Anda di halaman 1dari 47

STUDI KORONA PADA JALUR SELATAN

SUTET 500 kV PEDAN TASIKMALAYA


HERU WIBOWO
LATAR BELAKANG

• Sistem Jaringan SUTET 500 kV merupakan “Tulang


Punggung” [Back Bone] Sistem Kelistrikan di Jawa – Bali
• Tuntutan kehandalan & kontinyuitas penyaluran tenaga
listrik ke pelanggan.
• Efek corona menimbulkan derau audio dan material
korosif seperti ozone dan nitrogen oksida,
menginterferensi radio AM dan penerima TV serta
memancarkan cahaya (UV).
• Diperlukan data kondisi peralatan yang akurat sebagai
acuan dalam analisa lebih lanjut.
PERUMUSAN MASALAH

• Bagaimana mekanisme terjadinya korona dan apa saja


kerugian-kerugian yang disebabkan oleh korona.
• Bagaimana cara pengukuran untuk mengetahui
intensitas korona yang terjadi.
• Bagaimana watak / kecenderungan gejala korona yang
terjadi pada beberapa sampel tower yang berbeda
tempat maupun kelembabannya.
• Bagaimana watak / kecenderungan gejala korona pada
berbagai musim khususnya musim hujan dan musim
kemarau.
PETA SALURAN UDARA TEGANGAN EXTRA TINGGI (SUTET) 500 kV
DI SISTEM KELISTRIKAN PULAU JAWA

SRLYA
U
BRAJA MTWAR
G SUTET 500 kV TJ JATI - UNGARAN
CWANG
TJ. JATI
CLGON SUTET 500 KV NGIMBANG INCOMER
KMBNG BKASI U
GDUL CBATU
A CRATA
DPOK GRSIK
CBNG BDG SLN
A U MADURA
SGLNG MDRCN NGMBNG
UNGRN
SUTET 500 kV GRATI – SBY
SLTN
SBY SLT
TASIKMALAYA RWALO KRIAN

PDAN GRATI
U
SUTET 500 kV TASIKMALAYA – DEPOK III KDR BRU G PAITON

SUTET 500 kV PEDAN –


TASIKMALAYA

SUTET 500 kV KEDIRI -


PEDAN
SUTET 500 kV PAITON -
KEDIRI

4
BAWEN
JELOK

WSOBO
TMGNG

SCANG PETA LOKASI PENELITIAN KORONA


SUTET 500 kV PEDAN
SGRAH TASIKMALAYA
WALIN

MDARI KLTEN
KBMEN PEDAN
PWRJO KNTUG
GJYAN
GDEAN WRJAN
T. 275
BNTUL
T. 272 T. 268

T. 255 WATES
T. 237

T. 221

T. 204 T. 192
T. 177 T. 175 SMANU
MEKANISME TERJADINYA KORONA
Korona adalah partial discharge bercahaya yang disebabkan oleh
proses ionisasi yang terjadi di udara. Korona terjadi jika pada daerah
disekitar penghantar yang kuat medannya lebih tinggi dari kuat medan
tembus udara
FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
TIMBULNYA GEJALA KORONA
 Tekanan Udara  Besarnya Tegangan
 Suhu Udara sistem

 Kelembaban  Jenis dari bahan


konduktor
 Kandungan partikel-
partikel dari bahan
tertentu dalam udara.
 Keadaan cuaca seperti
musim hujan, musim
kemarau, keadaan
berkabut dan lain-lain.
AKIBAT YANG DITIMBULKAN GEJALA KORONA
Dapat menyebabkan : Dapat menunjukkan :
 Penurunan kualitas  Kemungkinan adanya kerusakan /
insulator. gangguan
 Kerusakan fisik  Loose Hardware
terhadap komponen  Kontaminasi
 Keretakan semen pin  Korosi & Erosi
dan tutup logam dari  Broken Strands on Conductors
insulator porselin
 Proses pembersihan isolator yang
 Audio Noise (AN) kurang sempurna
 Radio dan TV
Interference (RI)
 Rugi daya korona
PENGUKURAN INTENSITAS KORONA

