PPs 12 GMG
MENGAPA HARUS ADIL
Keadilan merupakan suatu prinsip moral yang bersifat universal, karena di dalamnya terkandung nilai-nilai pokok yang
dibutuhkan seluruh ummat manusia.
Hukum ingin mencapai keseimbangan agar hubungan yang ditimbulkan oleh kepentingan masyarakat agar tidak terjadi
kekacauan.
Untuk menjamin keseimbangan tersebut maka diperlukan tujuan hukum
Keberlakukan prinsip keadilan ditunjukkan dari setiap tujuan dari sistem hukum yang dibangun setiap bangsa berupaya
mewujudkan keadilan bagi semua orang.
Gustav Radbruch dalam teorinya Rechtsidee menyatakan bahwa tujuan ideal hukum meliputi:
1. Keadilan (Grechtmategheit)
2. Kemanfaatan (Doelmaghteit)
3. Kepastian (Rechmategheit)
TIGA NILAI DASAR HUKUM
1. Keadilan (Grechtmategheit)
2. Kemanfaatan (Doelmaghteit)
3. Kepastian (Rechmategheit
DINAMISASI TUJUAN/NILAI DASAR
HUKUM
Prinsip keadilan dapat ditemukan dalam setiap peraturan perundang-undangan sebagaimana asas
konstitusionalisme dalam negara hukum.
Dalam dasar negara Indonesia yang juga berfungsi sebagai sumber daripada semua sumber hukum, yakni
Pancasila, konsep keadilan mendapat porsi utama dalam ideologi berbangsa.
Sila kedua menyatakan “Kemanusiaan yang adil dan beradab”, kemudian sila kelima menyatakan “Keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”.
Terhadap dua kata “adil” yang muncul pada dua sila dalam Pancasila tersebut mengindikasikan bahwa
keadilan merupakan salah satu prinsip utama yang harus diperhatikan dalam menyelenggarakan negara.
TUJUAN NEGARA
Indonesia merupakan negara hukum, hal ini ditegaskan dalam Pasal 1 ayat 3 UUD NRI TAHUN 1945 berbunyi “Negara
Indonesia Adalah Negara Hukum”.
Artinya Negara menegakkan kekuasaan hukum sebagai kekuasaan yang tertinggi (supreme).
Dalam Teori Kedaulatan Hukum atau Rechts Souvereineteit, supremasi hukum mengandung arti bahwa hukum memiliki
kekuasaan tertinggi dalam suatu negara.
Penguasa, rakyat dan negara , harus tunduk pada hukum.
Dalam negara hukum modern, supremasi hukum menunjuk pada ”the rule of law, and not of man” (hukum yang
memerintah dalam suatu negara, bukan kehendak manusia).
Dalam posisi sebagai negara hukum tersebut, maka produk-produk hukum yang dilahirkan harus mengacu dan bersumber
dari hukum-hukum dasar yakni Pancasila dan UUD NRI Tahun 1945.
DUA MACAM KEADILAN MENURUT
ARISTOTELES
Mengenai Keadilan distributif, John Rawls dalam bukunya A Theory of Justice melalui teori Justice as Fairness (Keadilan sebagai
Kelayakan).
John Rawls menjelaskan semenjak keadaan alamiah (state of nature, status naturalis) dimana kehendak dibuat perjanjian masyarakat
(social contract) untuk beralih ke keadaan bermasyarakat (status civilis).
Menurut Rawls ini merupakan situasi yang layak (fair) untuk memperkirakan apa yang merupakan kemauan orang-orang.
Dalam situasi ini orang-orang selayaknya sepakat atas dua asas, yaitu: Pertama, “Asas Kebebasan (liberty principle), yaitu setiap orang
mempunyai hak-hak yang sama atas kebebasan dasar yang paling luas, sama luasnya dengan kebebasan serupa dari orang-orang lain.
Asas ini karena orang-orang selayaknya membutuhkan kesetaraan dalam penerapan hak dan kewajiban dasar”
Kedua, “Asas Perbedaan (difference principle), yaitu ketimpangan sosial dan ekonomi harus diatur sedemikian rupa sehingga memenuhi
dua hal: Semua posisi dan jabatan terbuka bagi semua orang menurut syarat-syarat kesetaraan peluang yang fair (fair equality of
opportunity); dan Keuntungan terbesar untuk anggota -anggota masyarakat yang paling tidak beruntung”
Hal demikian berkonsekwensi pada pemberian keuntungan bagi semua orang, khususnya kepada orang-orang yang paling tidak
beruntung.
