Oleh:
Rachmat Hidayat
Juru Bicara Forum Komunikasi Lintas Asosiasi Pengguna Air
(GAPMMI, ASPADIN, ASRIM, AROBIM, APSARI, AIPS)
Dibatalkan MK
UU 11/1974 ttg UU 7/2004 ttg SDA
Sejak 18 Feb 2015
PENGAIRAN
PERGUB PERBUP/PERWALI
Rekomendasi teknis
SIPA
SIPMA 2
SEKILAS UU 7/2004
• UU 7/2004 mencabut berlakunya UU 11/1974.
• Peraturan pelaksanaan UU 7/2004 yaitu PP 42/2008 dan PP 43/2008 juga mencabut peraturan
perundangan mengenai sumber daya air sebelumnya.
• Sejak berlakunya UU 7/2004 yaitu tahun 2004, semua produk peraturan perundangan yang mengatur
tentang SDA dan pemanfaatan SDA dibuat berdasarkan UU 7/2004 dan tidak lagi berdasarkan UU
11/1974 dan peraturan pelaksanaannya.
• Termasuk di dalam peraturan perundangan ini adalah: PP, PERMEN PU, PERDA PROV, PERDA
KAB/KOTA, PERGUB dan PERBUP/PERWALI.
• Dengan demikian semua produk hukum yang terkait SDA dan pemanfaatannya sejak 2004 adalah
berdasarkan UU 7/2004. Termasuk di sini adalah Surat Izin Pemanfaatan Air Tanah (SIPA) dan Surat
Izin Pemanfaatan Air Mata Air (SIPMA).
• Semua industri yang menggunakan air, apabila tidak menggunakan air PAM, dapat dipastikan
memiliki izin SIPA atau SIPMA atau Izin Pemanfaatan Air Permukaan.
3
SEKILAS UU 7/2004
• Dengan dibatalkannya UU 7/2004 oleh Mahkamah Konstitusi maka secara logika hukum formal berarti semua
peraturan perundangan di bawah UU 7/2004 termasuk produk hukum berupa “IZIN” menjadi kehilangan dasar
hukum.
• Dampaknya adalah semua industri yang memnfaatkan air dengan dasar perizinan berupa SIPMA atau SIPA
kehilangan dasar hukum juga.
• Memang MK menyatakan bahwa untuk mengisi kekosongan hukum maka UU 11/1974 dinyatakan berlaku kembali.
• Akan tetapi hal ini belum menyelesaikan masalah karena sejak 2004 tidak ada lagi peraturan perundangan terkait
SDA serta produk hukum di bawahnya yang berdasarkan UU 11/1974 ini. Dengan kata lain tetap ada ketidakpastian
hukum bagi industri yang memiliki SIPA atau SIPMA atau Izin Pemanfaatan Air Permukaan.
• Situasi ini sangat membahayakan industri nasional yang menggunakan air seperti industri makanan dan minuman,
industri pengolahan hasil pertanian dan perkebunan, industri tekstil, industri kimia, industri perhotelan dsb yang
berjumlah ribuan di seluruh Indonesia.
• Agar situasi ketidakpastian hukum ini dapat diatasi, industri meminta agar Pemerintah segera menerbitkan produk
undang-undang yang dapat menghubungkan semua peraturan perundangan terkait SDA saat ini dengan UU 11/1974.
Mungkin bentuknya bisa PERPPU, PP PERPRES atau yang lainnya.
4
PERIZINAN
Izin
Izin Pengeboran,
Pengeboran,
Izin
Izin Pemakaian
Pemakaian dan
dan Izin
Izin Pemakaian,
Pemakaian,
Izin
Izin Pengambilan
Pengambilan Pengusahaan
Pengusahaan dan
dan Izin
Izin
Pengusahaan
Pengusahaan
Masih Berlaku
Habis Perpanjang
Baru
SE Menteri PUPR No
04/SE/M/2015
5
PROSES PERPANJANGAN DAN PENGAJUAN IZIN
Perijinan industri pengguna air sudah memenuhi 6 (enam) prinsip MK :
6
REALISASI INVESTASI MAKANAN DAN MINUMAN
1.2
4% 100%
1
0.8
Industri AMDK
0.6
Lainnya PDAM
0.4
96% 0.2
0
0
8
LATEST UPDATE FROM KEMENPUPR
9
RPP SPAM
(Rancangan Peraturan Pemerintah tentang
Sistem Penyediaan Air Minum)
10
PEMENUHAN KEBUTUHAN SENDIRI OLEH
MASYARAKAT
Kelompok masyarakat dapat berperan serta dalam
penyelenggaraan SPAM untuk memenuhi kebutuhan sendiri
pada kawasan yang belum terjangkau pelayanan air minum
oleh Pengelola Air Minum
Kelompok
masyarakat
Kelompok Masyarakat mendapatkan pendampingan dari
Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah Daerah untuk
menjamin kualitas penyelenggaraan SPAM
BUMN / BUMD
UPT
UPTD
Kelompok Masyarakat membentuk
D koperasi/kelompok/himpunan/badan pengelola SPAM untuk
mengoperasikan dan memelihara, serta mengembangkan
SPAM
11
PELIBATAN SWASTA
• Dalam hal hak rakyat atas air sudah terpenuhi dan masih ada ketersediaan air,
Pemerintah dan pemerintah daerah dapat memberikan izin kepada usaha swasta untuk
melakukan pengusahaan atas air dengan syarat tertentu dan ketat.
• Syarat tertentu dan ketat sebagaimana dimaksud ditetapkan berdasarkan prinsip dasar:
a) Pengaturan tarif ditetapkan oleh Pemerintah atau pemerintah daerah;
b) Pengendalian oleh Negara dalam hal kualitas, kuantitas, dan kontinuitas;
c) Penyampaian laporan pengelolaan secara berkala kepada Pemerintah atau
pemerintah daerah; dan
d) Pelaksanaan audit oleh institusi yang ditunjuk oleh Pemerintah atau
pemerintah daerah sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
12
WEWENANG DAN TANGGUNG JAWAB
Melaksanakan penyelenggaraaan SPAM dan SPAL lintas Kab/Kota
Menetapkan Kebijakan dan Strategi Nasional
Menyusun Kebijakan dan Strategi penyelenggaraan SPAM dan SPAL
Provinsi
Melaksanakan penyelenggaraan SPAM yang bersifat Membentuk BUMD dan/atau UPTD provinsi sebagai pengelola air
KHUSUS, kepentingan strategis nasional, dan lintas minum dan air limbah
provinsi
14