Anda di halaman 1dari 13

EVALUASI

KEBUTUHAN RASA
AMAN DAN
NYAMAN

SYURNI SYASMI
TUTI DEVITA
III C
PENGERTIAN RASA NYAMAN DAN
NYERI
– Kolcaba (2015) megungkapkan kenyamanan/rasa nyaman adalah suatu keadaan telah terpenuhinya
kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan akan ketentraman (suatu kepuasan yang meningkatkan penampilan
sehari-hari), kelegaan (kebutuhan telah terpenuhi), dan transenden (keadaan tentang sesuatu yang melebihi
masalah dan nyeri). Kenyamanan mesti dipandang secara holistik yang mencakup empat aspek yaitu:
– Fisik, berhubungan dengan sensasi tubuh.
– Sosial, berhubungan dengan hubungan interpersonal, keluarga, dan sosial.
– Psikospiritual, berhubungan dengan kewaspadaan internal dalam diri sendiri yang meliputi harga diri,
seksualitas, dan makna kehidupan).
– Lingkungan, berhubungan dengan latar belakang pengalaman eksternal manusia seperti cahaya, bunyi,
temperatur, warna, dan unsur alamiah lainnya. 
Meningkatkan kebutuhan rasa nyaman diartikan perawat telah
memberikan kekuatan, harapan, hiburan, dukungan, dorongan,
dan bantuan.

Secara umum dalam aplikasinya pemenuhan kebutuhan rasa


nyaman adalah kebutuhan rasa nyaman bebas dari rasa nyeri,
dan hipo / hipertermia. Hal ini disebabkan karena kondisi nyeri
dan hipo / hipertermia merupakan kondisi yang mempengaruhi
perasaan tidak nyaman pasien yang ditunjukan dengan
timbulnya gejala dan tanda pada pasien.
Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan wang tidak
menyenangkan, bersifat sangat subyektif karena
perasaan nt-eri berbeda pada setiap orang dalam hal
skala atau tingkatannya, dan hanya pada orang
tersebutlah yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi
rasa nyeri yang dialaminya.
KLARIFIKASI NYERI
– Berdasarkan sumbernya
– Cutaneus/ superfisial, yaitu nyeri yang mengenai kulit/ jaringan subkutan. Biasanya bersifat burning (seperti
terbakar). (ex: terkena ujung pisau atau gunting)
– Deep somatic/ nyeri dalam, yaitu nyeri yang muncul dari ligament, pembuluh Darah, tendon dan syaraf,
nyeri menyebar & lebih lama daripada cutaneous. (ex: sprain sendi)
– Visceral (pada organ dalam), stimulasi reseptor nyeri dlm rongga abdomen, cranium dan thorak. Biasanya
terjadi karena spasme otot, iskemia, regangan jaringan
– Berdasarkan penyebab:
– Fisik. Bisa terjadi karena stimulus fisik (Ex: fraktur femur)
– Psycogenic. Terjadi karena sebab yang kurang jelas/susah diidentifikasi, bersumber dari emosi/psikis dan
biasanya tidak disadari. (Ex: orang yang marah-marah, tiba-tiba merasa nyeri pada dadanya)
FISIOLOGI NYERI

– Fisiologi nyeri merupakan alur terjadinya nyeri dalam tubuh. Rasa nyeri merupakan sebuah mekanisme yang
terjadi dalam tubuh, yang melibatkan fungsi organ tubuh, terutama sistem saraf sebagai reseptor rasa nyeri.
– Reseptor nyeri adalah organ tubuh yang berfungsi untuk menerima rangsang nyeri. Organ tubuh yang
berperan sebagai reseptor nyeri adalah ujung syaraf bebas dalam kulit yang berespon hanya terhadap
stimulus kuat yang secara potensial merusak. Reseptor nyeri disebut juga nosireceptor, secara anatomis
reseptor nyeri (nosireceptor) ada yang bermielien dan ada juga yang tidak bermielin dari syaraf perifer.
– Berdasarkan letaknya, nosireseptor dapat dikelompokkan dalam beberapa bagaian tubuh yaitu pada kulit
(Kutaneus), somatik dalam (deep somatic), dan pada daerah viseral, karena letaknya yang berbeda-beda
inilah, nyeri yang timbul juga memiliki sensasi yang berbeda.
– Nosireceptor kutaneus berasal dari kulit dan sub kutan, nyeri yang berasal dari daerah ini biasanya mudah
untuk dialokasi dan didefinisikan.
Proses Terjadinya Nyeri

