Albertus Magnus adalah seorang filsuf Jerman yang berpendapat bahwa harga suatu
barang seharusnya sama dengan biaya dan tenaga yang dikorbankan untuk
menciptakan barang tersebut. Pendapat itu dikenal dengan istilah “harga yang adil
dan pantas”. Dengan berpatokan pada harga yang adil dan pantas, unsure etika harus
disertakan dalam aktivitas tukar menukar barang. Kalau seeorang menetapkan harga
jauh melebihi biaya-biaya dan pengorbanan tenaga yang dibutuhkan untuk
enciptakan barang tersebut, berarti dia telah melanggar etika dan tidak pantas
dihormati.
c) PETER ABAELARDUS (1079-1180)
Ia termasuk orang konseptualisme dan sarjana terkenal dalam sastra romantik, sekaligus
sebagai rasionalistik, artinya peranan akal dapat menundukkan kekuatan iman. Iman
harus mau didahului oleh akal. Yang harus dipercaya adalah apa yang telah disetujui
atau dapat diterima oleh akal. Abaelardus berpendapat bahwa berpikir itu berada di luar
iman(di luar kepercayaan). Karena itu berpikir merupakan sesuatu yang berdiri sendiri.
d) WILLIAM OCKHAM (1285-1349 M)
Ia merupakan tokoh pemikir yang berada paling akhir masa skolastik. Menurut pendapatnya,
terdapat tiga cara untuk mengenal, yaitu lewat indra, akal, instuisi. Dengan indra kita akan
mendapatkan pengetahuan tentang benda-benda berjasad, yang sifatnya tidak sempurna.
Dengan akal kita akan mendapatkan bentuk-bentuk pengertian yang abstrak berdasar pada
sajian atau tangkapan indra. Dengan instuisi kita dapat mendapatkan pengetahuan yang lebih
tinggi. Hanya dengan instuisi inilah kita akan dapat mempersatukan apa yang oleh akal tidak
dapat dipersatukan.
C. Pandangan dan kondisi aliran skolastik dalam perekonomian .
Walaupun persoalan ekonomi sudah ada sejak zaman purbakala, analisis rinci
tentang usaha untuk mencapai tujuan-tujuan ekonomi tersebut belum tampak hingga
abad ke-XV. Menurut Landerth (1976), harus sejak abad ke 15, ketika masyarakat
petani Eropa memulai proses industrialisasi, cabang ilmu sosial yang berhubungan
dengan analisis ekonomi muncul. Kemunculan tersebut karena lahirnya pemikiran-
pemikiran ekonomi dari kaum skolastik (scholasticism). Ciri utama dari aliran ekonomi
skolastik adalah kuatnya hubungan antara ekonomi dengan masalah etis serta besarnya
perhatian pada masalah keadilan. Hal ini tidak lain karena jaran-ajaran skolastik
mendapat pengaruh yang sangat kuat dari ajaran gereja. Pada zaman pertengahan
(medieval), ajaran-ajaran gereja memang jauh lebih dominan dibanding ekonomi.
Begitu juga konstribusi khusus penulis-penulis medieval terhadap teknik ekonomi
lemah. Asumsi-asumsi mereka adalah: bahwa kepentingan ekonomi adalah sub-ordinat
dari pengorbanan (salvation), dan bahwa perilaku ekonomi adalah salah satu aspek
perilaku pribadi yang terikat dengan aturan-aturan moralitas. Orang masa itu
menganggap kekayaan materi perlu sebab tanpa materi orang tidak bisa menghidupi
diri sendiri, apalagi menolong orang lain. Bagaimanapun juga, motif ekonomi sangat
dikecam. Pandangan gereja tentang perdagangan dapat digambarkan
oleh kalimat: “The merchant can scarcely or never be pleased to God”.
D.Kesimpulan
Dari pembahasan di atas kita dapat mengetahui bahwa , Pemikiran kaum skolastik
menekankan pada kuatnya hubungan ekonomi dengan masalah etika, serta besarnya
perhatian pada masalah keadilan. Hal ini disebabkan karena tokoh-tokoh aliran tersebut
dipengaruhi dengan kuat oleh ajaran gereja. Pada zaman pertengahan, ajaran-ajaran
gereja memang jauh lebih dominan disbanding ekonomi. Begitu juga kontribusi khusus
penulis-penulis abad pertengahan terhadap teknik teori ekonomi lemah. Asumsi yang
dipakai adalah kepentingan ekonomi adalah sub-ordinat dari pengorbanan, serta
perilaku ekonomi adalah salah satu aspek perilaku abadi yang terikat dengan aturan-
aturan moralitas. Metode pemikiran dari skolastik adalah dengan mempertanyakan
sesuatu, kemudian melakukan interptretasi, melakukan proses deduktif dan logika dari
pengalaman manusia dengan didasari kejujuran dan kewenangan.
Orang di jaman itu menganggap kekayaan materi perlu sebab tanpa materi tidak bias
menghidupi diri sendiri, apalagi menolong orang lain. Bagaimanapun juga, motif
ekonomi sangat dikecam, digambarkan dengan kalimat “the merchant can scarely or
never be pleased to God”. Tokoh-tokoh yang dari aliran ini antara lain Peter
Abaelardus, St. Albertus Magnus, St. Thomas Aquinas, William Ockham, dan Nicolas
Cusasus.
TERIMA KASIH