Anda di halaman 1dari 67

1

Arsitektur Perbankan Indonesia – API


 Bank Indonesia pada tanggal 9 Januari 2004 telah meluncurkan API
 Suatu kerangka dasar sistem perbankan Indonesia yang bersifat
menyeluruh dan memberikan arah, bentuk dan tatanan industri
perbankan untuk rentang waktu lima sampai sepuluh tahun ke depan
Struktur Enam Pilar - API
Sistem perbankan yang sehat, kuat, dan
efisien guna menciptakan kestabilan sistem keuangan
dalam rangka membantu pertumbuhan ekonomi nasional

Sistem Infrastruktur
Struktur Pengawasan
yang Pendukung
Perbankan
Independen yang
yang Sehat
dan Efektif Mencukupi
Sistem
Industri Perlindungan
Pengaturan
Perbankan Nasabah
yang
yang Kuat
Efektif

Pilar 1 Pilar 2 Pilar 3 Pilar 4 Pilar 5 Pilar 6


Sasaran Pokok API
 Menciptakan struktur perbankan domestik yang sehat
dan mampu memenuhi kebutuhan masyarakat dan
mendorong pembangunan ekonomi nasional yang
berkesinambungan
 Menciptakan sistem pengaturan dan pengawasan bank
yang efektif dan mengacu pada standar internasional
 Menciptakan industri perbankan yang kuat dan memiliki
daya saing yang tinggi serta memiliki ketahanan dalam
menghadapi risiko
 Menciptakan good corporate govermence dalam rangka
memperkuat kondisi internal perbankan nasional
 Mewujudkan infrastruktur yang lengkap untuk mewujudkan
terciptanya industri perbankan yang sehat
 Mewujudkan pemberdayaan dan perlindungan
konsumen jasa perbankan
Program Kegiatan API

1 Program penguatan struktur perbankan nasional

Penambahan modal baru baik dari shareholder lama


maupun investor baru
Merger dengan bank (atau beberapa bank) lain untuk
mencapai persyaratan modal minimum baru
Penerbitan saham baru atau secondary offering di pasar
modal
Penerbitan subordinated loan
2 sampai 3 bank yang mengarah kepada bank internasional dengan modal
di atas Rp50 triliun

3 sampai 5 bank nasional dengan modal antara Rp10 triliun- Rp50 triliun

30 sampai 50 bank yang kegiatan usahanya terfokus pada segmen usaha


tertentu dengan modal antara Rp100 miliar - Rp10 triliun

Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dengan modal di bawah Rp100 miliar


Program Kegiatan API

2 Program peningkatan kualitas


pengaturan perbankan

Meningkatkan efektivitas pengaturan serta memenuhi


standar pengaturan yang mengacu pada international best
practices

Penyempurnaan proses penyusunan kebijakan perbankan


serta penerapan 25 Basel Core Principles for Effective
Banking Supervision

Dalam jangka waktu lima tahun ke depan diharapkan Bank Indonesia telah
sejajar dengan negara-negara lain dalam penerapan international best
practices

dalam waktu dua tahun ke depan Bank Indonesia telah memiliki sistem
penyusunan kebijakan perbankan yang efektif yang telah melibatkan
pihakpihak terkait dalam proses penyusunannya.
Program Kegiatan API

3 Program peningkatan fungsi pengawasan

Meningkatkan independensi dan efektivitas pengawasan


perbankan yang dilakukan oleh Bank Indonesia

Peningkatkan kompetensi pemeriksa bank, peningkatan


koordinasi antar lembaga pengawas, pengembangan
pengawasan berbasis risiko, peningkatkan efektivitas
enforcement, dan konsolidasi organisasi sektor perbankan
di Bank Indonesia

Dalam jangka waktu dua tahun ke depan diharapkan fungsi pengawasan


bank yang dilakukan oleh Bank Indonesia akan lebih efektif dan sejajar
dengan pengawasan yang dilakukan oleh otoritas pengawas di negara lain
Program Kegiatan API

4 Program peningkatan kualitas manajemen dan


operasional perbankan

Meningkatkan good corporate governance (GCG), kualitas


manajemen resiko dan kemampuan operasional
manajemen.

Semakin tingginya standar GCG dengan didukung oleh


kemampuan operasional (termasuk manajemen risiko) yang
handal diharapkan dapat meningkatkan kinerja operasional
perbankan

Dalam waktu dua sampai lima tahun ke depan diharapkan kondisi internal
perbankan nasional menjadi semakin kuat.
Program Kegiatan API

6 Program peningkatan perlindungan nasabah

Memberdayakan nasabah melalui penetapan standar


penyusunan
mekanisme pengaduan nasabah, pendirian lembaga
mediasi independen, peningkatan transparansi informasi
produk perbankan dan edukasi bagi nasabah.

Dalam waktu dua sampai lima tahun ke depan diharapkan program-program


tersebut dapat meningkatkan kepercayaan nasabah pada sistem perbankan
Arah Kebijakan Perbankan
Meningkatkan Melanjutkan
Memperkuat
Peran Perbankan Proses
Struktur dan Konsolidasi
untuk Menunjang
Kelembagaan
Perekonomian
Perbankan
Secara
Nasional Memperkuat
Berkelanjutan
Infrastruktur

Bank
Perkreditan Kebijakan
Rakyat Prudensial Sesuai
Standar
Internasional
Perbankan
Syariah Mendorong
Fungsi
Intermediasi
Stabilitas
Sistem
Keuangan
PENGUATAN STRUKTUR PERBANKAN NASIONAL

Permodalan (tier 1) Rp triliun

Penguatan Bank
Internasional
Permodalan
Bank Umum 50

Bank Nasional

10
Bank dengan fokus:

Daerah Korporasi Ritel Lainnya

0,1

Bank dengan kegiatan


BPR usaha terbatas
Basel I
 Regulasi keuangan periode tahun 1970 - an dan 1980 - an :
○ Pemberian izin mendirikan lembaga keuangan
○ Pembatasan aktivitas yang diperbolehkan dan tidak
diperbolehkan pada masing-masing institusi keuangan
○ Definisi dari rasio-rasio pada neraca dan persyaratan giro
wajib nimimum atau menjaga tingkat aktiva yang harus
disediakan dalam obligasi pemerintah

 Dibutuhkan keragaman regulasi secara global yang menjadi


suatu acuan regulator pada masing-masing Negara. Munculnya
kesepakatan Basel – basel accord
 Th. 1974 dicetuskan komite basel – the basel committee
 Fungsi untuk pengawasan dibidang perbankan.
Basel I
 Juli 1988 Basel Committee merekomendasi :

(i) Perlunya lembaga perbankan (khususnya


internationally active banks) memiliki modal
minimum 8% untuk minimized insolvency dan
memperkecil perbedaan kompetitif sehingga
tercipta level of playing field.

(II) Perhitungan permodalan menggunakan konsep


“forward looking” yaitu menggunakan credit risk
dalam portfolio perbankan yang berpotensi
merugikan bank.

12
Basel I
 Basel I menetapkan persentase modal yang harus
dimiliki perbankan terhadap total asset tertimbang
menurut risiko (risk-weighted assets = RWA), yaitu 8%.

 Perhitungan dilakukan dgn mengelompokkan aset


bank ke dalam beberapa kategori risiko dan memberi
bobot setiap kategori menurut jenis debitur.
 100% untuk corporate loan
 50% untuk housing loan
 20% untuk bank-bank
 0-10% untuk pemerintah negara-negara OECD

13
Tujuan utama Pengembangkan Kesepakatan Basel I
 Meningkatkan kekuatan dan stabilitas dari sistem perbankan
internasional
 Menciptakan kerangka pengukuran kecukupan modal dari bank yang
aktif secara internasional
 Membentuk kerangka yang dapat diaplikasikan secara konsisten utk
mengurangi ketidaksertaan dlm persaingan – competitive inqualities –
antara bank – bank yang aktif secara internasional.

Konsep Kesepakatan Basel 1


 Pengukuran kecukupan modal menurut kredit didasari oleh
beberapa kalkulasi terdiri dari :
 Bobot risiko aktiva dan bobot risiko
 Penyertaan dengan risiko kredit
 Target rasio modal dan kalklasi modal yang memenuhim syarat
 Kecukupan hasil pada modal yang memenuhi syarat
 Struktur modal
RWA menurut Basel I

Bobot
Jenis Tagihan
Risiko
- Kas
0% - Tagihan kepada pemerintah dan Bank Sentral
- Tagihan lainnya kepada pemerintah negara-negara OECD
- Tagihan dengan agunan surat berharga yang diterbitkan atau
dijamin oleh pemerintah negara-negara OECD
0,10%, 20% -Tagihan kepada domestic public sector entities, diluar pemerintah
atau 50% pusat,
(national - pinjalam yang dijamin lembaga-lembaga tersebut
discretion)

50% - Tagihan kpd atau yang dijamin oleh multilateral development banks
- Tagihan keopada bank-bank di negara-negara OECD
- Tagihan kepadaatau yang dijamin oleh non domestic OECD public
sector entities, di luar pemerintah pusat.
- Uang tunai yang masih dalam proses penagihan

15
RWA menurut Basel I

Bobot
Jenis Tagihan
Risiko

50% -Pinjaman yang dijamin sepenuhnya oleh mortgage on residential


property yang akan digunakan atau disewakan oleh debitur.
100% -Tagihan kepada sektor swasta
- Tagihan kepada bank-bank di luar negara-negara OECD > 1tahun
- Tagihan kepada Pemerintah pusat negara-negara non OECD
- Tagihan kepada perusahaan komersial yang dimiliki masyarakat umum
- Tanah, bangunan dan peralatan serta aktiva tetap lainnya
- Real estate dan investasi lainnya (termasuk non consolidated investment
participation pada perusahaan lain).
- Instrumen permodalan yang diterbitkan oleh bank lain (kecuali dikeluarkan
dari modal)
- Aktiva lainnya.

16
Penarikan kembali Basel I Accord
 Penerapan Basel I mendapat kritik karena:
 Kategori pembobotan risiko sangat luas, sehingga tidak
mencerminkan gradasi risiko kredit yang sebenarnya.
 Mengabaikan implikasi diversifikasi portfolio
 Menciptakan pengaturan yang menempatkan bank pada posisi
yang kurang menguntungkan dibanding pesaing non bank
 Belum mencakup perkembangan risiko keuangan dlm pasar
modal.

 1996: Basel I disempurnakan dengan Market Risk Amendments yg


menyesuaikan pengaturan capital requirements dengan
memasukkan unsur market risk terkait dengan equity, debt, interest
rate dan commodity risk:
 Perlunya memasukkan market risk dalam perhitungan
permodalan mengingat perbankan secara aktif terlibat dalam
aktivitas pasar keuangan dengan berbagai risikonya antara lain
interest rate risk dan foreign exchange risk.
 Memberikan peluang bagi perbankan mengembangkan model
sendiri dlm mengukur market risk dgn persetujuan otoritas
pengawas.

17
Penarikan kembali Basel I Accord

Criticisms of Basel I Accords Consequences in the industry

• Lack of risk sensitivity of capital


requirements. • Customer with high probability
of default was no different to
• “one size-fits all”, approach to good customer.
risk management.
• Increase divergence between
• Limited attention to credit risk regulatory capital and economic
mitigation. capital based on “true” risk
• Over emphasis on minimum • Banks were not motivated to
capital requirements. adopt sophisticated risk
• Exclusive focus on financial risk. management techniques.

18
Penarikan kembali Basel I Accord
 Juni 1999: Basel Committee on Banking Supervision
dari BIS mengeluarkan First Consultative Package on
the New Accord dalam rangka menggantikan Basel I
dengan kerangka perhitungan permodalan yang lebih
risk sensitive.

 Januari 2001: Basel Committee mengeluarkan Second


Consultative Package mengenai New Basel Capital
Accord (Basel II) yang bertujuan untuk meningkatkan
kesehatan dan keamanan sistem keuangan dengan
lebih menitikberatkan perhatian pada manajemen
pengawasan internal bank, supervisory review
prosess dan market dicipline.

 Basel II secara resmi difinalisasikan dan dipublikasikan


pada tahun 2003 dan akan diterapkan secara
keseluruhan pada tahun 2009.
19
Kelemahan Kesepakatan Basel I
 Pendekatan portofolio belum diakomodasi
 Netting belum diizinkan
 Eksposur risiko pada pada Basel I diregulasi secara samar-samar
 Pendekatan Basel I memberikan pembobotan pada bobot risiko
aktiva yang sama terhadap semua pinjaman korporat tanpa
memperdulikan peringkat kredit dari debitur

Kesepakatan Basel II
 Dalam the market risk amendement in 1996 mengizinkan bank
menggunakan model internal untuk mengukur risiko kredit.
 Komite Basel pada tahun 1999 meningkatkan kerja sama dengan
bank utama dari Negara anggota dalam mengembangkan
kesepakatan modal yang baru (capital accord).
 Kenal dengan nama Kesepakatan Basel II
Basel II ; Mencapai Tujuan
 Menggunakan tiga pilar untuk keseimbangan antara modal
yang sesuai persyaratan dengan modal ekonomis.
 Mendorong integrasi pengukuran risiko ke dalam proses
manajemen
 Mencapai sensitivitas risiko kredit yang lebih tinggi
 Menciptakan flesibilitas dalam memilih pendekatan dalam
penetapan modal sesuai dengan persyaratan.
 Membuat metode pengukuran risiko yang dinamis dalam
penetapan modal sesuai dengan persyaratan
 Mengadopsi teknik perhitungan risiko yang lebih canggih untuk
diterapkan
 Menerapkan tambahan modal eksplisit bagi risiko operasional
dan risiko lain-lain dan kemudian mengurangi kebutuhan akan
adangan modal.
 Menjaga agar persaingan kebutuhan ekuitas antara bank dan
lembaga keuangan lain.
Perbandingan Basel I dan Kesepakatan Basel II

 Kesepakatan Basel I
 Fokus pada sebuah pengukuran tunggal
 Memiliki pendekatan yang sederhana terhadap
sensitivitas risiko
 Menggunakan pendekatan “ one single size fits all “
pada risiko dan modal
 Hanya mencakup risiko kredit dan risiko pasar

 Kesepakatan Basel II
 Fokus pada internal metodologi
 Memiliki tingkat sensitivitas risiko yang lebih tinggi
 Fleksibel untuk disesuaikan terhadap kebutuhan
bank yang berbeda-beda
 Mencakup risko kredit,risiko pasar, risiko operasional
dan risiko lainnya.
Regulasi Tiga Pilar Kesepakatan Basel II

