Anda di halaman 1dari 13

ASUHAN KEPERAWATAN

KEGAWATDARURATAN
EPISTAKSIS.

DISUSUN OLEH KELOMPOK 2 :


 
Veren A. Mamuaja 1714201417
Enjel E. Liwan 1714201013
Hedwig M. Tumbel 1714201053
Trully N. M. Poluan 1714201051
Arsel J. Arikalang 1714201413
Julia F. Lapian 1714201436
Dwi Ch. P. Machuri 1714201547
Bella Sumampouw 1714201552
Delindra Mangawuhi 1714201054
Agustinus Ratuanik 1714201041
Brigita Lambaihang
PENGERTIAN
Epistaksis adalah pedarahan hidung yang
dapat terjadi akibat sebab lokal atau sebab
umum (kelainan sistemik). Epistaksis bukan
suatu penyakit, melainkan gejala suatu
kelainan. Epistaksis dibagi menjadi 2 yaitu
anterior (depan) dan posterior (belakang).
Kasus epistaksis anterior terutama berasal
dari bagian depan hidung dengan asal
perdarahan berasal dari pleksus
kiesselbach.
ETIOLOGI
 Penyebab lokal :
 Trauma misalnya karna mengorek hidung, terjatuh, terpukul,
benda asing di hidung, trauma pembedahan, atau iritasi gas yang
merangsang.
 Infeksi hidung atau sinus paranasal,seperti rinitis,sinusitis,serta
granuloma spesifik seperti lepra dan sifilis.
 Tumor,baik jinak maupun ganas pada hidung,sinus paranasal dan
nasoparing.
 Pengaruh lingkungan, misalnya perubahan tekanan atmosfir
mendadak, seperti pada penerbang maupun penyelam(penyakit
Caisson), atau lingkungan yang udaranya sangat dingin.
 Benda asing dan rinolit, dapat menyebabkan epistaksisringan
disertai ingus berbau busuk.
 Idiopatik, biasanya merupakan epistaksis yang ringan dan
berulangpada anak dan remaja.
 Penyebab sistemik :
 Penyakit Kardiovaskular, seperti hipertensi dan
kelainan pembuluh darah.
 Kelainan darah, seperti trombositopenia,
hemofilia, dan leukimia.
 Infeksi sistemik, Seperti demam berdarah
dengue, Influenza, Morbiliatau demam tifoid.
 Gangguan endokrin, Seperti pada kehamilan,
menars, dan menopous.
 Kelainan kongenital, seperti penyakit Osler
(hereditary hemorrhagic telangiectasia).
PATOFISIOLOGI
Rongga hidung kita kaya dengan pembuluh
darah. Pada rongga bagian depan, tepatnya
pada sekat yang membagi rongga hidung kita
menjadi dua, terdapat anyaman pembuluh
darah yang disebut pleksus Kiesselbach. Pada
rongga bagian belakang juga terdapat banyak
cabang-cabang dari pembuluh darah yang
cukup besar antara lain dari arteri
sphenopalatina.
MANIFESTASI KLINIK
 Pertama adalah menjaga ABC
 A : airway : pastikan jalan napas tidak
tersumbat/bebas, posisikan duduk menunduk.
 B : breathing: pastikan proses bernapas dapat
berlangsung, batukkan atau keluarkan darah
yang mengalir ke belakang tenggorokan
 C : circulation : pastikan proses perdarahan
tidak mengganggu sirkulasi darah tubuh,
pastikan pasang jalur infus intravena (infus)
apabila terdapat gangguan sirkulasi.
KOMPLIKASI
 Komplikasi yang dapat timbul :
 Sinusitis
 Septal hematom (bekuan darah pada sekat
hidung)
 Deformitas (kelainan bentuk) hidung
 Aspirasi (masuknya cairan ke saluran napas
bawah)
 Kerusakan jaringan hidung
 Infeksi
ASUHAN KEPERAWATAN
Diagnosa Keperawatan
 Perdarahan spontan berhubungan dengan
trauma minor maupun mukosa hidung yang
rapuh.
 Obstruksi jalan nafas berhubungan dengan
nersihan jalan nafas tidak efektif.
 Cemas berhubungan dengan perdarahan yang
diderita.
 Nyeri akut berhubungan dengan infeksi
saluran nafas atas maupun pengeringan
mukosa hidung.
INTERVENSI
1. Perdarahan spontan berhubungan dengan trauma minor maupun
mukosa hidung yang rapuh.
- Tujuan : meminimalkan perdarahan
