Anda di halaman 1dari 34

Pengelolaan Limbah B3 dan Limbah nonB3

Dampak dan Manfaat Terhadap Ketahanan


Pangan (Pertanian)

JL. NARIPAN NO.25 TELP. (022) 4231570, 4204871 FAX.


4231570
KOTAK POS 1117 BANDUNG 40111
WEBSITE : www.bplhdjabar.go.id
EMAIL : bplhd@bplhdjabar.go.id
PERMASALAHAN
DI LAPANGAN
PEMBUANGAN LIMBAH
KE LINGKUNGAN
PERMASALAHAN PENYIMPANAN LB3

1
3
2

4
1. Penyimpanan tidak per jenis
LB3
5 2. Tatacara cara penyimpanan LB3
belum benar
3. Kapasitas TPS LB3 tdk sesuai dg
jml LB3 yg dihasilkan
4. Penyimp. sludge IPAL di luar
TPS LB3
5. Permasalahan jml LB3 skala
besar
TEMPAT PENYIMPANAN SEMENTARA OLI BEKAS

Bocor !!
Bocor !!
BERACUN: Ratusan drum bahan beracun yang sangat
berbahaya ditemukan polisi dan warga di Desa Gunung
Putri Kecamatan Gunung Putri Kabupaten Bogor,
kemarin (kanan). Tampak petugas PPLi memperlihatkan
sampel bahan beracun yang diambil dari drum.
7
BAGAIMANA DENGAN LIMBAH
MEDIS ??
Kondisi Yang Ada Saat Ini di Jawa Barat??
IPAL Limbah Medis
Jenis Pelayanan Jumlah
Ada Tidak Dikelola Tidak

Rumah Sakit 157 77% 23% 64% 36%

Rumah Bersalin 274 21% 69% 42% 58%

Puskesmas 1393 13% 87% 37% 63%

Balai 1865 15% 85% 32% 68%


Pengobatan
Praktek Dokter 1220 8% 92% 25% 75%

Prakter Bidan 3680 11% 89% 29% 71%

Sumber : Hasil Kajian Limbah Medis Prov.Jabar, Dinkes Prov.Jabar, 2007


FAKTA
Masih banyak jasa pelayanan kesehatan yang tidak melakukan
pengelolaan limbah padat medis dengan baik dan sesuai dengan
peraturan

Masih ada yang melakukan pencampuran Limbah medis dan non-


medis

Masih ada Tempat penyimpanan sementara limbah medis yang


Bidang Tata Kelola Lingkungan
kurang layak (tidak ada/kurang layaknya sistem pendingin limbah
medis bila penyimpanan > 24 jam), ataupun belum memiliki izin TPS
Limbah B3 dari kab/kota
Masih ada jasa pelayanan kesehatan yang mengolah limbah medis di
tempat yang belum memiliki izin pengolahan limbah B3 atau
mengoperasikan insinerator tidak sesuai dengan ketentuan
(ketentuan teknis ataupun menerima limbah medis dari tempat lain
tanpa izin)
FAKTA

Tidak adanya panduan keselamatan dalam pemakaian alat oleh


pegawai (SOP)

Perlunya Tempat Pengumpulan Limbah Medis akibat mahalnya


biaya pengangkutan, yang tidak memungkinkan limbah medis
langsung diolah di incinerator

Menggunakan alat pengangkut yang tidak layak untuk


transportasi limbah medis (pada umumnya tidak menggunakan
transporter berizin)
Tidak adanya pengawasan terhadap emisi gas berbahaya seperti
furan dan dioxin dari incinerator rumah sakit akibat belum adanya
pengukuran gas-gas tersebut di Indonesia, dan tidak dimasukkan
dalam syarat perizinan incinerator rumah sakit
KONDISI PENGELOLAAN LIMBAH PADAT MEDIS

Pembakaran limbah medis yang tidak sempurna Limbah medis dibuang ke TPA

Limbah medis dan Non medis bercampur di TPS Pemisahan limbah medis belum sesuai prosedur
KONDISI PENGELOLAAN LIMBAH RUMAH SAKIT SAAT INI

Bidang Tata Kelola


Lingkungan

KepmenKes RI No. 1204/MENKES/SK/X/2004 & PP 18/99 Jo 85/99 B3 MenLH


DAUR PENGELOLAAN LIMBAH MEDIS

PEMILAHAN PENGUMPULAN
Limbah rumah sakit Ke Area Pnyimpanan TRANSPORTASI
INSENERASI
Dengan Truk Khusus

SECURED LANDFILL PEMBUANGAN


Abu Inert dikubur pada Abu Inert Ash dibuang ke
lokasi Landfill Secured Landfill

KepmenKes RI No. 1204/MENKES/SK/X/2004 & PP 18/99 Jo 85/99 B3 MenLH.