DUA MACAM KEADILAN MENURUT
ARISTOTELES
2. Keadilan Komutatif
Aristoteles menjelaskan sebagai keadilan yang bersifat membetulkan (rectificatory justice), “yaitu keadilan yang memberikan kepada setiap
orang sama banyaknya dengan tidak mengingat jasa-jasa perseorangan
Keadilan ini berlaku untuk hubungan antar individu, dimana hubungan ini ada yang bersifat sukarela (voluntary), seperti dalam jual beli dan
sewa menyewa, dan ada yang bersifat tidak suka rela (involuntary) seperti pencurian dan pembunuhan.
Penerapan keadilan ini terutama dalam hubungan antar individu, misalnya pertukaran barang dan jasa yang terjadi, sedapat mungkin terdapat
persamaan atau kesetaraan yang dipertukarkan.
Keadilan yang bersifat membetulkan (rectificatory justice) ini dipertahankan oleh Immanual Kant dalam bidang hukum pidana, khususnya
dalam penerapan hukuman mati. Kant berpendapat bahwa hukuman pengadilan dikenakan semata-mata karena orang melakukan kejahatan.
Dalam hal ini keadilan berpegang pada asas persamaan (principle of equality).
Barangsiapa melakukan pembunuhan harus mati.
Baik keadilan distributif maupun keadilan komutatif sekalipun tampak berbeda, tetapi keduanya merupakan keadilan karena masing-masing
dimaksudkan untuk diterapkan pada bidang yang berbeda. Keadilan distributif dimaksudkan untuk diterapkan pada hubungan masyarakat ,
khususnya negara, dan individu. Sedangkan keadilan komutatif dimaksudkan untuk diterapkan pada hubungan antar individu.
KEADILAN SOSIAL
Negara Pancasila adalah negara bangsa yang berkeadilan sosial, yang berarti bahwa negara
sebagai penjelmaan manusia yang merupakan Makhluk Tuhan Yang Maha Esa, sifat kodrat
individu dan makhluk sosial bertujuan untuk mewujudkan suatu keadilan dalam hidup
bersama (Keadilan Sosial).
Keadilan sosial tersebut didasari dan dijiwai oleh hakikat keadilan manusia sebagai
makhluk yang beradab, sebagaimana dimaksud pada sila kedua. Manusia pada hakikatnya
adalah adil dan beradab, yang berarti manusia harus adil terhadap diri sendiri, adil terhadap
Tuhannya, adil terhadap orang lain dan masyarakat serta adil terhadap lingkungan alamnya.
TIGA WUJUD KEADILAN SOSIAL
Sebagai suatu negara yang berkeadilan sosial maka negara Indonesia yang berlandaskan Pancasila sebagai
suatu negara kebangsaan, mempunyai tujuan untuk melindungi segenap warganya dan seluruh tumpah darah,
memajukan kesejahteraan umum, serta mencerdaskan warganya (tujuan khusus). Selain itu masih
mempunyai tujuan yang berkorelasi dengan dunia internasional, yakni “…..ikut menciptakan ketertiban
dunia yang berdasarkan kemerdekaan perdamaian abadi dan keadilan sosial”.
Dalam pengertian ini maka negara Indonesia sebagai negara kebangsaan adalah berdasar keadilan sosial
dalam melindungi dan mensejahterakan warganya, demikian pula dalam pergaulan masyarakat internasional
berprinsip dasar pada kemerdekan serta keadilan dalam hidup masyarakat.
DASAR HUKUM KEADILAN SOSIAL
Realisasi dan perlindungan keadilan dalam hidup bersama dalam suatu negara kebangsaan, mengharuskan negara untuk
menciptakan suatu peraturan perundang-undangan.
Dalam pengertian inilah maka negara kebangsaan yang berkeadilan sosial harus merupakan suatu negara yang
berdasarkan atas hukum.
Sehingga sebagai suatu negara hukum harus terpenuhi adanya tiga syarat pokok yaitu ; pengakuan dan perlindungan atas
hak-hak asasi manusia, peradilan yang bebas, dan legalitas dalam arti hukum dalam segala bentuknya.
Konsekuensinya sebagai suatu negara hukum yang berkeadilan sosial maka negara Indonesia harus mengakui dan
melindungi hak-hak asasi manusia, yang tercantum dalam Undang-Undang Dasar NRI Tahun 1945 Pasal 27 ayat (1) dan
(2),Pasal 28, Pasal 29 ayat (2), Pasal 31 ayat (1).