- Kriteria : Tidak terjadi perdarahan, tanda vital normal, tidak
anemis
INTERVENSI
 Monitor keadaan umum pasien
 Monitor tanda vital
 Monitor jumlah perdarahan psien
 Awasi jika terjadi anemia
 Kolaborasi dengan dokter mengenai masalah yang terjadi dengan
perdarahan: pemberian transfusi, medikasi.
INTERVENSI
2. Bersihan Jalan Nafas tidak efektif
 Tujuan : Bersihan jalan nafas menjadi efektif
 Kriteria : Frekuensi nafas normal, tidak ada suara nafas tambahan, tidak
menggunakan otot pernafasan tambahan, tidak terjadi dispnoe dan sianosis
INTERVENSI
-Kaji bunyi atau kedalaman pernapasan dan gerakan dada. R/ penurunan bunyi nafas
dapat menyebabkan atelektasis, ronchi dan wheezing menunjukkan akumulasi
sekret.
 Catat kemampuan mengeluarkan mukosa/batuk efektif. R/ Sputum berdarah
kental atau cerah dapat diakibatkan oleh kerusakan paru atau luka bronchial.
 Berikan posisi fowler atau semi fowler tinggi. R/ posisi membantu memaksimalkan
ekspansi paru dan menurunkan upaya pernafasan.
 Bersihkan sekret dari mulut dan trakea. R/ mencegah obstruksi/aspirasi.
 Pertahankan masuknya cairan sedikitnya sebanyak 250 ml/hari kecuali
kontraindikasi. R/ Membantu pengenceran sekret.
 Berikan obat sesuai dengan indikasi mukolitik, ekspektoran, bronkodilator. R/
mukolitik untuk menurunkan batuk, ekspektoran untuk membantu memobilisasi
sekret, bronkodilator menurunkan spasme bronkus dan analgetik diberikan untuk
menurunkan ketidaknyamanan.
INTERVENSI
3. Cemas berhubungan dengan perdarahan yang diderita.
 Tujuan : Cemas klien berkurang/hilang
 Kriteria :-Klien akan menggambarkan tingkat kecemasan dan pola kopingnya.
-Klien mengetahui dan mengerti tentang penyakit yang dideritanya serta
pengobatannya.
INTERVENSI
 Kaji tingkat kecemasan klien. R/ menentukan tindakan selanjutnya.-Berikan
kenyamanan dan ketentraman pada klien. R/ Memudahkan-penerimaan klien
terhadap informasi yang diberikan
 Berikan penjelasan pada klien tentang penyakit yang dideritanya perlahan,
tenang serta gunakan kalimat yang jelas, singkat mudah dimengerti. R/
Meningkatkan pemahaman klien tentang penyakit dan terapi untuk penyakit
tersebut sehingga klien lebih kooperatif.
 Singkirkan stimulasi yang berlebihan R/ dengan menghilangkan stimulus yang
mencemaskan akan meningkatkan ketenangan klien.-
 Observasi tanda-tanda vital. R/ Mengetahui perkembangan klien secara dini.
 Bila perlu , kolaborasi dengan tim medis. R/ Obat dapat menurunkan tingkat
kecemasan klien.
INTERVENSI
4. Nyeri akut berhubungan dengan infeksi saluran nafas atas maupun
pengeringan mukosa hidung.
 Tujuan : nyeri berkurang atau hilang
 Kriteria hasil :-Klien mengungkapakan nyeri yang dirasakan berkurang atau
hilang-Klien tidak menyeringai kesakitan.
INTERVENSI
 Kaji tingkat nyeri klien. R/ Mengetahui tingkat nyeri klien dalam menentukan
tindakan selanjutnya.
 Jelaskan sebab dan akibat nyeri pada klien serta keluarganya. R/ Dengan
sebab dan akibat nyeri diharapkan klien berpartisipasi dalam perawatan untuk
mengurangi nyeri.
 Ajarkan tehnik relaksasi dan distraksi. R/ Klien mengetahui tehnik distraksi
dan relaksasi sehinggga dapat mempraktekkannya bila mengalami nyeri.
 Observasi tanda tanda vital dan keluhan klien. R/ Mengetahui keadaan umum
dan perkembangan kondisi klien.
 Kolaborasi dngan tim medis. R/ Menghilangkan /mengurangi keluhan nyeri
klien. Yaitu : Terapi konservatif : obat Acetaminopen; Aspirin, dekongestan
hidung.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai