Anda di halaman 1dari 202

BIMBINGAN UKMPPD

FK UHKBP NOMMENSEN
MEDAN (NEUROLOGI)

Dr. dr. Leo Simanjuntak, Sp.OG


dr. Patrick Anando Simanjuntak

1
1
Tn. Jack, 30 tahun dibawa keluarga ke IGD RS karena penurunan kesadaran.
Terdapat riwayat demam 3 minggu yang lalu disertai nyeri kepala. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan TD 130/80, nadi 80x/menit, suhu 37,8oC. Pada
pemeriksaan neurologis didapatkan kaku kuduk (+), Laseque sign (+), dan
Kernig sign (+). Pada pemeriksaan penunjang didapatkan cairan serebrospinal
berwarna agak kekuningan, terdapat limfosit, peningkatan protein, dan glukosa
yang rendah. Diagnosis pada kasus diatas adalah...
A. Meningitis bakterial
B. Meningitis TB
C. Meningitis virus
D. Meningitis fungal
E. Meningoensefalitis
1
Tn. Jack, 30 tahun dibawa keluarga ke IGD RS karena penurunan kesadaran.
Terdapat riwayat demam 3 minggu yang lalu disertai nyeri kepala. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan TD 130/80, nadi 80x/menit, suhu 37,8oC. Pada
pemeriksaan neurologis didapatkan kaku kuduk (+), Laseque sign (+), dan
Kernig sign (+). Pada pemeriksaan penunjang didapatkan cairan serebrospinal
berwarna agak kekuningan, terdapat limfosit, peningkatan protein, dan glukosa
yang rendah. Diagnosis pada kasus diatas adalah...
A. Meningitis bakterial
B. Meningitis TB
C. Meningitis virus
D. Meningitis fungal
E. Meningoensefalitis
MENINGITIS
• Inflamasi lapisan meninges (membran yang melapisi serebrum dan korda spinalis) akibat
infeksi berbagai mikroorganisme
• Termasuk dalam spektrum infeksi SSP
2
Seorang laki‐laki 45 thn, datang ke IGD RS dengan penurunan
kesadaran. Sebelumnya pasien demam. Pemeriksaan didapatkan TD
130/70, N 80x/menit, P 20x/menit, suhu 39C, kaku kuduk (+),
Analisis csf didapatkan warna keruh, sel count 1000/mm3, Dominan
neutrofil. Apa diagnosis kasus di atas?
A. Meningitis viral
B. Meningitis tb
C. Meningitis jamur
D. Perdarahan intracerebral
E. Meningoensefalitis bakterial
2
Seorang laki‐laki 45 thn, datang ke IGD RS dengan penurunan
kesadaran. Sebelumnya pasien demam. Pemeriksaan didapatkan TD
130/70, N 80x/menit, P 20x/menit, suhu 39C, kaku kuduk (+),
Analisis csf didapatkan warna keruh, sel count 1000/mm3, Dominan
neutrofil. Apa diagnosis kasus di atas?
A. Meningitis viral
B. Meningitis tb
C. Meningitis jamur
D. Perdarahan intracerebral
E. Meningoensefalitis bakterial
3
Tn. D 65 tahun, datang dibawa ke IGD oleh keluarganya dengan keluhan nyeri
kepala sejak 2 hari yang lalu. Nyeri kepala dirasakan di seluruh kepala, terus
menerus, dan tidak dipengaruhi aktivitas. Riwayat trauma (-). Dari pemeriksaan
fisik, didapatkan TD 110/70 mmHg, nadi 92x/menit, suhu 39,1 C, RR 22x/menit.
Dari pemeriksaan neurologis, didapatkan kaku kuduk (+), refleks fisiologis
dalam batas normal, refleks patologis (-). Dari pemeriksaan lumbal pungsi,
didapatkan warna jernih, protein meningkat, glukosa normal, leukosit meningkat,
sel dominasi MN. Diagnosis yang mungkin pada pasien ini adalah...
A.Meningitis bakterialis
B.Meningoensefalitis bakterialis
C.Meningitis viral
D.Meningitis TB
E.Ensefalitis viral
3
Tn. D 65 tahun, datang dibawa ke IGD oleh keluarganya dengan keluhan nyeri
kepala sejak 2 hari yang lalu. Nyeri kepala dirasakan di seluruh kepala, terus
menerus, dan tidak dipengaruhi aktivitas. Riwayat trauma (-). Dari pemeriksaan
fisik, didapatkan TD 110/70 mmHg, nadi 92x/menit, suhu 39,1 C, RR 22x/menit.
Dari pemeriksaan neurologis, didapatkan kaku kuduk (+), refleks fisiologis
dalam batas normal, refleks patologis (-). Dari pemeriksaan lumbal pungsi,
didapatkan warna jernih, protein meningkat, glukosa normal, leukosit meningkat,
sel dominasi MN. Diagnosis yang mungkin pada pasien ini adalah...
A.Meningitis bakterialis
B.Meningoensefalitis bakterialis
C.Meningitis viral
D.Meningitis TB
E.Ensefalitis viral
4
Tn. King, 55 tahun, dibawa ke IGD oleh keluarganya dengan keluhan kelemahan
sisi tubuh sebelah kanan mendadak sejak 1 jam yang lalu. Keluhan dirasakan
tiba-tiba oleh pasien saat sedang bekerja. Bagian tubuh sebelah kanan lebih
sedikit bergerak dibandingkan tubuh sebelah kiri. Kelemahan dirasakan lebih
berat pada bagian tubuh atas dibanding bawah. Pasien sulit untuk berbicara,
tetapi mengerti isi pembicaraan orang lain. Kesadaran pasien kompos mentis, TD
160/90 mmHg, HR 95x/menit. Diagnosis pada pasien ini...
A. Stroke Hemoragik e.c pecahnya arteri serebri anterior
B. Stroke Hemoragik e.c pecahnya arteri serebri media
C. Stroke Iskemik e.c sumbatan arteri serebri anterior
D. Stroke Iskemik e.c sumbatan arteri serebri media
E. Stroke Iskemik e.c sumbatan arteri serebri posterior
4
Tn. King, 55 tahun, dibawa ke IGD oleh keluarganya dengan keluhan kelemahan
sisi tubuh sebelah kanan mendadak sejak 1 jam yang lalu. Keluhan dirasakan
tiba-tiba oleh pasien saat sedang bekerja. Bagian tubuh sebelah kanan lebih
sedikit bergerak dibandingkan tubuh sebelah kiri. Kelemahan dirasakan lebih
berat pada bagian tubuh atas dibanding bawah. Pasien sulit untuk berbicara,
tetapi mengerti isi pembicaraan orang lain. Kesadaran pasien kompos mentis, TD
160/90 mmHg, HR 95x/menit. Diagnosis pada pasien ini...
A. Stroke Hemoragik e.c pecahnya arteri serebri anterior
B. Stroke Hemoragik e.c pecahnya arteri serebri media
C. Stroke Iskemik e.c sumbatan arteri serebri anterior
D. Stroke Iskemik e.c sumbatan arteri serebri media
E. Stroke Iskemik e.c sumbatan arteri serebri posterior
STROKE
 Gangguan peredaran darah otak yang bersifat akut, >24 jam
dengan gejala fokal maupun global yang bukan disebabkan oleh
trauma, tumor maupun infeksi
 Stroke dimulai oleh karena adanya degenerasi di endotel
 Degenerasi endotel menyebabkan atherosclerothrombosis
 85% kasus stroke merupakan iskemia dan 15% sisanya adalah
perdarahan
3
Ny. Cater, 35 tahun, mengeluhkan nyeri kepala sisi kanan yang terasa berdenyut,
dan hilang timbul sejak 3 bulan SMRS. Nyeri dirasakan kurang lebih selama 30
menit. Pasien adalah seorang guru. Nyeri kepala akan timbul bila pasien sedang
mendapat banyak deadline koreksi dan beban kerja di sekolah. Saat keluhan
muncul, pasien juga melihat garis-garis hitam putih. Tanda vital didapatkan
dalam batas normal. Diagnosis dan terapi abortif yang tepat pada kasus ini
adalah...
A. TTH; Parasetamol
B. Migraine; Sumatriptan
C. TTH; Ibuprofen
D. Cluster Headache; Oksigen 100%
E. Migraine; Amitriptilin
3
Ny. Cater, 35 tahun, mengeluhkan nyeri kepala sisi kanan yang terasa berdenyut,
dan hilang timbul sejak 3 bulan SMRS. Nyeri dirasakan kurang lebih selama 30
menit. Pasien adalah seorang guru. Nyeri kepala akan timbul bila pasien sedang
mendapat banyak deadline koreksi dan beban kerja di sekolah. Saat keluhan
muncul, pasien juga melihat garis-garis hitam putih. Tanda vital didapatkan
dalam batas normal. Diagnosis dan terapi abortif yang tepat pada kasus ini
adalah...
A. TTH; Parasetamol
B. Migraine; Sumatriptan
C. TTH; Ibuprofen
D. Cluster Headache; Oksigen 100%
E. Migraine; Amitriptilin
PRIMARY HEADACHE

1. Migraine
2. Tension type headache
3. Cluster Headache
4. Trigeminal Neuralgia
MIGRAINE WITHOUT AURA (COMMON MIGRAINE)

A. At least five attacks1 fulfilling criteria B-D


B. Headache attacks lasting 4-72 hr (untreated or unsuccessfully treated) 2;3
C. Headache has at least two of the following four characteristics:
A. unilateral location
B. pulsating quality
C. moderate or severe pain intensity
D. aggravation by or causing avoidance of routine physical activity (eg, walking or climbing
stairs)
D. During headache at least one of the following:
A. nausea and/or vomiting
B. photophobia and phonophobia
E. Not better accounted for by another ICHD-3 diagnosis.
MIGRAINE WITH AURA (CLASSIC MIGRAINE)
A. At least two attacks fulfilling criteria B and C
B. One or more of the following fully reversible aura symptoms:
1. visual
2. sensory
3. speech and/or language
4. motor
5. brainstem
6. Retinal
C. At least three of the following six characteristics:
1. at least one aura symptom spreads gradually over ≥5 minutes
2. two or more aura symptoms occur in succession
3. each individual aura symptom lasts 5-60 minutes1
4. at least one aura symptom is unilateral2
5. at least one aura symptom is positive3
6. the aura is accompanied, or followed within 60 minutes, by headache
D. Not better accounted for by another ICHD-3 diagnosis.
MIGRAINE MANAGEMENT
• Abortive Therapy causative
– NSAID, opioid nonspecific
• NSAID pilihan : Asam asetilsalisilat 1000mg (PO/IV), Diklofenak50-100 mg, paracetamol 1000
mg (PO/supp), ibuprofen 200-800 mg
– Ergot alkaloids, triptansspecific
• Ergot alkaloid : Ergotamin tartrat 2mg (PO/supp)
• Triptans : Sumatriptan 25,50,100mg (PO), 25mg (supp),10&20 mg (nasal spray), 6 mg (SC),
Zolmitriptan, Naratriptan, Rizatriptan, etc

• Prophylactic Therapypreventive
– Beta blockers (propanolol, atenolol, bisoprolol, metoprolol)
– Tricyclic antidepressants (amitriptilin)
– Calcium channel blockers (flunarizin, diltiazem)
– anticonvulsant (valproic acid, topiramate)
– 5-HT2 antagonism (methysergide)
TTH
A. At least 10 episodes of headache occurring on <1 day/month on average (<12 days/year) and
fulfilling criteria B-D
B. Lasting from 30 minutes to 7 days
C. At least two of the following four characteristics:
1. bilateral location
2. pressing or tightening (non-pulsating) quality
3. mild or moderate intensity
4. not aggravated by routine physical activity such as walking or climbing stairs
D. Both of the following:
1. no nausea or vomiting
2. no more than one of photophobia or phonophobia
E. Not better accounted for by another ICHD-3 diagnosis1.
TTH
• Jenis sakit kepala primer PALING UMUM
• Prevalensi: 30 – 78%
• TTH dibagi menjadi 3 jenis:
– Infrequent episodic type TTH: satu atau kurang serangan per bulan.
– Frequent episodic type TTH: lebih dari satu, tapi kurang dari 15 serangan
per bulan selama lebih dari 3 – 4 bulan.
– Chronic TTH: lebih dari 15 serangan per bulan selama lebih dari 3 – 4
bulan. Dapat disertai dengan rasa mual.
TTH MANAGEMENT

• Abortive therapy
– Simple analgesics : NSAID (Ibuprofen 400 mg, naproxen 220 mg or 550 mg, aspirin 650-
100 mg), paracetamol 1000 mg
– Combination of simple analgesic (paracetamol 250 mg, aspirin 250 mg, ibuprofen) with
caffeine 65 mg
–  Combination with opioid and butalbital not recommended as initial therapy for TTH
– Muscle relaxant, There are no adequate controlled trials evaluating muscle relaxants for
the treatment of TTH
• Preventive therapy
– Tricyclic antidepressants, for example amitriptyline
CLUSTER HEADACHE
A. At least five attacks fulfilling criteria B-D
B. Severe or very severe unilateral orbital, supraorbital and/or temporal pain
lasting 15-180 minutes (when untreated)1
C. Either or both of the following:
1. at least one of the following symptoms or signs, ipsilateral to the headache:
• conjunctival injection and/or lacrimation
• nasal congestion and/or rhinorrhoea
• eyelid oedema
• forehead and facial sweating
• miosis and/or ptosis
2. a sense of restlessness or agitation
D. Occurring with a frequency between one every other day and 8 per day2
E. Not better accounted for by another ICHD-3 diagnosis.
CLUSTER HEADACHE MANAGEMENT
• There is no definitive treament for cluster headache
• The aims of therapy are reducing headache severity, shortening headache
period, and preventing relaps
• Abortive Therapy
– Oxygen
– Triptans, Ergot alkaloids
– Narcotic not generally recommended
• Prophylactic Therapy
– Calcium channel blockers (verapamil, diltiazem) – Lithium
– Corticosteroids
– Tricyclic antidepressants (amitriptilin)
TRIGEMINAL NEURALGIA (TIC DOULOUREUX)
• Paroxysmal attacks of severe, short, sharp,
stabbing pain → affecting one or more
divisions of the trigeminal nerve
• Precipitated by : chewing, speaking, washing
the face, tooth-brushing, cold winds, or
touching a specific “trigger spot” (e.g. Upper
lip or gum)
• Etiology :
– Many remains unexplained
– Compression of the nerve root by tumor of
cerebellopontine angle
– Demyelination
TRIGEMINAL NEURALGIA
MANAGEMENT
• Investigation
– CT/MRI to exclude a cerebello-pontine angle lesion
• Management
– Carbamazepine (600-1600 mg/day)
– Nerve block
– Trigeminal ganglion/root injection with alcohol/phenol
– Microvascular decompression
– Radiofrequency thermocoagulation
4
Tn. Alshad, 31 tahun, datang ke UGD dengan keluhan nyeri pada wajah sebelah kiri dan
seperti tertusuk-tusuk sejak 2 hari SMRS. Pasien mengatakan bahwa nyeri terutama pada
saat pasien ingin mengunyah makanan dan membuka mulut. Keluhan ini merupakan
pertama kali dirasakan pasien. Pasien mengatakan bahwa keluhan terjadi secara tiba-tiba.
Riwayat trauma, DM dan hipertensi disangkal. Riwayat kejadian serupa sebelumnya
disangkal. Dari pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran compos mentis, tanda-tanda vital
TD: 120/80 mmHg, HR: 78 x/menit, RR: 20 x/menit, suhu afebris. Dari pemeriksaan
neurologis didapati wajah simetris, saat pemeriksaan nervus kranial, pasien merasakan
nyeri hebat saat dokter hanya meraba wajah pasien dengan kapas pada daerah dahi dan pipi
kiri. Pemeriksaan kekuatan motorik ekstremitas dalam batas normal. Kriteria diagnostik
yang tepat untuk kasus diatas adalah...
a. Serangan nyeri paroksismal yang bertahan selama beberapa menit
b. Nyeri dirasakan dengan intensitas sedang
c. Pola serangan nyeri dapat berubah-ubah
d. Dapat ditemukan deficit neurologis lain
e. Berawal dari stimulus pada trigger zone
4
Tn. Alshad, 31 tahun, datang ke UGD dengan keluhan nyeri pada wajah sebelah kiri dan
seperti tertusuk-tusuk sejak 2 hari SMRS. Pasien mengatakan bahwa nyeri terutama pada
saat pasien ingin mengunyah makanan dan membuka mulut. Keluhan ini merupakan
pertama kali dirasakan pasien. Pasien mengatakan bahwa keluhan terjadi secara tiba-tiba.
Riwayat trauma, DM dan hipertensi disangkal. Riwayat kejadian serupa sebelumnya
disangkal. Dari pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran compos mentis, tanda-tanda vital
TD: 120/80 mmHg, HR: 78 x/menit, RR: 20 x/menit, suhu afebris. Dari pemeriksaan
neurologis didapati wajah simetris, saat pemeriksaan nervus kranial, pasien merasakan
nyeri hebat saat dokter hanya meraba wajah pasien dengan kapas pada daerah dahi dan pipi
kiri. Pemeriksaan kekuatan motorik ekstremitas dalam batas normal. Kriteria diagnostik
yang tepat untuk kasus diatas adalah...
a. Serangan nyeri paroksismal yang bertahan selama beberapa menit
b. Nyeri dirasakan dengan intensitas sedang
c. Pola serangan nyeri dapat berubah-ubah
d. Dapat ditemukan deficit neurologis lain
e. Berawal dari stimulus pada trigger zone
TRIGEMINAL NEURALGIA (TIC DOULOUREUX)
• Paroxysmal attacks of severe, short, sharp,
stabbing pain → affecting one or more
divisions of the trigeminal nerve
• Precipitated by : chewing, speaking, washing
the face, tooth-brushing, cold winds, or
touching a specific “trigger spot” (e.g. Upper
lip or gum)
• Etiology :
– Many remains unexplained
– Compression of the nerve root by tumor of
cerebellopontine angle
– Demyelination
TRIGEMINAL NEURALGIA
MANAGEMENT
• Investigation
– CT/MRI to exclude a cerebello-pontine angle lesion
• Management
– Carbamazepine (600-1600 mg/day)
– Nerve block
– Trigeminal ganglion/root injection with alcohol/phenol
– Microvascular decompression
– Radiofrequency thermocoagulation
5
Nn. Natasya, 22 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan nyeri kepala sejak 5
jam sebelum masuk RS. Nyeri dirasakan pada sisi kiri kepala, terus menerus
dengan karakter berdenyut. Nyeri tersebut diperberat dengan aktivitas fisik.
Keluhan melihat kilatan cahaya sebelum onset nyeri disangkal. Riwayat trauma,
DM, dan hipertensi disangkal. Riwayat keluhan serupa dalam tahun ini
disangkal. Dan disertai dengan mual tanpa muntah. Pada pemeriksaan fisik
dijumpai TTV dalam batas normal, tidak dijumpai adanya kelemahan motorik
atau palsy nervus kranialis. Pemeriksaan penunjang belum dilakukan pada kasus
ini. Diagnosis pada kasus tersebut adalah...
A. Common migraine
B. Classic migraine
C. Cluster headache
D. Hemiplegic migraine
E. Secondary headache
5
Nn. Natasya, 22 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan nyeri kepala sejak 5
jam sebelum masuk RS. Nyeri dirasakan pada sisi kiri kepala, terus menerus
dengan karakter berdenyut. Nyeri tersebut diperberat dengan aktivitas fisik.
Keluhan melihat kilatan cahaya sebelum onset nyeri disangkal. Riwayat trauma,
DM, dan hipertensi disangkal. Riwayat keluhan serupa dalam tahun ini
disangkal. Dan disertai dengan mual tanpa muntah. Pada pemeriksaan fisik
dijumpai TTV dalam batas normal, tidak dijumpai adanya kelemahan motorik
atau palsy nervus kranialis. Pemeriksaan penunjang belum dilakukan pada kasus
ini. Diagnosis pada kasus tersebut adalah...
A. Common migraine
B. Classic migraine
C. Cluster headache
D. Hemiplegic migraine
E. Secondary headache
MIGRAINE WITHOUT AURA (COMMON MIGRAINE)

A. At least five attacks1 fulfilling criteria B-D


B. Headache attacks lasting 4-72 hr (untreated or unsuccessfully treated) 2;3
C. Headache has at least two of the following four characteristics:
A. unilateral location
B. pulsating quality
C. moderate or severe pain intensity
D. aggravation by or causing avoidance of routine physical activity (eg, walking or climbing
stairs)
D. During headache at least one of the following:
A. nausea and/or vomiting
B. photophobia and phonophobia
E. Not better accounted for by another ICHD-3 diagnosis.
MIGRAINE WITH AURA (CLASSIC MIGRAINE)
A. At least two attacks fulfilling criteria B and C
B. One or more of the following fully reversible aura symptoms:
1. visual
2. sensory
3. speech and/or language
4. motor
5. brainstem
6. Retinal
C. At least three of the following six characteristics:
1. at least one aura symptom spreads gradually over ≥5 minutes
2. two or more aura symptoms occur in succession
3. each individual aura symptom lasts 5-60 minutes1
4. at least one aura symptom is unilateral2
5. at least one aura symptom is positive3
6. the aura is accompanied, or followed within 60 minutes, by headache
D. Not better accounted for by another ICHD-3 diagnosis.
MIGRAINE MANAGEMENT
• Abortive Therapy causative
– NSAID, opioid nonspecific
• NSAID pilihan : Asam asetilsalisilat 1000mg (PO/IV), Diklofenak50-100 mg, paracetamol 1000
mg (PO/supp), ibuprofen 200-800 mg
– Ergot alkaloids, triptansspecific
• Ergot alkaloid : Ergotamin tartrat 2mg (PO/supp)
• Triptans : Sumatriptan 25,50,100mg (PO), 25mg (supp),10&20 mg (nasal spray), 6 mg (SC),
Zolmitriptan, Naratriptan, Rizatriptan, etc

• Prophylactic Therapypreventive
– Beta blockers (propanolol, atenolol, bisoprolol, metoprolol)
– Tricyclic antidepressants (amitriptilin)
– Calcium channel blockers (flunarizin, diltiazem)
– anticonvulsant (valproic acid, topiramate)
– 5-HT2 antagonism (methysergide)
6
Tn. Darvan, 34 tahun, datang ke IGD dengan keluhan nyeri kepala di kedua sisi
disertai kekakuan pada lehernya. Nyeri kepala terasa mengikat dan dirasakan dari
tengkuk hingga bagian atas kepala. Pasien mengaku masih bisa beraktivitas seperti
biasa, namun keluhan ini seringkali muncul ketika menghadapi deadline di kantor.
Riwayat trauma, DM, hipertensi disangkal. Riwayat keganasan dalam keluarga
disangkal. Pada pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran compos mentis, tanda-tanda
vital TD: 140/90 mmHg, HR: 100 x/menit, RR: 19 x/menit, suhu afebris. Pada
pemeriksaan neurologis didapati wajah simetris, tidak didapati kelainan nervus
kranial. Dokter kemudian melakukan pemeriksaan penunjang lanjutan pada pasien.
Diagnosis pasien diatas adalah...
A. Cervical spondilosis
B. Migrain headcahe
C. Cluster headache
D. Secondary headcahe
E. Tension type headcahe
6
Tn. Darvan, 34 tahun, datang ke IGD dengan keluhan nyeri kepala di kedua sisi
disertai kekakuan pada lehernya. Nyeri kepala terasa mengikat dan dirasakan dari
tengkuk hingga bagian atas kepala. Pasien mengaku masih bisa beraktivitas seperti
biasa, namun keluhan ini seringkali muncul ketika menghadapi deadline di kantor.
Riwayat trauma, DM, hipertensi disangkal. Riwayat keganasan dalam keluarga
disangkal. Pada pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran compos mentis, tanda-tanda
vital TD: 140/90 mmHg, HR: 100 x/menit, RR: 19 x/menit, suhu afebris. Pada
pemeriksaan neurologis didapati wajah simetris, tidak didapati kelainan nervus
kranial. Dokter kemudian melakukan pemeriksaan penunjang lanjutan pada pasien.
Diagnosis pasien diatas adalah...
A. Cervical spondilosis
B. Migrain headcahe
C. Cluster headache
D. Secondary headcahe
E. Tension type headcahe
TTH
A. At least 10 episodes of headache occurring on <1 day/month on average (<12 days/year) and
fulfilling criteria B-D
B. Lasting from 30 minutes to 7 days
C. At least two of the following four characteristics:
1. bilateral location
2. pressing or tightening (non-pulsating) quality
3. mild or moderate intensity
4. not aggravated by routine physical activity such as walking or climbing stairs
D. Both of the following:
1. no nausea or vomiting
2. no more than one of photophobia or phonophobia
E. Not better accounted for by another ICHD-3 diagnosis1.
TTH
• Jenis sakit kepala primer PALING UMUM
• Prevalensi: 30 – 78%
• TTH dibagi menjadi 3 jenis:
– Infrequent episodic type TTH: satu atau kurang serangan per bulan.
– Frequent episodic type TTH: lebih dari satu, tapi kurang dari 15 serangan
per bulan selama lebih dari 3 – 4 bulan.
– Chronic TTH: lebih dari 15 serangan per bulan selama lebih dari 3 – 4
bulan. Dapat disertai dengan rasa mual.
TTH MANAGEMENT