Mekanisme nyeri secara sederhana dimulai dari transduksi stimuli akibat kerusakan
jaringan dalam saraf sensorik menjadi aktivitas listrik kemudian ditransmisikan melalui
serabut saraf bermielin A delta dan saraf tidak bermielin C ke kornu dorsalis medula
spinalis, talamus, dan korteks serebri. Impuls listrik tersebut dipersepsikan dan
didiskriminasikan sebagai kualitas dan kuantitas nyeri setelah mengalami modulasi
sepanjang saraf perifer dan disusun saraf pusat. Rangsangan yang dapat
membangkitkan nyeri dapat berupa rangsangan mekanik, suhu (panas atau dingin) dan
agen kimiawi yang dilepaskan karena trauma/inflamasi.
STIMULUS NYERI
1.Motorik disebabkan karena
– Gangguan dalam jaringan tubuh
– Tumor, spasme otot
– Sumbatan dalam saluran tubuh
– Trauma dalam jaringan tubuh
2.Thermal (suhu)
– Panas dingin yang ekstrim
3.Kimia
– Spasme otot dan iskemia jaringan
SKALA NYERI
– Intensitas Nyeri 
Intensitas nyeri adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri
dirasakan oleh individu, pengukuran intensitas nyeri sangat
subjektif dan individual dan kemungkinan nyeri dalam
intensitas yang sama dirasakan sangat berbeda oleh dua orang
yang berbeda oleh dua orang yang berbeda. Pengukuran nyeri
dengan pendekatan objektif yang paling mungkin adalah
menggunakan respon fisiologik tubuh terhadap nyeri itu
sendiri.
– Menurut smeltzer, S.C bare B.G (2012) adalah sebagai berikut :
– 1) skala intensitas nyeri deskritif
– 2) Skala identitas nyeri numerik
– 3) Skala analog visual
– 4) Skala nyeri menurut bourbanis

Keterangan :
– 0 :Tidak nyeri
– 1-3 : Nyeri ringan : secara obyektif klien dapat berkomunikasi dengan baik.
– 4-6 : Nyeri sedang : Secara obyektif klien mendesis,menyeringai, dapat menunjukkan lokasi nyeri, dapat mendeskripsikannya, dapat
mengikuti perintah dengan baik.
– 7-9 : Nyeri berat : secara obyektif klien terkadang tidak dapat mengikuti perintah tapi masih respon terhadap tindakan, dapat
menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih posisi nafas panjang dan distraksi
– 10 : Nyeri sangat berat : Pasien sudah tidak mampu lagi berkomunikasi, memukul.
– Karakteristik paling subyektif pada nyeri adlah tingkat keparahan atau intensitas nyeri tersebut. Klien seringkali diminta untuk
mendeskripsikan nyeri sebagai yang ringan, sedang atau parah. Namun, makna istilah-istilah ini berbeda bagi perawat dan klien. Dari
waktu ke waktu informasi jenis ini juga sulit untuk dipastikan.
–  
Evaluasi rasa aman dan nyaman
(NYERI)
1.Tindakan Farmakologis
–Umumnya nyeri direduksi dengan cara pemberian terapi farmakologi. Nyeri
ditanggulangi dengan cara memblokade transmisi stimulant nyeri agar
terjadi perubahan persepsi dan dengan mengurangi respon kortikal
terhadap nyeri
–Adapun obat yang digunakan untuk terapi nyeri adalah :
–Analgesik Narkotik
–Obat – obat nonsteroid
–2.Tindakan Non Farmakologis
Menurut Tamsuri (2016), selain tindakan farmakologis untuk menanggulangi nyeri ada pula tindakan
nonfarmakologis untuk mengatasi nyeri terdiri dari beberapa tindakan penaganan berdasarkan :
Penanganan fisik/stimulasi fisik meliputi :
–Stimulasi kulit
–Stimulasi electric (TENS)
– Akupuntur
–Plasebo

Intervensi perilaku kognitif meliputi :


–Relaksasi
–Umpan balik biologis
–Hipnotis
–Membantu mengubah persepsi nyeri melalui pengaruh sugesti positif.
–Distraksi
–Guided Imagery (Imajinasi terbimbing)
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai