Anda di halaman 1dari 24

Kolaborasi (Colaboration)

Kolaborasi kerja sama diantara dua penleliti atau


lebih; dua penulis atau lebih untuk menggasikan
sebuh karya.
Karya sama (karya bersama diantara dua tau lebih
pengarang, peneliti dsb.
Kolaborasi terjadi karena harus saling
membutuhkan.
Partisipasi/sumbangan/kontribusi yang diberikan
kepada sebuah karya oleh pengarang, peneliti,
penulis yang berkolaborasi.
Lanjutan.
 Jelasnya, yang dimaksud dengan kolaborasi
(collaboration) adalah kerja sama antara lebih
dari satu orang atau lebih dari satu lembaga
dalam sebuah kegiatan, baik kegiatan penelitian
maupun kegiatan pendidikan.
 Kolaborasi dalam penelitian berlangsung bila
dua peneliti atau lebih bekerja sama, dalam
sebuah kegiatan penelitian, masing-masing
memberikan sumbangan sumber daya dan
usaha baik intelektual maupun fisik.
• Konsep kolaborasi tumbuh dari anggapan bahwa ada
kalanya sebuah karya atau artikel tidak dapat ditangani
sendiri sehingga memerlukan bantuan orang lain
(Sulistyo-Basuki,1994 ).
• Bantuan tersebut dapat berupa nasihat, gagasan atau
kritik yang biasa disebut dengan kolaborasi teoritis,
dan bantuan dalam kegiatan penelitian yang biasa
disebut dengan kolaborasi teknis.
• Dalam hal ini kolaborasi, pada umumnya yang akan
dibahas adalah kolaborasi pada ko-pengarang, artinya
kegiatan penelitian yang dikerjakan bersama-sama,
nama-nama mereka dinyatakan dalam karya dan
masing masing berstatus sama.
Contoh: Sistem kolaborasi peneliti oleh Egghe (1991)
digambarkan sebagai berikut :
AD AC EF A B C C D F

• Keanggotaan kolaborasi dari para peneliti dapat


ditentukan dari banyaknya huruf yang berada pada
masing-masing kotak.
• Gambar menunjukkan kolaborasi yang teridiri atas:
tiga makalah ditulis oleh dua peneliti (peneliti A dan
D; peneliti A dan C; dan peneliti E dan F), dan dua
makalah berikutnya masing-masing ditulis oleh tiga
peneliti (peneliti A, B, dan C; dan peneliti C, D, dan F).
Bentuk-bentuk kolaborasi
Jumlah anggota kolaborasi bervariasi, mulai dari 2 sampai
dengan 10 orang, walaupun ada juga yang melibatkan sampai
30 orang (Sulistyo-Basuki,1993). Kolaborasi peneliti dari
negara lain ternyata ada yang melibatkan 89 anggota peneliti
dari 10 lembaga yang berlainnan untuk sebuah artikel
(Sulistyo-Basuki,1994).