Indonesia sebagai suatu negara yang berkeadilan maka negara berkewajiban melindugi hak-hak asasi warganya,
sebaliknya warga negara berkewajiban mentaati peraturan perundang-undangan sebagai manifestasi keadilan legal dalam
hidup bersama.
WUJUD KEADILAN SOSIAL
Keadilan sosial diwujudkan dalam kehendak dalam melaksanakan kesejahteraan umum, yakni kepada sekalian
masyarakat yang meliputi warga negara dan penduduknya.
Keadilan sosial di bidang kemasyarakatan menjadi suatu segi dari “perikeadilan” yang beriringan dengan
“perikemanusiaan” yang sempat dilanggar oleh penjajah pada zaman penjajahan, hal ini merupakan salah satu pesan
rumusan Pembukaan alinea pertama.
Selain itu, demokrasi politik juga berhubungan dengan keadilan sosial yang berwujud pada pemberian hak yang sama
kepada segala warga dalam hukum dan susunan masyarakat negara, sebagaimana dirumuskan dalam Pasal 27 dan 31
UUD 1945:
1. Persamaan kedudukan di dalam hukum dan pemerintahan,
2. Kewajiban menjunjung hukum dan pemerintahan,
3. Hak yang sama atas pekerjaan dan penghidupan yang layak,
4. Hak untuk mendapatkan pengajaran.
KEADILAN POLITIK DAN EKONOMI
Keadilan politik dan keadilan ekonomi merupakan substansi terdepan dari keadilan sosial
yang mencita-citakan perkembangan masyarakat dengan harapan supaya kesejahteran umum
dapat terlaksana.
Keadilan sosial memberi perimbangan pada kedudukan individu dalam masyarakat dan
negara.
Dengan adanya keadilan sosial dalam sila kelima dari dasar filsafat negara Pancasila, maka
berarti bahwa di dalam negara Pancasila, makmur dan “kesejahteraan umum” sebagaimana
amanat Pembukaan UUD 1945 tersebut harus terwujudkan dalam bentuk keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia.
KEADILAN SOSIAL MENURUT PEMBUKAAN UUD NRI TAHUN 1945
Keadilan sosial menurut Pembukaan UUD NRI Tahun 1945 dimaksudkan tidak hanya bagi rakyat Indonesia sendiri, akan
tetapi juga bagi seluruh umat manusia.
Keadilan sosial dapat dikembalikan pula kepada sifat kodrat manusia monodualis, sehingga keadilan sosial adalah sesuai
pula dengan sifat hakekat negara kita sebagai negara monodualis, yakni di dalam keadilan sosial itu terkandung satu
kesatuan yang statis tak berubah yaitu antara kepentingan individu dan kepentingan umum haruslah mewujud dalam
keseimbangan yang dinamis.
Mengenai kepentingan mana yang harus diutamakan, maka harus menyesuaikan situasi dan kondisi, yang pada umumnya
adalah kepentingan orang banyak (publik) lebih didahulukan daripada kepentingan perseorangan (individu).
Hal ini bersesuaian dengan latar belakang sosial budaya masyarakat Indonesia yang komunal
TUGAS NEGARA DALAM MEMELIHARA KEADILAN SOSIAL
Memelihara kepentingan umum, yang khusus mengenai kepentingan negara sendiri sebagai
negara;
Memelihara kepentingan umum dalam arti kepentingan bersama daripada para warga
negara, yang tidak dapat dilakukan oleh para warga negara sendiri;
Memelihara kepentingan bersama dari warga negara perseorangan yang tidak seluruhnya
dapat dilakukan oleh warga negara sendiri, dalam bentuk bantuan dari negara;
Memelihara kepentingan dari warga negara perseorangan, yang tidak seluruhnya dapat
diselenggarakan oleh warga negara sendiri, dalam bentuk bantuan dari negara, ada kalanya
negara memelihara seluruhnya kepentingan perseorangan (fakir miskin, anak terlantar);
TUGAS NEGARA DALAM MEMELIHARA KEADILAN SOSIAL
Tidak semua bangsa Indonesia dalam keseluruhannya harus dilindungi, juga suku bangsa,
golongan warga negara, keluarga, warga negara perseorangan;
Tidak cukup ada kesejahteraan dan ketinggian martabat kehidupan umum bagi seluruh
bangsa, juga harus ada kesejahteraan dan martabat kehidupan tinggi bagi suku bangsa,
setiap golongan warga negara, setiap keluarga, setiap warga negara
perseorangan.pemeliharaannya, baik diselenggarakan oleh negara maupun oleh
perseorangan sendiri, tidak dengan atau dengan bantuan negara
PEMBANGUNAN SEBAGAI REALISASI PRINSIP KEADILAN SOSIAL
Realisasi dari prinsip keadilan sosial tidak lain adalah dengan jalan pembangunan yang benar-benar dapat
dilaksanakan dan berguna serta dinikmati oleh seluruh lapisan rakyat.
Pembangunan Nasional merupakan suatu upaya untuk mecapai tujuan negara, sehingga Pembangunan
Nasional harus senantiasa meletakkan asas keadilan sebagai dasar operasional serta dalam penentuan
berbagai macam kebijaksanaan dalam pemerintahan negara.
Karena itu sangat terang bahwa di dalam negara Pancasila harus meniadakan segala bentuk kepincangan
sosial dan kepincangan pembagian kekayaan nasional.
Kepincangan-kepincangan demikian bukan saja tidak menjamin terwujudnya keadilan sosial, bahkan dapat
menjadi faktor penghambat dari kesetiakawanan yang menjadi kekuatan penting dalam usaha kita untuk
sama-sama memikul beban pembangunan. Untuk itu perlu dikembangkan sikap adil terhadap sesama,
menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban serta menghormati hak-hak orang lain.
SILA KEDUA “KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN BERADAB”,
MENGANDUNG MAKNA
Percaya, bahwa manusia ciptaan dan makhluk Tuhan, setiap manusia sama
martabatnya, dan berhak atas kesempatan yang sama untuk hidup sehat,
sejahtera dan bahagia;
Menjadi kewajiban setiap orang untuk menghormati dan memperlakukan orang lain/sesama
man usia dengan cara yang baik, sopan dan santun, sebagaimana setiap orang diperlakukan
oleh orang lain;
Setiap warga negara dan bangsa Indonesia serta hukum Indonesia mengakui hak-hak asasi
manusia dan negara Republik Indonesia berbentuk republik. Dengan lain perkataan bahwa,
kami menginginkan kehidupan berbangsa dan bernegara yang demokratis;
SILA KEDUA “KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN BERADAB”,
MENGANDUNG MAKNA
jika semua dan setiap orang berhak atas hak-hak asasi manusianya, maka yang membatasi hak asasi manusia seseorang itu
adalah hak asasi manusia orang-orang lain.
Paham inilah yang mendasari pengertian bangsa Indonesia, yang cinta damai dan hidup kekeluargaan/kebersamaan, karena
saling hormat-menghormati, sopan santun, tanpa menonjolkan diri sendiri;
Bangsa Indonesia percaya, bahwa terbentuknya bangsa Indonesia sebagai satu materi, adalah berkat Kehendak dan Rahmat
Tuhan Yang Maha Esa (sila Ketuhanan Yang Maha Esa) dan bahwa setiap anak Bangsa Indonesia adalah sama satu dan yang
lain, lagi pula percaya pada hak asasi manusia, maka filsafah Pancasila juga mengajarkan, bahwa setiap warga negara wajib
menghormati kebebasan (privacy) warga negara dalam cara hidup, cara berpikir dan cara percaya/ menganut agamanya
masing-masing, termasuk memilih kepercayaan dan agamanya sendiri, sepanjang tidak mengganggu, melanggar dan
menghalang-halangi orang lain untuk juga menganut kepercayaan dan/atau agamanya sendiri, tanpa dihalang-halangi or-
ang lain;
SILA KEDUA “KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN BERADAB”,
MENGANDUNG MAKNA
Dengan lain perkataan: Republik Indonesia menganut sila Ketuhanan Yang Maha Esa, namun Republik Indonesia bukan
dan tidak pemah akan menjadi negara agama (tertentu). Karena itu, Republik Indonesia mengakui eksistensi
berkembangnya agama-agama lokal Indonesia maupun agama-agama dunia, sepanjang agama itu:
Mengakui/percaya akan adanya Tuhan Yang Maha Esa;
Tidak memperkenankan mengadakan tindakan-tindakan provokatif terhadap penganut agama lain, tetapi tetap toleran
terhadap penganut agama lain sesuai asas Bhinneka Tunggal lka. Jadi sekalipun warga negara Indonesia berbeda agama,
namun kami tetap satu bangsa di dalam keseragaman/suku, kepercayaan/agama/kedudukan sosial dan/atau ekonomi atau
polltis dari pola kehidupan sehari-hari, sesuai dengan falsafah Hak Asasi Manusia, Ketuhanan Yang Maha Esa, sila
Persatuan Bangsa dan sila Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Bangsa dan Negara Indonesia selalu hidup rukun dan damai; baik secara internasional maupun dengan lain-lain bangsa
dan negara, atas dasar saling hormat-menghormati demi pelestarian hidup di bumi, perdamaian dunia dan peningkatan
kesejahteraan bangsa- bangsa dengan lain-lain bangsa dan negara atas dasar saling hormat-menghormati demi pelestarian
hidup di bumi, perdamaian dunia dan peningkatan kesejahteraan bangsa- bangsa
MAKNA SILA KELIMA “KEADILAN SOSIAL BAGI SELURUH
RAKYAT INDONESIA”,
Sesungguhnya sila kelima ini menetapkan tujuan dan misi bangsa Indonesia bersatu di
tahun 1928 dan ketika bangsa Indonesia di tahun 1945 membentuk satu negara kesatuan
Republik Indonesia.