Peralatan Yang Digunakan :


1. Kamera korona : DayCor Superb UV Visible
2. Alat ukur suhu : Thermometer
3. Alat ukur kelembaban udara : Hygrometer
4. PDA (Untuk writer pada kamera)
5. Jam ( penunjuk waktu ).
POSISI SAAT
PENGUKURAN

SATUAN PENGUKURAN
Countrate/menit pada Daycor Superb adalah suatu pengukuran quasi-quantitive
intensitas korona (dengan istilah jumlah foton yang terdeteksi setiap menit).
Pengukuran dilaksanakan selama 5 (lima) detik dan suatu hasil rata-rata dari 4
(empat) pengukuran terakhir dikirimkan ke OSD. Akan memakan waktu 25 detik
untuk mendapatkan hasil yang stabil.
Foto Visual Climb Up
ANALISA AWAL
Letak tower yang rata-rata berdekatan dengan laut dengan jarak
antara 1,5 km (Tower 204) sampai 3 km, dengan cuaca yang
cenderung lembab (55 – 75 %), bisa mengakibatkan
pengembunan serta pengotoran pada isolator dengan intensitas
yang tinggi sehingga intensitas banyaknya korona cenderung
meningkat.
Indikasi awal pengotoran pada isolator yang menyebabkan
korona adalah menempelnya debu pasir besi serta debu yang
banyak mengandung unsur garam air laut pada sela-sela
isolator.
Lokasi tower yang rata-rata ditengah areal persawahan luas,
pada saat kemarau intensitas pembakaran jerami oleh petani
yang semakin meningkat bisa membawa abu hasil pembakaran
berterbangan dan menempel pada sela-sela isolator.
DIAGRAM ALIR PENYELESAIAN MASALAH
Temuan adanya
korona Rekomendasi pabrikan kamera
& rekomendasi Forum
Enjinering ke 5 PLN P3B)
Apakah pada Ya
peralatan kritis?

Tidak
Corona pada Ya Tipe material
Tidak
lokasi kritis? peralatan?

Tidak
Apakah bisa rusak
oleh corona?

Kekhawatiran akan
implikasi gangguan suara, Ya
sinyal radio&televisi?

Low Intensitas Medium


Tidak Corona?

Ya
Pengawasan High Penjadwalan
untuk indikasi pemeliharaan atau
Pemeliharaan
lanjutan penggantian
atau penggantian
Pemeliharaan
secepatnya
atau penggantian
secepatnya
INTERPRETASI HASIL UKUR KAMERA CORONA
Low ( < 1000 countrate/menit)
Berpotensi mengurangi usia peralatan
Indikasi kerusakan minor dari pemburukan komponen
Monitoring lanjutan untuk informasi tambahan terhadap pemburukan

Medium ( 1000 – 5000 countrate/menit)


Dapat menyebabkan pemburukan yg signifikan terhadap usia
peralatan
Indikasi kerusakan/pemburukan komponen yang dapat diukur
Dijadwalkan perbaikan atau penggantian seperlunya

High ( > 5000 countrate/menit)


Menyebabkan pemburukan yang sangat cepat
Indikasi kerusakan parah terhadap komponen/peralatan
Perbaiki atau ganti secepatnya
PERHITUNGAN – PERHITUNGAN KORONA
Data teknis konduktor Sutet Pedan Tasikmalaya :
• Jenis : ACSR Gannet.
• Ratio Al/Steel : 26/7.
• Diameter Alumunium : 4.067 mm.
• Diameter Baja : 3.162 mm.
• Diameter konduktor : 25.76 mm.
• Jml konduktor per-fasa : 4 buah
• Jarak antar konduktor : 350 mm.
PERHITUNGAN – PERHITUNGAN KORONA
TEGANGAN KRITIS KORONA MULAI TIMBUL

Dimana, = 0,85 ( kawat lilit 19 - 61)


= 1 (untuk kondisi udara baik, tidak hujan)
= 1 bar (pada tekanan udara 76 mmHg dan suhu 25
= 1,288 cm (diameter luar konduktor = 2,576 cm)
= 350 mm (jarak antar konduktor per-fasa)
(untuk konduktor berkas 4 lilitan)