 Pilar 1
Kewajiban penyediaan modal
minimum
 Pilar 2
Tinjauan berdasarkan regulasi
 Pilar 3
Disiplin pasar yang efektif
Pilar 1 – Kewajiban penyediaan modal minimum
 Dalam pilar 1 ini bank diminta untuk mengkalkulasi modal minimum:
 Risiko kredit
 Risiko pasar dan
 Risiko operasional

Pilar 2 – Tinjauan berdasarkan regulasi


 proses tinjauan berdasarkan regulasi supervisory review yang
diformalkan oleh pembuat kebijaksanaan berdasarkan praktek terbaik
(best practice) yang berlangsung
 tinjauan pengawasan berdasarkan risiko dari Federal Reserve Board di
Amerika Serikat dan Financial Services Authority di Inggris

Pilar 3 – Disiplin pasar yang efektif


 Mengenai pilar disiplin pasar
 Keterbukaan kepada public oleh bank
 Membantu pemegang saham bank dan analisa pasar dan membawa
peningkatan transparasi
Tujuan New Basel II Capital Accord:

1. meningkatkan keamanan dan kesehatan sistem


keuangan, minimal pada tingkat permodalan
yang berlaku saat ini;
2. meningkatkan kesetaraan dalam persaingan
(level playing field);
3. menciptakan pendekatan yang lebih
menyeluruh dalam mengantisipasi risiko;
4. memberikan beberapa alternatif pendekatan
dalam menghitung kecukupan modal

25
Key Features of Basel II Accord
 Kecukupan Credit Risk Capital didasarkan ukuran-ukuran risiko yang
lebih akurat, dengan menggunakan:
 Probability of Default (PD)
 Exposure At Default (EAD)
 Loss Given Default (LGD)
 Maturity (M)
 Sebagai kebalikan dari pendekatan “one size-fits all”
 Bank dapat memilih satu dari tiga pendekatan yang sophisticated
secara progresif terhadap risiko kredit dan risiko operasional
 Secara eksplisit mengakui dan menghargai Credit Risk Mitigation
 Mengakui keragaman tipe dari CRM termasuk agunan, netting,
garansi dan credit derivatives.
 Secara eksplisit menyaratkan agar setiap bank memiliki proses
internal yang memadai dalam menilai kecukupan modalnya
berdasarkan evaluasi menyeluruh terhadap risiko yang dihadapi
 Ada perlakuan khusus dan kebutuhan modal untuk risiko operasional
dan kebutuhan untuk menaksir semua tipe risiko lainnya.
 Memperkecil regulatory capital arbitrage:
 Pendekatan yang sophisticated pada sekuritisasi hanya mengakui
transaksi yang benar-benar transfer risiko.
26
Key Features of Basel II Accord

Tiga pilar utama:

Minimum Supervisory Market


Capital Review Discipline
Requirements Process

Pilar I Pilar II Pilar III

27
Komponen Basel II
Tiga pilar utama:
Pilar 1 Pilar 2
Pilar 3
Minimum Capital Supervisory Review
Market Discipline
Requirements Prosess
(Market Managed)
(Bank Menaged) (Regulator Managed)

CAR = Setiap bank memiliki


• Market Discipline
proses internal untuk
Total Capital / menilai kecukupan • Disclosure Standard
{Credit Risk + modalnya
• Transparancy
Market Risk +
Operational Risk} Otoritas pengawas ber Apakah pasar puas
tanggung jawab menge- dengan tingkat kecu-
= minimum 8% valuasai kelayakan kupan modal Bank?
proses tersebut.

28
BASEL 2
3 Pilar Utama

Minimum Capital Supervisory Market


Requirements Review Process Discipline

Bobot Risiko Definisi Modal

Risiko Kredit Risiko Operasional Risiko Pasar

• Standardised App. • Basic Indicator App. • Standardised


• Internal Rating Based App.: • Standardised App. Method
Foundation • Advanced Measurement App. • Internal Model
Advanced
ROADMAP BASEL II
PILLAR 1 PILLAR 2 PILLAR 3
Parallel Run Penyempurnaan 4)
Penerapan Pendekatan (Standardized)
1)
Efektif Risiko Lainnya Transparansi
Penerbitan LBU
Perhitungan Risiko atau Perhit.
PBI
Proses Validasi CAR Penerbitan Efektif Penerbitan
On line System
(Internal Model) PBI Perhit. CAR PBI

Market Risk
Standardized 2) Q3 2007 Q1 2008 - Q4 2008 Q1 2009 Q4 2008 Q1 2009
Internal Model 3) Q3 2007 dimulai Q3 2007 Q2 2008 Q2 2008 Q1 2009

Q1 2009
Credit Risk

Q3 2007
Standardized Q3 2007 Q1 2008 - Q1 2009 Q1 2009 Q4 2008 Q1 2009
IRBA 3) Q4 2009 dimulai Q1 2010 Q4 2010 Q4 2010 Q2 2011

