(ADULT LEARNING)
Definisi
Konsep andragogi
Prinsip andragogi
Ciri- ciri andragogi
1919 Adam Smith Pendidikan tidak hanya untuk anak-anak, tetapi juga untuk orang dewasa
1926 The American for adult Pendidikan orang dewas mendapat sumbangan dari ; aliran ilmiah, Edward L Thorndike
education Aliran artistic , Edward C Lindeman dalam buku “meaning of adult education
1928 Edward L. Thorndike Menyusun buku “adult Learning dari aliran scientific
1929 Lawrence P. Jacks menulis jurnal Adult of education dengan istilah continuing school dan berbasis pada pendapatan dan
kehidupan
1930 Archeak AB Pendidikan sepanjang hayat; pendidikan seumur hidup bagi manusia
1930 Ribert D. Leigh Hasil studinya : belajar pada orang dewasa sangat berkaitan erat dengan pengalaman sehari-hari sehingga
menghasilkan pengetahuan baru berdasarkan pengalaman hidupnya
1931 David L. Mackage Dalam jurnal adult education : isi dan metode pembelajaran harus selalu dihasilkan untuk pendidikan orang
dewasa
1936 Lyman buson Dalam buku adult education ; membahas tentang tujuan pendidikan orang dewasa
1938 AlanRogers Dalam jurnal adult education : salah satu tipe pendidikan orang dewasa adalah berdasarkan penggunaan
metode bar sebagai prosedur atau langkah pembelajarannya
1939 Rat Herton Dalam jurnal adult education : pada high school, pembelajar orang dewasa mempunyai beberapa
pengetahuan atau kecakapan sehingga proses belajar harus seperti yang dimulai atau dilakukan pembelajar
tersebut
1949 Harry Overstreet “The Nature Mind” perlunya pemisahan konsep belajar orang dewasa
1950 Malcolm Knowles Informal adult education ; inti pendidikan orang dewasa berbeda dengan pendidikan tradisional
1950 Heinrich Hanselmanan Muncul istilah andragogy dalam buku “ Andragogy :Nature, Possibilities, and Boundaries of adult
education” ; pembelajaran orang dewasa berhubungan dengan pengobatan (bukan medis0 dan pendidikan
kembali orang dewasa
Istilah andragogi pertama kali digunakan oleh
Alexander Kapp tahun 1833 yaitu yang menjelaskan
konsep dasar teori pendidikan dari Plato. Sehingga
penggunaan istilah andragogi telah dimulai pada abad
ke-18 (Cross, 1981).
Perkembangan selanjutnya sejak tahun 1920-an
pendidikan orang dewasa (andragogi) telah
dirumuskan dan diorganisasikan secara sistematis.
Konseptual teoretik dikembangakan oleh Malcolm
Knowles pada tahun 1970. Menurut Knowles,
pendidikan orang dewasa berbeda dengan
pendidikan anak-anak (paedagogi). Paedagogi
berlangsung dalam bentuk identifikasi dan peniruan,
sedangkan andragogi berlangsung dalam bentuk
pengembangan diri sendiri untuk memecahkan
masalah.
Definisi pendidikan orang dewasa merujuk pada kondisi
peserta didik orang dewasa baik dilihat dari dimensi fisik
(biologis), hukum, sosial dan psikologis
kedewasaan pada diri 3 seseorang meliputi: age, psychological
maturity, and soscial roles : kelengkapan kondisi fisik juga usia,
dan kejiwaan, disamping itu pula orang dewasa dapat berperan
sesuai dengan tuntutan tugas dari status yang dimilikinya.
Kematangan seorang individu dapat pula menjadi patokan bagi
kedewasaan secara sosial, hal ini dapat dicermati dari
kesiapannya dalam menerima 4 tanggungjawab, mengerjakan
dan menyelesaikan tugas-tugas peribadi dan sosialnya terutama
untuk memenuhi kebutuhan belajarnya
Definisi istilah
Istilah andragogi berasal dari bahasa Yunani
“andra dan agogos”.
Andra berarti “orang dewasa” dan agogos artinya “memimpin
atau membimbing”,
Andragogi diartikan ilmu tentang cara membimbing orang
dewasa dalam proses belajar.
Andragogi sebagai seni dan ilmu yang membantu orang
dewasa untuk belajar (the art and science of helping adult
learn). Definisi tersebut sejalan dengan pemikiran Knowles
dalam Srinivasan (1977) menyatakan bahwa: andragogi as the
art and science to helping adult a learner.
Definisi andragogi
KBBI : ilmu tentang cara orang dewasa belajar
Pendidikan orang dewasa adalah suatu proses yang
menumbuhkan keinginan untuk bertanya dan belajar
secara berkelanjutan sepanjang hidup, berhubungan
dengan bagaimana mengarahkan diri sendiri untuk
bertanya dan mencari jawabannya
Cont’d
Orang dewasa sebagai peserta didik sangat unik dan
berbeda dengan anak usia dini dan anak remaja. Proses
pembelajaran orang dewasa akan berlangsung jika dia
terlibat langsung, idenya dihargai dan materi ajar sangat
dibutuhkannya atau berkaitan dengan profesinya serta
sesuatu yang baru bagi dirinya.
