Anda di halaman 1dari 76

PENGELOLAAN DAN

PENGAWASAN EMISI
SUMBER TIDAK BERGERAK

Oleh:
M DENNY SILABAN

Asdep Pengendalian Pencemaran Manufaktur, Prasarana dan Jasa


Kementerian Lingkungan Hidup
Bandung, 11 Februari 2015
CONTENTS

1 Pengertian Pencemaran Udara

2 Peraturan Perundang-Undangan Sumber Tidak Bergerak

3 Teknologi Pengendalian Pencemaran Udara

4 Lubang Sampel dan Persyaratan Sarana Pendukung

5 Gambar Peralatan Pengendalian Pencemaran Udara


KUALITAS UDARA YANG KITA INGIKAN

seperti ini atau yang ini ??


Berbagai sumber EMISI mempengaruhi
kualitas Udara Ambien
1. Pengertian Udara

Ambien Emisi
1. Udara bebas dipermukaan Udara yang diemisikan dari setiap
bumi pada lapisan usaha dan atau kegiatan yang
troposfer, yang dibutuhkan mengeluarkan emisi dari sumbernya
dan dapat mempengaruhi
kesehatan manusia, makhluk
hidup dan unsur lingkungan
hidup lainnya

2. Udara dalam ruangan


Klasifikasi
UDARA

Emisi Ambien Gangguan

Sumber Sumber tidak


Ruangan Lingkungan kebauan
Bergerak bergerak
Udara yang Udara dalam Udara bebas dipermukaan
Udara yang
diemisikan dari setiap ruangan bumi pada lapisan
kebisingan
diemisikan dari
kegiatan yang (Hyperkes) troposfer, yang dibutuhkan
kendaraan bermotor mengeluarkan emisi dan dapat mempengaruhi
dari sumbernya kesehatan manusia, makhluk Getaran
hidup dan unsur lingkungan
Fugitive Emission hidup lainnya
– Emisi yang Keluar Dari
Ruang Proses Produksi
( Exhaust)
– Dari kebocoran Pipa
Gas/Bahan Kimia
– Pengolahan Air Limbah
– Penyimpanan Bahan
Pemantauan
Pemantauan Baku/Kimia
Pemantauan
Manual
Manual Kontinyu
POLUSI UDARA

Terkontaminasinya udara oleh bahan-bahan


(substances) dengan jumlah cukup besar Dari bentuknya, polusi udara
yang menyebabkan ketidaknyamanan, Dibedakan dalam bentuk Gas dan
keselamatan dan kesehatan. Partikulat

Dari sisi sumber, polusi udara dibedakan Dari pembentukannya, polusi udara
dibedakan dalam polutan: Primer dan
dalam sumber: Tetap (Industri) dan Tidak Sekunder.
tetap (bergerak atau kendaraan bermotor).
Polusi Udara
Sumber Polutan Primer dan Sekunder

Primer  Semua pencemar yang Sekunder  Semua pencemar


berada diudara dalam bentuk diudara yang sudah berubah
yang hampir tidak berubah (sama karena ada reaksi lebih lanjut
seperti pada waktu zat itu antara dua atau lebih
diemisikan dari sumbernya. kontaminan.
• Carbon monoxide (CO) – Ozone (O3)
• Nitrogen oxides (NOx) – Sulfur tioxide (SO3)
• Sulfur dioxide (SO2) – Nitric acid (HNO3)
• Volatile Organic Compounds
– Sulfuric acid (H2SO4)
(VOC’s)
– Hydrogen Peroxide (H2O2)
• Particulates (PM)
Dampak Pencemaran Udara Pada Kesehatan

MATA
Sistem saraf pusat Iritasi &
Keracunan ringan (lelah, peradangan
kurang gairah),
Keracunan sedang
(hipertensi, insomnia)
Keracunan beratan (nyeri
kepala disertai muntahm
kehilangan koordinasi) TENGGOROKAN
Peradangan

Saluran Cerna
Hipertensi, Gagal
ginjal
Kanker hati PARU-PARU
Kanker, flek & asma

SISTEM
REPRODUKSI JANTUNG
Infertilitas darah kekurangan oksigen
Dampak pencemaran udara

Parameter Dampak terhadap kesehatan dan lingkungan

Sulfur dioksida (SO2) Menimbulkan efek iritasi pada saluran nafas,


sehingga:
 menimbulkan gejala batuk sampai sesak nafas
 meningkatkan kasus asthma
Partikel debu melayang di Masuk kedalam sistem pernapasan sampai ke
udara (TSP, PM 10, PM bagian paru-paru terdalam, sehingga:
2,5)  menimbulkan infeksi saluran pernafasan atas,
jantung, bronchitis, asthma

Hidrokarbon (HC) Menimbulkan iritasi pada membran mukosa dan


bila terhisap oleh paru-paru akan menimbulkan
luka di bagian dalam dan timbul infeksi
Nitrogen Oksida (NOx) Keracunan gas NO2 menyebabkan susah
bernapas dan dapat menyebabkan kematian.
Bahan pencemar udara dari industri.