Operational Risk
Basic Indicator Q3 2007 Q1 2008 - Q1 2009 Q1 2009 Q4 2008 Q1 2009
Standardized 3) Q4 2009 dimulai Q1 2010 Q4 2010 Q4 2010 Q2 2011
AMA 3) Q4 2009 dimulai Q2 2010 Q2 2011 Q4 2010 Q2 2011
Pendekatan Basel II terhadap Risiko Kredit

Standardized approach
RWA based on Internal Rating Based Approach (IRB)
externally provided:
• Probability of Default (PD)
• Exposure At Default (EAD)
• Loss Given Default (LGD)

• Limited recognition of
credit risk mitigation &
supervisory treatment of
collateral and guaranties

31
Credit Risk - Standardized approach

 Memberikan klasifikasi bobot risiko yang lebih


luas dan pengakuan terhadap credit risk
mitigation techniques.

 Dalam pendekatan ini tidak dikenal lagi


pengelompokan negara berdasarkan group
tertentu (OECD atau non OECD).

 Penetapan bobot risiko didasarkan pada rating


yang diberikan oleh rating agency yang telah
memenuhi kualifikasi tertentu.

32
Credit Risk - Standardized approach

PERINGKAT
Bobot Risiko
AAA BBB+
A+ BB+ < Un
Jenis Tagihan to to < B-
to A- to B- BB- rated
AA- BBB-
Tagihan kpd. Pemerin- 0% 20% 50% 100% 150% 100%
tah / Bank Sentral
-
Tagihan kpd. Bank / 20% 50% 100% 100% 150% 100% -
BUMN Option I
Tagihan kpd. Bank / 20% 50% 50% 100% - 150% 50%
BUMN Option II
Tagihan kpd. 20% 50& 100% - 150% - 100%
perusahaan

33
Credit Risk - Standardized approach

BOBOT RISIKO
- KPR 40%
- Retail 75%
- Sekuritisasi Aset dan Aset Lainnya 100%
- Assets berisiko tinggi (Rating di bawah BB-/B-, Past Due dan Pinjaman
tanpa agunan 150%
- Off Balance sheet : cara perhutungannya eksposur kredit dari Basel I
masih dipertahankan.

34
Credit Risk - Standardized approach

 Komponen risiko.
Empat komponen risiko utk klasifikasi eksposur yaitu:
 probability of default (PD): kemungkinan obligor dan
atau guarantor mengalami default yang diestimasi
melalui data historis;
 loss given default (LGD): estimasi kerugian yang
dapat terjadi jika obligor / guarantor mengalami
default;
 exposure at default (EAD): jumlah eksposur yang
diperkirakan masih tersisa pada saat obligor /
guarantor dinyatakan default; dan
 maturity: berkaitan dengan jangka waktu eksposur.
Semakin panjang waktu penyelesaian ekaposur akan
menimbulkan risiko maturity yang makin besar.
35
Pendekatan Basel II terhadap Risiko Kredit

Internal Rating Based Approach (IRB)


Standardized approach
RWA based on
Klasifikasi eksposur :
externally provided:
BIS telah menetapkan tujuh klasifikasi
• Probability of Default (PD) eksposur yaitu :
• Exposure At Default (EAD) • Corporate exposure
• Loss Given Default (LGD) • Bank exposure
• Retail exposure
• Sovereign exposure
• Limited recognition of • Specialized lending exposure
credit risk mitigation & • Project finance exposure dan
supervisory treatment of • Equity exposure
collateral and guaranties

36
Internal Rating Based Approach (IRB)

 Definisi default
Dalam internal rating based approach, obligor
dinyatakan default bila memenuhi salah satu atau
lebih kriteria berikut:
 Obligor tidak dapat memenuhi kewajiban hutangnya
secara penuh (pokok, bunga atau fee)
 Terdapat credit loss event yang berkaitan dengan
kewajiban obligor (charge-off, specific provision,
restrukturisasi menca- kup penghapusan atau penundaan
pokok, bunga atau fee)
 Terdapat tunggakan obligor yang melebihi 90 hari
 Obligor mengajukan permohonan pailit atau proteksi
sejenis terhadap krediturnya.

37
Pendekatan Basel II terhadap Risiko Kredit

Internal Rating Based Approach (IRB)


Standardized approach Foundation Advance
RWA based on
externally provided:
• Probability of Default (PD)
• Exposure At Default (EAD)
• Loss Given Default (LGD)

• Limited recognition of
credit risk mitigation &
supervisory treatment of
collateral and guaranties

38
Credit risk-Internal Rating Based Approach

 Foundation approach ditujukan untuk bank


yang mengalami kesulitan memperkirakan faktor-
faktor risiko yang valid, namun dapat menetapkan
risiko default obligor secara jelas dan dapat
memenuhi persyaratan minimum yang berkaitan
dengan sistem rating internal, proses manajemen
risiko dan estimasi komponen risiko.