• Abortive therapy
– Simple analgesics : NSAID (Ibuprofen 400 mg, naproxen 220 mg or 550 mg, aspirin 650-
100 mg), paracetamol 1000 mg
– Combination of simple analgesic (paracetamol 250 mg, aspirin 250 mg, ibuprofen) with
caffeine 65 mg
–  Combination with opioid and butalbital not recommended as initial therapy for TTH
– Muscle relaxant, There are no adequate controlled trials evaluating muscle relaxants for
the treatment of TTH
• Preventive therapy
– Tricyclic antidepressants, for example amitriptyline
7
Ny. Nila, 33 tahun dibawa ke UGD RS dengan keluhan mata sukar membuka
menjelang sore hari. Pasien sudah 1 tahun terakhir mengalami kelemahan keempat
anggota gerak dan kedua kelopak mata terjatuh. Keluhan membaik di pagi hari
setelah bangun tidur. Riwayat trauma, DM dan hipertensi disangkal. Riwayat
keluhan serupa disangkal. Pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum pasien
tampak sakit sedang, kesadaran compos mentis, tekanan darah 140/90 mmHg,
nadi 97x/menit, pernapasan 20x/menit, dan suhu tubuh 37oC. Dalam pemeriksaan
neurologis didapati ptosis (+) pada saat pasien diminta melihat ke suatu titik
selama 30 detik. Refleks patologis (-). Hasil pemeriksaan lain dalam batas normal.
Diagnosis pasien diatas adalah...
A. Hiponatremia
B. Stroke iskemik
C. Myasthenia gravis
D. Duchenne muscular dystrophy
E. Guillain-Barre syndrome
7
Ny. Nila, 33 tahun dibawa ke UGD RS dengan keluhan mata sukar membuka
menjelang sore hari. Pasien sudah 1 tahun terakhir mengalami kelemahan keempat
anggota gerak dan kedua kelopak mata terjatuh. Keluhan membaik di pagi hari
setelah bangun tidur. Riwayat trauma, DM dan hipertensi disangkal. Riwayat
keluhan serupa disangkal. Pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum pasien
tampak sakit sedang, kesadaran compos mentis, tekanan darah 140/90 mmHg,
nadi 97x/menit, pernapasan 20x/menit, dan suhu tubuh 37oC. Dalam pemeriksaan
neurologis didapati ptosis (+) pada saat pasien diminta melihat ke suatu titik
selama 30 detik. Refleks patologis (-). Hasil pemeriksaan lain dalam batas normal.
Diagnosis pasien diatas adalah...
A. Hiponatremia
B. Stroke iskemik
C. Myasthenia gravis
D. Duchenne muscular dystrophy
E. Guillain-Barre syndrome
MYASTHENIA GRAVIS
• Kelemahan progresif karena antibodi terhadap reseptor asetilkolin di neuro muscular
junction
• Gejala :
➢Ptosis / Diplopia → Diprovokasi dengan Wartenberg Test : fiksasi pandangan ke satu
titik, lama kelamaan timbul ptosis
➢Sulit Menelan
➢Sesak Napas
• Mengenai otot proksimal dan kecil terlebih dahulu!
• Paling sering dimulai dari Otot Kelopak mata, Otot menelan lalu meluas ke otot pernapasan
dan ekstremitas
8
Tn. Luke, 39 tahun mengeluh wajahnya tampak miring sejak 2 hari sebelum
masuk RS. Pasien menyadari bahwa sudut bibir kiri tampak terjatuh. Pasien
menyangkal adanya kelemahan pada anggota gerak dan menyangkal adanya
riwayat HT, DM, merokok. Riwayat keluhan serupa juga disangkal. Riwayat
nyeri berlebihan pada wajah disangkal. Pada pemeriksaan fisik didapati TD
120/70 mmHg, HR 80x/menit, RR 18x/menit, suhu afebris. Pemeriksaan
neurologi dijumpai adanya wajah asimetris, sudut bibir kiri lebih rendah, dan
pasien tidak mampu untuk mengangkat alis atau mengerutkan dahi kiri.
Kelainan saraf pada kasus tersebut adalah...
A. Parese CN VII tipe sentral
B. Parese CN V tipe perifer
C. Parese CN VII tipe perifer
D. Parese CN V tipe sentral
E. Parese CN XII tipe sentral
8
Tn. Luke, 39 tahun mengeluh wajahnya tampak miring sejak 2 hari sebelum
masuk RS. Pasien menyadari bahwa sudut bibir kiri tampak terjatuh. Pasien
menyangkal adanya kelemahan pada anggota gerak dan menyangkal adanya
riwayat HT, DM, merokok. Riwayat keluhan serupa juga disangkal. Riwayat
nyeri berlebihan pada wajah disangkal. Pada pemeriksaan fisik didapati TD
120/70 mmHg, HR 80x/menit, RR 18x/menit, suhu afebris. Pemeriksaan
neurologi dijumpai adanya wajah asimetris, sudut bibir kiri lebih rendah, dan
pasien tidak mampu untuk mengangkat alis atau mengerutkan dahi kiri.
Kelainan saraf pada kasus tersebut adalah...
A. Parese CN VII tipe sentral
B. Parese CN V tipe perifer
C. Parese CN VII tipe perifer
D. Parese CN V tipe sentral
E. Parese CN XII tipe sentral
BELL’S PALSY
• Paralisis nervus facialis (VII) akut, unilateral, perifer, dan mempengaruhi LMN. Idiopathic facial
paralysis
• Etiologimasih kontroversial. Diduga neuritis akibat virus (reaktivasi HSV-1 & herpes zoster),
inflamasi, autoimun, iskemik
• Manifestasi Klinis
– Paralisis akut motorik otot wajah pada bagian atas dan bawah unilateral (dalam periode 48 jam)
– Hilangnya lipatan nasolabilal dan dahi pada sisi yang lumpuh
– Ketika pasien mengangkat alis, sisi yang terkenan tetap rata
– Ketika pasien tersenyum, wajah menjadi distorsi dan terjadi lateralisasi ke sisi berlawanan
terhadap sisi yang lumpuh
– Nyeri retroaurikular, otalgia, hiperakusis (N. STAPEDIUS)
– Nyeri okular, dry eyes (akibat penurunan produksi air mata), lagoftalmus
– Gangguan pengecapan pada 2/3 anterior lidah unilateral
BELL’S PALSY
• Terapi steroid (dalam 72 jam paska onset)prednison 1 mg/kgBB/hari
atau 60 mg/hari selama 5 hari diikuti tapering off 10 mg/hari ,dengan
durasi total pemberian steroid adalah 10 hari
• Terapi antivirale.g = asiklovir, valasiklovir, diberikan pada kecurigaan
etiologi virus.
– Asiklovir (PO) 5x400 mg, selama 10 hari (HSV-1) atau 5x800 mg
(Varicella Zoster)
– Valasiklovir 3x100 mg, selama 7 hari
– Pemberian antiviral tanpa disertai terapi steroid terbukti tidak
memberikan benefit
9
Tn. Joses, 28 tahun, dibawa ke UGD oleh temannya setelah mengalami kecelakaan
dengan posisi jatuh terduduk saat berkuda di lapangan. Kejadian terjadi sekitar 1 jam
SMRS. Pasien mengeluhkan nyeri hebat pada bagian punggung bawah. Pemeriksaan
fisik menunjukkan keadaan umum tampak sakit sedang, kesadaran compos mentis,
TD 120/80 mmHg, HR 70x/menit RR 16x/menit, suhu afebris. Pada pemeriksaan
neurologis umum, ditemukan paraparesis, kekuatan motorik ektremitas bawah
2222/2222, perinanal anestesia (+), refleks patella hiporefleks dengan parestesia di
bawah umbilicus dan terdapat jejas hematoma pada lumbalinferior. Belum dilakukan
pemeriksaan penunjang apapun pada pasien. Apa diagnosis pasien yang tepat?
A. Anterior cord syndrome
B. Sindrom kauda equina
C. Brown Sequard cord syndrome
D. Sindrom konus medularis
E. Guillian Barre syndrome
9
Tn. Joses, 28 tahun, dibawa ke UGD oleh temannya setelah mengalami kecelakaan
dengan posisi jatuh terduduk saat berkuda di lapangan. Kejadian terjadi sekitar 1 jam
SMRS. Pasien mengeluhkan nyeri hebat pada bagian punggung bawah. Pemeriksaan
fisik menunjukkan keadaan umum tampak sakit sedang, kesadaran compos mentis,
TD 120/80 mmHg, HR 70x/menit RR 16x/menit, suhu afebris. Pada pemeriksaan
neurologis umum, ditemukan paraparesis, kekuatan motorik ektremitas bawah
2222/2222, perinanal anestesia (+), refleks patella hiporefleks dengan parestesia di
bawah umbilicus dan terdapat jejas hematoma pada lumbalinferior. Belum dilakukan
pemeriksaan penunjang apapun pada pasien. Apa diagnosis pasien yang tepat?
A. Anterior cord syndrome
B. Sindrom kauda equina
C. Brown Sequard cord syndrome
D. Sindrom konus medularis
E. Guillian Barre syndrome
SINDROM KONUS MEDULLARIS
1. Back pain
2. Unilateral or bilateral leg pain
3. Bladder dysfunction
4. Bowel dysfunction
5. Sexual dysfunction
6. Diminished rectal tone
7. Perianal sensory loss
8. Lower extremity spasticity in muscle
10
Tn. Alexandra, 63 tahun dibawa oleh keluarganya ke poli spesialis saraf dengan keluhan
sering lupa cara untuk melakukan kegiatan sehari-hari; seperti mengangkat telepon,
memakai baju, dan makan. Keluhan tersebut sudah dialami pasien sejak 1 bulan yang lalu.
Pasien memiliki riwayat hipertensi lebih dari 10 tahun dan tidak terkontrol dengan
pengobatan. Riwayat gula darah tinggi tidak diketahui pasien. Setelah anamnesis lebih
lanjut ternyata sejak 3 bulan yang lalu pasien memiliki riwayat kelemahan pada lengan dan
tungkai kiri. Kelemahan terjadi secara tiba-tiba. Pada pemeriksaan fisik didapati keadaan
umum tampak sakit sedang, kesadaran compos mentis, TD 150/90 mmHg, Nadi 82x/mnt,
RR 18x/mnt, suhu afebris. Tidak didapatkan tremor pada pasien. Kekuatan motorik
ekstremitas kanan 5/5, ekstremitas kiri 4/4. Belum dilakukan pemeriksaan penunjang lain.
Apakah diagnosis pada pasien tersebut...
A. Demensia Alzheimer
B. Demensia Vaskular
C. Penyakit Pick’s
D. Delirium
E. Demensia Lewy Bodies
10
Tn. Alexandra, 63 tahun dibawa oleh keluarganya ke poli spesialis saraf dengan keluhan
sering lupa cara untuk melakukan kegiatan sehari-hari; seperti mengangkat telepon,
memakai baju, dan makan. Keluhan tersebut sudah dialami pasien sejak 1 bulan yang lalu.
Pasien memiliki riwayat hipertensi lebih dari 10 tahun dan tidak terkontrol dengan
pengobatan. Riwayat gula darah tinggi tidak diketahui pasien. Setelah anamnesis lebih
lanjut ternyata sejak 3 bulan yang lalu pasien memiliki riwayat kelemahan pada lengan dan
tungkai kiri. Kelemahan terjadi secara tiba-tiba. Pada pemeriksaan fisik didapati keadaan
umum tampak sakit sedang, kesadaran compos mentis, TD 150/90 mmHg, Nadi 82x/mnt,
RR 18x/mnt, suhu afebris. Tidak didapatkan tremor pada pasien. Kekuatan motorik
ekstremitas kanan 5/5, ekstremitas kiri 4/4. Belum dilakukan pemeriksaan penunjang lain.
Apakah diagnosis pada pasien tersebut...
A. Demensia Alzheimer
B. Demensia Vaskular
C. Penyakit Pick’s
D. Delirium
E. Demensia Lewy Bodies
DEMENSIA
• Penurunan gradual fungsi kognitif yang terjadi dalam jangka panjang
• Penderita biasanya mulai kehilangan fungsi sehari- harinya
• Etiologi:
– Usia
– Penyakit serebrovaskular
– Idiopatik
TIPE DEMENSIA
Demensia Alzheimer Demensia Vaskular – Manifestasi klinis:
• Manifestasi klinis: • Gangguan memori yang disertai dengan
– (A)nterograde amnesia bukti penyakit
– (A)phasia : gangguan berbahasa serebrovaskular→BIASANYA ada
riw.hipertensi tak terkontrol/DM dan riw.
– (A)praxia : gangguan motorik, walaupun
Stroke
struktur anatomis intak
– (A)gnosia : gangguan identifikasi objek • Gangguan gerak sesuai lokasi topis yang
tanpa adanya gangguan sensorik terserang
– (D)istrubance in executive function
TATALAKSANA : Donepezil
TIPE DEMENSIA
Demensia Lewy-Bodies Demensia Frontotemporal / Pick’s Disease
Manifestasi klinis: • Manifestasi klinis:
• Gejala parkinsonism: (T)remor, (R)igidity, – Gangguan disinhibisi
(A)kinesia, (P)ostural instability – Apatis
• Gangguan fungsi kognitif dan gangguan – Hilangnya simpati dan empati
atensi sifatnya fluktuatif – Munculnya perilaku yang stereotipik,
• Halusinasi visual rekuren yang jelas dan kompulsif
detil – Hyperorality/perubahan pola diet
(peningkatan konsumsi alkohol, merokok
lebih banyak, makan yang bukan makanan)
11
An. Daffa, usia 9 tahun dibawa ibunya karena tiba-tiba lemas dan tidak bisa berjalan
sejak 2 hari SMRS. Riwayat demam (+). Riwayat imunisasi pasien tidak lengkap,
karena ibu tidak rutin ke puskesmas. Riwayat persalinan normal dan ibu menyengkal
adanya penyakit saat hamil anak tersebut. Riwayat diare dan muntah hebat disangkal