Parameter Sumber Pencemar


Sulfur dioksida (SO2) Pembangkit tenaga listrik, kilang minyak, pabrik baja/logam.
Partikel debu melayang di udara (TSP, Pabrik gas, pembangkit tenaga listrik, kilang minyak, pabrik semen, tempat
PM 10, PM 2,5) pembakaran sampah, pabrik keramik, pabrik peleburan logam.
Hidrokarbon (HC) kilang minyak.
Nitrogen Oksida (NOx) Pabrik pengolahan asam nitrat, pabrik baja/logam, pabrik pupuk.
Karbon dioksida (CO2) Sisa-sisa pembakaran dari industri
Amoniak (NH3) Pabrik pembuatan amoniak dan pengubahan amoniak (pabrik pupuk)
Klorine dan Hidrogen klorida Pabrik clorine, pabrik aluminium, pengolahan kembali logam.
Merkaptan Kilang minyak, pabrik pembuatan bubur kertas
Hidrogen Sulfida (H2S) Pembangkit tenaga listrik, pengecoran logam, vulkanisir/tambal ban dan
kegiatan pembakaran batu bara, Rayon
CS2 Rayon
Pengendalian Pencemaran Udara

Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya sistematis


dan terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dan
mencegah terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup
yang meliputi perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan,
pengawasan, dan penegakan hukum.

Pengendalian pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup


dilaksanakan dalam rangka pelestarian fungsi lingkungan hidup meliputi :
a. pencegahan;
b. penanggulangan; dan
c. pemulihan.

(Pasal 13 – pasal 56)


PENCEGAHAN
1. KLHS
2. Tata Ruang
3. Baku Mutu LH
4. Kriteria Baku Kerusakan LH
5. Amdal
6. UKL-UPL
7. Perizinan
8. Instrumen Ekonomi LH
9. Peraturan PUU berbasis LH
10. Anggaran berbasis LH
11. Analisis Resiko LH
12. Audit Lingkungan
13. Instrumen lain sesuai perkembangan Ilmu Pengetahuan

PENGENDALIAN PENANGGULANGAN
a. Pemberian informasi peringatan pencemaran dan/atau kerusakan LH
kepada Masyarakat.
b. Pengisolasian pencemaran dan/atau kerusakan LH
c. Penghentian sumber pencemar dan/atau kerusakan LH
d. Cara lain sesuai perkembangan Ilmu Pengetahuan

PEMULIHAN
a. Penghentian sumber pencemar dan pembersihan unsur pencemar;
b. Remediasi;
c. Rehabilitasi;
d. Restorasi;
e. Cara lain sesuai perkembangan Ilmu Pengetahuan
2. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
BIDANG PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA SUMBER TIDAK BERGERAK

1. Peraturan Pemerintah Nomor 41 tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara.


2. KepMen LH No. 13 Thn. 1995 tentang Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak.
3. KepMen LH No. 48 Thn. 1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan
4. KepMen LH No. 49 Thn. 1996 tentang Baku Mutu Getaran
5. KepMen LH No. 50 Thn. 1996 tentang Baku Tingkat Kebauan.
6. Permen LH No.133 Thn. 2004 tentang Baku Mutu Emisi Usaha Bagi Kegiatan Industri Pupuk.
7. Permen LH No.07 Thn 2007 tentang Baku Mutu Emisi Udara Sumber Tidak Bergerak Bagi Usaha dan atau
Kegiatan Bagi Ketel Uap
8. PermenLH No.21 Thn. 2008 tentang Baku Mutu Emisi Udara Sumber Tidak Bergerak Bagi Usaha dan atau
Kegiatan Pembangkit Tenaga Listrik Termal
9. Permen LH No.18 Thn 2008 tentang Baku Mutu Emisi Udara Sumber Tidak Bergerak Bagi Usaha dan atau
Kegiatan Carbon Black
10. Permen LH No.17 Thn 2008 tentang Baku Mutu Emisi Udara Sumber Tidak Bergerak Bagi Usaha dan atau
Kegiatan Industri Keramik
11. KepMen LH No. 13 Thn. 2009 tentang Baku Mutu Emisi Udara Sumber Tidak Bergerak Bagi Usaha dan atau
Kegiatan Minyak dan gas Bumi.
12. KepDal No. 205 Thn1995 tentang Pedoman Teknis Pengendalian Pencemaran Udara Sumber Tidak
Bergerak
BAKU MUTU LINGKUNGAN HIDUP
Penentuan terjadinya pencemaran lingkungan hidup diukur melalui baku mutu
lingkungan hidup