Prinsip Dasar Pengelolaan Limbah B3
Pengelolaan B3 dan B3 dan limbah B3
limbah B3 memiliki memiliki resiko yang
keunikan dan kekhasan sangat tinggi (high risk)
dalam pengelolaannya apabila tidak dikelola
dengan baik

Prinsip kehati-hatian
(precaunary principle)

Pengelolaan limbah B3 tidak seluruhnya diserahkan


proses perizinannya ke daerah
Input
Perizinan Limbah Output
B3

Pengawasan

Sistem input : Sistem pengelolaan limbah B3 : tempat penyimpanan, insenerator,


bioremediasi, pemanfaatan limbah oli bekas, landfill dll.
Perijinan : Surat Keputusan yang berisikan semua persyaratan teknis yang harus diikuti,
sehingga output yang diinginkan dapat tercapai.
Pengawasan dilakukan agar sistem berjalan dengan baik, sesuai dengan
Pengawasan output yang diinginkan. Dalam pengawasan akan ada temuan temuan yang
dapat dijadikan patokan (referensi) oleh pihak perusahaan yang mendapat
ijin, sehingga input dapat kembali kepada keadaan semula, yaitu keadaan
dimana persyaratan persyaratan teknis dalam perijinan dipenuhi.
Output : Secara umum lingkungan tetap terjaga sehat dan bersih walaupun aktivitas
yang diinginkan tetap berjalan. Sehingga ijin semacam alat kontrol dalam suatu kegiatan
pengelolaan limbah B3. Sehingga jika ijin dihilangkan maka sistem
pengawasan menjadi rancu dan tidak mempunyai acuan yang baku untuk
pelaksanaan kegiatan A.
Peraturan Pengelolaan Limbah B3
UU No. 32 / 2009 Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
PP No. 18 / 1999 Jo. PP No. 85 Pengelolaan Limbah B3
/1999
Kepdal 01/BAPEDAL/09/1995 Tata Cara & Persyaratan Teknis PEnyimpanan & Pengumpulan Limbah
B3”
Kepdal 02/BAPEDAL/09/1995 Dokumen limbah B3

Kepdal 03/BAPEDAL/09/1995 Persyaratan teknis pengolahan limbah B3


Kepdal 04/BAPEDAL/09/1995 Tata Cara Penimbunan Hasil Pengolahan, Persyaratan Lokasi Bekas
Pengolahan dan Lokasi Penimbunan Limbah B3

Kepdal 05/BAPEDAL/09/1995 Simbol dan Label Limbah B3


Kepdal 68/BAPEDAL/05/1994 Tata cara memperoleh izin pengelolaan limbah B3

Kepdal 02/BAPEDAL/01/1998 Tata Laksana Pengawasan Pengelolaan Limbah B3

KepmenLH No. 128/2003 Tata Cara dan Persyaratan Teknis Pengolahan Limbah Minyak Bumi dan
Tanah Terkontaminasi oleh Minyak Secara Biologis

PermenLH 02/2008 Pemanfaatan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun

Permen LH 18/2009 Tata Cara Perizinan Pengelolaan Limbah B3

Permen LH 30/2009 Tata Laksana periizinan dan Pengawasan Pengelolaan LB3

Kepmen LH 07/2001 Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup dan Pejabat Pengawas Lingkungan
Hidup Daerah;
Mekanisme Pengelolaan LB3 (From Cradle to Grave)
Pengguna
Pengguna
(7)
(7)
Pemanfaat
Pemanfaat
(4)
(4)

Pengangkut
Pengangkut
Pengangkut
Pengangkut (2)
(2) (2)
(2)

Penghasil Pengangkut Pengumpul


Pengumpul Pengangkut Penimbun/
Penimbun/
Penghasil Pengangkut Pengangkut Landfiller
(1)
(1) (2)
(2) (4) (2)
(2) Landfiller
(4) (6)
(6)

Pengangkut
Pengangkut
(2)
(2)

Pengolah Pengangkut
Pengangkut
Pengolah (2)
(5)
(5) (2)
Kewenangan dalam Perizinan dan Pengawasan PLB3 (PP
38 THN 2007)
Cat : izin Pengumpulan oli bekas masih pusat

Perizinan Pengawasan
Pengelolaan Pusat Provinsi Kab/Kota Pusat Provinsi Kab/Kota
Limbah B3

Penyimpanan
v v v v
Pengumpulan
v v v v v v
Pengangkutan
v v v v
Pemanfaatan
v v v v
Pengolahan
v v v v
Penimbunan
v v v v
DATA REKAPITULASI
PENGELOLAAN LIMBAH B3
(MANIFEST MASUK DI BPLHD
JABAR 2009 – 2011)
KONDISI SAAT INI
Rendahnya tingkat ketaataan
industri dalam melakukan pelaporan

Volume timbulan :
Limbah B3 Cair : 514.380 liter/Tahun
Limbah B3 padat : 1.734 ton/tahun

< 100 industri se Jawa Barat


Yang mengirim neraca
DAMPAK YANG TERJADI
Rawannya
tindak
pencemaran

Lemahnya data
Lemahnya
pengawasan
VALIDASI DATA
Industri
Penghasil Industri
(Manufactur / Pengelola
Jasa) Perlu adanya partisiasi
Identitas Identitas
Kab/Kota dalam
Perusahaan (Nama, Perusahaan (Nama, mendapatkan data
Jenis industri/jasa, jenis usaha,
alamat, No. alamat, No.
Tlp/Fax) Tlp/Fax)

Jenis limbah B3
yang dihasilkan Jenis Limbah B3
(fase padat/fase yang dikelola
cair)

Volume perbulan Izin pengelolaan


masing-masing limbah B3 dan titik
jenis limbah koordinat lokasi

Izin TPS dan titik


koordinat TPS
PELAKU PENGOLAHAN LIMBAH B3

• Penghasil
• Pengumpul DATABASE,
• Pengangkut REKOMENDASI,
• Pemanfaat
• Pengolah
IZIN,
• Penimbun PENGAWASAN ??
REKAPITULASI PENGELOLAAN LB 3
• Jumlah industri penghasil = 323 industri
• Jumlah timbulan limbah B3 = 8.272.702 Ton
• Jumlah Transporter = 38
• Jumlah Pengolah = 17
• Pemanfaat = 20

Sumber :
Manifest LB3 yang diterima oleh BPLHD antara Tahun 2010-2011
JUMLAH PENGELOLA LIMBAH B3 DI JAWA BARAT
(PERIZINAN TAHUN 2009 – 2011)

TAHUN KELUAR PENGUMPUL PEMANFAAT PENGOLAH PEMANFAAT PENGOLAH


IZIN SENDIRI SENDIRI

2009 5 4 8 9 2
2010 5 9 10 24
2011 6 5 5 13
JUMLAH 16 18 23 46 2

CATATAN :

 PEMANFAAT SENDIRI ADALAH PIHAK INDUSTRI YANG TELAH


MENDAPATKAN IZIN MEMANFAATKAN LIMBAH B3 YANG DIHASILKANNYA
 PENGOLAH SENDIRI ADALAH PIHAK INDUSTRI/KEGIATAN YANG TELAH
MENDAPATKAN IZIN MENGOLAH LIMBAH B3 YANG DIHASILKANNYA
(INSINERATOR)
 PEMILIK IZIN INSINERATOR MEDIS SAMPAI TAHUN 2011 : 4 FASILITAS (3
FASILITAS INSINERATOR UNTUK PENGOLAHAN SENDIRI, DAN 1
FASILITAS INSINERATOR UNTUK PENGOLAHAN LIMBAH MEDIS
KOMERSIAL)
Tanah yang terkena limbah zat kimia dalam konsentrasi di atas ambang batas,
mungkin tidak sakit meskipun mengandung unsur/senyawa kimia atau logam
berat yang berbahaya. Namun bila tanah tersebut ditanami, maka tanaman
tersebut akan mengakumulasi unsur/senyawa yang berbahaya, sehingga
dapat menimbulkan dampak negatif bagi kesehatan manusia dan hewan yang
mengkonsumsi produk tersebut.
1. Pembuangan limbah industri ke badan air sungai dapat menurunkan
produktivitas lahan sawah dan kualitas hasil tanaman karena air sungai
yang tercemar tersebut digunakan sebagai sumber air pengairan

2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa unsur-unsur logam berat (Cu, Zn,