pada pasien. Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit ringan,
kesadaran kompos mentis, HR 90 x/menit, RR 20 x/menit, suhu afebris. Status
antopometri pada anak tersebut didapati Z score dibawah -3. Pada pemeriksaan
neurologis ditemukan paralisis motorik tipe flaccid yang asimetris dan atrofi
ekstremitas inferior kanan dan gluteus kanan. Kerusakan yang terjadi pada pasien
ini terletak pada...
A. Cornu dorsalis medulla spinalis
B. Cornu anterior medulla spinalis
C. Cornu lateral medulla spinalis
D. Substantia nigra midbrain dan neuromuscular junction
E. Cortex cerebri dan Striatum
11
An. Daffa, usia 9 tahun dibawa ibunya karena tiba-tiba lemas dan tidak bisa berjalan
sejak 2 hari SMRS. Riwayat demam (+). Riwayat imunisasi pasien tidak lengkap,
karena ibu tidak rutin ke puskesmas. Riwayat persalinan normal dan ibu menyengkal
adanya penyakit saat hamil anak tersebut. Riwayat diare dan muntah hebat disangkal
pada pasien. Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit ringan,
kesadaran kompos mentis, HR 90 x/menit, RR 20 x/menit, suhu afebris. Status
antopometri pada anak tersebut didapati Z score dibawah -3. Pada pemeriksaan
neurologis ditemukan paralisis motorik tipe flaccid yang asimetris dan atrofi
ekstremitas inferior kanan dan gluteus kanan. Kerusakan yang terjadi pada pasien
ini terletak pada...
A. Cornu dorsalis medulla spinalis
B. Cornu anterior medulla spinalis
C. Cornu lateral medulla spinalis
D. Substantia nigra midbrain dan neuromuscular junction
E. Cortex cerebri dan Striatum
TATALAKSANA
• Tidak ada terapi khusus - umumnya simptomatik
• Pencegahan dengan vaksinasi polio
• Ada dua jenis imunisasi polio yang wajib diberikan kepada anak :
– Oral polio vaccine (OPV)→poliovirus yang sudah dilemahkan
– Inactivated polio vaccine (IPV) → disuntikkan yang menggunakan poliovirus yang sudah
dinonaktifkan
• Vaksin polio diberikan 4 kali, yakni saat bayi baru lahir, bulan ke 2, 3, dan 4.
Dosis penguat (booster) diberikan usia 18 bulan. Bayi baru lahir diberikan
OPV, kemudian untuk vaksinasi polio berikutnya dapat diberikan IPV maupun
OPV. Hanya saja, setiap anak setidaknya harus mendapat satu dosis IPV.
12
Pria 56 tahun mengeluh kelemahan setengah badan sebelah kiri, muntah, disertai
pusing berputar sejak 6 jam yang lalu. Pasien mengeluhkan pandangan ganda
(Diplopia) pada mata kanan, RPD HT dan DM tidak terkontrol, KU : Kompos
mentis, TD : 160/90 mmHg, HR 92x, RR 24x, Kekuatan motorik 5555/3333,
romberg test (+), lokasi patologis pada keadaan tersebut adalah…
a. Arteri serebri posterior
b. Arteri serebri media
c. Canalis semisirkularis
d. Arteri basiler
e. Arteri meningea media
12
Pria 56 tahun mengeluh kelemahan setengah badan sebelah kiri, muntah, disertai
pusing berputar sejak 6 jam yang lalu. Pasien mengeluhkan pandangan ganda
(Diplopia) pada mata kanan, RPD HT dan DM tidak terkontrol, KU : Kompos
mentis, TD : 160/90 mmHg, HR 92x, RR 24x, Kekuatan motorik 5555/3333,
romberg test (+), lokasi patologis pada keadaan tersebut adalah
a. Arteri serebri posterior
b. Arteri serebri media
c. Canalis semisirkularis
d. Arteri basiler
e. Arteri meningea media
13
Seorang perempuan berusia 28 tahun datang dibawa ke IGD karena penurunan
kesadaran post kecelakaan 1 jam yang lalu. Dari pemeriksaan fisik, didapatkan
GCS 332, tekanan darah 140/90 mmHg, nadi 100x/menit, dan dari pemeriksaan
CT-Scan didapatkan gambaran hiperdens berbentuk cembung. Di manakah letak
kelainan pada kasus di atas ?
a. Arteri Cerebri Media
b. Arteri Cerebri Anterior
c. Arteri Cerebri Posterior
d. Bridging Vein
e. Arteri Meningea Media
13
Seorang perempuan berusia 28 tahun datang dibawa ke IGD karena penurunan
kesadaran post kecelakaan 1 jam yang lalu. Dari pemeriksaan fisik, didapatkan
GCS 332, tekanan darah 140/90 mmHg, nadi 100x/menit, dan dari pemeriksaan
CT-Scan didapatkan gambaran hiperdens berbentuk cembung. Di manakah letak
kelainan pada kasus di atas ?
a. Arteri Cerebri Media
b. Arteri Cerebri Anterior
c. Arteri Cerebri Posterior
d. Bridging Vein
e. Arteri Meningea Media
14
Ny. MK, 57 tahun, post MRS stroke 2 minggu. Pasien tidak bisa
bicara, ketika ditanya pasien tampak tidak dapat memahami
pertanyaan dan perintah dokter. Ketika pasien diminta untuk
mengulang kata yang diucapkan oleh pemeriksa, pasien tidak bisa
mengulang. Kelainan yang dialami pasien disebut:
A. Afasia Transkortikal Sensorik
B. Afasia Global
C. Afasia Transkortikal Motorik
D. Afasia Konduksi
E. Afasia Transkortikal Mixed
14
Ny. MK, 57 tahun, post MRS stroke 2 minggu. Pasien tidak bisa
bicara, ketika ditanya pasien tampak tidak dapat memahami
pertanyaan dan perintah dokter. Ketika pasien diminta untuk
mengulang kata yang diucapkan oleh pemeriksa, pasien tidak bisa
mengulang. Kelainan yang dialami pasien disebut:
A. Afasia Transkortikal Sensorik
B. Afasia Global
C. Afasia Transkortikal Motorik
D. Afasia Konduksi
E. Afasia Transkortikal Mixed
15
Perempuan, 30 tahun, nyeri wajah kanan seperti tersengat listrik sejak
3 hari yang lalu. Episodik, 30- 50 detik setiap serangan. Nyeri
bertambah saat sikat gigi pagi dan malam hari. Pemeriksaan Fisik
dalam batas normal. Tatalaksana farmakologis yang tepat ?
A. Karbamazepin 200 mg/hari
B. Gabapentin 50 – 75 mg/hari
C. Ibuprofen 400 mg/hari
D. Pregabaline 300 – 3600 mg/hari
E. Meloxicam 15mg/hari
15
Perempuan, 30 tahun, nyeri wajah kanan seperti tersengat listrik sejak
3 hari yang lalu. Episodik, 30- 50 detik setiap serangan. Nyeri
bertambah saat sikat gigi pagi dan malam hari. Pemeriksaan Fisik
dalam batas normal. Tatalaksana farmakologis yang tepat ?
A. Karbamazepin 200 mg/hari
B. Gabapentin 50 – 75 mg/hari
C. Ibuprofen 400 mg/hari
D. Pregabaline 300 – 3600 mg/hari
E. Meloxicam 15mg/hari
TRIGEMINAL NEURALGIA (TIC DOULOUREUX)
• Paroxysmal attacks of severe, short, sharp,
stabbing pain → affecting one or more
divisions of the trigeminal nerve
• Precipitated by : chewing, speaking, washing
the face, tooth-brushing, cold winds, or
touching a specific “trigger spot” (e.g. Upper
lip or gum)
• Etiology :
– Many remains unexplained
– Compression of the nerve root by tumor of
cerebellopontine angle
– Demyelination
TRIGEMINAL NEURALGIA
MANAGEMENT
• Investigation
– CT/MRI to exclude a cerebello-pontine angle lesion
• Management
– Carbamazepine (600-1600 mg/day)
– Nerve block
– Trigeminal ganglion/root injection with alcohol/phenol
– Microvascular decompression
– Radiofrequency thermocoagulation
16
Tn. Sonny 29 tahun, datang dengan keluhan pusing berputar sejak 1
hari yang lalu. Keluhan disertai mual dan muntah sebanyak 3x.
Keluhan memberat dengan pergerakan kepala. Dari pemeriksaan
fisik, didapatkan tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 88x/menit, suhu
36,6 C, RR 20x/menit. Tatalaksana non farmakologi yang tepat untuk
pasien adalah...
a. Dimenhidrinat
b. Dix-Hallpike manuver
c. Epley manuver
d. Betahistin
e. Brandt-Daroff manuver
16
Tn. Sonny 29 tahun, datang dengan keluhan pusing berputar sejak 1
hari yang lalu. Keluhan disertai mual dan muntah sebanyak 3x.
Keluhan memberat dengan pergerakan kepala. Dari pemeriksaan
fisik, didapatkan tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 88x/menit, suhu
36,6 C, RR 20x/menit. Tatalaksana non farmakologi yang tepat untuk
pasien adalah...
a. Dimenhidrinat
b. Dix-Hallpike manuver
c. Epley manuver
d. Betahistin
e. Brandt-Daroff manuver
18
Laki-laki, 40 tahun, pasien mengalami kecelakaan lalu lintas dan saat
ini mengeluh nyeri pada punggung bagian bawah. Nyeri di kaki
kanan dan mati rasa di area pangkal paha sampai ke sebagian bokong.
Pasien juga mengeluh ada gangguan BAB dan BAK. Diagnosis
pasien ini adalah...
a. Brown Sequard Syndrome
b. Central Cord Syndrome
c. Trauma Medula spinalis
d. Overflow inkontinensia
e. Cauda Equine Syndrome
18
Laki-laki, 40 tahun, pasien mengalami kecelakaan lalu lintas dan saat
ini mengeluh nyeri pada punggung bagian bawah. Nyeri di kaki
kanan dan mati rasa di area pangkal paha sampai ke sebagian bokong.
Pasien juga mengeluh ada gangguan BAB dan BAK. Diagnosis
pasien ini adalah...
a. Brown Sequard Syndrome
b. Central Cord Syndrome
c. Trauma Medula spinalis
d. Overflow inkontinensia
e. Cauda Equine Syndrome
CAUDA EQUINA SYNDROME
• Cauda Equina Syndrome (“peripheral” nerve injury) vs conus medularis
syndrome (“Central” nerve injury)
• Karakteristik gejala neuromuskular dan urogenital karena kompresi pada
serabut saraf yang berada dibawah konus medularis.
• Penyebab
– Lumbal stenosis
– Fraktur
– HNP
– Neoplasma
– Infeksi
– Spina Bifida
19
Tn. Mungkin, 35 tahun, datang dengan keluhan kelemahan gerak pada
kedua tungkai sejak 5 jam yang lalu setelah jatuh dari pohon. Pasien juga
mengeluh tidak terasa dengan rangsangan nyeri dan suhu dari ujung kaki
sampai setinggi umbilicus. TTV stabil. Pemeriksaan neurologi : hipoestesi
dari umbilicus hingga ujung kaki. Kekuatan motorik tungkai bawah
2222/2222. Tonus otot meningkat, Refleks fisiologis meningkat, Refleks
patologis +/+. Jenis kelainan dari kasus diatas adalah...
a. Posterior Cord Syndrome
b. Brown Sequard Syndrome
c. Central Cord Syndrome
d. Anterior Cord Syndrome
e. Sindrom Transeksi Medulla Spinalis Total
19
Tn. Mungkin, 35 tahun, datang dengan keluhan kelemahan gerak pada
kedua tungkai sejak 5 jam yang lalu setelah jatuh dari pohon. Pasien juga
mengeluh tidak terasa dengan rangsangan nyeri dan suhu dari ujung kaki
sampai setinggi umbilicus. TTV stabil. Pemeriksaan neurologi : hipoestesi
dari umbilicus hingga ujung kaki. Kekuatan motorik tungkai bawah
2222/2222. Tonus otot meningkat, Refleks fisiologis meningkat, Refleks
patologis +/+. Jenis kelainan dari kasus diatas adalah...
a. Posterior Cord Syndrome
b. Brown Sequard Syndrome
c. Central Cord Syndrome
d. Anterior Cord Syndrome
e. Sindrom Transeksi Medulla Spinalis Total
20
Tn. Treno, usia 54 tahun datang diantar istrinya ke praktik dokter dengan
mengeluhkan kelumpuhan pada kedua kakinya. Keluhan disertai kesulitan
menahan BAK dan BAB. Keluhan ini muncul sejak pasien beberapa hari
yang lalu mengalami kecelakaan lalu lintas. Dari pemeriksaan fisik
didapatkan plegi pada kedua tungkai bawah, penurunan modalitas sensoris
eksteroseptor dan proprioseptif setinggi segmen Thoracal X ke bawah
disertai hiperhidrosis. Apakah kondisi yang dialami pasien?
a. Brown Sequard Syndrome
b. Sindrom Kolumna Anterior
c. Sindrom Kolumna Posterior
d. Sindrom Kolumna Central
e. Sindrom transeksi medulla spinalis total
20
Tn. Treno, usia 54 tahun datang diantar istrinya ke praktik dokter dengan
mengeluhkan kelumpuhan pada kedua kakinya. Keluhan disertai kesulitan
menahan BAK dan BAB. Keluhan ini muncul sejak pasien beberapa hari
yang lalu mengalami kecelakaan lalu lintas. Dari pemeriksaan fisik
didapatkan plegi pada kedua tungkai bawah, penurunan modalitas sensoris
eksteroseptor dan proprioseptif setinggi segmen Thoracal X ke bawah
disertai hiperhidrosis. Apakah kondisi yang dialami pasien?
a. Brown Sequard Syndrome
b. Sindrom Kolumna Anterior
c. Sindrom Kolumna Posterior
d. Sindrom Kolumna Central
e. Sindrom transeksi medulla spinalis total
COMPLETE TRANSECTION