 Foundation approach: bank dapat


 menggunakan estimasinya untuk menentukan probability
of default (PD) dan
 menggunakan pedoman yang ditentukan oleh pengawas
untuk menentukan loss given default (LGD), exposure at
default (EAD) dan maturity (M)

39
Pendekatan Basel II terhadap Risiko Kredit

Internal Rating Based Approach (IRB)


Standardized approach
Foundation Advance
RWA based on
• RWA based on
externally provided:
internal models for:
• Probability of Default (PD) Probability of default (PD)
• Exposure At Default (EAD)
- RWA based on
• Loss Given Default (LGD) externally models for:
- Exposure At Default (EAD)
- Loss Given Default (LGD)
• Limited recognition of
credit risk mitigation & • Limited recognition of
supervisory treatment of credit risk mitigation &
collateral and guaranties supervisory treatment of
collateral and guaranty

40
Credit risk-Internal Rating Based Approach

 Advance approach ditujukan untuk bank


yang dapat memperkirakan risiko default
obligor dan komponen risiko lainnya secara
andal dan konsisten dengan
memperhatikan pemenuhan persyaratan
minimum tambahan untuk masing-masing
komponen risiko yang diestimasi.
 Dalam Advance approach seluruh komponen
risiko (PD, LGD. EAD dan M) ditentukan melalui
estimasi yang dilakukan oleh bank

41
Credit risk-Internal Rating Based Approach

 Persyaratan minimum
 Untuk dapat menggunakan internal rating based
approach, bank diwajibkan memenuhi persyaratan
minimum yang telah ditentukan.

 Persyaratan minimum untuk advanced approach lebih


kompleks dari pada foundation approach, karena bank
dituntut untuk memiliki sistem manajemen risiko yang
lebih handal.

 Model yang digunakan dalam internal rating based


approach harus terlebih dahulu mendapat validasi dari
otoritas pengawas setelah diuji coba dengan
membandingkan hasilnya dengan standardized
approach yang dilaksanakan sevara paralel.
42
Pendekatan Basel II terhadap Risiko Kredit

Internal Rating Based Approach (IRB)


Standardized approach Foundation Advance
RWA based on • RWA based on - RWA based on
externally provided: internal models for: internal models for:
• Probability of Default (PD) Probability of default (PD)
• Exposure At Default (EAD) - RWA based on - Probability of Default (PD)
externally models for: - Exposure At Default (EAD)
• Loss Given Default (LGD)
-Loss Given Default (LGD)
- Exposure At Default (EAD)
- Loss Given Default (LGD)
- Internal estimation of
• Limited recognition of • Limited recognition of parameters for credit
credit risk mitigation & credit risk mitigation & risk mitigation –
supervisory treatment of supervisory treatment of guaranties, collaterals,
collateral and guaranties collateral and guaranty credit derivatives

Increasing complexity and data requirement


Varying regulatory capital requirement

43
Perbedaan pokok Basel I dan Basel II

Basel I Basel II
Capital Credit Risk Credit, market and operational risk
requirement (Pilar I)
Other None Supervisory review process (Pilar II)
requirement and market discipline (Pilar III)
Capital Standard for all Three approaches : Standardized,
bank IRB Foundation and IRB Advance
Risk Weighting Limited 0 – 100 % Wide range based on credit risk 0%-
for Assets 150%
Credit Risk Limited Explicitly recognizes and rewards
Mitigation recognition collateral and credit risk mitigation
Maturity Short term versus Recognizes effectives maturity
differentiation long terms
Regulatory Possible Minimized
capital arbitrage

44
Pendekatan Basel II terhadap Risiko Pasar

 Tujuan Amendment to the Capital Accord to


Incorporate Market Risk 1996 adalah agar bank
menyediakan modal yang cukup terhadap risiko dari
aktivitas trading yang dilakukan.

 Modal yang memenuhi persyaratan untuk mengcover


market risk terdiri dari :
 Tier 1: Modal pemegang saham dan laba ditahan
 Tier 2: Modal pelengkap dan
 Tier 3: Khusus untuk mencover market risk yaitu:
 pinjaman subordinasi jangka pendek (masa jatuh tempo
minimal 2 tahun)
 memiliki klausul lock in dan
 maksimum 250% dari Tier 1

45
Pendekatan Basel II terhadap Risiko Pasar

 Risiko pasar yang harus diperhitungkan adalah:


 risiko perubahan harga pasar dari instrument
keuangan (mis.bond, swap, future, options dsb.) atau
equities yang sensitif terhadap perubahan suku bunga
 risiko perubahan suku bunga (interest rate risk) dari
instrument keuangan non derivative
 risiko perubahan nilai tukar (foreign exchange rate risk)
dan
 risiko memegang posisi dalam komoditi (produk
pertanian, mineral, dan logam mulia) pada seluruh
kegiatan bank, trading book maupun banking book.