a) Kolaborasi guru (dosen) ‑ murid (mahasiswa). Ini


merupakan modus kolaborasi yang paling lazim dalam
lingkungan akademis. Dosen memberikan ide dan
bimbingan, kadang‑kadang juga dana dari proyek penelitian,
semen­tara asisten atau pun mahasiswa melakukan tugas
penelitiannya. Hasilnya dalam bentuk laporan atau pun
makalah ataupun tulisan dalam majalah biasanya memuat
nama guru (dosen) dan murid (mahasiswa).
Lanjutan
(b) Kolaborasi antara rekan (sejawat). Sesama peneliti,
sesama penulis.
• Modus kolaborasi ini paling lazimdijumpai pada pusat
penelitian.
• Dalam kolaborasi ini berbagai rekan bekerja bersama
dalam sebuah proyek penelitian atau lebih, masing‑masing
ilmuwan menyumbang keahlian merka dalam berbagai
aspek proyek penelitian.
• Dalam bidang interdisiplin seperti lingkungan, energi atau
pun ruang angkasa, ilmuwan dan spesialis dari banyak
bidang yang sangat berbeda seringkali bekerja. tidak­lah
aneh bila ahli kimia, rekayasawan kimia, ahli material, ahli
biofisika dan spesialis bidang lain bekerja sama dalam
proyek penelitian interdisiplin. Tim suami isteri termasuk
dalam kategori ini.
(c) Kolaborasi atasan ‑ bawahan (birokrasi).
Dalam sosiologi ilmu pengetahuan terdapat
kenyataan sebuah struktur berjenjang dalam
masyarakat ilmiah. Dalam proyek penelitian
yang memerlukan fasilitas laboratorium atau
peralatan yang khusus dengan tingkat
pemakaian yang tinggi, maka peneliti utama
dibantu oleh sejumlah asisten laboratorium
dan teknisi. Ini lah kolaborasi atasan ‑ bawahan
(d) Kolaborasi peneliti ‑ konsultan. Dalam proyek
penelitian yang ekstensif, peneliti perorangan
atau tim peneliti dapat memanfaatkan
bantuan seorang konsultan atau pun
perusahaan kon­sultan guna melakukan tugas
khusus seperti pengumpulan data (disain dan
administrasi kuesioner atau melakukan
wawancara), pengolahan dan analisis data.
(e) Kolaborasi antara organisasi. Ilmuwan dan peneliti yang bekerja pada
berbagai badan induk yang berlainan sering bekerja sama dalam
proyek penelitian yang sesuai dengan kepentingan ber­sama. Penelitian
semacam itu seringkali didorong berkat adanya kontak informal atau
pun saling kenal.
Dapat pula terjadi seorang ilmuwan pindah dari sebuah lembaga
penelitian dan pindah ke lembaga penelitian lainnya, mungkin ia
membawa serta proyek penelitian yang belum selesai ke lembaga yang
baru namun masih dilakukan kerjasama dengan rekan lain dari instansi
lama.
Kolaborasi antar organisasi dapat pula terjadi bila terdapat kesepakatan
bersama (misalnya antara 2 badan pemerintah) atau terjadi karena
rumitnya proyek penelitianm yang dihadapi taupun karena para peneliti
dari sebuah lembaga memerlukan peralatan yang mahal atau pun
memerlukan jasa khusus yang hanya dapat diperoleh pasa lembaga lain.
Kolaborasi penelitian antara lemabaga perguruan tinggi dengan pihak
industri dan swasta semakin berkem­bang
(f) Kolaborasi internasional. Frame dan
Carpenter meneliti perilaku kolaborasi
internasional di antara kalangan ilmuwan.
Tingkat kolaborasi ternyata lebih tinggi pada
bidang sains (seperti fisika, matematika dan
kimia) daripada bidang terapan (seperti
rekayasa dan teknologi, kedokteran klinis dan
penelitian biomedis).
Formulasi Tingkat Kolaborasi
Formulasi yang digunakan untuk menentukan tingkat kolaborasi peneliti
dalam suatu bidang penelitian pada tahun tertentu adalah metode
Subramanyam (1983) dengan perubahan penulis sebagai berikut:
Nm
C
Nm  Ns
C adalah Tingkat kolaborasi peneliti dalam sebuah disiplin
ilmu,dimana nilai C tersebut berada pada interval nol sampai
dengan satu, atau [0 - 1];
Nm adalah Total hasil penelitian dari peneliti dalam sebuah disiplin
Ilmu pada tahun tertentu yang dilakukan secara berkolaborasi;
Ns adalah Total hasil penelitian dari peneliti dalam sebuah
disiplin ilmu pada tahun tertentu yang dilakukan secara
individual;
Contoh soal

• Dari himpunan pengarang dan Co-pengarang


pada periode 1991-2001 dalam Jurna XXX
terdapat 8 makalah (A, B, C, D, E, F, G, & H) yang
ditulis secara individu maupun berkolaborasi,
dengan pengarang sebagai berikut:
Makalah Pengarang
A 1, 2,3
B 1,4
C 1, 5,4
D 5, 6
E 8
F 2, 4, 6, 7, 9

G 9
H 3, 5
• Pertanyaan: Berapa Tingkat Kolaborasi peneliti
pada bidang " X " tersebut ? . Penyelesaian:
Untuk menjawab pertanyaan dalam menentukan
tingkat kolaborasi tersebut, maka sebagai langkah
awal adalah sebagai berikut:
(a) Memeriksa dan mencatat makalah hasil penelitian
dari para pengarangberdasarkan jumlah
keanggotaan pengarang, yakni yang dilakukan oleh
satu orang, dua orang, tiga orang, dan seterusnya.
(b) Mengelompokan makalah hasil penelitian yang
ditulis hanya satu orang peneliti dengan yang
berkolaborasi (yang ditulis 2 orang atau lebih).
(c) Menentukan besarnya nilai tingkat kolaborasi
pengarang dengan menggunakan formulasi tingkat
kolaborasi dengan rumus.
 Dari data yang ada, diperoleh bahwa
pengarang tunggal (Ns) adalah 2 (dua) yaitu
makalah E dan G. Pengarang kolaborasi (dua
atau lebih pengarang) adalah 6 (enam).
 Maka tingkat kolaborasinya adalah:
Nm
C
Nm  Ns