Pasal 20 ayat (1), UU PPLH


Kepmen
No. 13
BM Tahun
AMDAL/UK 1995
L-UPL Lampiran
BM
Nasional VB
Spesifik
Jenis
BM
Industri
Daerah
Spesifik
Jenis
Industri
Setiap orang yang melakukan usaha dan/atau kegiatan yang mengeluarkan emisi
dan/atau baku tingkat gangguan ke udara ambien wajib:
a. menaati baku mutu udara ambien, baku mutu emisi, dan baku tingkat gangguan yang
ditetapkan untuk usaha dan/atau kegiatan yang dilakukan;
b. melakukan pencegahan dan/atau penanggulangan pencemaran udara yang
diakibatkan oleh usaha dan/atau kegiatan yang dilakukannya;
c. memberikan informasi yang benar dan akurat kepada masyarakat dalam rangka upaya
pengendalian pencemaran udara dalam lingkup usaha dan/atau kegiatannya

Pasal 21, PP. 41/1999 PP UDARA


UU PPLH NO. 32 1. Baku mutu udara
TAHUN 2009 ambien;
2. Baku mutu emisi;
BAKU MUTU
3. Baku mutu gangguan;
LINGKUNGAN HIDUP
4. Baku mutu lain sesuai
dengan perkembangan
ilmu pengetahuan &
Penentuan teknologi.
Terjadinya
Ps 20 ayat 3
Pencemaran Diukur Setiap orang diperbolehkan untuk membuang
Melalui Baku Mutu limbah ke media lingkungan hidup dengan
persyaratan:
Lingkungan Hidup a. memenuhi baku mutu lingkungan hidup;
(Ps 20 Ayat 1) dan
b. mendapat izin dari Menteri, gubernur, atau
bupati /walikota sesuai dengan
kewenangannya.
Pasal 98
(1) Setiap orang yang dengan sengaja
UU No. 32
melakukan perbuatan yang Tahun 2009
mengakibatkan dilampauinya baku mutu
udara ambien, baku mutu air, baku mutu Pasal 99
air laut, atau kriteria baku kerusakan (1) Setiap orang yang karena kelalaiannya
lingkungan hidup, dipidana dengan mengakibatkan dilampauinya baku mutu
pidana penjara paling singkat 3 (tiga) udara ambien, baku mutu air, baku mutu
tahun dan paling lama 10 (sepuluh) tahun air laut, atau kriteria baku kerusakan
dan denda paling sedikit lingkungan hidup, dipidana dengan
Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah) dan pidana penjara paling singkat 1 (satu)
paling banyak Rp10.000.000.000,00 tahun dan paling lama 3 (tiga) tahun dan
(sepuluh miliar rupiah). denda paling sedikit Rp1.000.000.000,00
(satu miliar rupiah) dan paling banyak
Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah).

Pasal 100
(1) Setiap orang yang melanggar baku mutu air limbah, baku
mutu emisi, atau baku mutu angguan dipidana, dengan
pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan denda paling
banyak Rp3.000.000.000,00 (tiga miliar rupiah).
(2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
hanya dapat dikenakan apabila sanksi administratif yang telah
dijatuhkan tidak dipatuhi atau pelanggaran dilakukan lebih
dari satu kali.
Kepmen LH No. 13 Tahun 1995 tentang
Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak

Pasal 2 ayat (1) Pasal 7 ayat (1) :


