Anda di halaman 1dari 30

Arsitektur Perbankan

Indonesia
Baiq Auliya Meliana 201810189
Idzmi Andini 201610063
Muhammad Zakaria 201810163
Syahira Aninda Putri 201810168
Basel Core Principles

Basel Core Principles atau Core Principles for


Effective Banking Supervision adalah prinsip-
prinsip dasar sistem supervisi perbankan yang
disusun oleh the Basel Committee on Banking
Supervision bersama dengan beberapa institusi
supervisor perbankan lainnya.
25 Prinsip dasar dalam Basel Core
Principle
 Persyaratan bagi pengawasan perbankan yang
efektif – (prinsip ke-1)
 Perizinan dan Struktur – (prinsip ke-2 hingga ke-5)
 Peraturan Prinsip kehati-hatian – (prinsip ke-6
hingga ke-15)
 Metode Pengawasan Perbankan Terus-menerus –
(prinsip ke-16 hingga ke-20)
 Informasi – (prinsip ke-21)
 Wewenang Formal Pengawasan – (prinsip ke-22)
 Perbankan Lintas Negara – (prinsip ke-23 hingga
ke-25)
PENGERTIAN ARSITEKTUR
PERBANKAN INDONESIA
Arsitektur Perbankan Indonesia merupaka suatu
kerangka dasar pengembangan sistem perbankan
Indonesia yang bersifat menyeluruh untuk rentang
waktu lima sampai sepuluh tahun kedepan.

 Kebijakan pengembangan industri perbankan di


masa depan, seperti yang diungkapkan  dalam API,
dilandasi oleh visi :
 menciptakan sistem perbankan yang sehat, kuat,
dan efisien
 menciptakan kestabilan sistem keuangan
 mendorong pertumbuhan ekonomi nasional
Tantangan Masa Depan
 Pertumbuhan kredit perbankan yang masih rendah
 Struktur perbankan yang belum optimal
 Pemenuhan kebutuhan layanan perbankan yang
masih kurang
 Pengawasan bank yang masih perlu ditingkatkan
 Kapabilitas perbankan yang masih lemah
 Profitabilitas dan efisiensi bank yang tidak mampu
bertahan
 Perlindungan nasabah yang masih harus
ditingkatkan
 Perkembangan teknologi informasi
Cara Menghadapi Tantangan Masa
Depan
 Menerapkan disiplin fiskal serta memulihkan ketakutan
dimasyarakat membuat masyarakat percaya bahwa kita
bisa melewatinya.
 Perbankan harus perbaiki management untuk salurkan
pendanaan ke tenor jangka panjang
 Memperbaiki dan meningkatkan kinerja, terutama dari sisi
struktur pendanaan agar mampu bersaing bagaimana
menggaet nasabah tidak melalui cara tradisional,
melainkan lewat digital.
 Mengevaluasi sumber daya manusia dan struktur
organisasi
 Melakukan pengawasan intensif dan rutin agar sistem
perbankan sehat dapat tercipta secara efektif
6 Pilar API
 Menciptakan struktur perbankan domestik yang sehat
 Menciptakan sistem pengaturan dan pengawasan bank yang
efektif dan mengacu pada standar internasional.
 Menciptakan industri perbankan yang kuat dan memiliki daya
saing yang tinggi serta memiliki ketahanan dalam
menghadapi resiko.
 Menciptakan good corporate governance dalam rangka
memperkuat kondisi internal perbankan nasional.
 Mewujudkan infrastruktur yang lengkap untuk mendukung
terciptanya industri perbankan yang sehat.
 Mewujudkan pemberdayaan dan perlindungan konsumen jasa
perbankan.
Pilar 1 : Membangun struktur perbankan yang sehat
Cara :
1. Penambahan modal baru baik dari shareholder lama
maupun investor baru;
2. Merger dengan bank (atau beberapa bank) lain untuk
mencapai persyaratan modal minimum baru
3. Penerbitan saham baru atau secondary offering di pasar
modal;
4. Penerbitan subordinated loan

Pilar 2 : Menciptakan sistem pengaturan dan pengawasan bank


yang efektif
Cara :
5. Penyempurnaan proses penyusunan kebijakan perbankan
6. Penerapan 25 Basel Core Principles for Effective Banking
Supervision secara bertahap dan menyeluruh.
Pilar 3 : Industri Perbankan yang kuat
Cara :
1. Peningkatan kompetensi pemeriksa bank

2. peningkatan koordinasi antar lembaga pengawas

3. pengembangan pengawasan berbasis risiko

4. peningkatan efektivitas penegakan hukum

 
Pilar 4 : Menciptakan good corporate governance
Cara :
5. Peningkatan good corporate governance (GCG)