Keadilan sosial bagi seluruh bangsa secara umum juga merupakan tujuan Negara
kesejahteraan yang berlandaskan hukum (Social Rechtstaat). Sebagaimana kita saksikan di
atas, kalau Sila Kedua berkaitan dengan Sila Pertama, begitu juga dengan Sila Kelima yang
merupakan konsekuensi dari Sila Ketiga (Persatuan Indonesia), Sila Kedua (Kemanusiaan
yang Adil dan Beradab) dan Pertama (Ketuhanan Yang Maha Esa).
MAKNA SILA KELIMA “KEADILAN SOSIAL BAGI SELURUH
RAKYAT INDONESIA”,
Sila kelima ini menetapkan tujuan dan misi bangsa Indonesia bersatu di tahun 1928 dan
ketika bangsa Indonesia di tahun 1945 membentuk satu negara kesatuan Republik
Indonesia.
Keadilan sosial bagi seluruh bangsa secara umum juga merupakan tujuan Negara
kesejahteraan yang berlandaskan hukum (Social Rechtstaat).
Sila Kedua berkaitan dengan Sila Pertama, begitu juga dengan Sila Kelima yang
merupakan konsekuensi dari Sila Ketiga (Persatuan Indonesia), Sila Kedua (Kemanusiaan
yang Adil dan Beradab) dan Pertama (Ketuhanan Yang Maha Esa).
KEADILAN SOSIAL DALAM PANCASILA
Pancasila membawa keseimbangan antara kepentingan individu dan masyarakat, karena sila kedua yang
mementingkan individu diimbangi oleh sila ketiga terkait persatuan bangsa dan sila kelima mengenai keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Menurut Notohamidjojo, keadilan sosial menuntut supaya manusia hidup dengan layak dalam masyarakat.
Masing-masing harus diberi kesempatan menurut menselijke waardigheid (kepatutan kemanusiaan).
Dalam Pembangunan dan pelaksanaan pembangunan kepatutan juga harus dikedepankan selain mengandalkan
keadilan.
Istilah kepatutan kemanusiaan dapat pula disebut dengan kepatutan yang wajar, proporsional atau bermartabat.
KEADILAN SOSIAL DALAM PANCASILA
Keadilan sosial dalam Negara Hukum Pancasila merupakan konsep keadilan yang utuh dan menyeluruh, meliputi segala
sektor kehidupan berbangsa dan bernegara yang harus dilaksanakan oleh semua warga bangsa terutama pemerintah,
sehingga seluruh rakyat dapat menikmati keadilan dalam kehidupan jasmani dan rohaninya, meliputi segala aspek
kehidupannya, serta mendapatkan sumber-sumber kekayaan dan pelayanan negara secara adil berdasarkan Pancasila dan
UUD NRI Tahun 1945.
Sedangkan produk hukum yang dihasilkan dalam negara hukum Pancasila wajib untuk senantiasa mengacu pada prinsip
sumber daripada sumber hukum, yakni Pancasila.
Salah satunya dalam hal ini adalah berwujud pada produk-produk hukum yang berprinsipkan keadilan sosial.
TUGAS 12 PPs
1. Apa (maksud dan tujuan), Mengapa (Ltr blk/alasan) dan bagaimana ( cara/metode
untuk mencapai tujuan) Keadilan Sosial
2. Anda deskripsikan keadilan sosial dalam/menurut Pancasila
3. Anda paparkan wujud keadilan sosial di bidang ekonomi
4. Anda jelaskan pernyataan ini : “Keadilan sosial hanya mungkin dengan makin
memberdayakan warga, dan bukan justru memperlemah dan melucuti hak-haknya;
dengan menghormati dan menjamin kedaulatan rakyat dan bukannya, atas nama
apapun, justru merampas dan mengingkarinya.
TERIMA KASIH
GMG