Baku mutu emisi sumber tidak bergerak untuk Setiap penanggungjawab jenis kegiatan
jenis kegiatan : sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1)
a. Industri besi dan baja sebagaimana tersebut wajib memenuhi ketentuan sebagai berikut:
dalam Lampiran IA dan Lampiran IB; a. membuat cerobong emisi yang dilengkapi
b. Industri pulp and paper sebagaimana tersebut dengan sarana pendukung dan alat
dalam Lampiran IIA dan Lampiran IIB; pengaman;
c. Pembangkit listrik tenaga uap berbahan bakar b. memasang alat ukur pemantauan yang
batubara sebagaimana tersebut dalam meliputi kadar dan laju alir volume untuk
Lampiran IIIA dan Lampiran IIIB setiap cerobong emisi yang tersedia serta
d. Industri semen sebagaimana tersebut dalam alat ukur arah dan kecepatan angin;
Lampiran IVA dan Lampiran IVB c. melakukan pencatatan harian hasil emisi
yang dikeluarkan dari setiap cerobong emisi;
Pasal 3 ayat (2)
d. menyampaikan laporan hasil pemeriksaan
Selama baku mutu emisi sebagaimana dimaksud
sebagaimana dimaksud dalam huruf ©
dalam ayat (1) belum ditetapkan, maka jenis
kepada Gubernur dengan tembusan kepada
kegiatan di luar jenis kegiatan sebagaimana
Kepala badan sekurang-kurangnya sekali
dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) berlaku baku
dalam 3 (tiga) bulan;
mutu emisi sebagaimana dimaksud dalam
e. melaporkan kepada Gubernur serta Kepala
Lampiran V Keputusan ini.
Badan apabila ada kejadian tidak normal
dan/atau dalam keadaan darurat yang
mengakibatkan baku mutu emisi dilampaui
Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan
Nomor: KEP-205/BAPEDAL/07/1996 Tentang Pedoman Teknis
Pengendalian Pencemaran Udara Sumber Tidak Bergerak.

Kewajiban perusahaan antara lain meliputi:


a) Pemberian nomor atau kode pada cerobong
b) Periode pemantauan;
c) Penetapan lokasi pemantau emisi dan udara ambien;
d) Pemasangan alat pemantauan kualitas udara emisi (CEM);
e) Pengambilan contoh uji dan analisis kualitas emisi gas buang;
f) Persyaratan cerobong, meliputi:
• Pengaturan cerobong.
• Lubang sampling.
• Sarana pendukung.
INVENTARISASI SUMBER PENCEMAR

 Jumlah sumber usaha / kegiatan yang menghasilkan emisi.


 Parameter serta beban emisi yang dihasilkan persatuan
waktu pada masing – masing sumber kegiatan.
 Jumlah penggunaan bahan bakar dan bahan kimia yang
berpotensi menghasilkan emisi / tahun/bulan
 Sebaran sumber emisi serta potensi masing –masing
sumber di Kabupaten/Kota
 Koordinat/posisi masing - masing sumber pencemar
ALUR PEMANTAUAN EMISI UDARA Sumber Emisi :
• Proses Produksi
• Utilitas

Cerobong Emisi Udara

Fugitive Emisi
Persyaratan Peralatan
Teknis Pengendali Konsentrasi
Pencemaran
Udara Ambien
Jumlah Parameter

Pelaporan Konsentrasi
Manual Hasil
Setiap 6 bulan
Pemantauan
Data Series
3 Bulan
Pelaporan Setiap 3
CEM Hasil
bulan

Jumlah Data
Series 3 bulan

Operasi Normal Data Harian (18 jam) % Pemenuhan


75% BM
3. Teknologi Pengendalian
Pencemaran Udara

• Teknologi pengendalian pencemaran


udara dirancang untuk memenuhi Faktor-faktor yang mempengaruhi
kebutuhan proses itu atau perlindungan dalam pemilihan teknologi
lingkungan. pengendalian atau rancangan
system pengendalian meliputi:
• Teknologi yang dipilih dengan 1. Karakter gas buang atau efluen
penerapan susunan alat pengendali 2. Tingkat pengurangan yang
sehingga memenuhi persyaratan yang dibutuhkan
telah disusun dalam rancangan proses. 3. Teknologi komponen alat
pengendalian pencemaran
• Rancangan proses pengendalian 4. Kemungkinan perolehan
pencemaran ini harus dapat memenuhi senyawa pencemar yang
persyaratan yang dicantumkan dalam bernilai ekonomik.
peraturan pengelolaan lingkungan.

• Rancangan ini harus


mempertimbangkan factor ekonomi.
SUMBER KEGIATAN YANG MENGHASILKAN EMISI
No. SUMBER JENIS KEGIATAN/USAHA
1. Boiler Seluruh jenis Kegiatan/usaha
2. Genzet Seluruh jenis Kegiatan/usaha
3. Diesel Engine Seluruh jenis Kegiatan/usaha
4. Uap Proses Produksi PLTP
5. Flare dari Proses Produksi: Eksplorasi dan Produksi Migas ; Pengilangan
LNG Dan LPG Terpadu ; Pengilangan Minyak
Bumi
6. Gathering Station Gas Vent dari Eksplorasi dan Produksi Migas
Proses Produksi
7. Gas Processing Plant dari Eksplorasi dan Produksi Migas ; Pengilangan
Proses Produksi LNG Dan LPG Terpadu
8, Gas Vent on Glycol Dehidration Eksplorasi dan Produksi Migas
Unit dari Proses Produksi
9. Storage Vessel dari Proses Eksplorasi dan Produksi Migas
Produksi
Bahan pencemar udara dari industri.
Parameter Sumber Pencemar
Sulfur dioksida (SO2) Pembangkit tenaga listrik, kilang minyak, pabrik baja/logam.