6
C  0,75
62
Interpretasi terhadap nilai C
(a) Apabila nilai C sama dengan nol (C= 0) maka dapat
dikatakan bahwa hasil penelitian pada bidang
tersebut seluruhnya dilakukan secara individual
(peneliti tunggal), berarti tidak ada satu hasil
penelitianpun yang dilakukan secara berkolaborasi.
Jadi pelaksanaan penelitian pada bidang tersebut
sama sekali tidak memerlukan bantuan atau
pendekatan dari disiplin ilmu lain atau lembaga
penelitian lain, artinya memang masih dapat
dilakukan secara sendiri.
(b) Apabila nilai C lebih besar nol dan kurang
dari setengah (0<C<0,5) maka dapat dikatakan
bahwa hasil penelitian pada bidang tersebut
dilakukan secara individual lebih besar
dibanding dengan banyaknya hasil penelitian
yang dilakukan secara berkolaborasi.
Jadi pelaksanaan penelitian pada bidang
tersebut tidak semuanya memerlukan
bantuan atau pendekatan dari disiplin ilmu
lain atau lembaga penelitian lain.
(c) Apabila nilai C sama dengan setengah (C=0,5)
maka dapat dikatakan bahwa banyaknya hasil
penelitian pada bidang tersebut dilakukan
secara individual sama dengan banyaknya
hasil penelitian yang dilakukan secara
berkolaborasi.
Jadi pelaksanaan penelitian pada bidang
tersebut sama-sama memerlukan bantuan
dari disiplin ilmu lain atau lembaga penelitian
lain.
(d) Apabila nilai C lebih besar setengah dan kurang
dari satu (0,5<C<1) maka dapat dikatakan bahwa
hasil penelitian pada bidang tersebut dilakukan
secara individual lebih sedikit dibanding dengan
banyaknya hasil penelitian yang dilakukan secara
berkolaborasi.
Jadi pelaksanaan penelitian pada bidang tersebut
memang sangat memerlukan bantuan dari
disiplin ilmu lain atau lembaga penelitian lain
(e) Apabila nilai C sama dengan satu (C=1) maka
dapat dikatakan bahwa hasil penelitian pada
bidang tersebut seluruhnya dilakukan secara
berkolaborasi (bersama), berarti tidak ada satu
hasil penelitianpun yang dilakukan secara
individual.
Jadi pelaksanaan penelitian pada bidang tersebut
memang sangat memerlukan bantuan dari
disiplin ilmu lain atau lembaga penelitian lain,
artinya tidak dapat dilaksanakan tanpa bantuan
dari disiplin Ilmu lain atau lembaga penelitian
lain.
• Menurut Subramanyam (1983) tingkat kolaborasi peneliti berbeda-
beda pada masing-masing disiplin ilmu. Frekuensi peneliti dalam
melakukan kolaborasi dengan peneliti lain akan menentukan tingkat
kolaborasi peneliti.
• Pernyataan tersebut diperkuat oleh Sulistyo-Basuki (1990) yang
menyebutkan tingkat kolaborasi adalah bervariasi antara satu
disiplin ilmu dengan disiplin ilmu yang lain, serta dipengaruhi oleh
berbagai faktor seperti lingkungan riset, faktor demografis, dan jenis
disiplin ilmu.
• Tingkat kolaborasi untuk bidang teknologi umumnya iebih tinggi bila
dibandingkan dengan tingkat kolaborasi untuk bidang humaniora.
• Kajian D. Lindsey dan Brown yang disitir oleh Garfield menyebutkan
bahwa kolaborasi dari seluruh karya untuk bidang ekonomi, sosial
dan sosiologi berkisar antara 17-25%.
• Untuk bidang gerontologl, psikiatri, psikologi dan biokimia ternyata
kolaborasi peneliti dari seluruh karyanya mencapai 48-81%.
Kecenderungan dan prospek kolaborasi
• Pada tahun 1963 Price mengungkapkan bahwa pangsa makalah
berpengarang ganda semakin bertambah banyak jumlahnya sejak awal
abad 20 dan menyatakan bila kecenderungan itu berlanjut maka pada
tahun 1980 an tak akan ada lagi makalah yang ditulis oleh pengarang
tunggal. Nyatanya hal ini tidak terjadi, walaupun ada kecenderungan
bekerja bersama, usaha penelitian oleh ilmuwan tunggal masih tetap saja
berlangsung.
• Clarke pada tahun 1964 menyajikan data kepengarangan artikel bidang
biomedis antara tahun 1934 hingga 1964 yang menunjukkan bahwa
jumlah rata‑rata pengarang per makalah tetap berkisar sekitar 2 s.d 3
pengarang per makalah selama periode tersebut.