• All tracts disrupted


• Functions below transection are
permanently lost
• Determined ~ 24 hours post injury
21
Seorang anak usia 10 tahun, datang dengan keluhan kejang. Sebelum
kejang pasien sempat berteriak dahulu, kemudian muncul kekakuan
seluruh tubuh diikuti dengan kelojotan dan mulut berbusa. Setelah
kejang pasien tertidur dan lemas. Saat keluhan pasien tidak demam
ataupun memiliki keluhan lain. Kemungkinan kejang pada pasien
adalah..
A. Klonik
B. Grand Mal
C. Petit Mal
D. Secondary Generalized Seizures
E. Tonik
21
Seorang anak usia 10 tahun, datang dengan keluhan kejang. Sebelum
kejang pasien sempat berteriak dahulu, kemudian muncul kekakuan
seluruh tubuh diikuti dengan kelojotan dan mulut berbusa. Setelah
kejang pasien tertidur dan lemas. Saat keluhan pasien tidak demam
ataupun memiliki keluhan lain. Kemungkinan kejang pada pasien
adalah..
A. Klonik
B. Grand Mal
C. Petit Mal
D. Secondary Generalized Seizures
E. Tonik
22
Laki-laki 44 tahun mengeluh sering terjatuh dan tidak sadarkan diri
tiba-tiba pada saat beraktivitas. Tidak sadarkan diri dan terjatuh hanya
beberapa detik sebelum kembali bangkit. Hal ini sering terjadi hingga
mengganggu pekerjaanya. Apa terapi yang tepat pada pasien ini ?
A. Carbamazepine
B. Asam valproat
C. Diazepam
D. Fenitoin
E. Gabapentin
22
Laki-laki 44 tahun mengeluh sering terjatuh dan tidak sadarkan diri
tiba-tiba pada saat beraktivitas. Tidak sadarkan diri dan terjatuh hanya
beberapa detik sebelum kembali bangkit. Hal ini sering terjadi hingga
mengganggu pekerjaanya. Apa terapi yang tepat pada pasien ini ?
A. Carbamazepine
B. Asam valproat
C. Diazepam
D. Fenitoin
E. Gabapentin
EPILEPSI
Penyakit otak yang ditandai oleh gejala atau kondisi sebagai berikut :
• Setidaknya ada dua kejang tanpa provokasi atau dua bangkitan refleks yang
berselang lebih dari 24 jam
• Satu bangkitan tanpa provokasi atau satu bangkitan reflek dengan adanya
kemungkinan bangkitan berulang dengan risiko rekurensi sama dengan dua
bangkitan tanpa provokasi (setidaknya 60%), yang dapat timbul hingga 10
tahun ke depan (Bangkitan refleks adalah bangkitan yang muncul akibat
induksi oleh faktor pencetus tertentu seperti stimulasi visual, auditorik,
somatosensitif, dan somatomotorik)
• Dapat ditegakkannya diagnosis sindrom epilepsi
23
Bayi, usia 3 hari diketahui memiliki benjolan yang terdapat
dipunggungnya. Riwayat ibu memiliki riwayat epilepsi dan rutin
mengkonsumsi obat antiepilepsi saat hamil. Apakah obat yang dapat
menyebabkan kondisi bayinya ?
A. Asam valproat
B. Lamotrigine
C. Fenitoin
D. Gabapentin
E. Phenobarbital
23
Bayi, usia 3 hari diketahui memiliki benjolan yang terdapat
dipunggungnya. Riwayat ibu memiliki riwayat epilepsi dan rutin
mengkonsumsi obat antiepilepsi saat hamil. Apakah obat yang dapat
menyebabkan kondisi bayinya ?
A. Asam valproat
B. Lamotrigine
C. Fenitoin
D. Gabapentin
E. Phenobarbital
24
Seorang perempuan datang dengan keluhan mulut mencong ke kanan.
Pemeriksaan fisik didapatkan kelemahan otot orbicularis kiri, kerutan
dahi sebelah kiri hilang, reflek pupil dan kornea normal, tidak ada
kelemahan anggota gerak dan lidah. Rasa kecap 2/3 anterior lidah
berkurang. Pasien tidak ada riwayat trauma atau penyakit lainnya
sebelumnya Diagnosis topis pada pasien ini adalah..
A. Nervus VII UMN dekstra
B. Nervus VII LMN dekstra
C. Nervus VII UMN sinistra
D. Nervus VII LMN sinistra
E. Nervus VII UMN dan LMN sinistra
24
Seorang perempuan datang dengan keluhan mulut mencong ke kanan.
Pemeriksaan fisik didapatkan kelemahan otot orbicularis kiri, kerutan
dahi sebelah kiri hilang, reflek pupil dan kornea normal, tidak ada
kelemahan anggota gerak dan lidah. Rasa kecap 2/3 anterior lidah
berkurang. Pasien tidak ada riwayat trauma atau penyakit lainnya
sebelumnya Diagnosis topis pada pasien ini adalah..
A. Nervus VII UMN dekstra
B. Nervus VII LMN dekstra
C. Nervus VII UMN sinistra
D. Nervus VII LMN sinistra
E. Nervus VII UMN dan LMN sinistra
BELL’S PALSY
• Paralisis nervus facialis (VII) akut, unilateral, perifer, dan mempengaruhi LMN. Idiopathic facial
paralysis
• Etiologimasih kontroversial. Diduga neuritis akibat virus (reaktivasi HSV-1 & herpes zoster),
inflamasi, autoimun, iskemik
• Manifestasi Klinis
– Paralisis akut motorik otot wajah pada bagian atas dan bawah unilateral (dalam periode 48 jam)
– Hilangnya lipatan nasolabilal dan dahi pada sisi yang lumpuh
– Ketika pasien mengangkat alis, sisi yang terkenan tetap rata
– Ketika pasien tersenyum, wajah menjadi distorsi dan terjadi lateralisasi ke sisi berlawanan
terhadap sisi yang lumpuh
– Nyeri retroaurikular, otalgia, hiperakusis (N. STAPEDIUS)
– Nyeri okular, dry eyes (akibat penurunan produksi air mata), lagoftalmus
– Gangguan pengecapan pada 2/3 anterior lidah unilateral
BELL’S PALSY
• Terapi steroid (dalam 72 jam paska onset)prednison 1 mg/kgBB/hari
atau 60 mg/hari selama 5 hari diikuti tapering off 10 mg/hari ,dengan
durasi total pemberian steroid adalah 10 hari
• Terapi antivirale.g = asiklovir, valasiklovir, diberikan pada kecurigaan
etiologi virus.
– Asiklovir (PO) 5x400 mg, selama 10 hari (HSV-1) atau 5x800 mg
(Varicella Zoster)
– Valasiklovir 3x100 mg, selama 7 hari
– Pemberian antiviral tanpa disertai terapi steroid terbukti tidak
memberikan benefit
25
Perempuan, 27 tahun, datang dengan keluhan pada saat tersenyum
bibir tertarik ke kiri, wajah asimetris, mata kanan memerah dan dahi
kanan tidak terdapat kerutan pada waktu diangkat. Pada pemeriksaan
tanda vital TD : 120/80 mmHg, RR 18x/menit, suhu 36,5 C, Nadi
84x/menit, keempat ekstremitas normal. Pasien memiliki riwayat
berpergian malam menggunakan sepeda motor untuk bekerja. Terapi
yang tepat adalah
A. Prednison 30mg/kgBB/hari
B. Prednison 40mg/kgBB/hari
C. Prednison 60mg/kgBB/hari
D. Prednison 30 mg/hari
E. Prednison 60 mg/hari
25
Perempuan, 27 tahun, datang dengan keluhan pada saat tersenyum
bibir tertarik ke kiri, wajah asimetris, mata kanan memerah dan dahi
kanan tidak terdapat kerutan pada waktu diangkat. Pada pemeriksaan
tanda vital TD : 120/80 mmHg, RR 18x/menit, suhu 36,5 C, Nadi
84x/menit, keempat ekstremitas normal. Pasien memiliki riwayat
berpergian malam menggunakan sepeda motor untuk bekerja. Terapi
yang tepat adalah
A. Prednison 30mg/kgBB/hari
B. Prednison 40mg/kgBB/hari
C. Prednison 60mg/kgBB/hari
D. Prednison 30 mg/hari
E. Prednison 60 mg/hari
26
Seorang wanita usia 38 tahun datang dengan keluhan nyeri pada
pergelangan tangan kiri sejak 2 minggu yang lalu. Pasien merasakan
nyeri menjalar hingga ke ibu jari, jari telunjuk dan jari tengah. Akhir-
akhir ini pasien banyak menerima pesanan pecel sehingga pasien terlalu
banyak menguleg. Pada pemeriksaan fisik didapatkan Tinel sign (+) dan
O tes (+) dan terdapat atrofi otot thenar. Apakah diagnosis yang mungkin
untuk kasus di atas . . .
a. Carpal tunnel syndrome
b. Guyon canal syndrome
c. Cubital tunnel syndrome
d. Tarsal tunnel syndrome
e. Saturday night palsy
26
Seorang wanita usia 38 tahun datang dengan keluhan nyeri pada
pergelangan tangan kiri sejak 2 minggu yang lalu. Pasien merasakan
nyeri menjalar hingga ke ibu jari, jari telunjuk dan jari tengah. Akhir-
akhir ini pasien banyak menerima pesanan pecel sehingga pasien terlalu
banyak menguleg. Pada pemeriksaan fisik didapatkan Tinel sign (+) dan
O tes (+) dan terdapat atrofi otot thenar. Apakah diagnosis yang mungkin
untuk kasus di atas . . .
a. Carpal tunnel syndrome
b. Guyon canal syndrome
c. Cubital tunnel syndrome
d. Tarsal tunnel syndrome
e. Saturday night palsy
CARPAL TUNNEL SYNDROME (CTS)
• Mononeuropati kompresif fokal tersering
• Disebabkan penekanan nervus medianus ketika berjalan di dalam carpal tunnel
• Etiologi : multifaktorial (kompresi nervus medianus atau inflamasi)
– Tenosynovitis pada tendon flexor di dalam carpal tunnel
– Efek massa(neoplasma,kista ganglion, persistent median artery)
– Rheumatoid arthritis
– Osteofit pada wrist joint
• Nyeri neuropatik dan paresthesia (baal dan kesemutan) pada distribusi nervus medianus (jari 1,2,3 dan setengah
radial jari 4)
• Gejala memburuk pada malam hari (dan dapat membangunkan pasien dari tidur). Gejala juga memburuk saat
pergelangan tangan dipertahankan dalam posisi tertentu dan saat adanya gerakan repetitif pada pergelangan
tangan
• Flick signuntuk mengurangi gejala, pasien sering mengibaskan pergelangan tangan
• Pada kasus yang berat  kelemahan pada otot-otot thenar, menyebabkan ketidakmampuan dalam abduksi dan
oposisi jempol (pasien menjadi sulit memegang gelas)
TREATMENT