Partikel debu melayang di Pabrik gas, pembangkit tenaga listrik, kilang minyak, pabrik
udara (TSP, PM 10, PM 2,5) semen, tempat pembakaran sampah, pabrik keramik, pabrik
peleburan logam.
Hidrokarbon (HC) kilang minyak.
Nitrogen Oksida (NOx) Pabrik pengolahan asam nitrat, pabrik baja/logam, pabrik
pupuk.
Karbon dioksida (CO2) Sisa-sisa pembakaran dari industri

Amoniak (NH3) Pabrik pembuatan amoniak dan pengubahan amoniak (pabrik


pupuk)
Klorine dan Hidrogen klorida Pabrik clorine, pabrik aluminium, pengolahan kembali logam.

Merkaptan Kilang minyak, pabrik pembuatan bubur kertas

Hidrogen Sulfida (H2S) Pembangkit tenaga listrik, pengecoran logam,


vulkanisir/tambal ban dan kegiatan pembakaran batu bara.
Dampak pencemaran udara

Parameter Dampak terhadap kesehatan dan lingkungan

Sulfur dioksida (SO2) Menimbulkan efek iritasi pada saluran nafas,


sehingga:
• menimbulkan gejala batuk sampai sesak nafas
• meningkatkan kasus asthma

Partikel debu melayang Masuk kedalam sistem pernapasan sampai ke bagian


di udara (TSP, PM 10, paru-paru terdalam, sehingga:
PM 2,5) • menimbulkan infeksi saluran pernafasan atas,
jantung,
bronchitis, asthma

Hidrokarbon (HC) Menimbulkan iritasi pada membran mukosa dan bila


terhisap oleh paru-paru akan menimbulkan luka di
bagian dalam dan timbul infeksi
Nitrogen Oksida (NOx) Keracunan gas NO2 menyebabkan susah bernapas
dan dapat menyebabkan kematian.
BEBERAPA CARA MENGURANGI TIMBULAN EMISI

Mengganti/hilangin
Penghapusan pengoperasian proses potensial
secara keseluruhan/sebagian menimbulkan
pencemaran

Modifikasi pabrik Menganti bahan baku, bahan


bakar, mesin,
Sumber tidak
bergerak •Alokasi daerah akan tercemar
•Pembatasan tingkat tercemar
Relokasi pabrik •Membuat peraturan tentang izin konstruksi
baru yang akan dijalankan
•Mengisolasi daerah sekitar sumber agar
tidak dihuni
Penerapan teknologi
pengendalian pencemaran
yang tepat/sesuai dengan Cyclone, EP,
karakteristik pencemar Scrubber dll
PRINSIP KERJA ALAT PENGENDALI
PENCEMARAN

 Menyaring
 Menghisap /Menangkap (Adsorbsi)
 Menyerap ( Absorbsi)
 Mengedapkan/Grafitasi
 Merubah Ujud Dari Gas Ke Cairan
 Membakar
PENGELOLAAN LIMBAH UDARA & ALAT
PENGENDALI
Secara umum limbah udara dibagi menjadi : 2 Gas &
Partikulat

Pengelolaan limbah udara adalah bagaimana


menangani kedua jenis polutan tersebut

Pahami karakteristik limbah udara yang dihasilkan


 Menentukan alat pengendali yang akan digunakan

Baku mutu emisi dan faktor ekonomi


e
Jenis Kegiatan Sumber Emisi Alat pengendali
n Peleburan besi
 


Raw material handling  partikulat
Furnace (BOF atau EAF, etc)  partikulat
• Partikulat : scrubber,
baghouse dan ESP

g Pulp dan Kertas




acid pickling and regeneration  partikulat dan HCl Fume
Digester TRS


HCl fume : scrubber
Partikulat : ESP

el
  • Bleaching plant  Cl2, ClO2 • TRS : scrubber alkalin
• Chemical recovery plant  
• Recovery furnace  Particulat + TRS
ol •
• Smell dissolving tank Partikulat +TRS
Lime kiln Partikulat +TRS

a Semen
 


Preparation, miling+grinding, conveying Particulat
Kiln  Partikulat + gas-gas hasil pembakaran (SO2 & NO2)
• siklon untuk menangkap
partikel berukuran “besar”
• Pendinginan klinker dan Pengemasan  partikula • Partikulat  ESP,
a PLTU berbahan • Proses “produksi” pembakaran batu bara  menghaslkan steam
Baghouse, Siklon
Partikulat : ESP

n bakar batu bara


  •
 penggerak turbin penghasil listrik
Sehingga sumber emisi bearsal dari proses pembakaran batu
 