6. Peningkatan kualitas manajemen resiko dan


kemapuan operasional manajemen
Pilar 5 : Mewujudkan infrastruktur yang lengkap
Cara :
1. Pengembangan biro kredit

2. Pengembangan lembaga pemeringkatan kredit


domestic
3. pengembangan skema penjaminan kredit
 
Pilar 6 : Mewujudkan perlindungan konsumen jasa
perbankan.
Cara :
4. penyusunan mekanisme pengaduan nasabah

5. pendirian lembaga mediasi independen

6. peningkatan transparansi informasi produk


perbankan dan edukasi bagi nasabah.
Program Kegiatan API
 Program penguatan struktur perbankan
nasional
 Program peningakatan kualitas pengaturan

perbankan
 Program peningkatan fungsi pengawasan
 Program peningkatan kualitas manajemen

dan operasional perbankan


 Program pengembangan infrastuktur

perbankan
 Program peningkatan perlindungan nasabah
Tahap-Tahap Implementasi API
1. Program Penguatan Struktur Perbankan
Nasional

Program implementasi API dilaksanakan secara


bertahap dan dimulai tahun 2004 dengan
perincian sebagai berikut:
Periode
No Kegiatan (Pilar I)
Pelaksanaan
Memperkuat permodalan Bank
a. Meningkatkan persyaratan modal 2004-2010
minimum bagi bank umum (termasuk
1 BPD) menjadi Rp100 miliar
b. Mempertahankan pesyaratan modal Rp3 2004-2010
triliun untuk pendirian bank baru
sampai dengan 1 Januari 2011
Memperkuat daya saing BPR
a.     Meningkatkan linkage program antara bank
2004
2 umum dengan BPR
b.     Mempermudah pembukaan kantor cabang BPR 2004
c.    Memfasilitasi pembentukan fasilitas jasa bersama untuk
2004-2005
BPR
Meningkatkan akses kredit
a.     Memfasilitasi pembentukan skim penjaminan
2004-2006
3 kredit
b.     Mendorong penyaluran kredit untuk sektor usaha
2004-2006
tertentu
2. Program Peningkatan Kualitas
Pengaturan Perbankan
Periode
No Kegiatan (Pilar II)
Pelaksanaan
Memformalkan proses sindikasi dalam
1
membuat kebijakan perbankan
a.    Melibatkan pihak III dalam setiap pembuatan
2004
kebijakan perbankan
b.    Membentuk panel ahli perbankan 2004
c.     Memfasilitasi pembentukan lembaga riset
2004-2005
perbankan di daerah maupun pusat
Implementasi secara bertahap 25 Basel
2 2004-2013
Core Principles for Effective Banking Supervision
3. Program Peningkatan Fungsi
Pengawasan
Periode
No Kegiatan (Pilar III)
Pelakasnaan
Meningkatkan koordinasi antar lembaga
pengawas
1
a. Melakukan koordinasi dan kerjasama secara
2004
reguler
Melakukan konsolidasi sektor perbankan Bank
2
Indonesia
a.    Mengkonsolidasi fungsi pengawasan dan
2004-2005
pemeriksaan

b.    Mereorganisasi sektor perbankan Bank Indonesia 2004-2005

c.     Membentuk tim enforcement 2004-2005


d.    Membentuk tim khusus pemeriksa spesialis 2004-2005
3 Meningkatkan kompetensi pemeriksa bank
a.    Melakukan sertifikasi pemeriksa bank 2004-2005
b.    Melakukan attachment pemeriksa di lembaga
2004-2005
pengawas internasional
Mengembangkan sistem pengawasan berbasis
4 risiko
a. Mendisain risk-based model untuk pengawasan 2004-2005
5 Meningkatkan efektivitas enforcement
a.    Menyempurnakan proses investigasi kejahatan
2004-2005
perbankan
b.     Meningkatkan transparansi pengawasan dan
2004-2005
enforcement
c.    Membentuk internal ombudsman untuk
2004-2005
permasalahan pengawasan
d.    Meningkatkan perlindungan hukum bagi pengawas
2004
bank
4. Program Peningkatan Kualitas
Manajemen dan Operasional Perbankan
Periode
No Kegiatan (Pilar IV)
Pelaksanaan
1 Meningkatkan Good Corporate Governance
a. Menetapkan standar minimum untuk GCG 2004-2005
b. Mendorong bank-bank untuk go public 2004-2005
Meningkatkan kualitas manajemen risiko
2
perbankan
a. Mempersyaratkan sertifikasi manajer risiko 2005
3 Meningkatkan kemampuan operasional bank

a.     Mendorong bank-bank untuk melakukan sharing


2004-2005
penggunaan fasilitas operasional guna menekan biaya

b.     Memfasilitasi kebutuhan pendidikan dalam rangka


peningkatan operasional bank 2004-2005
5. Program Pengembangan Infrastruktur
Perbankan

No K e g ia ta n (P ila r V ) P e rio d e
P e la k s a n a a n
1 M e n g e m b a n g k a n C re d it B u re a u
a. M e la k u k a n in is ia t if p e m b e n t u k a n c r e d it 2 0 0 4 -2 0 0 5
b u reau
2 M e n g o p tim a lk a n p e n g g u n a a n c r e d it r a t in g
a g e n c ie s
a. M e m p e r s y a r a t k a n r a t in g b a g i o b lig a s i y a n g
2 0 0 4 -2 0 0 5
d it e r b it k a n o le h b a n k
6. Program Peningkatan Perlindungan
Nasabah
N o K e g ia t a n (P ila r V I) P e rio d e
P e la k s a n a a n

1 M e nyusu n stan d a r m e k a n is m e p e n gad u an


n asab ah
a. M en etap kan p ersyaratan minimum 2 0 0 4 -2 0 0 5
m e k a n is m e p e n g a d u a n k o n s u m e n

2 M e m b e n t u k le m b a g a m e d ia s i in d e p e n d e n
a. M e m f a s ilit a s i p e n d ir ia n le m b a g a m e d ia s i 2 0 0 4 -2 0 0 5
p e rb an kan

3 M e n y u s u n tra n s p a ra n s i in fo r m a s i p r o d u k
a. M e m f a s ilita s i p e n yu su n a n sta n d a r 2 0 0 4 -2 0 0 5
m in im u m t r a n s p a r a n s i in fo r m a s i p ro d u k
bank
4 M e m p r o m o s ik a n e d u k a s i u n tu k k o n s u m e n
a. M e n d o ro n g b a n k -b a n k u n tu k m e la k u k a n 2004
e d u ka si kepada ko n su m e n m engenai
p ro d u k - p ro d u k fin a n s ia l
Basel II
Jadi Basel II bertujuan meningkatkan keamanan dan
kesehatan sistem keuangan dengan menitikberatkan
pada perhitungan permodalan yang berbasis risiko,
supervisory review process, dan market discipline.
Framework Basel II disusun berdasarkan forward-
looking approach yang memungkinkan untuk
dilakukan penyempurnaan dan penyesuaian dari
waktu ke waktu.
Hal ini untuk memastikan bahwa framework Basel II
dapat mengikuti perubahan yang terjadi di pasar
maupun perkembangan-perkembangan dalam
manajemen risiko.
Kerangka kerja tersebut disusun
dalam 3 pilar yaitu :

1. Pilar pertama berkaitan dengan pemeliharaan


persyaratan modal (regulatory capital) yang
diperhitungkan untuk tiga komponen utama risiko
yang dihadapi bank: risiko kredit, risiko pasar, serta
risiko operasional. Jenis risiko lain tidak dianggap
layak diperhitungkan pada tahap ini.
2. Pilar kedua menangani tanggapan pengawasan
terhadap pilar pertama yang memberikan tindak
lanjut bagi pengawas.
3. Pilar ketiga memperbesar pengungkapan yang
harus dilakukan bank.
Implementasi Basel II di Indonesia
Pada 25 Januari 2006, Gubernur Bank Indonesia
yang saat itu dijabat oleh Burhanudin Abdullah
Mencanangkan implementasi Basel II pada
perbankan Indonesia sebagai landasan
operasional kegiatan industri perbankan
nasional. Penerapan kerangka kerja Basel II
dilakukan sebagai suatu program jangka
menengah berdimensi waktu antara 3-5 tahun
yang diharapkan akan dapat diterapkan secara
bertahap oleh seluruh bank umum pada tahun
2008.
Implementasi Basel II ini akan dilakukan bertahap di Indonesia. Bank
Indonesia telah membuat road map untuk implementasi Basel II ini.
Berikut adalah road map implementasi Basel II yang disusun oleh Bank
Indonesia
P I L L A R 1 P I L L A R 2 P IL L A R 3

P a r a lle l R u n 4)
P e n e ra p a n P e n d e k a ta n R is ik o L a in n y a T ra n s p a ra n s i
P e r h itu n g a n R is ik o P e n e r b ita n ( S ta n d a r d iz e d ) 1 ) a ta u E fe k tif
P B I P r o s e s V a lid a s i P e r h it. C A R
P e n e rb ita n E fe k tif P e r h it. P e n e r b ita n
(In te r n a l M o d e l) P B I C A R P B I