Pb, Cd, Co, Ni, Cr) ditemukan dalam lumpur limbah

3. Pencemaran limbah industri ini menyebabkan menurunnya hasil


gabah antara 1-1,5 t/ha/musim

4. Menurunnya produktivitas lahan sawah menyebabkan berkurangnya


produksi gabah total dan pendapatan petani di daerah ini sehingga
berdampak terhadap menurunnya kegiatan ekonomi lain dan
mengancam ketahanan pangan
Sumber :
EVALUASI PENCEMARAN LIMBAH INDUSTRI TEKSTIL UNTUK KELESTARIAN LAHAN SAWAH (Husein
Suganda, Diah Setyorini, Harry Kusnadi, Ipin Saripin, dan Undang Kurnia )
Deskripsi Dampak Lingkungan
Penurunan Kualitas Tanah dan Penurunan Produksi Sawah
Hasil-hasil penelitian Fakultas Pertanian UNPAD dan Balai Penelitian dan
Pengembangan Tanah dan Agroklimat Bogor :
a. Rusaknya tanaman padi sawah di kecamatan Rancaekek adalah disebabkan karena
kandungan garam Natrium (Na) yang tinggi dalam tanah yaitu sekitar 47 – 300
ppm dibandingkan dengan kadar normal sekitar 10 ppm. Selain itu dalam tanah juga
terkandung unsur logam berat seperti Hg, Cd, Cr, Cu, dan Co serta unsur lain
seperti Fe dan Zn dalam konsentrasi yang cukup tinggi
b. Pertumbuhan padi sawah pada tanah yang terpapar air buangan tekstil jauh lebih
lambat dibanding tanah yang tidak terpapar. Penurunan berat gabah padi secara
signifikan ( 14,26-46,02% dan 79,38 – 98,37%) juga terjadi akibat air buangan
tekstil
c. Jumlah serapan logam berat Pb, Co,Cr, dan B terbesar di akar, jerami dan bulir
(kecuali Cd). Hal ini akan secara langsung berdampak buruk pada manusia yang
mengkonsumsinya.
d. Logam berat yang terakumulasi dalam tanah dan melampaui batas bawah kriteria
kritis dalam tanah adalah Zn, Co, dan Cr
DATA KERUGIAN PARA PETANI AKIBAT TERCEMAR LIMBAH CAIR INDUSTRI TEKSTIL PADA LAHAN SAWAH
DI WILAYAH KECAMATAN RANCAEKEK
TAHUN 2009
No. Desa Luas Luas Produksi Kerugian Harga Gabah Nilai Kerugian Musim
Baku Kena Normal Produksi GKP (Rp) Tanam
Sawah Limbah (Ton/Ha) Gabah (Rp/Ton) dalam
(Ha) (Ha) (Ton/Ha) Tahun
1. Bojongloa 287 80 6 5.49 2.300.000 4.040.640.000 2–1
2. Jelegong 265 175 6 5.49 2.300.000 8.838.900.000 2–1
3. Linggar 235 120 6 5.50 2.300.000 3.036.000.000 2–1
4. Sukamulya 196 40 6 5.40 2.300.000 1.987.200.000 2–1
Total 983 415 24 21.88 9.200.000 17.902.740.000 2–1

REKAPITULASI KERUGIAN PARA PETANI AKIBAT TERCEMAR LIMBAH CAIR INDUSTRI TEKSTIL PADA LAHAN SAWAH DI
WILAYAH KECAMATAN RANCAEKEK
TAHUN 1991 - 2009
No Desa 1991- 2008 (Rp) *) 2009 (Rp) Jumlah (Rp)
1 Bojongloa 39.552.920.000 4.040.640.000 43.593.560.000
2 Jelegong 41.731.940.000 8.838.900.000 50.570.840.000
3 Linggar 31.868.424.600 3.036.000.000 34.904.424.600
4 Sukamulya 18.906.200.000 1.987.200.000 20.893.400.000
Jumlah 132.059.484.600 17.902.740.000 149.962.224.600

Keterangan : *) Dihitung berdasarkan hasil survey lapangan Tanggal 29 April 2008


Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Bandung
Di lokasi jebol Kali Cikijing yg sdh dipasangi tanggul masih terdapat aliran air
ke lahan pertanian penduduk
Kondisi tanah di lahan pertanian warga
Terima Kasih
PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP
NOMOR 18 TAHUN 2009
TENTANG
TATA CARA PERIZINAN
PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN

Pasal 4
(1) Permohonan rekomendasi Menteri sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 3 ayat (1) wajib dilengkapi dengan persyaratan
sebagaimana tercantum dalam Lampiran I yang merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

(2) Pengangkutan limbah B3 hanya diperkenankan jika penghasil


telah melakukan kontrak kerja sama dengan perusahaan
pemanfaatan limbah B3, penimbun limbah B3, pengolah
limbah B3, dan/atau pengumpul limbah B3.

Anda mungkin juga menyukai