• Splinting (nocturnal, neutral)


• Oral agents
– NSAIDs, Vitamin B6 (?)

• Steroid injection
– 80% relief short-term, ~10-20% @ 1.5 years
– (+) response predictive of success with surgery
– dexamethasone safest
SURGERY

• Indicated when non-operative treatment has failed or


thenar motor denervation ( mild to advance class, )
• Open release the Carpal Tunnel
• Endoscopic Carpal Tunnel release
27
Laki-laki, 45 tahun dibawa ke UGD dengan keluhan kejang dan tidak
dapat membuka mulut sempurna sejak 3 hari lalu. Saat kejang pasien
dapat merespon orang disekitarnya. Dua minggu yang lalu pasien
tertusuk bambu saat bertualang ke hutan. Pemeriksaan fisik TD 75/45
mmHg, nadi 110x, RR 36x/ menit. T 39C. Dari pemeriksaan didapatkan
trismus ++ kejang rangsang +, kejang spontan +. Apakah diagnosa yang
paling tepat pada pasien ini ?
a. Tetanus grade 1
b. Tetanus grade 2
c. Tetanus grade 3
d. Tetanus grade 4
e. Tetanus grade 5
27
Laki-laki, 45 tahun dibawa ke UGD dengan keluhan kejang dan tidak
dapat membuka mulut sempurna sejak 4 hari lalu. Saat kejang pasien
dapat merespon orang disekitarnya. Lima hari yang lalu pasien tertusuk
bambu saat bertualang ke hutan. Pemeriksaan fisik TD 75/45 mmHg, nadi
110x, RR 36x/ menit. T 39C. Dari pemeriksaan didapatkan trismus ++
kejang rangsang +, kejang spontan +. Apakah diagnosa yang paling tepat
pada pasien ini ?
a. Tetanus grade 1
b. Tetanus grade 2
c. Tetanus grade 3
d. Tetanus grade 4
e. Tetanus grade 5
TETANUS
• Tetanus adalah penyakit pada sistem saraf yang disebabkan oleh tetanospasmin yang merupakan
neurotoksin yang dihasilkan oleh Clostridium tetani.
• Tetanospasmin menghambat neurotransmiter GABA dan glisin, sehingga tidak terjadi hambatan
aktivitas refleks otot. Spasme otot dapat terjadi lokal (disekitar infeksi), sefalik (mengenai otot-otot
cranial), atau umum atau generalisata (mengenai otot-otot kranial maupun anggota gerak dan batang
tubuh).
• Spasme hampir selalu terjadi pada otot leher dan rahang yang mengakibatkan penutupan rahang
(trismus atau lockjaw), serta melibatkan otot otot ekstremitas dan batang tubuh.
• Tingkat keparahan tetanus: Kriteria Pattel Joag
– Kriteria 1: rahang kaku, spasme terbatas, disfagia, dan kekakuan otot tulang belakang
– Kriteria 2: Spasme, tanpa mempertimbangkan frekuensi maupun derajat keparahan
– Kriteria 3: Masa inkubasi ≤ 7 hari
– Kriteria 4: waktu onset ≤48 jam
– Kriteria 5: Peningkatan temperatur; rektal > 40OC atau aksila > 37,6 OC
TETANUS
• Derajat keparahan Tetanus :
1. Derajat 1 (kasus ringan), terdapat satu kriteria, biasanya Kriteria 1 atau 2 (tidak
ada kematian)
2. Derajat 2 (kasus sedang), terdapat 2 kriteria, biasanya Kriteria 1 dan 2. Biasanya
masa inkubasi lebih dari 7 hari dan onset lebih dari 48 jam (kematian 10%)
3. Derajat 3 (kasus berat), terdapat 3 Kriteria, biasanya masa inkubasi kurang dari 7
hari atau onset kurang dari 48 jam (kematian 32%)
4. Derajat 4 (kasus sangat berat), terdapat minimal 4 Kriteria (kematian 60%)
5. Derajat 5, bila terdapat 5 Kriteria termasuk puerpurium dan tetanus neonatorum
(kematian 84%).
28
Perempuan, 10 tahun dibawa ke RS karena kakinya tertusuk paku saat
bermain dengan temannya di halaman rumah. Anak tampak histeris dan
kesakitan. Dari pemeriksaan didapatkan paku masih menancap di telapak
kaki kanan si anak. Setelah dilepas paku didapati berkarat, dan kedalaman
luka ± 2 cm, sekitar luka kotor terdapat tanah. Dari anamnesa didapatkan
anak tidak pernah mendapatkan vaksin. Perawat melakukan rawat luka
pada pasien. Apa instruksi anda selanjutnya?
a. Observasi saja
b. Diberikan TD saja
c. Diberikan TD dan HTIG
d. Diberikan HTIG saja
e. Tidak perlu pemberian TD maupun HTIG
28
Perempuan, 10 tahun dibawa ke RS karena kakinya tertusuk paku saat
bermain dengan temannya di halaman rumah. Anak tampak histeris dan
kesakitan. Dari pemeriksaan didapatkan paku masih menancap di telapak
kaki kanan si anak. Setelah dilepas paku didapati berkarat, dan kedalaman
luka ± 2 cm, sekitar luka kotor terdapat tanah. Dari anamnesa didapatkan
anak tidak pernah mendapatkan vaksin. Perawat melakukan rawat luka
pada pasien. Apa instruksi anda selanjutnya?
a. Observasi saja
b. Diberikan TD saja
c. Diberikan TD dan HTIG
d. Diberikan HTIG saja
e. Tidak perlu pemberian TD maupun HTIG
MANAJEMEN TETANUS
• Ruang Isolasi untuk menghindari rangsang luar seperti suara, cahaya-ruangan redup dan tindakan terhadap penderita.
• Antikonvulsan diberikan secara titrasi, sesuai kebutuhan dan respon klinis. Bila penderita datang dalam keadaan kejang
maka diberikan diazepam dosis 0,5 mg/ kgBB/kali i.v. perlahan-lahan dengan dosis optimum 10mg/kali diulang setiap
kali kejang. Kemudian diikuti pemberian Diazepam per oral (sonde lambung) dengan dosis 0,5/kgBB/kali sehari
diberikan 6 kali. Dosis maksimal diazepam 240 mg/hari. Bila masih kejang (tetanus yang sangat berat), harus
dilanjutkan dengan bantuan ventilasi mekanik, dosis diazepam dapat ditingkatkan sampai 480 mg/hari dengan bantuan
ventilasi mekanik, dengan atau tanpa kurarisasi. Magnesium sulfat dapat pula dipertimbangkan digunakan bila ada
gangguan saraf otonom.
• Anti Tetanus Serum (ATS) dapat digunakan, tetapi sebelumnya diperlukan skin tes untuk hipersensitif. Dosis biasa
50.000 iu, diberikan IM diikuti dengan 50.000 unit dengan infus IV lambat. Jika pembedahan eksisi luka
memungkinkan, sebagian antitoksin dapat disuntikkan di sekitar luka.
• Eliminasi bakteri, penisilin adalah drug of choice: berikan prokain penisilin, 1,2 juta unit IM atau IV setiap 6 jam
selama 10 hari. Untuk pasien yang alergi penisilin dapat diberikan Tetrasiklin, 500 mg PO atau IV setiap 6 jam selama
10 hari. Pemberian antibiotik di atas dapat mengeradikasi Clostridium tetani tetapi tidak dapat mempengaruhi proses
neurologisnya.
• Bila dijumpai adanya komplikasi pemberian antibiotika spektrum luas dapat dilakukan. Tetrasiklin, Eritromisin dan
Metronidazol dapat diberikan, terutama bila penderita alergi penisilin. Tetrasiklin: 30-50 mg/kgBB/ hari dalam 4 dosis.
Eritromisin: 50 mg/ kgBB/hari dalam 4 dosis, selama 10 hari. Metronidazol loading dose 15 mg/KgBB/jam selanjutnya
7,5 mg/KgBB tiap 6 jam.
• Pemberian Tetanus Toksoid (TT) yang pertama, dilakukan bersamaan dengan pemberian antitoksin tetapi pada sisi yang
berbeda dengan alat suntik yang berbeda. Pemberian dilakukan dengan dosis inisial 0,5 ml toksoid intramuskular
diberikan 24 jam pertama.
29
Laki-laki 50 tahun dibawa ke UGD dengan keluhan kejang dan tidak dapat
membuka mulut sempurna sejak 5 hari lalu. Saat kejang pasien dapat merespon
orang disekitarnya. Dua minggu yang lalu pasien tertusuk paku saat
membetulkan rumah. Pemeriksaan fisik TD 100/70 mmHg, nadi 110x, RR 30x/
menit. temp 39. Dari pemeriksaan didapatkan trismus ++ kejang rangsang +,
kejang spontan +. Apakah tatalaksana yang paling tepat pada pasien ini ?
a. HTIG selama 3 hari + Diazepam + Metronidazole + TT
b. ATS selama 7 hari + Diazepam + Metronidazole + TT
c. ATS single dose + Diazepam + Metronidazole + TT
d. HTIG single dose + Diazepam + Metronidazole + TT
e. ATS selama 3 hari + HTIG single dose + Diazepam + Metronidazole + TT
29
Laki-laki 50 tahun dibawa ke UGD dengan keluhan kejang dan tidak dapat
membuka mulut sempurna sejak 5 hari lalu. Saat kejang pasien dapat merespon
orang disekitarnya. Dua minggu yang lalu pasien tertusuk paku saat
membetulkan rumah. Pemeriksaan fisik TD 100/70 mmHg, nadi 110x, RR 30x/
menit. temp 39. Dari pemeriksaan didapatkan trismus ++ kejang rangsang +,
kejang spontan +. Apakah tatalaksana yang paling tepat pada pasien ini ?
a. HTIG selama 3 hari + Diazepam + Metronidazole + TT
b. ATS selama 7 hari + Diazepam + Metronidazole + TT
c. ATS single dose + Diazepam + Metronidazole + TT
d. HTIG single dose + Diazepam + Metronidazole + TT
e. ATS selama 3 hari + HTIG single dose + Diazepam + Metronidazole + TT
30
Seorang perempuan usia 60 tahun datang ke RS dengan keluhan nyeri punggung
bawah yang menjalar ke paha hingga ujung jari kaki. Nyeri bertambah saat batuk
maupun bersin. Selain nyeri ada keluhan kebas pada daerah tersebut. Satu hari
sebelumnya pasien pergi ke sawah dan mengangkat hasil panen hingga 30 kg.
BAK dan BAB tidak ada keluhan. Pada tes Lasseque hasilnya (+) sedangkan tes
Patrick dan Kontra-Patrick hasilnya (-). Apakah pemeriksaan penunjang awal
untuk kasus di atas?
a. Foto polos vertebrae lumbosacral
b. CT-Scan lumbal
c. MRI lumbal
d. Foto BNO-IVP
e. USG
30
Seorang perempuan usia 60 tahun datang ke RS dengan keluhan nyeri punggung
bawah yang menjalar ke paha hingga ujung jari kaki. Nyeri bertambah saat batuk
maupun bersin. Selain nyeri ada keluhan kebas pada daerah tersebut. Satu hari
sebelumnya pasien pergi ke sawah dan mengangkat hasil panen hingga 30 kg.
BAK dan BAB tidak ada keluhan. Pada tes Lasegue hasilnya (+) sedangkan tes
Patrick dan Kontra-Patrick hasilnya (-). Apakah pemeriksaan penunjang awal
untuk kasus di atas?
a. Foto polos vertebrae lumbosacral
b. CT-Scan lumbal
c. MRI lumbal
d. Foto BNO-IVP
e. USG
HERNIA NUKLEUS PULPOSUS (HNP)
• Herniasi matriks nukleus pulposus melalui anulus
fibrosus ke dalam kanalis spinalis
• 95% HNP terjadi di lumbal (IV disc L4-L5 dan L5-
S1). Di daerah cervical, paling sering di IV disc C6-
C7
• Karena bentuk anatomisnya, HNP pada vertebra
lumbal akan menekan radix saraf yang keluar di
bawahnya. Contoh : L5-S1 disc herniation akan
menyebabkan S1 radikulopati
• HNP pada vertebra cervical akan menekan radix saraf
pada level yang sama. Namun karena penamaan
radix nervi cervicalis berbeda dengan yang lain,
maka radix saraf yang tertekan akan sesuai dengan
vertebra di bawahnya. Contoh : C6-C7 disc
herniation akan menyebabkan C7 radikulopati
HNP LUMBAL
• Nyeri menjalar (nyeri radikuler) dari punggung hingga ke tungkai bawah atau kaki (ischialgia).
Nyeri tungkai bawah lebih sakit daripada nyeri punggung
• Nyeri diperberat dengan batuk, bersin, atau mengejan (Valsava maneuver)
• Gerakan punggung terbatas (terutama antefleksi) karena nyeri
• Tanda-tanda tegangan radiks
– Straight leg raise (SLR : Lasegue test) (+) atau crossed SLR menandakan keterlibatan radiks L5,S1
– Femoral strecth testmenandakan keterlibatan radiks L2-L4
• Kelemahan motorik yang diikuti dengan penurunan refleks Fisiologis patella dan Achilles
• Perubahan sensorik (baal, kesemutan, rasa panas, rasa seperti ditusuk-tusuk) sesuai dermatom
• Bila sudah berat, dapat disertai gangguan otonom seperti retensi urin
HNP LUMBAL
• Straight leg raise test (Lasegue) test  mencari ada tidaknya ischialgia.
– Positif bila terdapat nyeri radikular dan parestesia sesuai distribusi nervus ischiadicus ketika hip joint
dielevasikan pada sudut 30-60 derajat dengan lutut ekstensi
–  Bila (+)radikulopati L5, S1
– Nyeri saat elevasi <10 atau >60 derajatbukan kompresi radiks
– Bowstring sign  berkurangnya nyeri radikular ketika lutut difleksikan saat Lasegue test (+)
• Bragard testmempertajam lasegue test (Lasegue + dorsofleksi ankle)
• Crossed straight leg raise test  Elevasikan tungkai yang asimptomatik menyebabkan gejala nyeri
radikular tipikal pada tungkai yang simptomatik (spesifisitas >90% untuk kompresi radiks
lumbosacral)
HNP SERVIKAL
• Nyeri yang menjalar di area lengan pada distribusi radiks, diperburuk dengan ekstensi leher,
rotasi ipsilateral, dan fleksi lateral
• Tanda dan gejala lesi LMN (kelemahan motorik, penurunan refleks fisiologis biseps dan
triseps) atau hipestesia sesuai dengan dermatom
• Protrusi diskus cervical sentral menyebabkan mielopati dan radikulopati
• Lhermitte test (+)menekan atau kompresi kepala pasien untuk mendeteksi ada tidaknya
penekanan di foramen intervertebralis bagian cervical.
PEMERIKSAAN PENUNJANG HNP

• Neuroimaging
– Foto polos lumbosacraluntuk eksklusi diagnosis banding seperti spondilosis, spondilolistesis, fraktur, keganasan,
infeksi, proses degenerasi, penyempitan disk space. Dapat melihat struktur tulang namun tidak bisa melihat herniated disk
– CT SCANdapat menilai struktur tulang jauh lebih baik dibandingkan MRI dan foto polos, namun tidak bisa
mengevaluasi radix saraf
– MRIdapat menvisualisasi soft tissue lebih baik dan informatif dibandingkan CT SCAN. Paling disarankan untuk
penegakan diagnosis herniated disc
– CT myelografijarang diindikasikan karena invasif. Dapat menvisualisasi radiks saraf spinal dan disarankan pada pasien
herniated disc yang intolerasi atau memiliki kontraindikasi terhadap MRI.
• Elektrodiagnosis
– Nerve Conduction Study (NCS) dan elektromiografi (EMG)
– Digunakan apabila temuan neuroimaging tidak konsisten dengan presentasi klinis pasien
– NCS dan EMG memilik idiagnostik yang tinggi apabila dilakukan pada radikulopati dengan kelemahan otot yang sudah
ada minimal 3 minggu
– Pada radikulopati, NCS dan EMG dapat melokaslisasi radiks nervi spinal yang bermasalah
PEMERIKSAAN PENUNJANG HNP
• Konservatif
– Analgesik golongan NSAID
– Modifikasi aktivitas (kurangi duduk yang terlalu lama, membungkuk, mengangkat barang)
– Fisioterapi, program olahraga
– Collar neck atau korset lumbal sementara selama 2 minggu
– Injeksi kortikosteroid epidural pada kasus nyeri radikular yang hebat di lumbal
• Indikasi Bedah
– Nyeri yang tidak tertahankan walaupun sudah menjalani terapi konservatif yang adekuat
selama > 3 bulan
– Hasil EMGterdapat kompresi radiks
– Defisit neurologis yang progresif
– Prosedur = discectomy anterior servikal atau laminektomi
31
Nn AY, 28 tahun dikeluhkan keluarga mengalami cemas dan berespon berlebih
terhadap cahaya dan air, sehingga pasien hanya mengurung diri di kamar. Pasien
juga dikeluhkan demam selama beberapa hari terakhir. Riwayat digigit anjing liar
di jalan sekitar 2 bulan sebelumnya dan hanya dilakukan perawatan di rumah.
Kemungkinan diagnosis pasien adalah.....
a. Tetanus
b. Rabies
c. Meningitis
d. Gangguan psikosomatis
e. Gangguan cemas menyeluruh
31
Nn AY, 28 tahun dikeluhkan keluarga mengalami cemas dan berespon berlebih
terhadap cahaya dan air, sehingga pasien hanya mengurung diri di kamar. Pasien
juga dikeluhkan demam selama beberapa hari terakhir. Riwayat digigit anjing liar
di jalan sekitar 2 bulan sebelumnya dan hanya dilakukan perawatan di rumah.
Kemungkinan diagnosis pasien adalah.....
a. Tetanus
b. Rabies
c. Meningitis
d. Gangguan psikosomatis
e. Gangguan cemas menyeluruh
RABIES
• Infeksi virus Rabies (genus Lyssa-virus) pada sistem saraf pusat melalui saraf perifer
• Ditularkan terutama melalu igigitan hewan yang terinfeksi (anjing, monyet, kelelawar, kucing, serigala)
• Inkubasi virus = 2 minggu-2 tahun (umumnya 3-8 minggu
• Prognosis hampir selalu fatal (mortalitas mencapai 100 %) apabila virus telah menginfeksi SSP
• Tanda dan gejala Rabies di manusia
– Stadium prodromalflu-like
– Stadium sensorisnyeri, panas, kesemutan pada tempat bekas luka, cemas. Reaksi berlebihan terhadap rangsang sensoris
– Stadium eksitasitonusotot >>, aktvitas simpatis >>, hiperhidrosis, hipersalivasi, hiperlakrimasi, midriasis, fobia, apneu, konvulsi, takikardia,henti
jantung
– Stadium paralisispada pasien yang tidak menunjukkan gejala eksitasi, paresis otot progresif
• Tanda dan gejala Rabies di hewan (anjing) :
– tak mengenal dan mematuhi pemiliknya, mudah terkejut,
– Mudah berontak
– Fotofobia
– gelisah,
– Beringas
– Kelumpuhan tenggorokan
– kelumpuhan kaki belakang
– Dalam 10-14 hari akan mati karena rabies
WOUND TREATMENT
• SEGERA CUCI LUKA GIGITAN DENGAN SABUN + AIR MENGALIR ATAU AIR SAJA SELAMA 15 MENIT
• Debridemen dan disinfeksi luka dengan detergen, alkohol 70%, povidon iodin
• Administrasi antibiotik
• Profilaksis tetanus

SERUM ANTI RABIES (SAR) ATAU RABIES IG


• Human-RIG (HRIG) / serum homolog20 IU/kg. Sediaan = vial 2 mL (150IU/mL), atau Equine-RIG
(ERIG) / serum heterolog 40 IU/kg. Sediaan = vial 20 mL (100 IU/mL)
• Infiltrasikan di sekitar luka sebanyak-banyaknya, sisanya disuntikkan secara IM (jauh dari lokasi injeksi
vaksin)
• Bila RIG tidak ada, pemberiannya dapat ditunda maksimal 7 hari setelah pemberian VAR yang pertama

