkan cek dokumen manifest
 Pengecekan pelaporan kegiatan penyimpanan sementara LB3
Pengawasan Fasilitas Penyimpanan LB3 (1)
1. Pemeriksaan bangunan penyimpanan :
- rancang bangun & luas sesuai dgn jenis,
karakteristik & jumlah LB3 yg dihasilkan,
- terlindung dari masuknya air hujan, memiliki
sistim ventilasi udara & penerangan yg
memadai,
- lantai kedap air, kemiringan 1% landai kearah
bak penampung,
- penandaan/simbol tempat penyimpanan
Pengawasan Fasilitas Penyimpanan LB3 (1)
2. Pemeriksaan catatan/log book penyimpanan LB3
3. Pemeriksaan sarana lain yg tersedia :
- peralatan sistim pemadam
kebakaran,
- fasilitas pertolongan pertama,
- pintu darurat,
- alarm
Pengawasan Fasilitas Penyimpanan LB3 (2)

4. Pemeriksaan pengemasan :
- grouping limbah
- pemeriksaan & pemasangan simbol & label
5. Pemeriksaan pewadahan LB3 dlm tangki :
- rancang bangun,
- fasilitas & sistim penunjang memenuhi persyaratan,
- penanggulangan bila terjadi kebocoran;
6. Pemeriksaan cara penyimpanan LB3 :
- penyimpanan kemasan
- lebar gang,
- penumpukan kemasan
7. Pemeriksaan penyimpanan dengan tanki :
- mempunyai tanggul,
- bak penampung (kedap air & kap 110 % kap tangki),
- memiliki atap
Contoh TPS-LB3 yg ditemui di lapangan
2. Pengumpulan Limbah B3
Pengawasan Kegiatan Pengumpulan LB3

1. Pemeriksaan izin pengumpulan LB3;


2. Pemeriks catatan pengumpulan LB3 ( sumber LB3, jenis LB3, tgl
masuk/keluar, jumlah LB3, PLB3 selanjutnya);
3. Pemeriksaan pelaporan pengumpulan LB3 (bag PLB3);
4. Pemeriksaan lokasi pengumpulan LB3 masih sesuai dgn
persyaratan al : daerah bebas banjir thn & lok cukup jauh dr
fasilitas umum;
5. Pemeriksaan bangunan pengumpulan LB3, bebagai sarana
penunjang masih dlm kondisi baik, setiap bang hanya utk
menyimpan 1 kar LB3 & bak penampung ceceran LB3 masih
berfungsi dgn baik;
6. Pemeriksaan perlengkapan fasilitas pengumpulan, masih dlm
kondisi baik & berfungsi ? , meliputi: peralatan & sistim PMK,
pembangkit listrik cadangan, fasilitas P3K, peralatan Komunikasi,
gudang tempat penyimpanan peralatan, pintu darurat & alarm;
7. Pemeriksaan bangunan pelengkap lainnya, masih dalam kondisi
baik dan berfungsi ?, meliputi : lab, fas pencucian, fas bongkar
muat, kolam penampungan darurat, peralatan penanganan
tumpahan.
3. Pengangkutan Limbah B3
Pengawasan PENGANGKUTAN LB3
 Pengecekan rekomendasi & izin
 Pengecekan jenis dan karakteristik limbah yang akan
diangkut
 Pengecekan Record Manifest dan Pelaporan
 Persyaratan:
– Alat angkut dan kemasan sesuai dengan karakteristik
limbah;
– Alat angkut dalam kondisi baik;
– Simbol dan label (Kepka No. Kep-
02/Bapedal/09/1995) .
 Operator
 Emergency Response System
 SOP mendapat rekomendasi
– Bongkar muat; dari KLH dan
– Route/tujuan pengangkutan; Izin dari Perhubungan
– Jadwal.
MEKANISME PERJALANAN DAN ALIRAN DOKUMEN LIMBAH B3
4. Pemanfaatan Limbah B3
Pengawasan Pemanfaatan LB3
 Pengecekan izin/ rekomendasi
 Pengecekan limbah B3 yang dimanfaatkan (sesuai dengan
izin yang diberikan)
 Pengecekan kondisi operasi pemanfaatan
 Pengecekan mutu produk dan catatan pemasaran
 Pengecekan pengelolaan limbah sisa proses pemanfaatan
 Pengecekan kondisi alat pengendali pencemaran
 Pengecekan pelaporan
Pemeriksaan Dokumen dan Perizinan
Pemanfaatan
Pemanfaat harus merupakan suatu badan usaha
Kegiatan pemanfaatan Limbah B3 wajib memiliki izin sebagai
Kegiatan Utama
Memiliki rekomendasi dari Menteri LH
Memiliki izin dari instansi terkait
Wajib mempunyai laboratorium dan asuransi lingk
Bukan sbg kegiatan Utama
Memiliki izin dari Menteri LH
Pemanfaatan limbah B3 dalam satu kesatuan sistem proses
produksi utama (reuse) pada lokasi kegiatannya tdk
memerlukan izin.
5. Pengolahan Limbah B3
Pengawasan Pengolahan Limbah B3

