Anda di halaman 1dari 8

HAK ATAS SUAKA DI NEGARA LAIN

ANGGOTA KELOMPOK 2:
Ida Ayu Ari Mahayani (1904551271)
Komang Tarisa Felistyana Dewi (1904551273)
I Gede Yoga Pradana Putra (1904551278)
I Gusti Ngurah Sony Saputra (1904551284)
Tria Adinda Wulandari (1904551299)
POKOK BAHASAN

1. Pengertian dan Konsepsi Hak Suaka di Negara Lain


2. Status seseorang dalam Hak Suaka
3. Instrumen Internasional mengenai Hak Suaka
4. Contoh Kasus Pelanggaran Hak Suaka
Pengertian Hak Suaka

Menurut Dr. Kwan Sik, SH , Hak Suaka (asylum) adalah hak perlindungan
yang diberikan oleh suatu negara kepada seorang individu atau lebih dimana
alasan mengapa individu-individu itu diberikan perlindungan adalah
berdasarkan alasan peri kemanusiaan, agama, diskriminasi ras, politik, dan
sebagainya.

Menurut J.G. Strake, konsepsi Hak Suaka dibagi menjadi dua unsur yaitu :
1. Pernaungan yang lebih daripada pelarian sementara sifatnya
2. Pemberian perlindungan dari pembesar-pembesar yang menguasai daerah
suaka secara aktif.
Status Individu dalam Hak Suaka
Status Individu dalam Hak
Suaka

Pencari Suaka Pengungsi


(Asylum Seekers) (Refugees)

Instrumen Hukum: Instrumen Hukum:


Universal Declaration Territorial Statute of the Office of the United Nations High
Asylum 1967 Commissioner for Refugees (UDHCR)
Convention Relating to the Status of Refugees
- Protocol Relating to the Status of Refugees
Instrumen Internasional mengenai Hak Suaka

●Art. 13 dan Art. 14 Universal Declaration of


Human Rights
●Declaration on Territorial Asylum
●Statute of the Office of the United Nations High
Commissioner for Refugees (UNHCR)
●Convention Relating to the Status of Refugees
- Protocol Relating to the Status of Refugees
Contoh Kasus Pelanggaran Hak Suaka
PENOLAKAN NEGARA-NEGARA UNI EROPA TERHADAP MASUKNYA
PENGUNGSI SURIAH

Pada bulan Maret 2011 lalu, sekitar 2,5 juta pengungsi Suriah akibat adanya konflik intern
bersenjata antara Pemerintah dengan Pemberontak Anti Pemerintah di Suriah yang
menyebabkan adanya kerusakan dan korban jiwa sehingga warga negara Suriah menjadi
ketakutan dan tidak merasa aman untuk tetap berdiam di negaranya. Lalu, Pengungsi Suriah
tersebut memutuskan mengungsi ke negara- negara Uni Eropa untuk mencari perlindungan.
Namun, sebagian besar negara-negara Uni Eropa (Belanda, Perancis, Jerman, Yunani,
Hungaria Republik Ceko, Albania dan Makedonia) menolak masuknya Pengungsi Suriah di
perbatasan-perbatasan (rejection at the frontiers) negara tersebut dikarenakan jumlahnya
yang terbilang banyak dan stigma negara-negara tersebut akan Pengungsi Suriah bahwa
kedatangan pengungsi tersebut adalah hanya sebagai ancaman negara.
Negara-Negara Uni Eropa tersebut jika ditinjau dari perspektif HAM, maka dapat
dikatakan melanggar beberapa prinsip jus cogens yang telah diterima sebagai kebiasaan
internasional (Article 38 paragraph (1) ICJ Statute), antara lain:
a. Larangan Pengusiran (non-expulsion);
b. Larangan pengembalian paksa ke negara asal (non-refoulement) sesuai dengan Article 33
Convention Relating to the Status of Refugees, termasuk penolakan di perbatasan
(rejection at the frontiers); dan
c. Non-ekstradisi pesuaka (Asylee)

Anda mungkin juga menyukai