46
Pendekatan Basel II terhadap Risiko Pasar

Standardized Method Internal Model

Menggunakan Memungkinkan bank untuk


pendekatan “building menggunakan model-model
block” yang manajemen risiko mereka sendiri
menghitung specific dalam menghitung capital charges.
risk dan general
Untuk menggunakan internal model
market risk yang
bank harus memenuhi beberapa
muncul dari posisi
persyaratan kwalitatif dan
equity dan hutang
kuantitatif serta mendapat
secara terpisah
persetujuan tertulis dari Otoritas
Pengawas.

47
Market Risk – Standardized Method

 Fokus pada pengukuran:


 Interst rate risk
 Equity position risk
 Foreign exchange risk
 Commodities risk
 Price risk (untuk option).

 Menghitung capital charge untuk:


 specific risk (risiko perubahan harga instrumen keuangan
karena faktor isssuer) dan
 general market risk (risiko perubahan harga instrumen
keuangan karena faktor fluktuasi pasar secara umum)
dari posisi instrument keuangan yang diperdagang-
kan, posisi valuta asing dan/atau komoditi.

48
Market Risk – Standardized Method

 Basel Committee memperkenankan bank


menggunakan internal model di luar
standardized model dengan memenuhi
persyaratan kualitatif dan persyaratan
kuantitatif yang ditetapkan oleh Basel
Committee serta memperoleh persetujuan
dari otoritas pengawas bank.

49
Market Risk – Internal Model

 Persyaratan kuantitatif
(i) Menggunakan metode value at-risk (VAR) yang dihitung
harian dengan 99% and one tailed confidence interval.

VAR adalah pendekatan untuk mengukur jumlah


kerugian yang akan terjadi pada suatu posisi portfolio
sebagai akibat perubahan risk factors yang meliputi
harga, suku bunga dan nilai tukar selama periode
tertentu dengan menggunakn tingkat probability
tertentu.

50
Market Risk – Internal Model

 Persyaratan kuantitatif
(ii) Patokan fluktuasi harga (price shock) yang
digunakan dalam model adalah minimum
selama 10 hari perdagangan (trading days)
sehingga holding period minimum juga sama
dengan periode tersebut
(iii) Model yang dipakai menggunakan data
historis hasil observasi minimal selama 1 tahun
(iv) Besarnya capital charge 3 kali rata-rata VAR
harian selama 60 hari kerja terakhir.

51
Market Risk – Internal Model

 Persyaratan kualitatif:
 Memiliki kriteria umum dari sistem manajemen risiko
 Memiliki standar kualitatif dalam hal terjadi kesalahan dalam
menggunakan internal model
 Memiliki pedoman untuk penggolongan faktor market risk yang
memadai
 Memiliki standar kuantitatif berupa parameter statistik minimal
yang umum dalam pengukuran risiko
 Memiliki pedoman untuk stress testing
 Memiliki prosedur validasi untuk kesalahan eksternal dalam
penggunaan model
 Memiliki aturan yang jelas bila bank menggunakan gabungan
antara internal model dan standardized method.

52
Pendekatan Basel II terhadap
risiko operasional
Evolutionary approaches to measuring Operational Risk under Basel II
Basic Indicator Approach Standardized Approach Advanced Measurement Approach

Capital requirement
is set at 15% of
average annual
gross income over
the past three years

53
Basic Indicator Approach

 Basic indicator approach merupakan


pendekatan yang sangat sederhana dan dapat
diterapkan pada seluruh bank, namun lebih
tepat dipergunakan untuk bank berskala kecil
dengan aktivitas yang tidak terlalu beragam.

 Pendekatan ini menggunakan satu indikator


keuangan tertentu dalam pengukuran profil
risiko yaitu gross income.

 Internationally active bank diharapkan untuk


menggunakan pendekatan yang lebih
sophisticated.

54
Pendekatan Basel II terhadap
risiko operasional
Evolutionary approaches to measuring Operational Risk under Basel II
Basic Indicator Approach Standardized Approach

Capital requirement Bank’s activities are


is set at 15% of divided into eight
average annual business lines. The
gross income over capital requirement
the past three years (expressed as
percentage) varies
between business
lines (the range is
12% - 18%)

55
Standardized Approach

 The eight business lines and their applicable


capital charges are:
(1) Corporate Finance 18%
(2) Trading and sales 18%
(3) Retail Banking 12%
(4) Commercial Banking 15%
(5) Payment and settlement 18%
(6) Agency Services 15%
(7) Assets Management 12%
(8) Retail Brokerage 12%

56
Pendekatan Basel II terhadap
risiko operasional
Evolutionary approaches to measuring Operational Risk under Basel II
Basic Indicator Approach Standardized Approach Advanced Measurement Approach

Capital requirement Bank’s activities are The capital requirement will


is set at 15% of divided into eight equal the risk measure
average annual business lines. The generated by the bank’s
gross income over capital requirement internal risk measurement
the past three years (expressed as system. Internal
percentage) varies Operational Risk System
between business will be based on
lines (the range is quantitative criteria which
12% - 18%) have will have been by the
bank’s regulator.