M a r k e t R is k
S ta n d a r d iz e d 2 ) Q 3 2007 Q 1 2008 - Q 4 2008 Q 1 2009 Q 1 2009
3)
In te rn a l M o d e l Q 3 2007 d im u la i Q 3 2 0 0 7 Q 2 2008 Q 1 2009

C r e d it R is k

Q 1 2 0 0 9
Q 3 2 0 0 7
S ta n d a r d iz e d Q 3 2007 Q 1 2008 - Q 1 2009 Q 1 2009 Q 1 2009
3)
IR B A Q 4 2009 d im u la i Q 1 2 0 1 0 Q 4 2010 Q 2 2011

O p e r a tio n a l R is k
B a s ic In d ic a t o r Q 3 2007 Q 1 2008 - Q 1 2009 Q 1 2009 Q 1 2009
3)
S ta n d a r d iz e d Q 4 2009 d im u la i Q 1 2 0 1 0 Q 4 2010 Q 2 2011
3)
A M A Q 4 2009 d im u la i Q 2 2 0 1 0 Q 2 2011 Q 2 2011
Implementasi Basel II di Negara Lain
Berbeda dengan negara-negara G-10, tenggat
waktu implementasi Basel II bagi negara- negara di
luar anggota G-10 tidak ditetapkan. Ini sejalan
dengan keberadaan Basel II yang pada dasarnya
bukan suatu “undang-undang” yang legally binding
dan mengenakan sanksi bagi negara yang tidak
menerapkan. Lebih lanjut, dinyatakan bahwa
penilaian terhadap stabilitas sektor finansial suatu
negara tidak akan didasarkanpada pelaksanaan
Basel II tapi lebih didasarkan pada pemenuhan
negara tersebut terhadap 25 Basel Core Principles
for Effective Banking Supervision (BCP).
Stabilitas sistem keuangan
Stabilitas sistem keuangan adalah suatu
kondisi yang memungkinkan sistem
keuangan nasional berfungsi efektif dan efisien
serta mampu bertahan terhadap kerentanan
internal dan eksternal, sehingga alokasi
sumber pendanaan atau pembiayaan dapat
berkontribusi pada pertumbuhan
dan stabilitas perekonomian nasional.
Peran Bank Indonesia dalam Stabilitas
Keuangan
 Menjaga stabilitas moneter antara lain melalui
instrumen suku bunga dalam operasi pasar terbuka.
 Menciptakan kinerja lembaga keuangan yang sehat,

khususnya perbankan.
 Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran.
 Melakukan pemantauan secara macroprudential, BI

dapat memonitor kerentanan sektor keuangan dan


mendeteksi potensi kejutan (potential shock) yang
berdampak pada stabilitas sistem keuangan.
  Sebagai jaring pengaman sistim keuangan melalui

fungsi bank sentral sebagai lender of the last resort


(LoLR).
Kerangka Stabilitas Sistem Keuangan
Jaringan pengaman sistem keuangan
Jaringan pengaman sistem keuangan adalah
kerangak kerja BI yang digunakan untuk
landasan pengaturan tentang asuransi
simpanan. Bank sentral memberikan fasilitas
pembiayaan darurat berupa leader of last
resort (LLR). Leader of Last Resort (LLR) ini
digunakan pemerintah sebagai salah satu alat
yang efektif untuk pencegahan dan pemanan
krisis.
Lembaga Penjamin Simpanan
LPS atau Lembaga Penjamin Simpanan merupakan
sebuah badan hukum yang dibentuk berdasarkan UU
no.24 tahun 2004 yang fungsi-nya menjamin
simpanan nasabah penyimpan dan melakukan
penyelesaian dan penanganan bank gagal sebagai
bagian dari pemeliharaan stabilitas sistem perbankan.

Penjaminan simpanan nasabah yang dilakukan LPS


bersifat terbatas, namun dapat mencakup sebanyak-
banyaknya nasabah. Setiap bank yang menjalankan
usahanya di Indonesia wajib menjadi peserta LPS dan
membayar premi penjaminan.
Forum Stabilitas Sistem Keuangan
Forum Stabilitas Sistem Keuangan (FSSK)
adalah forumkoordinasi, kerja sama dan
pertukaran informasi antara otoritas yang
berkepentingan dalam pemeliharaan stabilitas
sistem keuangan Indonesia. Forum ini sangat
diperlukan terutama dalam menghadapi risiko
atau dampak sistemik, yang penyelesaiannya
menuntut kebijakan dan pengambilan
keputusan bersama secara efektif dan
responsif.

Anda mungkin juga menyukai