Jadi,

Jadi tegangan kritis untuk korona mulai timbul adalah 313,20 kV /fasa-ground
(=

PERHITUNGAN – PERHITUNGAN KORONA

2. HILANG KORONA
Menurut Sato,

Dimana = 21,1 kV/cm


,
= = 55,29 kV/cm

A = 0,448 untuk kawat padat (solid), 0,375 = untuk kawat lilit


f = frekuensi sumber tenaga (50 Hz)
m= (0,85 x 1 = 0,85 )

Maka,

Jadi menurut Sato hilang korona pada tegangan 500 kV serta frekuensi
50 Hz adalah sebesar 119,64 kW/km
Countrate/menit

Grafik Intensitas
korona T.175
METODE PENINGKATAN PERFORMA ISOLATOR

 Memperbesar leakage distance dengan menambah jumlah


unit isolator
 Menggunakan semikonduktor glaze pada isolator
 Pencucian periodik isolator menggunakan air bertekanan
tinggi.
 Pembersihan periodik isolator secara konvensional.
 Penggantian isolator keramik dengan isolator nonkeramik.
 Melapisi isolator dengan lapisan tipis Room-Temperature
Vulcanized (RTV) silicon rubber coating.
 Melapisi isolator dengan lapisan tipis minyak tanah atau
minyak silikon.
Countrate/menit
Grafik Intensitas korona T.175
Sebelum & Setelah Pembersihan
KESIMPULAN
 Timbulnya gejala korona pada saluran transmisi tegangan tinggi
dan ekstra tinggi karena tegangan gradient permukaan konduktor
melebihi tegangan tembus udara, sehingga akan terjadi proses
pelepasan muatan gas dan proses aliran ion-ion Townsent.
 Intensitas korona pada suatu saluran transmisi bisa diukur
menggunakan kamera korona yang bisa dijadikan bahan
pertimbangan untuk analisa lebih lanjut.
 Intensitas korona yang paling tinggi terutama terdapat pada
saluran transmisi yang dekat dengan garis pantai (1,5 – 3 km) dan
kebanyakan terdapat pada jenis tower Tension dengan posisi
isolator mendatar/tidur.
 Kecenderungan intensitas korona meningkat pada musim
kemarau, karena pada musim tersebut tingkat polutan sangat
tinggi yang dipengaruhi kelembaban udara.
SARAN
 Untuk menjaga kontinuitas dan kualitas pelayanan penyaluran tenaga listrik
maka sebaiknya pengukuran intensitas korona dilakukan secara periodik
yaitu minimal setiap tiga bulan sekali.
 Melakukan pengujian dengan kamera korona kembali setelah musim
penghujan untuk memantau kondisi isolator, intensitas korona, dan
pengaruh pembersihan alami oleh hujan terhadap intensitas korona.
 Memparalelkan inspeksi thermovisi yang dapat mendeteksi arus bocor pada
isolator dengan inspeksi korona agar hasil pengujian dapat
menggambarkan kondisi isolator lebih baik.
 Melakukan pembersihan isolator kembali bila didapatkan nilai countrate
diatas low dari hasil pengujian kamera korona setelah musim penghujan.
 Membuat kajian penyesuaian periode pengujian korona peralatan dengan
mempertimbangkan faktor lokasi peralatan, kondisi musim di Indonesia,
kelembaban udara, suhu, dan tekanan udara.
 Menggunakan metode pencucian periodik isolator dengan air bertekanan
tinggi untuk mendapatkan efektifitas pembersihan yang lebih baik.
MATUR

NUWUN
Line 1 Line 1 Line 2

Line 2

Twr. 175
Line 1
Line 2

Twr. 177
Line 1
Line 2

Twr. 192
Line 2
Line 1

Twr. 204
Line 2
Line 1

Twr. 221
Line 1

Line 2

Twr. 237
Line 1

Line 2

Twr. 255
Line 2
Line 1

Twr. 268 Twr. 272


Line 1 Line 2

Twr. 275

Anda mungkin juga menyukai