Masalah : mendapat hal baru, timbul ketidaksesuaian
(bosan), teori yang muluk (sulit dipraktikkan),
resep/petunjuk baru (mandiri), tidak spesifik, dan sulit
menerima perubahan (Yusnadi, 2004).
7 CIRI KEMATANGAN INDIVIDU
1) Kematangan individu dapat dilihat dari minatnya yang selalu berorientasi
pada tugas-tugas yang dilakukan atau dikerjakannya, serta tidak mengarah
pada perasaan-perasaan diri sendiri atau untuk kepentingan pribadi (tidak
pada diri dan atau ego).
2) Tujuan-tujuan yang dikembangkan dalam konsep dirinya jelas dan selalu
memiliki kebiasaan kerja yang efisien.
3) Kemampuan dalam mengendalikan perasaan pribadi dalam pengertian
selalu dapat mempertimbangkan pribadinya dalam bergaul dengan orang
lian.
4) Memiliki pandangan yang obyektif dalam setiap keputusan yang
diambilnya.
5) Siap menerima kritik atau saran untuk peningkatan diri.
6 ) Bertanggung jawab atas segala usaha-usaha yang dilakukan.
7) Secara realitas selalu dapat menyesuaikan diri dalam situasi-situasi baru.
CONT’D
Pendidikan orang dewasa adalah suatu proses belajar yang sistematis dan
berkelanjutan pada orang yang berstatus dewasa dengan tujuan untuk
mencapai perubahan pada pengetahuan, sikap, nilai dan keterampilan.
Kondisi-kondisi yang dapat ditimbulkan dari definisi itu adalah:
1) Orang dewasa termotivasi untuk belajar sesuai dengan kebutuhan dan
minat mereka;
2) Orientasi belajar bagi orang dewasa adalah berpusat pada kehidupan;
3) Pengalaman sebagai sumber kekayaan untuk belajar orang dewasa;
4) Orang dewasa mengharapkan berhubungan sendiri dengan kebutuhan
yang tepat;
5) Perbedaan individual di antara perorangan berkembang sesuai dengan
umurnya.
Konsep andragogi
1. Seseorang tumbuh dan matang konsep dirinya
bergerak dari ketergantungan total menuju
pengarahan diri sendiri.
Independence dependence self directing
2. Sudah matang akan mengumpulkan sejumlah
besar pengalaman, maka dirinya menjadi sumber belajar
yang kaya, yang pada waktu yang sama akan
memberikan dia dasar yang luas untuk belajar sesuatu
yang baru.
<< ceramah, >> action, audio & visual ++
Cont’d
3. Kesiapan belajar mereka bukan semata-mata karena
paksaan akademik, tetapi karena kebutuhan hidup dan
untuk melaksanakan tugas peran sosialnya
>membutuhkan tingkatan perkembangan mereka yang harus menghadapi perananya
apakah sebagai pekerja, orang tua, pemimpin suatu organisasi dan lain-lain.
peserta
6. Evaluasi bersama, memfokuskan pada
Menciptakan iklim belajar yang cocok untuk orang dewasa.Suasana belajar harus diatur
sedemikian rupa sehingga cocok untuk orang dewasa, santai dan tidak menjemukan.
Menciptakan struktur organisasi untuk perencanaan yang bersifat partisipatif.
Dalam perencanaan pembelajaran orang dewasa harus diciptakan suatu struktur organisasi
sehingga bersifat partisipatif.
Mendiagnosis kebutuhan belajar.
Sebelum belajar orang dewasa harus didiagnosis terlebih dahulu kebutuhan – kebutuhan apa
yang diperlukan orang dewasa dalam belajar
Merumuskan rancangan kegiatan belajar.
Rumuskan terlebih dahulu rancangan kegiatan belajar dengan menggunakan strategi apa saja.
Mengembangkan rancangan kegiatan belajar.
Kemudian kembangkan rancangan belajar yang sudah dirumuskan tersebut.
Melaksanakan kegiatan belajar.
Lakukan kegiatan belajar sesuai dengan rancangan belajar yang sudah disusun.
Mendiagnosis kembali kebutuhan belajar (evaluasi).
Kondisi belajar
Proses belajar merubah perilaku peserta, akan terjadi kalau ada
kondisi yang dapat menimbulkan reaksi atau respon. Untuk itu
fasilitator dituntut memiliki ketrampilan menciptakan kondisi peserta
sehingga timbul minat, perhatian dan respon peserta. Kondisi yang
mempengaruhi terjadinya proses belajar terdiri dari komponen :
· kemampuan kognitif – penguatan
· respon – transfer
· perhatian
Situasi atau suasana yang menyenangkan,
peserta akan lebih senang dan tekun melakukan
ragam kegiatan belajar. Komponen yang dapat
menciptakan suasana menyenangkan adalah :
· sikap ramah, rileks dan bersahabat
· penampilan menarik