• Beaver dan Rosen mengaji sejarah kolaborasi penelitian sejak abad 17
hingga sekarang. Hasil penelitian mereka dimuat dalam majalah
Scientometrics menunjukkan bahwa kolaborasi dalam penelitian ilmiah
berkaitan dengan profesionalisasi masyarakat ilmuwan dan kolaborasi
umumnya mengarah ke produktivitas yang lebih besar dalam penelitian
dan mendorong mobilitas dan visibilitas ilmuwan.
• Heffner mengaji hubungan antara kolaborasi dan dana untuk pnelitian
dalam 4 disiplin yaitu ilmu politik, psychology, ilmu‑ ilmu biologi dan
kimia. Pada keempat disiplin ilmu tersebut,dana penelitian diasosiasikan
dengan jumlah ilmuwan yang bertambah (termasuk kopengarang dan
subpengarang) yang terlibat dalam sumbangan pengetahuan per
makalah penelitian. Asosiasi tersebut sangat kuat dalam bidang biologi
dan kimia. Korelasi yang sama antara kolaborasi dan dana penelitian
dilaporkan pula oleh Hirsch dan Singleton dalam makalah yang dikutip
oleh Price dan Beaver.
• Kajian oleh Price dan Beaver, Zuckerman, dan Pao menunjukkan asosiasi
yang kuat antara kolaborasi dan produktivitas. Dalam kajian mereka
terhadap kolaborasi pada Information Exchange Group No. 1 (tentang
phosphorilasi oksidatif dan transpor elektron ter­minal yang dibiayai oleh
National Institutes of Health), Price dan Beaver menytakan bahwa
produktivitas bertambah bila jumlah kolaborator bertambah. Mereka
menyatakan adanya sekelompok kecil peneliti inti yang sangat aktif,
dikelilingi oleh sejumlah tenaga yang bekerja sama dengan pimpinan
mereka dalam satu atau dua proyek, kemudian tidak terdengar lagi
kegiatannya.
• Kajian Zuckerman terhadap 41 pemenang Nobeljuga menunjukkan korelasi yang
tinggi antara kolaborasi dan produktivitas. Pada umumnya, para pemenang
hadiah Nobel lebih banyak menerbitkan karya ilmiah daripada sejumlah
ilmuwan yang dijadikan sampel serta lebih cenderung untuk berkolaborasi
daripda ilmuwan sampel. Juga dalam penulisan, para pemenang hadiah Nobel
lebih banyak mengemukakan kolaborator mereka, yang lebih junior, sebagai
pen­garang senior dengan menempatkan nama ilmuwan junior pada tempat
pertama.
• Pao meneliti bidang musikologi. Ia menemukan bahwa karya kolaborasi dalam
bidang musikologi hanya berjumlah 15% dari literatur musikologi (dibandingkan
dengan 80% dalam bidang sains) serta musikologis yang paling kolaboratif. Pao
juga menyatakan bahwa terdapat tingkat korelasi yang tinggi antara
produktivitas dan kolaborasi dalam bidang musikologi komputasi.
• McCauley memeri kesulitan dalam makalah berpengarang ganda menyangkut
penamaan species taksonomi erta menyarankan dalam makalah mengenai
taksonomi, jjumlah pengarang harus dibatasi. Sebagai contoh diambilnya kasus
penamaan spesies Mycoplama pneumoniae yang ditulis oleh 15 pengarang, ia
menulis :"The fact that each man contributed to the research ... does not neces­
sarily mean that all should be authors... the man who first recognize a species
as unique should be entitled to describe it."
Total hasil riset Peneliti Program RUT Pada Buku Seri Kumpulan Abstr Tahun 1997-1999. Hitunglah tingkat kolaborasinya (C).

Bidang Riset Jumlah hasil riset Berdasarkan Total


Keanggotaan Peneliti

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Bioteknologi
10 3 7 14 4 1 2 - - 2 - - - 43
Teknologi Kedokteran
1 - - - 1 - - - - - - - - - 2
Teknologi Hasil Pertanian
12 3 20 4 - 1 - - - - - - - - 40
Enjiniring
16 - 6 11 - - - - 1 - - - - - 34
Ilmu Bahan
9 - 5 3 1 3 2 - 1 24
Ilmu Kimia dan Proses
4 1 6 9 2 1 1 1 1 - - 1 - 1 28
Teknologi Energi
2 - - - - - - - - - - - - - 2
Elektronika dan Informastika
14 - 6 6 - - - - - - - - - - 26
Teknologi Perlindungan
Lingkunqan 17 - 12 12 4 1 - - 3 1 - - - - 40
Dinamika Sosial, Ekonomi &.
Budaya 1 1 3 3 1 - - - 1 - - - - - 7
Total
86 8 52 62 13 7 5 1 7 3 - 1 - 1 246

Anda mungkin juga menyukai