 Pengecekan izin yang dimiliki


 Pengecekan jenis limbah yang diolah (sesuai
dengan izin yang diberikan)
 Pengecekan kondisi operasi (misal suhu
pembakaran pada insinerator)
 Pengecekan pengendalian pencemaran
 Pengecekan pengelolaan limbah lanjutan
 Pengecekan pelaporan
Pengolahan Limbah B3 dengan
menggunakan incenerator

Rotary Kiln
1200 - 1600 oC Waste Feeding system
6. Penimbunan Limbah B3
Pengawasan Penimbunan Limbah B3
 Pengecekan izin penimbunan yang dimiliki Uji total konsentrasi
 Pengecekan jenis limbah yang
kontaminan utk
ditimbun (sesuai dengan izin yang diberikan) Penentuan kategori
 Cek pre-treatment (jika ada) Landfill (kategori I, II &
 Pengecekan kondisi operasi III)
(leachate collection, leachate diolah)
 Pengecekan pengendali pencemaran (leachate treatment) dan Uji TCLP kontaminan
sistem monitoring (ground water monitoring) utk
 Pengecekan pelaporan menentukan cara
pengolahan awal (pre-
treatment)
Type penimbunan: Sistem Landfill Limbah B3
• Landfill kelas I
(double synthetic
liner)
• Landfill kelas II
(single synthetic
liner)
• Landfill kelas III
(clay liner)

Aliran air yang


meresap ke tanah
Pengawasan Impor Limbah

 Memberlakukan sistem notifikasi sebelum


melakukan impor limbah B3
 Sertifikasi pemeriksaan limbah dari negara
muat
 Impor limbah non B3 hanya dapat
dilakukan oleh Importir Produsen Limbah
Non B3 (IPL-Non B3)
 Pelaporan
5
Tindak Lanjut Pengawasan
SKEMA RINGKAS TINDAK
LANJUT PENGAWASAN 1. SANKSI TERHADAP
PELANGGARAN YANG
DILAKUKAN; ATAU
2. APRESIASI TERHADAP
STATUS PENAATAN UPAYA PENAATAN
PENANGGUNG JAWAB YANG TELAH
USAHA DAN/ATAU DILAKUKAN
PENGAWASAN KEGIATAN
KETAATAN APAKAH ADA REVISI/PERBAIKAN
PENANGGUNG KELEMAHAN PADA IZIN TERHADAP IZIN YANG
YANG TELAH
JAWAB USAHA DITERBITKAN
TELAH DITERBITKAN

DAN/ATAU
KEGIATAN APAKAH ADA 1. USULAN SOLUTIF
KESENJANGAN (GAP) PERBAIKAN REGULASI
PADA REGULASI/PUU KEPADA PIHAK YANG
BERWENANG
YANG ADA?
2. PERBAIKI REGULASI
YANG MERUPAKAN
KEWENANGANNYA
3. MENYUSUN
REGULASI YANG
DIBUTUHKAN
LANDASAN HUKUM TINDAK LANJUT HASIL
PENGAWASAN PENGELOLAAN LIMBAH B3

 UUPPLH N0. 32/2009 (PASAL 76 – 83)


 PP 101/2014
(PASAL 243 SAMPAI PASAL 253)

 PP 27/2012
(PASAL 71)

 PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 09


TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENGADUAN DAN PENANGANAN
PENGADUAN AKIBAT DUGAAN PENCEMARAN DAN/ATAU
PERUSAKAN LINGKUNGAN HIDUP

 PERDA/KEP-GUBERNUR/BUPATI/WALIKOTA TERKAIT
Hasil Pengawasan Lingkungan

1. Tidak terjadi pelanggaran persyaratan


dalam izin dan peraturan perundang-
undangan
2. Terjadi pelanggaran persyaratan dalam
izin dan peraturan perundang-undangan
3. Terjadi pelanggaran izin maupun
peraturan perundang-undangan serta
diindikasikan dan/atau telah
menimbulkan kerugian masyarakat
dan/atau lingkungan
4. Ditemukan kelemahan dalam izin yang
telah diterbitkan
Disampaikan
Kepada Pihak yang
diawasi (sampaikan
jika taat)

Penerapan sanksi
Administrasi

HASIL PENGAWASAN
LINGKUNGAN
Penerapan Gugatan
Perdata (di
pengadilan/diluar
pengadilan

Penerapan Sanksi
Pidana
Melanggar peraturan perundang-undangan bidang
lingkungan hidup yang berkaitan dengan
pengendalian pencemaran air dapat dikenakan
sanksi administrasi, perdata dan atau pidana yang
diatur dalam UU No. 32/Tahun 2009 Tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup

 Sanksi Administrasi : Ps. 76 s/d Ps. 83


 Sanksi Perdata : Ps. 84 s/d Ps. 93
 Sanksi Pidana : Ps. 97 s/d Ps. 120
PIRAMIDA PENEGAKAN HUKUM ADMINISTRASI
PEN
CAB
UTA
N
IZIN
PENCABUTAN
SEMENTARA
IZIN
PAKSAAN
PEMERINTAH
AUDIT WAJIB
TEGURAN KETIGA
TEGURAN KEDUA
TEGURAN PERTAMA
KONSULTASI & BANTUAN TEKNIS UNTUK PENINGKATAN KINERJA
[PELANGGARAN TIDAK SERIUS]

PENAATAN SUKARELA 117


Pasal 100
(1) Setiap orang yang melanggar baku mutu air limbah, baku
mutu emisi, atau baku mutu gangguan dipidana dengan
pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda
paling banyak Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah).
(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
hanya dapat dikenakan apabila sanksi administratif
yang telah dijatuhkan tidak dipatuhi atau pelanggaran
dilakukan lebih dari satu kali.

UU 32/2009 tentang PPLH


118
Ketentuan Pidana
Pidana Denda (rupiah)
Jenis Akibat
Pelanggaran Minimum Maksimum Minimum Maksimum

> BM 3 tahun 10 tahun 3 millir 10 miliar

Sengaja Orang Luka 4 tahun 12 tahun 4 miliar 12 miliar

Orang Mati 5 tahun 15 tahun 5 miliar 15 miliar

> BM 1 tahun 3 tahun 1 miliar 3 miliar

Lalai Orang Luka 2 tahun 6 tahun 2 miliar 6 miliar

Orang Mati 3 tahun 9 tahun 3 miliar 9 miliar

119
Ketentuan Pidana
untuk Pelanggaran Lainnya
Pidana Denda (rupiah)
Jenis Pelanggaran
Minimum Maksimum Minimum Maksimum
Melepaskan/
mengedarkan produk 1 tahun 3 tahun 1 miliar 3 miliar
rekayasa genetika
Mengelola limbah B3 1 tahun 3 tahun 1 miliar 3 miliar
tanpa izin
Tidak mengelola
limbah B3 yang 1 tahun 3 tahun 1 miliar 3 miliar
dihasilkannya
Dumping - 3 tahun - 3 miliar
Memasukkan limbah 4 tahun 12 tahun 4 miliar 12 miliar
Memasukkan limbah 5 tahun 15 tahun 5 miliar 15 miliar
B3

120
... lanjutan
Pidana Denda (rupiah)
Jenis Pelanggaran
Minimum Maksimum Minimum Maksimum
Memasukkan B3 5 tahun 15 tahun 5 miliar 15 miliar
Membakar lahan 3 tahun 10 tahun 3 miliar 10 miliar
Melakukan usaha
dan/atau kegiatan 1 tahun 3 tahun 1 miliar 3 miliar
tanpa izin
Menyusun AMDAL
tanpa memiliki - 3 tahun - 3 miliar
sertifikat kompetensi
penyusun AMDAL
Menerbitkan izin
lingkungan tanpa - 3 tahun - 3 miliar
dilengkapi AMDAL
atau UKL-UPL

121
... lanjutan
Pidana Denda (rupiah)
Jenis Pelanggaran
Minimum Maksimum Minimum Maksimum
Menerbitkan izin
usaha tanpa
dilengkapi izin - 3 tahun - 3 miliar
lingkungan
Tidak melakukan
pengawasan - 1 tahun - 500 juta
Memberikan informasi
palsu - 1 tahun - 1 miliar
Tidak melaksanakan
perintah paksaan - 1 tahun - 1 miliar
pemerintah
Menghalang-halangi
pejabat pengawas - 1 tahun - 500 juta
dan/atau PPNS

122
6
Konsekuensi Jika Pengawasan
Tidak Dilakukan
Pasal 112 UU 32/2009

Setiap pejabat berwenang yang dengan


sengaja tidak melakukan pengawasan
terhadap ketaatan penanggung jawab
usaha dan/atau kegiatan terhadap
peraturan perundang-undangan dan izin
lingkungan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 71 dan Pasal 72, yang mengakibatkan
terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan
lingkungan yang mengakibatkan hilangnya
nyawa manusia, dipidana dengan pidana
penjara paling lama 1 (satu) tahun atau
denda paling banyak Rp 500.000.000,00
(lima ratus juta rupiah).
Terima kasih
Untuk informasi lebih lanjut, dapat menghubungi:

Kementerian Lingkungan Hidup (KLH)


Deputi Bidang Pengelolaan Sampah, B3 dan Limbah - Asdep PLB3 dan
Pemulihan Lahan Terkontaminasi LB3-

Jl. D.I. Panjaitan Kab. 24 Kebon Nanas Jakarta Timur 13410


Gedung C lantai 2, Telp/Fax: 021-85904925
http://www.menlh.go.id/

Anda mungkin juga menyukai