Increasing complexity and data requirement


Varying regulatory capital requirement

57
Advanced Measurement Approach

 Pendekatan ini diterapkan bila bank telah


memiliki data base yang komprehensif
sehingga dapat:
 menentukan jenis kerugian yang terkait dengan
operational risk (loss types),
 melakukan estimasi probabilitas terjadinya
kerugian (probability of loss event),
 melakukan estimasi besarnya proporsi dari suatu
trransaksi atau eksposur yang dapat menimbulkan
kerugian (loss given event)

58
Basel I and Basel II – A Timeline

Jan 2001 and


1988 1996 June 1999 April 2003 2007

Basel I Accord Market risk First Round of Aditional Basel II


Introduce component proposals for Proposal Accord to
introduced to revising the released come into
Basel I capital effective
adequacy
framework

59
Basel I and Basel II – A Timeline
 Bank Indonesia – Policy Directive
 2008 Basel II for Market Risk (internal model)
applicable for banks meeting the required criteria

 2009 Basel II for Credit Risk (standardized


approach) applicable for all banks

 2010 Basel II for Credit Risk (IRB-Foundation)


applicable for all banks

 2010 Target date for the Introduction of Operational


Risk (standardized approach)

 2011 Target date for the introduction of operational


Risk (Advance Measurement Approach)
60
Manfaat Basel II

 Bank memiliki tingkat modal sesuai dgn risiko yg diambil


 Bank yg mengadopsi Advance IRB Approach (credit
risk) dan Advance measurement approach
(operational risk) biasanya akan memerlukan modal
yang lebih sedikit
 Struktur modal akan terkait secara lebih baik dengan
strategi bank
 Bank lebih termotivasi untuk lebih patuh dan memiliki
tata-kelola yang lebih baik
 Mempertinggi reputasi dan profile
 Bank mempunyai pemahaman risiko lebih baik dalam
organisasi mereka sebagai akibat sistem manajemen
yang lebih sehat dan budaya risiko yang lebih kuat
 Penilaian modal yang sesuai dengan risiko

61
Definisi Economic capital

 Economic capital adalah jumlah modal yang


dibutuhkan untuk menutup potensi kerugian pada
level yang ditolelir selama jangka waktu tertentu.
 Di bawah Basel II dibutuhkan untuk
mendemonstrasikan kepada regulator bahwa risiko
dan modal telah cukup terkelola dengan baik
 Fokus kepada penggunaan modal yang lebih
optimis
 Bertujuan untuk memastikan bahwa tingkat
penghasilan sesuai dengan risiko yang diambil
sehingga pengembalian modal (return on capital)
adalah optimal.

62
Regulatory Capital Versus Economic Capital

 Regulatory Capital adalah jumlah minimum


dari book capital yang disyaratkan oleh
regulator
 Book Capital adalah harta dikurangi hutang
per posisi laporan keuangan audited
 Economic Capital adalah modal yang harus
dipelihara, lebih besar dari expected loss
dalam level toleransi yang telah ditetapkan

63
Komponen Economic Capital

 Kerugian yang timbul dari exposure pada risiko-


risiko yang berbeda- credit, market, operational
dsb.
 Kerugian-kerugian yang tidak pasti lebih dari
satu tahun
 Expected loss (EL) harus termasuk dalam risk
adjusted pricing
 Unexpected loss (UL) adalah setiap kerugian
yang melebihi EL. Oleh karenanya merupakan
risiko yang harus didukung oleh tersedianya
modal.

64
Sustaining losses
Frequency of losses

Unexpected losses from


Credit, market &
Operational risks

Size of losses
Provisions Basel II Capital Requirement =
from Income Insurance
Risk based Economic Capital

65
Tantangan ke depan bagi perbankan

Penerapan New Accord mensyaratkan bank untuk


memenuhi beberapa kondisi yang meliputi:
 Kemampuan analisis dan manajemen risiko
 Ketersediaan informasi serta dokumentasi

 Sebagai dampaknya, bank harus:


 Melengkapi pengetahuan mereka di bidang analisis risiko
 Melakukan perubahan dalam struktur organisasi, prosedur dan
proses pengembilan keputusan.
 Memelihara data internal yang komprehensif dan memadai
 Memperbaiki sistem administrasi dan dokumentasi
 Memahami struktur aset yang dimiliki serta konsekuensinya
terhadap pemenuhan kebutuhan modal sehubungan dengan
penerapan Basel II

66
Review - BASEL

 Apakah perbedaan pokok antara Basel I dan


Basel II accords?
 Sebutkan beberapa manfaat dari New (Basel II)
Accord !
 Apakah tantangan yang dihadapi perbankan
sehubungan dengan implementasi Basel II ?

67

Anda mungkin juga menyukai