Li
bara Partikulat + gas-gas hasil pembakaran (SO2 dan NO2)
Pupuk Ammonium • Drier scrubber  partikulat + ammonia (NH3) • Partikulat : scrubber,
Sulfat • Saturator  ammonia (NH3) baghouse
m  
Pupuk Urea


Exhaust Gas Scrubber  ammonia (NH3)
Primary reformer  NO2


NH3  ammonia stripper
Partikulat : scrubber,

b   • Prilling Tower/granulasi  partikulat + ammonia (NH3)



baghouse
NH3  ammonia stripper
Pupuk Asam Fosfat • Penyimpanan bahan ball mill  partikulat • Partikulat : scrubber,
a   •

Fume Scrubber  flour
Gas Scrubber (alumunium Flouride)  partikulat + flour  
baghouse

h •

Unit asam sulfat  SO2
Dust scrubber (Cement retarder)  partikulat + flour

U Keramik
 


Raw material handling
Finishing + glazing
• Partikulat : scrubber,
baghouse
• Kiln  emisi dari penggunaan bahan bakar (SO2, NO2) dan • SO2 : scrubber
d partikulat

ar
Penerapan teknologi pengendalian
yang tepat
• Pengendali kering: settling chamber, cyclone, inertia
separator, electrostatik dan fabric filter

• Pengendali basah: wet scrubber, spray tower, venturi


scrubber, impingement plate scrubber, dynamic
centrifugal dan scrubber.

• Sedangkan untuk pengendali gas dapat digunakan: alat


pengendali berupa combustion (pembakaran), absorpsi,
adsorpsi serta kondensasi
Fabric filter
Fabric filter adalah alat yang
digunakan untuk memisahkan
partikel kering dari emisi gas,
biasanya udara atau udara
pembakaran. Pada fabric filter gas
dialirkan kedalam dan melewati
beberapa buah bag filter yang
disusun secara parallel, sehingga
debu yang ada pada aliran gas akan
menempel pada fabric. Udara yang
telah melewati fabric tersebut
menjadi bersih.

Keuntungan
• Mempunyai efisiensi sangat tinggi pada Kerugian
• Membutuhkan area yang luas
partikel yang kecil
• Dapat dioperasikan pada beragam jenis • Fabric dapat rusak terhadap suhu tinggi dan zat
debu kimia yang korrosif
• Dapat dioperasikan pada debit aliran yang • Tidak dapat dioperasikan pada udara yang
sangat ekstrim lembab
• Kehilangan tekanan yang rendah • Mempunyai potensi mudah terbakar dan
meledak
Bag House
Alat Pengendali Debu Cyclone

• Cyclones adalah sebuah alat yang simple yang dipergunakan


untuk memisahkan partikel yang relative besar dari emisi gas.
• Ukuran efektif yang dapat disisihkan adalah 5-10µm.
• Dalam aplikasi industry, cyclone biasanya digunakan sebagai
pembersih awal (pre-cleners) secara prinsip ada 2 buah
mekasisme yang dilibatkan dalam penyisihan partikel, yaitu
centrifugal dan gaya grafitasi.
• Gas dialirkan kedalam inlet, gas tersebut dipaksa untuk
berputar sehingga partikel yang besar mengalami benturan
terhadap dinding cyclone dan jatuh pada dinding cyclone
yang kemudian dikumpulkan oleh hopper.

Keuntungan
•Biaya yang murah
•Dapat beroperasi pada suhu dan tekanan yang tinggi
•Lebih efisien dari settling chamber
•Efektif pada diameter 5-10µm

Kerugian
•Tidak efektif pada diameter partikel yang kecil
Cyclone
Cyclone
Alat Pengendali Debu EP (Electrostatic ESP adalah alat pengendalian
Precipitator) pencemaran udara dengan
memanfaatkan gaya elektrostatik
untuk mengendapkan partikel
tersuspensi pada gas. Pada saat ini
ESP digunakan untuk mengontrol
emisi fly ash dari emisi generator.
ESP ini juga efektif digunakan untuk
mengontrol emisi partikel dari kiln
semen, pabrik kertas, pabrik asam,
sintering operation dan banyak
lainnya. ESP didesain untuk
mengumpulkan partikel dengan
diameter 0,1 µm sampai 10 µm,
dengan tingkat efisiensi mencapai
99%.

