Kelompok 2 (Hak Suaka) FIX
Kelompok 2 (Hak Suaka) FIX
ANGGOTA KELOMPOK 2:
Ida Ayu Ari Mahayani (1904551271)
Komang Tarisa Felistyana Dewi (1904551273)
I Gede Yoga Pradana Putra (1904551278)
I Gusti Ngurah Sony Saputra (1904551284)
Tria Adinda Wulandari (1904551299)
POKOK BAHASAN
Menurut Dr. Kwan Sik, SH , Hak Suaka (asylum) adalah hak perlindungan
yang diberikan oleh suatu negara kepada seorang individu atau lebih dimana
alasan mengapa individu-individu itu diberikan perlindungan adalah
berdasarkan alasan peri kemanusiaan, agama, diskriminasi ras, politik, dan
sebagainya.
Menurut J.G. Strake, konsepsi Hak Suaka dibagi menjadi dua unsur yaitu :
1. Pernaungan yang lebih daripada pelarian sementara sifatnya
2. Pemberian perlindungan dari pembesar-pembesar yang menguasai daerah
suaka secara aktif.
Status Individu dalam Hak Suaka
Status Individu dalam Hak
Suaka
Pada bulan Maret 2011 lalu, sekitar 2,5 juta pengungsi Suriah akibat adanya konflik intern
bersenjata antara Pemerintah dengan Pemberontak Anti Pemerintah di Suriah yang
menyebabkan adanya kerusakan dan korban jiwa sehingga warga negara Suriah menjadi
ketakutan dan tidak merasa aman untuk tetap berdiam di negaranya. Lalu, Pengungsi Suriah
tersebut memutuskan mengungsi ke negara- negara Uni Eropa untuk mencari perlindungan.
Namun, sebagian besar negara-negara Uni Eropa (Belanda, Perancis, Jerman, Yunani,
Hungaria Republik Ceko, Albania dan Makedonia) menolak masuknya Pengungsi Suriah di
perbatasan-perbatasan (rejection at the frontiers) negara tersebut dikarenakan jumlahnya
yang terbilang banyak dan stigma negara-negara tersebut akan Pengungsi Suriah bahwa
kedatangan pengungsi tersebut adalah hanya sebagai ancaman negara.
Negara-Negara Uni Eropa tersebut jika ditinjau dari perspektif HAM, maka dapat
dikatakan melanggar beberapa prinsip jus cogens yang telah diterima sebagai kebiasaan
internasional (Article 38 paragraph (1) ICJ Statute), antara lain:
a. Larangan Pengusiran (non-expulsion);
b. Larangan pengembalian paksa ke negara asal (non-refoulement) sesuai dengan Article 33
Convention Relating to the Status of Refugees, termasuk penolakan di perbatasan
(rejection at the frontiers); dan
c. Non-ekstradisi pesuaka (Asylee)