VAKSIN ANTI RABIES (VAR)


• PVRV (Purified Vero Rabies Vaccine)
• Dosis 0,5 / kali. Administrasi secara IM (deltoid, atau anterolateral paha usia <2 tahun)
• Diberikan 5 dosis hari 0, 3, 7, 14, 28 (regimen Essen / rekomendasi WHO, atau
• Diberikan dengan regimen 2-1-1 (regimen Zagreb / rekomendasi Depkes RI)hari 0, 7, 212 dosis pada
hari 0 (deltoid kanan dan kiri), 1 dosis pada hari 7 dan 21
32
Tn N, 25 tahun datang ke UGD RS dengan keluhan telah digigit anjing
tetangganya sekitar 1 jam yang lalu. Anjingnya dikatakan sedang sakit dan
menggigit Tn N sebelum mati. Riwayat vaksin rabies pada anjing tidak diketahui.
Penatalaksanaan awal yang tepat untuk Tn N adalah....
a. Injeksi antibiotik
b. Eksplorasi luka dan cuci dengan dengan alkohol
c. Cuci dengan air bersih mengalir dan sabun
d. Injeksi anti tetanus serum
e. Injeksi vaksin anti rabies
32
Tn N, 25 tahun datang ke UGD RS dengan keluhan telah digigit anjing
tetangganya sekitar 1 jam yang lalu. Anjingnya dikatakan sedang sakit dan
menggigit Tn N sebelum mati. Riwayat vaksin rabies pada anjing tidak diketahui.
Penatalaksanaan awal yang tepat untuk Tn N adalah....
a. Injeksi antibiotik
b. Eksplorasi luka dan cuci dengan dengan alkohol
c. Cuci dengan air bersih mengalir dan sabun
d. Injeksi anti tetanus serum
e. Injeksi vaksin anti rabies
33
Ny BY, 27 tahun, datang dengan keluhan terdapat luka di tungkai kirinya setelah
digigit anjing peliharaannya 30 menit yang lalu. Dari hasil pemeriksaan fisik,
ditemukan vulnus morsum tanpa perdarahan aktif. Apabila diperlukan pemberian
vaksin anti rabies, maka cara pemberian yang benar adalah...
a. 0,5 cc SC sebanyak dua dosis pada hari 0, kemudian 0,5 cc SC pada hari ke-7 dan
hari ke-21
b. 0,5 cc IM sebanyak dua dosis pada hari 0, kemudian 0,5 cc IM pada hari ke-7 dan
hari ke-21
c. 1 cc IM sebanyak dua dosis pada hari 0, kemudian 0,5 cc IM pada hari ke-7 dan
hari ke-21
d. 1 cc SC sebanyak dua dosis pada hari 0, kemudian 0,5 cc IM pada hari ke-7 dan
hari ke-21
e. 0,5 cc IM sebanyak dua dosis pada hari 1, kemudian 0,5 cc IM pada hari ke-2 dan
hari ke-21
33
Ny BY, 27 tahun, datang dengan keluhan terdapat luka di tungkai kirinya setelah
digigit anjing peliharaannya 30 menit yang lalu. Dari hasil pemeriksaan fisik,
ditemukan vulnus morsum tanpa perdarahan aktif. Apabila diperlukan pemberian
vaksin anti rabies, maka cara pemberian yang benar adalah...
a. 0,5 cc SC sebanyak dua dosis pada hari 0, kemudian 0,5 cc SC pada hari ke-7 dan
hari ke-21
b. 0,5 cc IM sebanyak dua dosis pada hari 0, kemudian 0,5 cc IM pada hari ke-7 dan
hari ke-21
c. 1 cc IM sebanyak dua dosis pada hari 0, kemudian 0,5 cc IM pada hari ke-7 dan
hari ke-21
d. 1 cc SC sebanyak dua dosis pada hari 0, kemudian 0,5 cc IM pada hari ke-7 dan
hari ke-21
e. 0,5 cc IM sebanyak dua dosis pada hari 1, kemudian 0,5 cc IM pada hari ke-2 dan
hari ke-21
34
Seorang laki-laki umur 24 tahun datang dengan keluhan kelemahan pada kedua
tungkai. Pasien riwayat batuk lama dan penurunan berat badan 3 bulan terakhir.
Terkadang dikeluhkan nyeri pada tulang punggung. Tekanan darah 120/70
mmHg, nadi 88x/menit, suhu 38C, RR 20x/menit. Pemeriksaan fisik didapatkan
kiposis dengan benjolan pada punggung. Pemeriksaan neurologis paraparese
inferior, hipestesi dari akral hingga T10. Apakah kemungkinan diagnosanya?
a. Poliomielitis
b. Spondilitis
c. Pott’s disease
d. Gullian Barre Syndrome
e. Cauda equina syndrome
34
Seorang laki-laki umur 24 tahun datang dengan keluhan kelemahan pada kedua
tungkai. Pasien riwayat batuk lama dan penurunan berat badan 3 bulan terakhir.
Terkadang dikeluhkan nyeri pada tulang punggung. Tekanan darah 120/70
mmHg, nadi 88x/menit, suhu 38C, RR 20x/menit. Pemeriksaan fisik didapatkan
kiposis dengan benjolan pada punggung. Pemeriksaan neurologis paraparese
inferior, hipestesi dari akral hingga T10. Apakah kemungkinan diagnosanya?
a. Poliomielitis
b. Spondilitis
c. Pott’s disease
d. Gullian Barre Syndrome
e. Cauda equina syndrome
35
Nn. Munaroh, 25 tahun datang ke IGD pasca terjatuh dari tangga sejak 1 jam yang
lalu. Saat ini pasien tidak dapat menggerakan kedua tungkai bawah sama sekali.
Pasien terjatuh dalam posisi duduk dan tulang belakang bagian punggung bawah
membentur pinggir tangga yang keras. Riwayat pingsan setelah terjatuh disangkal.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit sedang, GCS 15,
TD 130/80 mmHg, nadi 90x/menit, RR 19x/menit, suhu 37,0oC Pada pemeriksaan
fisik neurologis didapatkan paraplegia dengan penurunan sensasi raba, suhu dan
sentuh pada tungkai. Refleks fisiologis patella dan Achilles (-) dan refleks
Chaddock (+). Tatalaksana yang tepat diberikan pada pasien adalah...
A. Methylprednisolone 10mg/kgBB bolus IV dalam 15 menit
B. Methylprednisolone 50mg/kgBB bolus IV dalam 15 menit
C. Methylprednisolone 30mg/kgBB IV kontinu dalam 45 menit
D. Methylprednisolone 30mg/kgBB bolus IV dalam 15 menit
E. Methylprednisolone 100mg/kgBB bolus IV dalam 15 menit
35
Nn. Munaroh, 25 tahun datang ke IGD pasca terjatuh dari tangga sejak 1 jam yang
lalu. Saat ini pasien tidak dapat menggerakan kedua tungkai bawah sama sekali.
Pasien terjatuh dalam posisi duduk dan tulang belakang bagian punggung bawah
membentur pinggir tangga yang keras. Riwayat pingsan setelah terjatuh disangkal.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit sedang, GCS 15,
TD 130/80 mmHg, nadi 90x/menit, RR 19x/menit, suhu 37,0oC Pada pemeriksaan
fisik neurologis didapatkan paraplegia dengan penurunan sensasi raba, suhu dan
sentuh pada tungkai. Refleks fisiologis patella dan Achilles (-) dan refleks
Chaddock (+). Tatalaksana yang tepat diberikan pada pasien adalah...
A. Methylprednisolone 10mg/kgBB bolus IV dalam 15 menit
B. Methylprednisolone 50mg/kgBB bolus IV dalam 15 menit
C. Methylprednisolone 30mg/kgBB IV kontinu dalam 45 menit
D. Methylprednisolone 30mg/kgBB bolus IV dalam 15 menit
E. Methylprednisolone 100mg/kgBB bolus IV dalam 15 menit
36
Wanita, usia 30 tahun, keluhan lumpuh keempat ekstremitas sejak 1 minggu lalu.
Kelumpuhan dimulai pada kedua tungkai bawah. Kemudian 3 hari yang lalu
kelumpuhan muncul pada kedua lengan. Pasien juga mengeluhkan diare dan
muntah. Pemeriksaan neurologis didapatkan tetraparesis tipe LMN, kesemutan
pada kaki, dan glove stocking hipoestesi. BAB dan BAK normal, tidak ada
demam. Pada pemeriksaan lab darah lengkap menunjukkan hasil normal. Lokasi
terjadinya gangguan di atas adalah....
A. Saraf perifer
B. Taut neuromuskuler
C. Selubung mielin
D. Kornu anterior medulla spinalis
E. Korteks cerebri
36
Wanita, usia 30 tahun, keluhan lumpuh keempat ekstremitas sejak 1 minggu lalu.
Kelumpuhan dimulai pada kedua tungkai bawah. Kemudian 3 hari yang lalu
kelumpuhan muncul pada kedua lengan. Pasien juga mengeluhkan diare dan
muntah. Pemeriksaan neurologis didapatkan tetraparesis tipe LMN, kesemutan
pada kaki, dan glove stocking hipoestesi. BAB dan BAK normal, tidak ada
demam. Pada pemeriksaan lab darah lengkap menunjukkan hasil normal. Lokasi
terjadinya gangguan di atas adalah....
A. Saraf perifer
B. Taut neuromuskuler
C. Selubung mielin
D. Kornu anterior medulla spinalis
E. Korteks cerebri
GUILLAIN-BARRÉ SYNDROME
is an acute inflammatory demyelinating polyneuropathy
(AIDP), a disorder affecting the peripheral nervous
system. It is usually triggered by an acute infectious
process. The syndrome was named after the French
physicians Guillain, Barré and Strohl, who were the first
to describe it in 1916. It is sometimes called Landry's
paralysis, after the French physician who first described
a variant of it in 1859. It is included in the wider group
of peripheral neuropathies.
GUILLAIN-BARRÉ SYNDROME

• Acute immunmodulated poly-radiculo-neuro-pathy


• Pathology: perivascular lymphocyte-macrophage infiltration in the peripheral
nervous system leading to macrophage mediated segmental demyelination
• Incidence: 1.5-2.0/100 000/year
• In most cases preceded by an infection (upper respiratory tract infection, diarrhoea)
• Infectious agents associated with Guillain-Barré syndrome: CMV, EBV, HIV,
Campylobacter jejuni, Mycoplasma pneumoniae
– The infectious agent is usually unidentified
E TI OL OG Y

• The etiology of Guillain-Barré syndrome is unclear, but an autoimmune


response is strongly suspected.
• There is a preceding event or trigger that is often an infection.
• Occasionally, vaccinations have been known to trigger Guillain-Barré
syndrome.
PATHOPHYSIOLOGY
• Usually postinfectious
• Immune-mediated: infectious agents thought to
induce Ab production against specific
gangliosides/glycolipids
• Lymphocytic infiltration of spinal
roots/peripheral nerves & then macrophage-
mediated, multifocal stripping of myelin
• Result: defects in the propagation of electrical
nerve impulses, with eventual conduction
block and flaccid paralysis
KRITERIA GBS MENURUT GILROY DAN MEYER (1979)

1. Paralisis flasid simetris, difus


2. Gejala sensoris subyektif
3. Penyembuhan sempurna dalam 6 bulan
4. Disosiasi citoalbumin
5. Tanpa atau sedikit demam saat muncul paralysis
6. AL normal atau lymphositosis dengan sedikit atau tanpa
kenaikan KED.
Harus memenuhi 5 kriteria dari 6 kriteria
GUILLAIN-BARRÉ SYNDROME- DIAGNOSIS AND
TREATMENT
• Diagnosis
– Clinical symptoms
– Electroneurography- confirms segmental demyelination
– Cerebrospinal fluid examination: elevated protein content with normal cell
count (starting from the 2nd week)
• Treatment
– Plasmapheresis, immunoglobulin (IVIG)
– Supportive treatment!

Anda mungkin juga menyukai