Kelebihan
•Efisiensi mencapai 99% dalam penanganan partikel yang Kekurangan
•Modal yang besar
kecil
•Dapat bekerja pada range temperature 175 – 700oC •Tidak dapat mengontrol gas emisi
•Dapat menangani partikel yang kering maupun basah •Tidak fleksibel
•Dapat menangani volume gas yang besar dengan •Butuh area yang luas
•Tidak dapat bekerja pada resistansi elektrik yang
kehilangan tekanan yang rendah
•Biaya operasional yang rendah, kecuali pada efisiensi yang sangat tinggi
tinggi
Electrostatic Precipitator
Bahan Filter
Type Mekanis Filter
Wadah Debu
Scrubbers
Scrubbers
Dust collection system of electric furnace
4. Lubang Sampel dan Persyaratan Sarana Pendukung

KEPUTUSAN KEPALA BAPEDAL NOMOR 205 TAHUN 1996 TENTANG PEDOMAN


TEKNIS PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA
SUMBER TIDAK BERGERAK

a. Pengambilan contoh uji dan analisis sebagaimana tersebut dalam Lampiran II


b. Persyaratan cerobong sebagaimana tersebut dalam Lampiran III yang
meliputi:
1. Pengaturan cerobong.
2. Lubang sampling.
3. Sarana pendukung.
c. Unit pengendalian pencemaran udara sebagaimana tersebut dalam Lampiran
IV yang antara lain:
1. Electrostatic Precipitator.
2. Siklon
3. Pengumpul proses basah (Wet Process
Collector).
4. Cartridge Collector.
5. Baghouse
Persyaratan Berdasarkan
Keputusan Kepala BAPEDAL No.: Kep.205/BAPEDAL/07/1996 Lampiran III
Pedoman Teknis Pengendalian Pencemaran Udara

Persyaratan teknis corobong sesuai Lampiran III meliputi:


 Tinggi cerobong sebaiknya 2 – 21/2 kali tinggi bangunan sekitar sehingga lingkungan sekitarnya tidak terkena turbulensi.
 Kecepatan aliran gas dari cerobong sebaiknya lebih besar dari 20 m/detik sehingga gas-gas yang keluar dari cerobong
akan terhindar dari turbulensi.
 Gas-gas dari cerobong dengan diameter lebih kecil dari 5 feet dan tinggi kurang dari 200 feet akan mengakibatkan
konsentrasi di bagian bawah menjadi tinggi.
 Konsentrasi maksimum bagian permukaan tanah dari cerobong gas-gas (agar terjadi difusi) biasanya terjadi pada jarak 5 –
10 kali tinggi cerobong downwind.
 Konsentrasi maksimum zat pencemar berkisar antara 0,001 – 1% dari konsentrasi zat pencemar dalam cerobong.
 Konsentrasi di permukaan dapat dikurangi dengan menggunakan cerobong yang tinggi. Variasi konsentrasi pencemar
pada permukaan akan berbanding terbalik dengan kuadrat tinggi cerobong efektif.
 Warna cerobong harus mencolok sehingga terlihat.
 Cerobong dilengkapi dengan pelat penahan angin yang melingkari cerobong secara memanjang ke arah ujung atas.
 Puncak cerobong sebaiknya terbuka, jika pihak industri perlu memberi penutup (biasanya cerobong kecil/rendah) maka
penutup berbentuk segitiga terbalik
 Setiap cerobong diberi nomor dan dicantumkan dalam denah industri.
205…..lanjutan

Persyaratan lubang sampling sesuai Lampiran III:


 Lokasi lubang pengambilan sampel sebaiknya pada posisi 2 di bagian atas dan 8 dibagian bawah ( 2D
dan 8D D= diameter cerobong)
 Diameter lubang sampel sekurang-kurangnya sepuluh sentimeter
 Lubang pengambilan sampel harus memakai tutup dengan sistem pelat flange yang dilengkapi
dengan baut
 Arah lubang pengambilan sampel tegak lurus dinding cerobong

Persyaratan Pendukung:
 tangga besi dan selubung pengaman berupa pelat besi
 Lantai kerja (landasan pengambil sampel) dengan ketentuan:
 dapat mendukung beban minimal 500 kilogram
 keleluasaan kerja bagi minimal tiga orang
 lebar lantai kerja terhadap lubang pengambilan sampel adalah 1,2 meter dan melingkari cerobong.
 pagar pengaman setinggi satu meter
 dilengkapi dengan katrol pengangkat alat pengambil sampel.
 Stop kontak aliran listrik sesuai dengan peralatan yang digunakan, yaitu voltase 220V, 30A, single
phase, 50Hz Ac.
 Penempatan sumber aliran listrik dekat dengan lubang pengambil sampel
 Sarana dan prasarana pengangkutan serta perlengkapan keamanan pengambilan sampel bagi
petugas disediakan oleh industrri.
Cara Pemilihan Lokasi Pengukuran Emisi
(lokasi lubang sampling)

Pemilihan lokasi pengukuran


dilaksanakan pada suatu tempat
paling sedikit 8 kali diameter
cerobong dari aliran bawah
(hulu) dan 2 kali diameter dari
aliran
atas (hilir) dan bebas dari
sembarang
gangguan aliran seperti
bengkokan, ekspansi, atau
pengecilan aliran didalam
cerobong.
L
W
PENEMPATAN 2D 2De
SAMPLING
POINT

8D
2xLxW 2xDxd
De = ---------- 8De De = ----------
L+W D+d
2D

8D
Silentser

2D 8D

Silentser

Genset / Genset /
Boiler Boiler
DIAMETER LUBANG SAMPLE
10 cm DAN PENUTUPNYA (FLANGE)

Ø : 10 cm / 4 Inchi
Konsep pengendalian pencemar
sumber emisi tidak bergerak

2D
Unit Pengendali
a. Electrostatic
Precipitator.
b. Siklon.
c. Pengumpul proses
basah (Wet
Process Collector).
d. Cartridge
Collector.
e. Baghouses. 8D

Proses
pembakara
n
Penetapan lubang sampling

2D

8D
Contoh Perhitungan:

Cerobong emisi berbentuk bulat dengan


diameter bagian bawah besar dan
mengecil pada bagian atas. Diameter 1.34 m
bagian bawah : 1 meter dan bagian atas
0.50 meter, Rumus yang digunakan
De=2 x d x D / (D+d)
De = 2x1x0.5 / (1+0.50) = 1 / 1.5 = 0.67

Posisi lubang sampling 8De dan 2 De =

E
8 x 0.67 = 5.36 dan 2 x 0.67 = 1.34
5.36m
Jadi letak lubang sampel pada posisi

S
diantara 5.36 meter dari bawah dan 1.34
meter dari atas cerobong.

P
Contoh laporan perbaikan cerobong
Contoh Sistem Pengendalian Emisi Terpusat
Contoh Sistem Pengendalian Emisi Terpusat
RINGKASAN PENAATAN PENGENDALIAN PENCEMARAN
UDARA SUMBER TIDAK BERGERAK

1 Penaatan terhadap Sumber Emisi (cerobong)

2 Penaatan Terhadap Jumlah Parameter Yang Dipantau


Pengendalian
Pencemaran
Udara Ketaatan Thd Jumlah Data Per-Parameter Yang Dilaporkan
3
PP No.41 / 99

4 Penaatan Terhadap Pemenuhan BMEU

5 Penaatan terhadap ketentuan Teknis


Sistem Pemantauan emisi secara kontinu (CEM)
Bag House Filter Pabrik Peleburan

Debu dari Bag House Filter


Bag House Fillter yang
tidak mempunyai
Cerobong
Sumber Emisi ??
CEROBONG

Sumber emisi
dari kegiatan
welding

Apa yang
harus
dilakukan??
Hood & Duct
• Hood  Tudung / cerobong yang dipasang tepat
di atas sumber emisi atau sangat dekat dengan
sumber emisi
• Duct  atau pipa yang dihubungkan dengan
hood, juga dihubungkan dengan air cleaner
(pembersih udara)
• Air cleaner  harus mampu mengumpulkan
bahan kimia pencemar (kontaminan yang ada di
udara) dari suatu konsentrasi sehingga tdk
menyebabkan pencemaran
Hood & Duct
Emisi Udara Proses Produksi
Penempatan
lubang
sampling
Proses Menghasilkan Pencemaran Berbahaya
Penempatan
Lubang
sampling
pemenuhan persyaratan teknis
TERIMA KASIH

Asdep Pengendalian Pencemaran Manufaktur, Prasarana dan Jasa


Jl. DI Panjaitan Kav. 24
Telp/ fax: 021 85906677

Anda mungkin juga menyukai